Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AL - ISLAM

ISLAM DAN WANITA

KELOMPOK 7 :

1.ANNISA DWI CAHYANI


(NPM : 203110718)

2. DINDA LUTFI FAUZIAH

(NPM : 203110750)

3. ENZYELIN NUR AFNI


(NPM : 203110574)

4.HANNY NOVIANTI
(NPM : 203110735)

KELAS 1D
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Islam memandang wanita adalah karunia Allah Swt. Wanita adalah belahan
jiwa dari seorang pria. Ia diciptakan oleh Tuhan secara fitrahnya yaitu bersifat
feminin, lembut, dan tidak mempunyai tenaga yang kuat dibandingkan laki-laki. Yang
paling dominan, ia mempunyai kelebihan memiliki perasaan yang kuat, penyabar,
dan hati yang lembut. Dan itulah salah satu dari hikmah kenapa wanita dalam Islam
memikul beban dalam mendidik anak-anak, sebagai peran penting dalam rumah
tangga, melayani suami dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu,
muncul kicauan suara yang menggembar-gemborkan pemikiran dan anggapan
mereka bahwa wanita harus disama ratakan dengan laki-laki secara keseluruhannya;
pergaulan, kebebasan, hak, pekerjaan, jabatan dan lain sebagainya. Mereka
beranggapan bahwa perempuan di zaman sekarang, lebih spesifik lagi perempuan
dalam Islam adalah perempuan yang banyak didiskriminasi, intimidasi, banyak
tekanan, kurang bebas, terzalimi, dll. Mereka beranggapan bahwa semua itu adalah
merendahkan martabat perempuan, perempuan dianggap tidak berdaya, terhinakan
dan begitu seterusnya, sehingga mereka menggemborkan kebebasan perempuan
dan kesamaan dengan laki-laki. Padahal, jika mereka menyadari, perempuan di
dalam Agama Islam adalah perempuan yang sangat mulia kedudukannya, penuh
penghormatan, kelembutan, dan segala sifat kemuliaan. Jika kita tilik sejarah
sebelum datangnya Agama Islam, ketika itu, perempuan sangatlah tidak ada
harganya, dianggap hina, hanya sebagai pemuas nafsu belaka, tidak mendapatkan
hak sama sekali, dan begitu seterusnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran wanita dalam islam?


2. Bagaimana kedudukan wanita dalam islam?
3. Apa saja keistimewaan wanita dalam pandangan islam?
4. Bagaimana cara memuliakan wanita ?
BAB 2
Pembahasan

1. Peran Wanita dalam Islam


Islam memberikan tempat yang mulia bagi wanita dan islam
menyetarakan kedudukan wanita dengan kaum pria. Dalam al-Qur‟ān sendiri
tidak ditemui satu buktipun pun tentang apa yang disampaikan dalam kitab-
kitab suci lain bahwa wanita diciptakan lebih rendah dari pria atau
bahwaHawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk kiri Adam. Di samping itu,
dalam Islam tidak ada satu pun hal yang dapat digunakan untuk memandang
rendah dan pun yang meremehkan wanita berkenaan dengan kodrat dan
bawaanya sebagai mana yang dijelaskan dalam ayat berikut ini :

‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫ض ۚ يَأْ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬


ٍ ‫ض ُه ْم أَ ْولِيَا ُء بَ ْع‬
ُ ‫َوا ْل ُمؤْ ِمنُونَ َوا ْل ُمؤْ ِمنَاتُ بَ ْع‬
َ َ‫سولَهُ ۚ أُو ٰلَئِك‬
‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم هَّللا ُ ۗ إِنَّ هَّللا َ َع ِزي ٌز َح ِكي ٌم‬ ُ ‫صاَل ةَ َويُؤْ تُونَ ال َّز َكاةَ َويُ ِطيعُونَ هَّللا َ َو َر‬ َّ ‫َويُقِي ُمونَ ال‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian


mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allāh dan Rasul-
Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allāh; Sesungguhnya Allāh Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah :71)”
Oleh sebab itu, keberadaan dan peran wanita tidak bisa diremehkan
dan diabaikan, karena sesungguhnya dibalik semua rangkaian dan
keberhasilan di situ ada peran wanita. Wanita memiliki peranan penting
dalam kehidupan keluarga ekonomi, politik, pendidikan, agama dan sosial
budaya. Adapun peran wanita dalam islam dijelaskan sebagai berikut :

 Peran Wanita Sebagai Seorang Anak , Dalam sebuah keluarga, anak


perempuan layak mendapatkan posisi dan perlakuan yang sama dengan anak
laki-laki. Seorang anak perempuan dalam keluarganya berperan sebagai
pemelihara tradisi, nilai-nilai dan norma yang ada pada keluarga dan
masyarakat. Anak peremopuan yang memiliki sifat lembut berperan menjaga
kemuliaan keluarganya dengan menjaga diri dan kehormatannya serta
menuntut ilmu intuk membahagiakan orangtuanya. Anak perempuan juga
berperan dalam membantu tugas-tugas rumah tangga dalam keluarganya.
 Peran Wanita Sebagai Seorang Isteri , Seorang istri berperan dalam mengurus
kebutuhan suaminya dan mendukungnya serta memberikan nasihat untuk
kemanjuan sang suami. Ia juga berperan dalam mendukung sang suami saat
tertimpa musibah atau masalah yang menyebabkan jiwanya tergoncang
sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Seorang Istri yang
shalehah akan selalu memberi dorongan untuk terus maju memberi dukungan
pada suaminya agar tetap semangat dalam menapaki ujian dan berusaha
menenangkannya agar ia tetap sabar dan bersyukur. Di antara kewajiban dan
peran istri terhadap suami adalah sebagai berikut :
- Taat kepada Suami dalam hal kebaikan
- Tidak Keluar rumah melainkan atas izin suami
- Tidak menjauhi tempat tidur suami
- Ridho dengan apa yang Allah berikan.kepadanya
- Berhias dan memakai wangi-wangian saat suami berada di rumah
- Melaksanakan tugas-tugas rumah tangga.dan mengurus anak-anak
- Berlemah lembut dalam bersikap dan bertutur kata manis

 Peran Wanita Sebagai Seorang Ibu , Begitu pentingnya tugas ibu dan
peranannya bagi seseorang hingga Rasulullah SAW bersabda bahwa surga ada
di telapak kaki ibu dan ibu adalah orang yang harus dihormati sebelum ayah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini :

“Wahai Rasulullah siapakah di antara manusia yang paling berhak untuk aku
berbuat baik kepadanya? Rasulullah menjawab ; ‘Ibumu’, kemudian siapa?
‘Ibumu’, jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, kemudian siapa? ‘Ibumu’,
kemudian siapa, tanya orang itu lagi, ‘kemudian ayahmu’, jawab beliau.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Seorang ibu berperan mendidik anaknya sejak ia masih dalam
kandungan dan membiasakannya dengan kebiasaan yang sesuai dengan
agama islam. Adapun pendidikan yang seharusnya ditanamkan seorang ibu
pada anaknya mencakup hal-hal berikut ini :
a. Pendidikan Akidah
Seorang ibu berperan menanamkan akidah sedini mungkin pada anaknya
sehingga anak tersebut dapat mengetahui bahwa kita hidup tidak semau
kita dan perilaku kita diawasi oleh Allah SWT. Seorang ibu juga harus
menyakinkan pada anak siapa dirinya dan untuk apa ia hidup serta siapa
yang wajib ia sembah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menanamkan
keenam hal dalam rukun iman sejak dini pada sang anak.
b. Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah dimulai sejak masa kehamilan dimana ibu mengajarkan
calon bayinya untuk melaksanakan ibadah sehari-hari seperti sholat baik
shalat wajib maupun sunnah, puasa, bersedekah, membaca Alquran,
berdoa, berdzikir, dan lain sebagainya bahkan berpuasa jika ia mampu.
c. Pendidikan Akhlak
Pembiasaan akhlak yang baik pada seorang anak tidak perlu menunggu
anakhingga ia dewasa. Seorang ibu berperan menanamkan pendidikan
akhlak pada anaknya sejak usia dini. Jika sejak berada dalam kandungan
seorang anak dibiasakan untuk menghargai dan mencintai orang lain,
maka ketika ia lahir, ia pun akan berusaha untuk menghargai dan
mencintai orang lain. Seorang ibu juga dapat menanamkan dan
mencontohkan sifat atau akhlak mulia seperti sifat sabar, tawadlu, rendah
hati, pemurah, suka menolong orang lain dan lainnya agar ketika dewasa
akhlak itu telah melekat pada dirinya.

 Peran Wanita Dalam Masyarakat , Adapun peran wanita dalam masyarakat


telah lama diketahui dan diakui bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam
masyarakat khususnya dalam agama islam seorang wanita berperan dalam
dakwah bahkan dalam peperangan atau jihad.
a. Peran Wanita dalam Dakwah.
Di samping berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus
keluarganya seorang wanita juga berperan mendidik generasinya agar
menjadi pemuda-pemudi islami yang berakhlak mulia dan berpendidikan
serta taat kepada ajaran agama. Seorang wanita boleh bekerja diluar
rumah untuk mengisi peran dan tugasnya tersebut dalam masyarakat. Ia
dapat menjadi guru bagi anak-anak maupun memberikan pelajaran pada
wanita lain dilingkungannya.
b. Peran Wanita dalam Peperangan dan Jihad.
Tidak hanya kaum pria saja, para wanita memiliki peran dalam jihad dan
peperangan. Peran seorang wanita dalam peperangan atau jihad
diantaranya adalah Memberikan makanan atau minuman, mengobati luka-
luka akibat perang, mempersiapkan bekal dan lain sebagainya. Apabila
para wanita melakukan hal tersebut dengan maka pahala yang mereka
dapat setara dengan mereka atau kaum pria yang berjihad.
2. Kedudukan Wanita Dalam Islam
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abd bin Humaid, Ath-
Thabari, dan At-Tirmidzi bahwa Ummu Imarah Al-Anshariyah, pernah
menemui Rasulullah dan berkata,
“ Kulihat semua diperuntukkan bagi laki-laki, kulihat tak sekalipun perempuan
disebut”. Lalu turunlah ayat ini. Ibnu Abbas berkata, “Beberapa perempuan
menemui Rasulullah seraya berkata; ‘Wahai rasulullah kenapa laki-laki yang
beriman selalu disebut, sedangkan perempuan yang beriman tidak disebut?’,
dan kemudian ayat ini diturunkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Sebelum Islam datang, baik masyarakat di dalam maupun di luar jazirah
arab tidak menghargai kedudukan dan harga diri wanita. Negara Yunani yang
dikenal dengan peradaban yang tinggi tidak menghargai dalam
masyarakatnya. Mereka menganggap perempuan sebagai penyebab segala
macam penyakit dan musibah bagi kehidupan umat manusia. Mereka juga
dianggap sebagai makhluk rendah yang diperlakukan seperti budak. Sama
halnya dengan bangsa Yunani, bangsa Romawi dan Persia juga berlaku tidak
adil para wanita, mereka berlaku kasar dan menghukum berat wanita apabila
mereka melakukan kesalahan kecil. Mereka hanya menganggap wanita
sebagai pelampiasan seksual semata. Dan setelah islam datang ke dunia, citra
dan kedudukan wanita dalam masyarakat mulai mengalami kemajuan. Allah
memerintahkan kepada seluruh umat manusia agar senantiasa bersikap baik
pada wanita, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini ,

“Dan perlakukanlah mereka secara patut, kemudia bila kamu tidak menyukai
mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan”. (An-Nisa’ : 19).

Kedudukan wanita dalam islam dapat dilihat dari peran wanita dalam
islam, masyarakat dan lingkungan sosial sebagaimana yang dijabarkan dalam
penjelasan berikut ini :
a. Kedudukan Wanita Sebagai Seorang anak.
Anak adalah karunia Allah SWT pada setiap orang tua oleh karena itu
mereka tidak diperbolehkan untuk menyia-nyiakan anak baik laki-laki
maupun perempuan. Orangtua harus menerima anak dengan ikhlas dan
tidak boleh menyia-nyiakannya sebagaimana yang tercantum dalam firman
Allah SWT sebagai berikut,
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang
Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan
perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan
mandul kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Asy-Syura : 49-50).

Dalam ayat diatas, Allah menyebut anak perempuan terlebih dahulu


sebelum laki-laki untuk menghibur anak perempuan karena umumnya
para orang tua merasa berat hati dengan kelahirannya. Kehadiran anak
perempuan dalam keluarga harus diterima sebagaimana kehadiran anak
laki-laki, tidak seperti perilaku masyarakat jahiliyah yang gemar mengubur
anak perempuannya yang baru dilahirkan.

b. Kedudukan Wanita Dewasa Dalam Menentukan Pilihan


Jika seorang perempuan sudah cukup usia untuk menikah maka sudah
menjadi kewajiban bagi orang tua untuk memikirkan dan memilihkan
jodoh anaknya , seorang laki-laki yang shalih dan bertaqwa melalui proses
taaruf dan khitbah. Karena hanya laki-laki yang shalih dan bertaqwa
kepada Allah SWT tersebut jika mencintai seorang perempuan maka dia
akan memuliakannya, sedangkan jika tidak menyukainya ia tidak akan
mnghina perempuan tersebut.

c. Kedudukan Wanita Sebagai seorang Istri


Allah memerintahkan kepada para suami untuk memperlakukan istrinya
dengan baik seperti dijelaskan dalam surah An-Nisa’ ayat 19 :

“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik”.

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan bahwa


pergaulan yang disebutkan dalam ayat diatas mencakup ucapan dan
perbuatan. Oleh sebab itu sebaiknya para suami hendaknya senantiasa
menjaga ucapan dan perbuatannya kepada istri agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Suami juga harus bisa melindungi istri dan
keluarganya dan mencukupi nafkah baik secara materi maupun nonmateri.
Demikian pula jika mereka berpisah dan seirang suami menjatuhkan talak
pada istrinya, ia harus melakukannya secara baik-baik.
d. Kedudukan Wanita Sebagai Seorang Ibu
Islam memuliakan perempuan baik di saat ia anak-anak, remaja, dan saat
ia menjadi seorang ibu. Islam mewajibkan umatnya terutama seorang anak
untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya, ayah dan ibu
sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surah Al-Isra’ ayat 23-24

“Rabmu telah menetapkan agar janganlah kalian beribadah kecuali hanya


kepada-Nya dan hendaklah kalian berbuat baik terhadap kedua orang tua.
Apabila salah seorang di antara keduanya atau kedu-duanya menginjak
usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan membentak keduanya
namun ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih saying,
ucapkanlah doa; ‘Wahai Rabku, kasihilah mereka berdua sebagaimana
mereka telah memelihara dan mendidikku sewaktu kecil’”.

Bahkan Rasulullah SAW menyebutkan bahwa kedudukan ibu lebih mulia


dariapada ayahnya. Seorang ibu memiliki kedudukan mulia karena ia
adalah orang yang mengandung, membesarkan dan mendidik anaknya
sejak dalam kandungan.

e. Kedudukan Wanita Sebagai seorang Individu


Sebagai seorang individu seorang perempuan memiliki hak yang sama
dengan laki-laki meskipun bagian dan kadarnya tidak sama seperti halnya
dalam memperoleh hak waris. Sebelum islam datang, seorang wanita tidak
pernah mendapatkan warisan. Allah berfirman :

“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu, bapak, dan
kerabatnya; dan bagi wanita ada hak bagian dari harta peninggalan ibu,
bapak, dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang
telah ditetapkan”. (QS. An-Nisa’ : 7).

Seorang perempuan atau wanita juga memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam menuntut ilmu. Mereka dapat menimba ilmu sedalam-
dalamnya sebagaimana kaum lelaki. Hal ini dikarenakan seorang wanita
akan menjadi ibu bagi anak-anaknya dan mereka memiliki kewajiban untuk
mendidik anaknya kelak. Ilmu sangatlah penting sebagaimana firman Allah
SWt

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak


mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar : 9).

Rasulullah juga bersabda bahwa kewajiban dan hukum menuntut ilmu


bukanlah milik kaum pria saja melainkan para wanita juga berkewajiban
untuk menuntut ilmu.

3. Keistimewaan Wanita dalam Pandangan Islam


Sebagaimana laki-laki, hak perempuan juga terjamin dalam Islam. Pada
dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, ia pun menjadi hak perempuan.
Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan
dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Selain hal tersebut,
perempuan memiliki keistimewaan tersendiri di mata Islam. Keistimewaan-
keistimewaan tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki
Allah SWT berfirman:

َ ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َكثِي ًرا َون‬


‫سٓا ًء‬ َ َ‫س ٰ َو ِح َد ٍة َو َخل‬
َّ َ‫ق ِم ْن َها َز ْو َج َها َوب‬ ُ َّ‫ۚ ٰيَٓأ َ ُّي َها ٱلن‬
۟ ُ‫اس ٱتَّق‬
ٍ ‫وا َربَّ ُك ُم ٱلَّ ِذى َخلَقَ ُكم ِّمن نَّ ْف‬
Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak..." (QS. An Nisa:1)

b. Ketika menjadi ibu, kedudukannya lebih tinggi dari ayah.


Ketika seorang perempuan sudah menjadi seorang ibu maka derajatnya akan
lebih tinggi dari ayah untuk anaknya. Bahkan surga anak-anaknya ada di
bawah telapak kaki ibu. Dalam suatu riwayat dijelaskan tentang seseorang
yang bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang harus dicintainya lebih
dulu, maka Rasulullah SAW menjawab ibumu, pertanyaan tersebut diulang
sampai tiga kali dengan jawaban yang sama, dan setelah ditanya keempat
kalinya baru kemudian Rasul menjawab ayahmu.

c. Perempuan sholehah akan masuk surga dari pintu manapun.


Sebagai mana terdapat dalam hadits dari Abi Hurairah RA, berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "apabila seorang wanita telah melaksanakan
sholat lima waktunya, menjalankan puasa, menjaga kemaluannya, dan taat
pada suaminya, maka dia akan masuk surga dari pintu manapun yang
disukainya."

d. Kehormatan perempuan dilindungi dalam ajaran agama Islam.


Dalam Islam, wanita sangat dilindungi kehormatannya. Seperti firman Allah
dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 59.

Artinya: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak


perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

e. Mendapat kepercayaan dari Allah untuk bisa mengandung dan melahirkan.


Allah memberikan keistimewaan kepada perempuan dengan kepercayaan
untuk bisa mengandung dan melahirkan, serta mendapat banyak pahala
karena hal tersebut. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah pada Alquran surat
Al-Ahqaf ayat 15.

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
f. Hak memperoleh mahar dalam pernikahan
Keistimewaan perempuan apabila akan dinikahi oleh laki-laki adalah
mendapatkan mahar. Seperti firman Allah dalam Alquran surat An-Nisa ayat 4.

‫ا‬Oًًٔ‫ا َّم ِر ٓئـ‬Oًًٔ‫سا فَ ُكلُوهُ َهنِ ٓئـ‬ ٰ ۟ ‫َو َءات‬


ً ‫ص ُدقَتِ ِهنَّ نِ ْحلَةً ۚ فَإِن ِطبْنَ لَ ُك ْم عَن ش َْى ٍء ِّم ْنهُ نَ ْف‬ َ ِّ‫ُوا ٱلن‬
َ ‫سٓا َء‬

Artinya: "Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)


sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya."
Bab III
Penutup

A. Kesimpulan
Agama islam sangat memuliakan perempuan sebagai makhluk Allah
SWT dan juga sebagai ibu dari sekalian orang yang beriman, bahkan Rasulullah
juga dengan tegas menyebutkan, bahwa “seorang anak terletak dibawah
telapak kaki ibunya” dengan artian bahwa seorang anak wajib bebakti kepada
ibunya. Dan dengan jelas, perempuan dimasa kini sangat berbeda dengan
perempuan pada zaman primitif dan zaman jahiliyah.
Pembebanan syariat atas wanita sebagaimana kepada lelaki ini tidak
lain bertujuan untuk memuliakan wanita dan mengantarkannya kepada
derajat keimanan yang lebih tinggi. Karena, pemberian beban syariat kepada
seorang hamba hakikatnya adalah pemuliaan bagi si hamba, bila ia
melaksanakannya sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT.

B. Saran
Marilah kita sama-sama memuliakan wanita, karena wanita bukanlah makhluk
yang patut dijatuhkan derajatnya. Dan atas tulisan ini, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan
ini dimasa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai