Disusun oleh :
Doffy Alfisyah Putra
S1 Keperawatan - C
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Bimbingan dan do’a ibu hamil dan melahirkan
B. Adab Menyambut Bayi Baru Lahir
C. Tuntunan ibu menjadi istri ketika nifas dan junub
D. Tuntunan memberi asi dan manfaatnya
E. Adab menjenguk orang sakit
F. Cara merawat orang sakit yang menjelang kematian
G. Cara merawat jenazah
PENUTUP
A. Simpulan
B. Implikasi
DAFTAR PUSTAKA
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana bimbingan yang harus dilakukan ketika ibu hamil dan
melahirkan?
b. Bagaimana adab kepada bayi yang baru lahir?
c. Apa yang harus dilakukan ibu sebagai istri ketika nifas dan junub ?
d. Bagaimana tuntunan memberi asi dan apa manfaatnya ?
e. Apa etika menjenguk orang sakit ?
f. Bagaimana cara merawat orang sakit kronis yang menjelang kematian?
g. Bagaiman cara merawat jenazah ?
Ibu hamil dianjurkan untuk banyak bermunajat kehadirat Allah SWT dan
berdo’a kepada-Nya semoga anak dalam kandungan senantiasa sehat dan agar
dimudahkan melahirkan, Do’anya adalah sbb:
”dengan nama Allah yang maha Pemurah lagi maha Pengasih. Ya Allah,
peliharalah anakku selama didalam kandungan dan sembuhkanlah ia, Engkau
maha Penyembuh, tiada sembuhan melainkan penawar-Mu, sembuh yang
tidak meninggalkan kesan buruk ya Allah, lahirkanlah ia dari kandunganku
dengan kelahiran yang mudah dan sejahterah. Ya Allah jadikanlah ia sehat
sempurna, Ya Allah perbaikilah akhlaknya, fasihkanlah lidahnya dan
merdukannlah suaranya untuk membaca Al-Qur’an dan hadis dengan berkat
Nabi Muhammad S.a.w.”
Surah Al-Fatihah,
Surah Yasin,
Surah At-Taubah,
Surah Yusuf,
Surah Maryam,
Surah Luqman,
surah an-Nahl ayat 78
surah al-A’raf ayat 189
Dengan membaca surah dan ayat tersebut, selain sebagai ibadah ia juga
bisa memudahkan dalam menghadapi persalinan, mendapat anak yang sehat
dan sempurna, anak yang soleh dan solehah, anak yang patuh dan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya.
Do’a mohon diberikan keselamatan (dibaca oleh ibu yang sedang hamil) :
“ Ya Allah jagalah anaku selama ada dalam kandunganku, sembuhkanlah dia
(apabila ada penyakitnya), Engkau adalah Dzat yang Maha Menyembuhkan, tidak
ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang datang dari-Mu, kesembuhan yang
tidak akan membawa penyakit. Ya Allah jadikanlah anak-anak yang ada dalam
kandunganku dengan bentuk yang bagus (tampan/cantik) dan tetapkanlah di
dalam hatinya untuk senantiasa beriman kepadaMu dan RasulMu. Ya Allah
keluarkanlah anakku dari kandunganku pada waktu aku melahirkan dengan
mudah dan selamat. Ya Allah jadikanlah anakku, anak yang sehat, sempurna,
berakal, cerdas, baik pengetahuan agamanya dan senantiasa mengamalkan
ilmunya. Ya Allah berilah anakku umur yang panjang, badan yang sehat, akhlak
Amalan berdzikir dan berdo’a amatlah dituntut bagi wanita hamil, karena
dengan berdo’a dan berdzikir dapat menentramkan fikiran dan dapat
memupuk kesabaran ketika dalam kesakitan melahirkan anak nanti. Selain
membaca wirid yang telah biasa diamalkan sejak awal kehamilan, ada
beberapa dzikir dan do’a yang sangat baik diamalkan, diantaranya :
Artinya : “maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang
sabar”
(Ash-Shoffat[37] : 101)
Kemudian setelah do’a ini diucapkan, maka disunnahkan pula untuk yang
dikaruniai anak menyahutnya dengan ucapan :
Dalam hadits riwayat timidzi yang artinya : dari abu Rafii, ia berkata
“saya pernah melihat rasulullah Saw. Menbaca adzan pada telinga Hasan bi
Ali takkala dilahirkan oleh Fatimah, seperti adzan shalat”
Makna lainnya, agar ajakan terhadap bayi kepada Allah, agama Islam dan
kepada beribadah kepada-Nya mendahului ajakan syaitan.
3. Melakukan taknik
Dalam Ash-shohiihain dari hadits abu burdah dari musa, ia berkata : “ aku
dikaruniai seorang anak kemudian aku membawanya kepada Nabiyullahu
Saw. Maka beliau menamainya Ibrohim lalu mentakniknya dengan sebutir
kurma.”
Adapun orang yang melakukan taknik ini diutamakan kepada mereka yang
taqwa dan sholeh. Hikmah dari mentaknik ini adalah untuk menguatkan
anggota mulut bayi supaya lebih mampu untuk menghisap susu ibunya.
Adalah antara amalan yang disunnahkan untuk dilakukan keatas diri bayi
baru lahir sebaik-baiknya adalah pada hari ketujuh kelahirannya.
Hikmahnya adalah :
5. Berkhitan
“Fitrah (kesucian) itu ada lima; khitan, mencukur bulu kemaluan, memangkas
rambut, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak” (HR : Bukhori dan
Muslim).
Menurut Imam Abu Hanifa dan Imam Hasan Al-basri bahwa khitan itu sunah
hukumnya, berdasarkan hadits yang maksudnya :
“Bekhitan itu sunnah bagi kaum lelaki dan baik bagi kaum wanita” (HR :
Ahmad)
“Baginda Rosulullah Saw. Melaksanakan aqiqah pada hasan dan husin serta
mengkhatan keduanya dalam waktu tujuh hari (setelah kelahiran)” (HR :
Baihaqi)
6. Memberi nama
Memberi nama adalah hak ayah, sedang ibu tidak ada hak untuk
menolaknya. Kalau keduanya bertentangan, maka ayah dimenangkan.
“berilah nama dengan nama para nabi, dan nama yang paling disukai Alloh
adalah; ‘Abdulloh dan ‘Abdurrahman. Sedangnkan nama yang paling benar
adalah Harits dan Hamman. Sementara nama yang paling buruk adalah Harb
dan Murroh”
Hendaklah nama yang dipilih itu memberi pengertian dan maksud yang
baik. Sehubungan dengan itu, dilarang menamakan anak dengan maksud dan
pengertian yang buruk yg bisa mengurangi kehormatan atau mungkin menjadi
ejekan dan memalukan anak tsb.
Jangan menamakan anak dengan nama yang mencemarkan atau nama yang
susah untuk dimengerti maknanya.
Beliau juga bersabda, “untuk bayi lelaki dua ekor kambing yang sama
besar dan untuk bayi perempuan satu ekor.” (HR : Ahmad)
Adapun waktu penyembelihan hewan ‘Aqiqah, yakni pada hari ketujuh, jika
tidak bisa pada hari keempat belas, jika tidak bisa maka dihari kedua puluh
satu, dan jika belum tersedia bagi mereka tidak apa-apa dilakukan sesudah itu.
‘Aqiqah itu melepas ikatan anak itu dari tergadaikan dan baru ditebus dengan
‘Aqiqah-nya. Maksud dari tergadai adalah bahwa anak itu tergadaikan
(tertahan) dari memberi syafaat kedua orangtuanya (menurut Imam Ahmad,
Imam Ath’ bin Abu Rabah)
1. Nifas
Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim demi sebabkan karena
proses kelahiran. Bisa terjadi sesudah atau sebelumnya, lama waktu berkisar
antara 2-3 hari dan disertai dengan rasa sakit. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan : “Darah yang dilihat seorang wanita ketika mulai merasa sakit
adalah nifas.”
Beliau tidak memberikan batasan 2 atau 3 hari. Dan maksudnya yaitu rasa
sakit yang kemudian disertai kelahiran. Jika tidak, maka itu bukan nifas. Ada
perbedaan pendapat antara ulama dalam menentukan batas maksimal dan
minimal masa nifas. Menurut Syaikh Taqiyuddin dalam risalahnya tentang
sebutan yang dijadikan kaitan hukum oleh Pembawa syari’at, halaman 37
Nifas tidak ada batas minimal maupun maksimalnya. “Andaikata ada seorang
wanita mendapati darah lebih dari 40,60 atau 70 hari dan berhenti, maka itu
adalah nifas. Namun jika berlanjut terus maka itu darah kotor, dan bila
demikian yang terjadi maka batasnya 40 hari, karena hal itu merupakan batas
umum sebagaimana dinyatakan oleh banyak hadits.”
“Ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi Saw., tabi’in dan orang-orang
setelah mereka bersepakat, bahwa wanita nifas itu meninggalkan shalat
selama empat puluh hari, kecuali jika dia sudah suci bersih sebelum genap
empat puluh hari, maka pada saat itu dia harus mandi dan shalat.”
Namun, jika masa nifas melebihi dari 40 hari. Dan pada saat itu
menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, maka hendaknya menunggu hingga
darah sampai benar-benar berhenti baru kemudian mandi wajib. Jika setalah
mas 40 hari tidak menunjukkan tanda darah akan berhenti dan malah terus
menerus keluar maka ia mustahadhah. Dalam kondisi ini maka hendaknya ia
kembali kepada kewajibannya yaitu hendaklah ia mandi wajib , shalat dan
menjalankan kewajiban lainnya. Menurut Al-Majd Ibnu Taimiyah,
sebagaimana dinukil dalam kitab Syarhul Iqna’:
“Manakala seorang wanita mendapati darah yang disertai rasa sakit sebelum
masa (minimal) itu, maka tidak perlu dianggap (sebagai nifas). Namun jika
sesudahnya, maka ia tidak shalat dan tidak puasa. Kemudian, apabila sesudah
kelahiran temyata tidak sesuai dengan kenyataan maka ia segera kembali
mengerjakan kewajiban; tetapi kalau tidak teryata demikian, tetap berlaku
hukum menurut kenyataan sehingga tidak pedu kembali mengerjakan
kewajiban”
Nifas hanya ditetapkan kepada mereka wanita yang telah melahirkan bayi
yang berbentu manusia. Sedangkan bagi mereka yang keguguran atau
melahirkan janin yang belum berbentuk manusia maka jika mereka
mengeluarkan darah, darah tersebut bukan merupakan darah nifas dan
dinyatakan sebagai darah penyakit . Oleh karena itu, bagi mereka berlaku
hukum wanita yang mustahadahah.
“Para wanita nifas berdiam diri di masa Rasulullah Saw. selama 40 (empat
puluh hari). Kami memoles wajah kami dengan waras yang berwarna hitam
kemerahan.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Apabila darah nifas berhenti sebelum empat puluh hari, namun kembali
keluar pada hari empat puluh, maka darah tersebut diragukan sebagai darah
nifas. Namun pada masa ini si wanita tidak boleh melakukan salat fardhu atau
puasa sebagaimana kewajibannya. Dan setelah masa sucinya tiba, maka ia
wajib mengqhada’ apa yang diperbuatnya selama masa yang diragukan tadi.
Apabila darah masih keluar pada masa yang dimungkinkan maka darah
tersebut masuk kedalam masa nifas.
Jika tidak maka darah tersebut ialah darah haid, Terkecuali jika kondisi
dimana darah tersebut keluar terus menerus maka hal tersebut merupakan
istihadah . Seperti dalam kitab Al-Mughni’, Imam Malik mengatakan:
“Apabila seorang wanita mendapati darah setelah dua atau tiga hari, yakni
sejak berhentinya, maka itu termasuk nifas. Jika tidak, berarti darah haid.”
Dalam hal ini keragu-raguan merupakan hal yang relatif. Tergantung dari
bagaimana masing-masing orang terhadap pemahamannya sendiri. Karena itu
dalam Al-Quran sebenarnya telah berisi penjelasan akan segala sesuatu.
Allah SWT juga tidak mewajibkan umatnya untuk berpuasa dan thawaf
dua kali terkecuali jika terdapat kesalahan pada tindakan pertama maka ia
wajib mengqhada’nya. Selain itu, ketika seseorang mampu melakukan
kewajiban sesuai dengan kemampuannya maka ia terbebas tanggungannya.
Sebagaimana Firman Allah SWT :
“hukum bagi wanita seusai bedah Caesar, maka hukumnya sama dengan
wanita yang mengalami nifas karena persalinan normal. Jika melihat
keluarnya darah dari kemaluannya, maka ia meninggalkan shalat dan puasa
sampai suci. Apabila tak melihat lagi keluarnya darah, maka ia harus mandi,
shalat dan puasa seperti halnya wanita-wanita suci lainnya”. Artinya bahwa
bagaimanapun proses persalinannya selama terdapat darah yang keluar dari
kemaluan maka kondisi tersebut disebut sebagai masa nifas.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa selama dalam masa nifas seorang suami
tidak bisa menalak istrinya. Sebagaimana Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab
sebagai berikut: “Mentalak Hukumnya tidak boleh, bahkan talak itu
hukumnya terasuk talak bid’ah, sebagaimana mentalak wanita yang sedang
haid.”
Demikian juga keterangan dari Ibnu Abbas, “Wanita nifas tidak boleh
melaksanakan shalat selama 40 hari.”
3. Mencuci kemaluan
Cuci dan bersihkan dari mani dan kotoran yang ada padanya serta
sekitarnya
Telah kita buktikan sendiri, bahwa tidaklah ada bayi yang baru lahir bisa
mengunyah makanan sendiri. Semuanya minum dari susu ibu, dan kita lihat
bahwa badan bayi berkembang dengan pesatnya. Maka kita tidak ragu lagi
bahwa air susu ibuadalah makan bergizi yang sempurna dan makanan yang
dipercaya dapat memberikan zat –zat penting bagi pertumbuhan badan bayi.
Dalam catatan-catatan papyrus yang berumur lebih dari tiga ribu tahun,
misalnya, ditentukan bahwa peradaban Mesir kuno telah mampu meracik ramuan
herbarium untuk menambah kandungan ASI para ibu yang tengah menyusui.
Mereka juga telah mengenal sistem dan aturan menyusui bayi. Ini membuktikan
bahwa menyusui bayi –demikian pula mengandung dan melahirkan- merupakan
salah satu fitrah manusia untuk mempertahankan kehidupan spesiesnya.
Penegasan bahwa menyusui bayi sebagai salah satu fitrah dan naluriah
seorang ibu dapat terbaca, misalnya dalam firman Allah Surah al-Qasas (28): 7
Memang sudah sangat jelas tentang anjuran menyusui bayi dengan ASI
yang akhir-akhir ini marak dikampanyekan sangat sesuai dengan petunjuk dan
anjuran Al Qur’an. Sebagaimana dalam firman Allah pada Surah al-Baqarah (2):
223
Para ibu hendaklah menyusukkan anak-anaknya selam dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnaka penyusuan.
B. Hukum Menyusui
Ditinjau dari aspek hukum Islam, perempuan tempat anak menyusui ada
dua macam, yaitu ibu kandung dan perempuan lain. Ulama fikih sepakat bahwa
seorang ibu, dilihat dari dari hukum ukhrawi(diyanatun), wajib menyusui
anaknya, karena menyusui anak merupakan upaya pemeliharaan kelangsungan
hidup anak, baik ibu ini masih berstatus istri ayah sang anak, maupun dalam
masa ‘iddahatau habis masa ‘iddah nya setelah dicerai suaminya (ayah sanga
anak).
الَتُضا َ َّر َوالِ َدةٌبِ َولَ ِدهَا َوالَ َموْ لُو ٌدلَّهُبِ َولَ ِد ِه
Janganlah seorang ibu mederita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah
menderita karena anaknya.
C. Kandungan Asi
Air susu ibu adalah terdiri dari susunan esensiil, yang dapat diandalkan
membangun tubuh bayi agar hidup segar bugar. Air susu ibu mengandung
protein, yang befungsi untuk membangun sel tubuh dan pertumbuhanya secara
sempurna. Juga air susu itu mengandung vitamin dan unsur-unsur panas dan
energi pada gulanya dan zat-zat lemaknya. Tak ketinggalan pula di dalam air
susu itu Allah telah menyiapkan garam-garaman. Masalah air susu itu
mengandung lemah telah dijelaskan secara eksplisit oleh Baginda Rosul Saw
dikala beliau pernah meminum aiar susu kemudian menyuruh sahabat mengambil
air untuk berkumur. Sabda beliau
ً اِنّلَهُ َد َسما
Sejak zaman Rosulullah Saw malah jauh sebelumnya, air susu sudah
dikenal mempunyai gizi yang sangat baik. Adapaun orang-orang Arab waktu itu
tidaklah memandang dan menyelediki zat-zat yang terkandung pada susu, tetapi
hanya melihat kemanjuran dari air susu ituada setiap orang yang meminumnya.
Ilmu kedokteran telah membuktikan hal itu, bahwa zat lemak yang
terdapat pada susu adalah berupa butiran-butiran kecil dalam bentuk larutan dan
gula. Adapun setelah ditelti, sekarang terbukti bahwa susu mengandung semua
zat-zat terpenting untuk perkembangan dan petumbuhan sel tubuh manusia.
Dalam hasil penelitian Jones dan mitranya tentang pemberian ASI yangg
dipublikasikan di jurnal medis The Lancet, juga menunjukkan bahwa pemberian
ASI bahkan akan bisa menyelamatkan jutaan balita dari kematian. Ia
menjelaskan pula bahwa inisiasi ASI dini pada satu jam pasca kelahiran dapat
menurunkan 22 persen kematian bayi baru lahir.
E. Manfaat Asi
5. ASI dapat terhindar dari penyakit jantung dan darah tinggi di kemudian hari
7. ASI memberikan daya tahan dan kekebalan tubuh. Terutama pada ASI
istimewa yang keluar saat pertama kali diisap bayi.
9. ASI dapat menguatkan perasaan dan hubungan perasaan antara ibu dan
anaknya.
Menjenguk orang sakit adalah salah satu sunnah yang dianjurkan dalam
Islam. Orang yang melakukannya dengan baik dan sesuai dengan petunjuk
Islam akan mendapatkan beberapa keutamaan yang telah disebutkan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antaranya adalah pahala yang
besar yakni surga.
A
ku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa ‘Arsy yang agung
untuk menyembuhkanmu. Dibaca 7 X . (Lihat Shahih al-Adab al-Mufrad, no.
416)
َك بِاس ِْم هللاِ َأرْ قِ ْیك ِ س َأوْ َعی ٍْن َح
َ اس ٍد هللاُ یَ ْشفِ ْی َ بِاس ِْم هللاِ َأرْ قِ ْیكَ ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء یُْؤ ِذ ْی
ٍ ك ِم ْن ِش ِّر ُك ِّل نَ ْف
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala yang mengganggumu, dari
keburukan setiap jiwa atau kedengkian mata, semoga Allah
Meskipun orang yang sedang sakit masih kecil, kita tetap dianjurkan
untuk menjenguknya. Nabi pernah melakukan hal tersebut. Seorang
perowi hadits yang masyhur, yakni Imam al-Bukhori rahimahullah telah
membuat bab khusus tentang hal ini dalam kitab haditsnya. Beliau
memberi nama bab tersebut “Iyadatus Shibyan” (Bab: menjenguk anak
kecil).
Suatu saat di siang hari di musim panas, ada sesorang yang berkata
kepada Imam Ahmad: “Fulan sakit.” Beliau menjawab: “ Ini bukan waktu
untuk menjenguk.” (al-Adab asy-Syar’iyyah II/189)
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalati
4. Memakamkan
1. Memandikan Mayit
Orang yang memandikan harus sejenis. Kecuali masih ada ikatan mahrom,
suami-istri, atau jika mayat adalah seorang anak kecil yang belum
menimbulkan potensi syahwat.
Orang yang lebih utama memandikan mayat laki-laki adalah ahli waris
ashobah laki-laki (seperti ayah, kakek, anak-anak laki-laki, dan lain-lain) Dan
bila mayatnya perempuan, maka yang lebih utama adalah perempuan yang
masih memiliki hubungan kerabat.
Orang yang memandikan dan orang yang membantunya adalah orang yang
memiliki sifat amanah.
2. Tempat Memandikan
Sepi, tertutup, dan tidak ada orang yang masuk selain yang bertugas.
3. Cara Memandikan
ت ُ
ِ نويت الوضو َء المسنونَ لهذا المي
ُ
نويت الغس َل إلستباحة الصالة عليه/ ُ
نويت الغس َل عن هذا الميت
ُ
نويت الغس َل إلستباحة الصالة عليها ُ
/ نويت الغس َل عن هذه الميتة
Catatan :
a. Syarat
b. Rukun
c. Teknis pelaksanaan
1. Jenazah telah selesai dimandikan dan suci dari najis baik tubuh, kafan,
ataupun tempatnya.
3. Posisi musholli berada di belakang jenazah dan bagi imam atau munfarid
sebaiknya berdiri tepat pada kepala jika jenazahnya laki-lakinamun jika
jenazah-nya perempuan, maka posisinya tepat pada pantat.
b. Rukun-rukun sholat :
1. Niat.
فرض كفاية هلل تعالى إماما /هذه الميتة أربع تكبيرات مأموما / أصلي على هذا الميت
c. Teknis pelaksanaan :
َ ص ِّل َو َسلّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ْد َك َما
صلَّيْتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب¬ َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل َس¬يِّ ِدنَا َ َأللَّـهُ َّم
ار ْكتَ َعلَى َسـيِّ ِدنَا ِإ ْب¬ َرا ِه ْي َم َو َعلَى آل َس¬يِّ ِدنَا َ َرك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما ب
ْ ِ َوبَا.ِإ ْب َرا ِه ْي َم
َ َِّإ ْب َرا ِه ْي َم فِي ْال َعالَ ِم ْينَ ِإ ن.
ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
ُتـ َ ْفـتنِــَّا بَ ْع َدهُ َوا ْغفِرْ لَنَا َ َو لـَـــه َ َوال َُأللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنا َ َأجْ َره
Membaca salam :
6. Pemakaman Jenazah
a. Persiapan
b. Liang kubur
a. Pelepasan jenazah
Liang landak (lahat). Yaitu liang kuburan yang sisi sebelah baratnya digali
sekira cukup untuk mayat. Hal ini lebih utama diperuntukkan untuk tanah
yang keras.
لِرُوْ ِح ِه ِوَأ ْك ِر ْم َم ْن ِزلَهُ َو َو ِّس ْع لَهُ فِي قَب ِْر ِه اب السَّمآ ِء
َ َأبـْ َو ْاللَّــهُ َّم ا ْفتَح
Catatan :
Pada saat proses pemakaman ini, setelah liang kubur ditutup dan sebelum
ditimbun tanah, bagi penta`ziah (orang sekeliling) disunatkan dengan kedua
tangannya untuk mengambil tiga genggaman tanah bekas penggalian kubur,
kemudian menaburkannya ke dalam kubur melalui arah kepala mayat.Pada
taburan Pertama sunah membaca:
Pada taburan ketiga:
Khusus untuk liang landak, lubang yang ada di dalamnya ditutup dengan
tanah dan bata.
Selanjutnya salah satu wakil keluarga atau orang yang ahli ibadah men-
talqin mayat . Bagi orang yang men-talqin duduk dengan posisi menghadap ke
timur dan lurus dengan kepala mayat. Dan bagi pentakziah sebaiknya berdiri.
Dalam pem-bacaan do’a talqin ini disunatkan untuk diulang sebanyak 3 (tiga)
kali.
Di Sarikan dari beberapa Kitab Kuning. seperti : Fathul Mu'in, al-Jamal, al-
Mahali, Bujairomi 'ala Manhaj dan Kitab-kitab Syafi'iyah yang lain
I.
A. Simpulan
a. Bimbingan dan do’a ibu hamil dan melahirksn
Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai suatu langkah awal untuk menjamin anak yang ada di
dalam kandungan agar senantiasa berada dalam keadaan sehat dan
seterusnya menuju kearah mendapatkan anak yang soleh/solehah. Dalam
perspektif Islam, disamping usaha-usaha lahiriah, do’a memegang peran
yang penting dan sangat menentukan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan oleh
wanita selama menghadapi kehamilan antara lain yangtelah di sebutkan
dalam uraian makalah diatas.
Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim demi sebabkan karena
proses kelahiran. Bisa terjadi sesudah atau sebelumnya, lama waktu
berkisar antara 2-3 hari dan disertai dengan rasa sakit. Syaikhul Islam
Beliau tidak memberikan batasan 2 atau 3 hari. Dan maksudnya yaitu rasa
sakit yang kemudian disertai kelahiran. Jika tidak, maka itu bukan nifas.
Ada perbedaan pendapat antara ulama dalam menentukan batas maksimal
dan minimal masa nifas. Menurut Syaikh Taqiyuddin dalam risalahnya
tentang sebutan yang dijadikan kaitan hukum oleh Pembawa syari’at,
halaman 37 Nifas tidak ada batas minimal maupun maksimalnya.
“Andaikata ada seorang wanita mendapati darah lebih dari 40,60 atau 70
hari dan berhenti, maka itu adalah nifas. Namun jika berlanjut terus maka
itu darah kotor, dan bila demikian yang terjadi maka batasnya 40 hari,
karena hal itu merupakan batas umum sebagaimana dinyatakan oleh banyak
hadits.” Selain itu ada beberapa ketentuan yang tercantum pada uraian
diatas.
C. Air Susu Ibu (ASI) mengandung berbagai macam gizi yang sangat
dibutuhkn oleh bayi. Jika dibandingkan dengan kandungan susu formula
maka sangat jauh bandinganya.
Adapun adab atau tata karma ketika menjemput orang sakit, antara lain :
Intisari dari penjabaran diatas adalah seperti itu, maka dari itu kita wajib
memperlakukan jenzah dengan baik, adapun hokum merawat jenazah yaitu
fardu kifayah.
B. Implikasi
Dalam penulisan makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat
kekurangan, penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan sehingga dalam
penulisan selanjutnya akan lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan dalam proses pendidikan.
https://malapsbid.wordpress.com/2009/10/21/bimbingan-bagi-ibu-hamil-melahirkan-
bayi-baru-lahir-dan-bimbingan-menghadapi-sakaratul-maut/
http://www.kabarmuslimah.net/index.php/2015/10/28/kumpulan-doa-doa-untuk-ibu-
hamil-nifas-menstruasi-melahirkan-hingga-menyusui-dunia-muslimah/