Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ Pendidikan dalam Keluarga :


Tentang Kelahiran Anak ”

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam

Di susun oleh :

1) Dony Waskitho Wibowo (41519110188)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik & hidayah-
Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah Pendidikan
Agama Islam yang berjudul “Pendidikan dalam Keluarga : Tentang Kelahiran Anak” ini.
Sholawat serta Salam tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya,
para sahabatnya dan kepada kita semua hingga akhir zaman.
Adapun makalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “ Pendidikan dalam
Keluarga : Tentang Kelahiran Anak” ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari banyak pihak dan media, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah Pendidikan Agama Islam ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Pendidikan Agama Islam
tentang “Pendidikan dalam Keluarga : Tentang Kelahiran Anak” ini dapat diambil
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan
saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 08 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFRTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1


A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3


A. Persalinan dan Kelahiran ............................................................................................ 3
B. Tanda-tanda Persalinan ............................................................................................... 3
C. Masa Melahirkan ........................................................................................................ 4
D. Pandangan Islam tentang Kelahiran dan Persalinan ................................................... 5
E. Hak-hak Anak dalam Islam ......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 20


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 20
3.2 Saran .......................................................................................................................... 21
3.3 Akhir Kata ................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Selama minggu akhir kehamilan, tubuh ibu hamil mengalami perubahan yang mempersiapkan
diri ibu untuk menghadapi persalinan dan memberi makan bayi. Payudara akan
memproduksi banyak kolostrum. Rahim akan menjadi lebih sensitif dan berkontraksi
lebih sering, baik spontan atau sebagai respon terhadap aktivitas dan gangguan ringan
seperti gangguan berjalan, bersin dan benturan pada perut.

Sebelum persalinan dimulai leher rahim akan melebar 1 atau 2 cm (atau bahkan lebih
jika ibu hamil sudah pernah melahirkan). Jaringan ikat dan tulang rawan pada panggul
akan rileks, memungkinkan gerakan sendi yang lebih besar. Agar tulang panggul bisa
membuka selam persalinan dan pelahiran untuk memberi bayi ruang lebih banyak pada
jalan lahir. Pada saat bersamaan, sekresi vagina meningkat dan jaringan dinding vagina
menjadi lebih elastis.

Kesiapan bayi ibu untuk hidup di luar tubuh ibu bertepatan dengan kemampuannya
memproduksi berbagai substansi yang akan memberi umpan balik pada peredaran darah
ibu dan memainkan peran penting dalam memicu perubahan yang mengawali persalinan.
Kesiapan ibu itu sendiri baik secara fisik maupun emosional untuk menghadapi
persalinan juga penting. Biasanya, saat waktu yang tepat untuk ibu maupun bayi tiba,
persalinan akan dimulai.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian persalinan dan kelahiran ?
2. Bagaimana Tanda-tanda persalinan?
3. Bagaimana Masa melahirkan?
4. Bagaimana Pandangan islam tentang kelahirkan dan persalinan ?
5. Bagaimana Hak-hak anak dalam islam ?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian persalinan dan kelahiran.
2. Untuk mengetahui Tanda-tanda persalinan.
3. Untuk mengetahui Masa melahirkan.
4. Untuk mengetahui Pandangan islam tentang kelahirkan dan persalinan.
5. Untuk mengetahui Hak-hak anak dalam islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9
bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun k e
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-4 2 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

B. TANDA-TANDA PERSALINAN
Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tanda kemungkinan
persalinan, tanda awal persalinan, dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja mengalami
semua tanda persalinan ini atau sebagian.

Tanda kemungkinan persalinan :


1. Sakit Pinggang.
2. Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul.
3. Kram pada perut bagian bawah.
4. Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman di paha.
5. Tinja yang lunak.
6. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut atau
gangguan pencernaan.
7. Desakan untuk berbenah.
8. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan banyak aktivitas
dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.

3
C. MASA MELAHIRKAN

1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik


Setelah melahirkan seorang ibu akan mengalami masa nifas (darah kotor) selama 40
hari. Pada masa itu seorang wanita dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah
yang membutuhkan kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran.

2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan


Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian khusus dibidang kesehatan. Di samping
banyaknya darah kotor yang keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam
keadaan luka (karena melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah
berbagai penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan Islam telah
menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang dikaitkan
dengan keimanan. Rasulullah saw bersabda:

ِ ‫ظافَةُ ِم َن إاْل إي َم‬


‫ان‬ َ َّ‫الن‬
Artinya:” Kebersihan merupakan sebagian dari iman.(……………)

Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya manusia segera berobat. Ikhtiar atau
usaha merupakan kewajiban dalam agama. Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib
dengan alasan taqdir, karena sesungguhnya Islam selalu menyuruh kita berobat ketika sakit.
Rasulullah saw bersabda:

“ Berobatlah kamu karena Allah tidak akan mengadakan penyakit


melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu penyakit yang tidak
dapat diobati yaitu ketuaan. “

3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa Nifas

Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa nifas Sampai darah
kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi kesehatan, larangan tersebut mengandung cukup
banyak hikmah, seperti, jalan lahir anak pada wanita masih dalam penyembuhan dari luka
yang diakibatkan dari kelahiran bayi.

4
Ayat allah SWT :

َ‫سأَلُونَك‬
‫يض ع َِن َو َي إ‬ ِ ‫سا َء فَا إعت َ ِزلُوا أَذًى ُه َو قُ إل ۖ ا إل َم ِح‬ َ ‫الن‬ِ ‫يض ِفي‬ ِ ‫ت َ إق َربُو ُه َّن َو َل ۖ ا إل َم ِح‬
َ َ ‫ث ِم إن فَأإتُو ُه َّن ت‬
‫ط َّه إر َن فَ ِإذَا ۖ يَ إط ُه إر َن َحتَّى‬ ُ ‫ّللاُ أ َ َم َر ُك ُم َح إي‬
َّ ۖ ‫ّللا إِ َّن‬
َ َّ ‫ين يُ ِحب‬َ ‫الت َّ َّوا ِب‬
َ ‫ط ِه ِر‬
‫ين َويُ ِحب‬ َ َ ‫ا إل ُمت‬

Artinya: dan mereka men anyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katkanlah,
“Itu adalah sesuatu yang kotor” karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan
jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci…. (al-Baqarah: 222)

Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah haid maupun
darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar).

4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas


Setelah berkahirnya masa nifas, seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan
demikian maka ia kembali menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas keagamaan
mulai harus diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa 40
hari merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita baik kesehatan fisik
maupun mentalnya.

D. PANDANGAN ISLAM TENTANG KELAHIRAN DAN PERSALINAN

1. Kelahiran
Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita boleh menjaga
jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan memberikan anak perhatian
yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah
perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan keselamatan ibu
hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanita meninggal dunia ketika hamil
atau melahirkan.

Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya secara baik
dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana firman Allah swt:

ِ ‫ضاع ََة يُ ِت َّم أ َ إن أ َ َرا َد ِل َم إن ۖ ك‬


ُ‫َاملَ إي ِن َح إولَ إي ِن أ َ إو َل َد ُه َّن يُ إر ِض إع َن َوا إل َوا ِلدَات‬ َ ‫الر‬
َّ
Artinya: “Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna…….(QS:al-Baqarah 233)

5
Kalau seorang wanita memberikan ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia
tidak hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan itu sendiri membutuhkan sebuah perjuangan
yang akan merepotkan seorang ibu dalam menyapih bayinya.
Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses kehamilan itu sendiri
membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk
mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan.

Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu maupun bapak,
bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga boleh memaksakan kehendaknya
dalam menentukan jumlah anak dan mengatur jarak antar anak, karena Islam sangat
menekankan pentingya musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang sangat penting dan
beresiko bagi salah satu pihak. Dalam hal ini Allah swt berfirman :

‫ّللاِ ِم َن َرحإ َمة فَ ِب َما‬ َّ َ‫ظا ُك إنتَ َو َل إو ۖ َل ُه إم ِل إنت‬ ًّ ‫ظ َف‬


َ ‫غ ِلي‬
َ ‫ب‬ ِ ‫إف ۖ َح إو ِلكَ ِم إن َل إنفَضوا ا إلقَ إل‬ ُ ‫َفاع‬
‫ع إن ُه إم‬ ‫علَى فَت َ َو َّك إل ع ََز إمتَ فَ ِإذَا ۖ إاْل َ إم ِر فِي َوشَا ِو إر ُه إم لَ ُه إم َوا إ‬
َ ‫ست َ إغ ِف إر‬ َّ ۖ ‫ّللاَ إِ َّن‬
َ ِ‫ّللا‬ َّ ‫يُ ِحب‬
َ ‫ا إل ُمت َ َو ِك ِل‬
‫ين‬

Artinya: “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(QS:Ali Imran:159.)

2. Persalinan
Dari rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian manusia
dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah penting, maka
ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan
kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan lanjutan merupakan cakupan
dari pelayanan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pelayanan dasar ditujukan untuk menangani
kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan lanjutan atau rujukan diberikan kepada mereka
yang mengalami kasus-kasus beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang memerlukan
sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di Rumah Sakit. Kedua pelayanan tersebut
harus tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik dari aspek finansial
maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana transportasi.

6
Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih sangat buruk.
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per
100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup. Menurut survei Kesehatan dan Rumah Tangga 2001 penyebab langsung
kematian ibu diantaranya : 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan,
yaitu pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium (8%), partus
macet (5%), abortus (5%), trauma obstertik (5%), emboli (3%), dan lain-lain (11%). Oleh.
karena itu pelayanan kesehatan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan. persalinan
sangatlah berharga.

Dalam surat Luqman ayat 14 Al Qur’an mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan,

‫ص إينَا‬ َ ‫س‬
َّ ‫ان َو َو‬ ِ ‫علَى َو إهنًا أُمهُ َح َملَتإهُ ِب َوا ِل َد إي ِه إ‬
َ ‫اْل إن‬ َ ِ‫شك إُر أَ ِن عَا َم إي ِن فِي َوف‬
َ ‫صالُهُ َو إهن‬ ‫ِلي ا إ‬
ُ ‫ا إل َم ِص‬
َ‫ير إِلَ َّي َو ِل َوا ِل َد إيك‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melalui sabda Rasulullah SAW yang. artinya,
”…wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid…” (HR. Ahmad).

Wajar bila Islam mewajibkan Negara untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
dan dapat dijangkau oleh semua kaum ibu sejak masa kehamilan sampai persalinan
bahkan hingga masa nifas dan menyusui. Layanan tersebut adalah bagian integral dari
sistem kehidupan Islam. Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pad a Khalifah
sebagai pemimpin umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayanan bersalin (atenatal,
bersalin, nifas) berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis!
Bila keuangan Negara tidak cukup, maka Khalifah akan menarik sejumlah uang dari.
orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi penyelenggaraan layanan bersalin mengacu
pada 3 prinsip dasar:
1). kesederhanaan aturan,
2). Kecepatan pelayanan,
3). Standar layanan bersalin bersalin berkualitas sesuai syariat.

7
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk
tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata
di seluruh wilayah Negara, baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan
(Rumah Sakit). Dalam ranah fikih, menjadi tenaga medis (dokter kadungan, bidan,
perawat) adalah fardu kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi
tersebut. Karena itu Negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk
menghasilkan tenaga medis yang. berkualitas dan memilik i integritas yang kuat.

Dalam sejarah Masa Keemasan Islam layanan bersalin yang memadai terlihat dari
banyaknya Rumah Sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan
lembaga pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan dan
ruang untuk layanan persalinan. Belum lagi adanya rumah sakit keliling yang disediakan
oleh Negara yang menelusuri pelosok negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua ibu benar-benar
direalisasikan secara nyata.

Pada zaman keemasan Islam, ilmu kedokteran kebidanan termasyur ada di Harran,
Baghdad, dan Jundi Syahpur. Lembaga pendidikan menengah dan tinggi ilmu kedokteran
merata ada di setiap kota besar seperti Damsyiq, Isfahan, Rayy, Baghdad, Al Qahirah,
Tunis, Marakisy (Maroko), dan Qurtuba (Kordoba) Juga terdapat Al-Jami’ah (universitas) yang
memiliki fakultas kedokteran.

Salah satu fakta di Baghdad, masa Khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H),
disamping didirikan Rumah Sakit terbesar di kota Baghad, dan beberapa Rumah Sakit
kecil, juga. didirikan rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah
pendidikan. kebidanan. Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al-
Rasyid kepada Al-Musawaih yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhilafahan.

Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses (permasalahan)
persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan problem
ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang terkait, baik medis
maupun non medis, termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara merata.

8
E. HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM
1. Hak untuk Hidup dan Berkembang
Ada sejumlah aturan-aturan umum dan prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman,
dimana Islam mengajarkan bahwa menjaga kelangsungan hidup dan tumbuh berkembangnya
anak itu merupakan keharusan, sedangkan meremehkan atau mengendorkan pelaksanaan
prinsip-prinsip dasar tersebut dianggap sebagai suatu dosa besar. Hal ini dapat dibaca dalam
beberapa ayat AlQur’an, antara lain:

a. Q.S. Al-An’am: 151


‫س ت َ إقتُلُوا َو َل‬
َ ‫ّللاُ َح َّر َم الَّتِي النَّ إف‬ ِ ‫بِا إل َح‬
َّ ‫ق إِ َّل‬
Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar...“ (QS. An‘am: 151).
b. Q.S. Al-An’am: 151

‫َو ِإيَّا ُه إم نَ إر ُزقُ ُك إم نَحإ ُن ۖ ِإ إم ََلق ِم إن أ َ إو َل َد ُك إم ت َ إقتُلُوا َو َل‬


Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskman.Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka.”(QS, Al-An’am:
151)

Dari ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap anak itu punya hak
untuk hidup dan tumbuh berkembang sesuai dengan fitrahnya.Hak hidup ini bukan hanya
dimulai sejak anak telah dilahirkan, tetapi sejak dalam kandungan dan bahkan sejak janin
belum memiliki ruh sekalipun.Artinya, Islam tidak membenarkan seseorang dengan sengaja
tanpa alasan-alasan yang dibenarkan agama, untuk melakukan aborsi.

2. Anak–Anak Berhak Atas Nafkah yang Ma’ruf (Baik Secara Kesehatan, dan
Sosial)
Sejak masa bayi seorang anak membutuhkan makanan dengan gizi yang cukup
dan. seimbang untuk mendukung pertumbuhannya. Ketidakseimbangan gizi pada masa tersebut.
akan membuat anak rentan terhadap berbagai ancaman baik daru luar maupun dari. dalam.
Ancaman dari luar seperti penyakit yang mudah masuk k e dalam tubuh karena lemahnya daya
tahan tubuh, sedangkan dari dalam bisa saja disebabkan dari pertumbuhan yang tidak normal
bisa saja membuat anak tidak tumbuh wajar secara fisik maupun psikis.

9
Dalam Islam nafkah kepada anak telah ditegaskan pada beberapa tempat dalam Al-Quran:

a. Air Susu Ibu (ASI)


Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pokok dan paling bagus bagi anak
terutama ketika hari-hari pertama kelahirannya, Islam telah menegaskan kepada orang
tua agar memberikan ASI yang cukup kepada anaknya hingga usia 2 tahun.
Allah swt berfirman:

ُ‫ض َعتإهُ ك إُر ًها أُمهُ َح َملَتإه‬


َ ‫صالُهُ َو َح إملُهُ ۖ ك إُر ًها َو َو‬ َ ُ ‫شه ًإرا ث َ ََلث‬
َ ِ‫ون َوف‬ َ …
Artinya: … seorang ibu mengandung anak dan menyapih (memberikan air susu)
kepada anaknya selama 30 bulan (QS. Ahqaf : 15).

Dalam ayat di atas disebutkan masa 30 bulan diperlukan seorang ibu dalam
mengandung anak dan menyusuinya. Masa 3 0 bulan itu terbagi kepada dua fase,
yaitu fase kehamilan dan menyusui. Kalau menyusui telah disebutkan pada ayat
sebelumnya adalah 2 tahun yang sama dengan 24 bulan, berarti sisa 6 bulan lagi adalah
untuk masa mengandung.

b. Makanan yang cukup


Di samping ASI seorang anak membutuhkan makanan tambahan seiring
dengan bertambahnya usia. Orang tua harus menyediakan makanan yang cukup dan bergizi.
supaya anak-anak dapat tumbuh sehat dan cerdas. Dalam masalah nafkah Islam.
memberikan tanggung jawab tersebut kepada suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga,
firman Allah swt :

َ ‫س َوت ُ ُه َّن ِر إزقُ ُه َّن لَهُ ا إل َم إولُو ِد َو‬


‫علَى‬ ِ ‫… ِبا إل َم إع ُر‬
‫وف َو ِك إ‬
Artinya : … Ayah harus memberikan kepada mereka nafkah dan pakaian dengan
ma’ruf… (QS.Al-Baqarah 233).
Dalam ayat ini terkesan bahwa seorang suami harus memberikan kepada.
istrinya, tetapi sebenarnya secara tersirat dapat dikatakan bahwa memberikan. nafkah
kepada istri pasti juga akan ikut dimakan oleh anak terutama yang masih bayi,
karena seorang anak khusunya bayi tidak mungkin dapat dipisahkan dari ibunya.

Ma’ruf dalam ayat di atas berarti layak dan sesuai dengan kemampuan, jika seorang
ayah mempunyai kemampuan di bidang ekonomi maka ia harus memberikan nafkah
berupa makanan kepada anaknya dengan standar yang sesuai dengan. penghasilannya,

10
demikian juga dengan yang miskin, akan memberikan nafkah sesuai dengan
kemampuannya.

c. Pakaian yang layak


Di samping makanan, seorang anak juga membutuhkan perlengkapan
sehari-hari seperti. pakaian yang layak dan bersih. Masa bayi merupakan masa rentan
terhadap berbagai. penyakit, menyediakan pakaian yang layak dan menjaga kesehatan
pakaian yang digunakan bayi sangat penting dalam menjaga kesehatan anak
tersebut, dalam hal ini Al-Quran telah mewajibkan orang tua supaya memberikan
pakaian kepada anaknya dengan cara yang baik (makruf).
Kata makruf berarti baik, pakaian yang diberikan kepada anak harus baik
dan memenuhi syarat dari segi kesehatan dan juga sesuai dengan penghasilan
seorang ayah. Di samping itu juga harus selalu dijaga kebersihannya karena Islam
adalah agama bersih dan sangat peduli terhadap kebersihan, bahkan dalam sebuah hadits
kebersihan itu dikaitkan dengan keimanan, bahkan kebersihan merupakan bagian dari iman,
artinya orang yang tidak bersih berarti tidak memiliki sebagian dari iman, sehingga bisa
dikatakan imannya belum sempurna.

d. Tempat tinggal yang memadai


Seorang anak harus disediakan tempat tinggal yang layak dan bersih sesuai dengan
kemampuan seorang ayah, Islam mengakui kesederhanaan dalam hidup tetapi. sederhana
tidak identik dengan kumuh dan jorok. Dalam memberikan tempat tinggal dan tempat
tidur bagi anak khusunya. bayi harus selalu dijaga kebersihan dan kelayakannya.
Allah SWT berfirman :

‫ث ِم إن أ َ إ‬
‫س ِكنُو ُه َّن‬ ُ ‫س َك إنت ُ إم َح إي‬
َ
Artinya: Tempatkan mereka di tempat tinggal yang kamu tempati. (Q.S. At-Talaq:6)
Dhamir (kata ganti) yang digunakan dalam ayat di atas adalah hunna yang
bermakna. mereka (istri). Tapi tidak berarti Allah SWT hanya memerintahkan suami
untuk. menyediakan tempat tinggal kepada istrinya saja, perintah yang ditujukan
untuk istri juga mencakup anak-anak terutama bayi, karena tidak mungkin
memisahkan seorang istri (ibu) dengan anak yang masih kecil. Berarti kewajiban
menyediakan tempat tinggal juga. mencakup anak, dengan memberikan kepada mereka
kebutuhan dan perlengkapan tidur. yang dibutuhkan oleh anak-anak.

11
3. Hak Mendapatkan Perlindungan dan Penjagaan dari Siksa Api Neraka
Meskipun Allah telah melengkapi manusia dengan kecenderungan alamiyah untuk
menghindar dari bahaya yang mengancamnya ternyata Allah masih juga secara tegas
mengingatkan kepada setiap orang tua untuk terus menerus melindungi danmenjaga diri dan
keluarganya, khususnva anak anak dan istrinya, dari siksa api neraka.Tercantum dalam
QS.At-Tahrim 6.

Allah berfirman:

‫ِين أَي َها يَا‬ َ ُ‫ارا َوأ َ إه ِلي ُك إم أَ إنف‬


َ ‫س ُك إم قُوا آ َمنُوا الَّذ‬ ً َ‫اس َوقُو ُد َها ن‬ َ ‫َوا إل ِح َج‬
ُ َّ‫ارةُ الن‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api
neraka…” (QS At-Tahrim: 6).

Athiyah Al-Abrosyi (Abu Tauhied, 1990:2) mengomentari ayat di atas dengan


mengatakan: “Apapun juga keadaan orangtua menjaga anaknya dari bahaya api dunia, maka
menjaganya dari bahaya api akherat adalah jauh lebih utama.” Jadi ayat di atas mengajarkan
kepada orang-orang yang beriman agar menjaga diri mereka dan keluarganya dari siksa api
neraka, yaitu siksaan Allah yang akan ditimpakan dineraka kepada orang-orang yang berbuat
dosa di dunia. Jadi, yang dimaksudkan dengan menjaga dalam ayat tadi ialah dengan selalu
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, yaitu melaksanakan perintahperintah Allah
serta tidak mengerjakan perbuatan yang dilarangnya. Hal ini relevan dengan sabda Nabi Saw:
“Perintahkanlah anakmu mengerjakan perintah-perintah (Allah) dan menjauhi larangan-
larangan (Allah). Maka yang demikian itulah cara menjaga mereka dari siksa api neraka”
(HR Ibnu Jarir dalam Nashih Ulwan, 1985:145).

4. Hak Mendapatkan Pendidikan dan Pengajaran


Bila QS.at-Tahrim: 6 memerintahkan agar orangtua menjaga dan melindungi anak-
anaknya dari siksa api neraka, ini berarti ia diwajibkan untuk melakukan pendidikan dan
pengajaran terhadap anak-anaknya dengan sebaik-baiknya. Sebab bagaimana anak akan
terhindar dari siksa api neraka bila ia tidak tahu tentang perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan dosa? Bagaimana anak bisa tahu tentang perbuatan dosa bila ia tidak diberi
didikan dan pengajaran secara cukup? Oleh sebab itu, pendidikan dan pengajaran adalah
merupakan wasilah yang tidak boleh tidak harus diperolah oleh setiap anak.

12
Perintah Allah SWT, dalam QS. At- Tahrim: ini, telah dipertegas lagi oleh sabda
Rasulullah saw. (Abu Tauhied, 1990: 3): “Mulyakanlah anak-anakmu dan baguskanlah
pendidikan mereka”. (HR. Ibnu Majah)
Berdasarkan hadits ini, maka pendidikan dan pengajaran merupakan penghormatan
atas hak-hak anak. Karena memang pada hakekatnya, pendidikan adalah merupakan hak anak
yang menjadi kewajiban orangtuanya.Anak kelak bisa menuntut pertanggungan jawab
kepada orangtuanya, bila orangtua mengabaikan dan tidak mengindahkan kewajiban
mendidik anakanaknya.
Sehubungan dengan ini, Umar Bin Khattab, kholifah kedua dalam rangkaian
alKhulafaurrasyidun, pernah mengatakan: “Termasuk hak anak yang menjadi kewajiban
orangtua, adalah mengajarnya menulis, memanah, dan tidak memberinya rizqi kecuali yang
halal lagi baik.”(Abu Tauhied, 1990: 3).

5. Hak Mendapatkan Keadilan dan Persamaan Derajat


Islam memandang bahwa semua manusia, baik itu antara pria dan wanita ataupun
antara yang lainnya, adalah memiliki derajat yang sama di sisi Allah. Yang membedakan
antara mereka adalah tingkat ketaqwaannya semata.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 13 :

‫اس أَي َها يَا‬


ُ َّ‫شعُوبًا َو َجعَ إلنَا ُك إم َوأ ُ إنثَى ذَكَر ِم إن َخلَ إقنَا ُك إم إِنَّا الن‬ َ َ‫أَك َإر َم ُك إم إِ َّن ۖ ِلتَع‬
ُ ‫ارفُوا َوقَبَا ِئ َل‬
َّ ‫ّللا ِإ َّن ۖ أَتإقَا ُك إم‬
‫ّللاِ ِع إن َد‬ َ ‫َخ ِبير‬
َ َّ ‫ع ِليم‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan; dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal.Sesunggguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat: 13)
Di sisi lain Allah telah menginstruksikan agar setiap muslim berlaku adil. Berlaku adil
ini bersifat umum, artinya berlaku adil terhadap siapa saja. Walaupun demikian, secara
khusus Islam telah mengingatkan agar setiap orangtua berlaku adil terhadap anak-anaknya.

6. Hak Mendapatkan Cinta Kasih


Sudah menjadi fithrahnya bila setiap orangtua mencintai anak-anaknya.Walaupun
demikian, Islam masih juga memerintahkan agar orangtua memperlihatkan perasaan cinta
kasihnya itu kepada anak-anaknya, sehingga anak betul-betul merasa bahwa orangtuanya itu

13
mencintai dan mengasihi. Setiap anak punya hak untuk mendapatkan dan merasakan wujud
nyata dari perasaan cinta kasih orangtuanya.
Tercantum dalam kitab “Dalilul Falihin” (Bab Ta’dzimu Hurumatil Muslim, hadits
no. 4 dan 5) menggambarkan bahwa Nabi SAW. benar-benar mewujudkan perasaan cinta
kasihnya kepada anak-anak dengan menciumnya, dan mengkritik orangtua yang tidak pernah
mencium anak-anaknya. Dalam hadits No. 4, dari Abu Hurairah ra. Ia berkata:
Nabi SAW mencium Hasan bin Ali, dan saat itu di samping beliau ada Al-Aqro’ bin
Habis. Al-Aqro’ berkata: “Aku punya 10 orang anak, namun aku belum pernah
mencium seorang pun dari mereka!”. Mendengar hal itu, Rasulullah kemudian
berkata sambil memandang dia.“Barangsiapa yang tidak mengasihi, iapun tidak akan
dikasihi”. (HR Bukhori-Muslim)
Sedang dalam hadits no. 5, diceritakan dari ‘Aisyah ia berkata:
Serombongan orang Badui datang menghadap Rosulullah SAW seraya berkata:
“Apakah kamu mencium anak-anakmu?”. Para sahabat menjawab: “Ya”. Mereka
berkata: “Akan tetapi, demi Allah, kami tidak mencium”. Maka Rasulullah SAW
bersabda: “Apakah dayaku, bila Allah telah mencabut rasa sayang dari hatimu.” (HR.
Bukhari-Muslim).

7. Hak untuk Bermain


Anak adalah anak, bukan orangtua berbadan kecil. Artinya, menurut alaminya, usia
anak adalah usia bermain. Pernyataan yang demikian dibenarkan oleh para ahli psikologi
perkembangan maupun para ahli pendidikan. Untuk itu, sangatlah tidak dibenarkan bila
orangtua dengan sengaja menjauhkan anak-anaknya dari dunia bermain ini. Setiap anak
punya hak untuk bermain sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.Yang penting buat
orangtua adalah bisamengarahkan permainan anak ini kearah yang positif. Misalnya yang
bisa memperluas pengetahuan anak.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang indah dalam hal ini. Diriwayatkan, pada
suatu hari Nabi memimpin sembahyang berjamaah. Waktu itu datanglah Hasan dan Husain,
cucu-cucu beliau. Sewaktu Nabi sedang sujud, keduanya menaiki punggung beliau, dan Nabi
memperpanjang sujud sampai kedua cucu tersebut turun dari punggung. Setelah selesai
sembahyang para sahabat bertanya kenapa beliau melakukan salah satu sujudnya lama sekali.
Nabi menjawab: “Kedua cucu saya naik ke punggung saya dan saya tidak tega menyuruh
mereka turun.”

14
Dari kejadian itu dapat diambil pengertian bahwa Nabi tidak suka menjauhkan anak-
anak dari dunia permainannya, walaupun hal itu sangat menganggu buat diri beliau. Bahkan
dalam kesempatan yang lain, Nabi Saw. bersabda:
“Barangsiapa pergi ke pasar dan membeli sebuah mainan dan membawanya pulang
untuk anakanaknya, maka apa yang dilakukannya itu ibarat memberi sedekah kepada
sekelompok orang yang terlantar dan sangat membutuhkannya; dan hendaklah beri lebih
dahulu anak perempuan kemudian baru yang laki-laki.”(Hadits Sharif).
Demikianlah Rasulullah SAW mengibaratkan kebutuhan anak terhadap bermain
seperti kebutuhan seseorang yang sangat miskin terhadap sedekah.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka dapat kami simpulkan bahwa:

1. Eksistensi manusia dalam perspektif Al-Quran adalah sesuatu yang ada yang
merupakan perpaduan antara unsur jasmani dan unsur rohani atau antara unsur
materi dan unsur immateri, yaitu perpaduan antara badan (sebagai unsur materi),
akal dan ruh (sebagai unsur immateri). Unsur-unsur tersebut mewujud dalam diri
manusia dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
2. Asal usul manusia dalam dunia sains menyebutkan manusia mengalami evolusi dari
nenek moyang yang mirip kera menjadi manusia yang wujudnya seperti sekarang
ini. Tetapi pemahaman itu belum mampu mendapatkan pembuktian yang pasti. Jika
ditinjau dari sudut pandang Islam, pemahaman itu sangatlah bertentangan
dikarenakan dalam Islam menyebutkan asal manusia pada awalnya berawal dari
Nabi Adam dan Hawa yang dijelaskan dalam Al-Quran diciptakan dari saripati tanah
yang sekarang kita sebut Air mani lalu mengalami proses dalam rahim dan
membentuk dalam bentuk sebaik-baiknya sehingga jadilah kita hidup didunia.
3. Berdasarkan Al-Quran, penciptaan manusia bertujuan untuk Mengabdi Kepada
Allah (Beriman), Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal), Membentuk Sejarah
Dan Peradaban (Berilmu) baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
4. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa fungsi dan peran manusia dimuka bumi adalah
sebagai Khalifah (pemimpin) baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang
banyak.
5. Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah
sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhlik Allah lainnya
seperti: binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh, indera
dan akal pikiran. Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing memiliki
fungsi dan perannya, oleh karenanya harus dimanfaatkan dngan sebaik-baiknya agar
dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.

3
3.2 Saran
Semoga dengan mengetahui dan memahami eksistensi manusia dalam
pandangan islam ini akan menginspirasi untuk menjadi manusia yang seutuhnya yang
diinginkan oleh Allah SWT. Sehingga hidup memiliki arah dan tujuan yang jelas, yang
kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.

3.3 Akhir Kata


Rasa syukur kami haturkan keharibaan Allah yang Maha Sempurna. Karena
hanya atas pertolongan-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami sadar
sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik dari
pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya dengan hanya mengharap Ridha-Nya semoga
tulisan ini dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Amin.

4
DAFTAR PUSTAKA

 Bayraktar Bayrakli, Eksistensi Manusia (terj. Suharsono), Perenial press, Jakarta, 1996
 M. Yasir Nasution, Manusia menurut Al-Ghazali, Rajawali, Jakarta, 1988, h. 64-65
 Elmubarok, Zaim. Dkk. 2013. Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Semarang: Unnes Press.
 Dr. Ir. H. Purwanto, SK., MSi; H.Jazuli Suryadhi, S.Ag., M.Si.; Agus Herta Sumarto, SP.,
M.Si, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern Edisi 3 (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2016),
1-11

Anda mungkin juga menyukai