KELOMPOK 7 :
(NPM : 203110750)
4.HANNY NOVIANTI
(NPM : 203110735)
KELAS 1D
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Islam memandang wanita adalah karunia Allah Swt. Wanita adalah belahan
jiwa dari seorang pria. Ia diciptakan oleh Tuhan secara fitrahnya yaitu bersifat
feminin, lembut, dan tidak mempunyai tenaga yang kuat dibandingkan laki-laki. Yang
paling dominan, ia mempunyai kelebihan memiliki perasaan yang kuat, penyabar,
dan hati yang lembut. Dan itulah salah satu dari hikmah kenapa wanita dalam Islam
memikul beban dalam mendidik anak-anak, sebagai peran penting dalam rumah
tangga, melayani suami dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu,
muncul kicauan suara yang menggembar-gemborkan pemikiran dan anggapan
mereka bahwa wanita harus disama ratakan dengan laki-laki secara keseluruhannya;
pergaulan, kebebasan, hak, pekerjaan, jabatan dan lain sebagainya. Mereka
beranggapan bahwa perempuan di zaman sekarang, lebih spesifik lagi perempuan
dalam Islam adalah perempuan yang banyak didiskriminasi, intimidasi, banyak
tekanan, kurang bebas, terzalimi, dll. Mereka beranggapan bahwa semua itu adalah
merendahkan martabat perempuan, perempuan dianggap tidak berdaya, terhinakan
dan begitu seterusnya, sehingga mereka menggemborkan kebebasan perempuan
dan kesamaan dengan laki-laki. Padahal, jika mereka menyadari, perempuan di
dalam Agama Islam adalah perempuan yang sangat mulia kedudukannya, penuh
penghormatan, kelembutan, dan segala sifat kemuliaan. Jika kita tilik sejarah
sebelum datangnya Agama Islam, ketika itu, perempuan sangatlah tidak ada
harganya, dianggap hina, hanya sebagai pemuas nafsu belaka, tidak mendapatkan
hak sama sekali, dan begitu seterusnya.
B. Rumusan Masalah
Peran Wanita Sebagai Seorang Ibu , Begitu pentingnya tugas ibu dan
peranannya bagi seseorang hingga Rasulullah SAW bersabda bahwa surga ada
di telapak kaki ibu dan ibu adalah orang yang harus dihormati sebelum ayah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini :
“Wahai Rasulullah siapakah di antara manusia yang paling berhak untuk aku
berbuat baik kepadanya? Rasulullah menjawab ; ‘Ibumu’, kemudian siapa?
‘Ibumu’, jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, kemudian siapa? ‘Ibumu’,
kemudian siapa, tanya orang itu lagi, ‘kemudian ayahmu’, jawab beliau.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Seorang ibu berperan mendidik anaknya sejak ia masih dalam
kandungan dan membiasakannya dengan kebiasaan yang sesuai dengan
agama islam. Adapun pendidikan yang seharusnya ditanamkan seorang ibu
pada anaknya mencakup hal-hal berikut ini :
a. Pendidikan Akidah
Seorang ibu berperan menanamkan akidah sedini mungkin pada anaknya
sehingga anak tersebut dapat mengetahui bahwa kita hidup tidak semau
kita dan perilaku kita diawasi oleh Allah SWT. Seorang ibu juga harus
menyakinkan pada anak siapa dirinya dan untuk apa ia hidup serta siapa
yang wajib ia sembah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menanamkan
keenam hal dalam rukun iman sejak dini pada sang anak.
b. Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah dimulai sejak masa kehamilan dimana ibu mengajarkan
calon bayinya untuk melaksanakan ibadah sehari-hari seperti sholat baik
shalat wajib maupun sunnah, puasa, bersedekah, membaca Alquran,
berdoa, berdzikir, dan lain sebagainya bahkan berpuasa jika ia mampu.
c. Pendidikan Akhlak
Pembiasaan akhlak yang baik pada seorang anak tidak perlu menunggu
anakhingga ia dewasa. Seorang ibu berperan menanamkan pendidikan
akhlak pada anaknya sejak usia dini. Jika sejak berada dalam kandungan
seorang anak dibiasakan untuk menghargai dan mencintai orang lain,
maka ketika ia lahir, ia pun akan berusaha untuk menghargai dan
mencintai orang lain. Seorang ibu juga dapat menanamkan dan
mencontohkan sifat atau akhlak mulia seperti sifat sabar, tawadlu, rendah
hati, pemurah, suka menolong orang lain dan lainnya agar ketika dewasa
akhlak itu telah melekat pada dirinya.
“Dan perlakukanlah mereka secara patut, kemudia bila kamu tidak menyukai
mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan”. (An-Nisa’ : 19).
Kedudukan wanita dalam islam dapat dilihat dari peran wanita dalam
islam, masyarakat dan lingkungan sosial sebagaimana yang dijabarkan dalam
penjelasan berikut ini :
a. Kedudukan Wanita Sebagai Seorang anak.
Anak adalah karunia Allah SWT pada setiap orang tua oleh karena itu
mereka tidak diperbolehkan untuk menyia-nyiakan anak baik laki-laki
maupun perempuan. Orangtua harus menerima anak dengan ikhlas dan
tidak boleh menyia-nyiakannya sebagaimana yang tercantum dalam firman
Allah SWT sebagai berikut,
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang
Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan
perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan
mandul kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Asy-Syura : 49-50).
“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik”.
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu, bapak, dan
kerabatnya; dan bagi wanita ada hak bagian dari harta peninggalan ibu,
bapak, dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang
telah ditetapkan”. (QS. An-Nisa’ : 7).
Seorang perempuan atau wanita juga memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam menuntut ilmu. Mereka dapat menimba ilmu sedalam-
dalamnya sebagaimana kaum lelaki. Hal ini dikarenakan seorang wanita
akan menjadi ibu bagi anak-anaknya dan mereka memiliki kewajiban untuk
mendidik anaknya kelak. Ilmu sangatlah penting sebagaimana firman Allah
SWt
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
f. Hak memperoleh mahar dalam pernikahan
Keistimewaan perempuan apabila akan dinikahi oleh laki-laki adalah
mendapatkan mahar. Seperti firman Allah dalam Alquran surat An-Nisa ayat 4.
A. Kesimpulan
Agama islam sangat memuliakan perempuan sebagai makhluk Allah
SWT dan juga sebagai ibu dari sekalian orang yang beriman, bahkan Rasulullah
juga dengan tegas menyebutkan, bahwa “seorang anak terletak dibawah
telapak kaki ibunya” dengan artian bahwa seorang anak wajib bebakti kepada
ibunya. Dan dengan jelas, perempuan dimasa kini sangat berbeda dengan
perempuan pada zaman primitif dan zaman jahiliyah.
Pembebanan syariat atas wanita sebagaimana kepada lelaki ini tidak
lain bertujuan untuk memuliakan wanita dan mengantarkannya kepada
derajat keimanan yang lebih tinggi. Karena, pemberian beban syariat kepada
seorang hamba hakikatnya adalah pemuliaan bagi si hamba, bila ia
melaksanakannya sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT.
B. Saran
Marilah kita sama-sama memuliakan wanita, karena wanita bukanlah makhluk
yang patut dijatuhkan derajatnya. Dan atas tulisan ini, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan
ini dimasa mendatang.