Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KALA I MEMANJANG DAN INERSIA UTERI


DOSEN : HASWINRASARI, S.ST.,M.Keb

Di Susun Oleh :
Kelompok II

No Nama Nim
.
1. Rosnida A1B119076
2. Nurkhaeriyati A1B119085
3. Andi Erine Erlin Widyasti A1B119086

DIV KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa atas berkah dan rahmat serta hidayah yang diberikan sehingga penyusun

makalah yang berjudul “Kegawat Daruratan”. Dapat terselesaikan. Shalawat

beriring salam Kami kirim kan juga kepada Rasulullah Muhammad saw, sebagai

suri taulan dan atas sunatnya.

Makalah ini dibuat untuk membantu mempermudah pemahaman dalam

mempelajari mata kuliah dan merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi

oleh mahasiswa DIV Kebidanan Universitas Megarezky Makassar Tahun 2020.

Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bimbingan dan

arahan dari Dosen Pengampuh Mata Kuliah Kegawat Daruratan, oleh sebab itu

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Haswinrasari, S.ST M.Keb

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar

pembuatan makalah selanjutnya lebih baik. Kami berharap makalah ini dapat

memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca terutama bagi

kami sendiri.

Makassar, 14 Maret 2020

( Kelompok II )

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................01
B. Rumusan Masalah...................................................................................02
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................02
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kala I Memanjang ................................................................03
B. Etiologi Kala I Memanjang.....................................................................05
C. Patofisiolgi Kala I Memanjang...............................................................06
D. Tanda Klinis Kala I Memanjang.............................................................06
E. Komplikasi Ibu Dan Janin Kala I Memanjang........................................07
F. Diagnosis Kala I Memanjang..................................................................09
G. Penatalaksanaan Kala I Memanjang.......................................................09
H. Pengertian Inersia Uteri..........................................................................10
I. Macam-Macam Inersia Uteri ...................................................................11
J. Penyebab Inersia Uteri.............................................................................12
K. Komplikasi Persalinan ..........................................................................12
L. Diagnosis Inersia Uteri............................................................................13
M. Penanganan Inersia Uteri........................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................16
CONTOH KASUS...................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................iv

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu–tunggu oleh para ibu

hamil,, sebuah waktu yang menyenangkan, namun disisi lain merupakan hal

yang paling mendebarkan. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang

berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan

disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh bayi.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin. Persalinan lama, disebut juga

“distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit. Sebab-

sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu: kelainan tenaga (kelainan his),

kelainan janin, dan kelainan jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal

dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social

bagi ibu dan keluarga. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya

servik, dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin

dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa

dikatakan bahwa persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari keceng-

kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta,

4
ketuban dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.

Kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap

persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau

kemacetan. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena

kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin. Kelainan dalam ukuran dan

bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan

kemacetan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kala I Memanjang ?

2. Apa Etiologi, Patofisiologi, Tanda Klinis, Kompilkasi Ibu Dan Janin,

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kala I Memanjanag ?

3. Apa Pengertian Inersia Uteri ?

4. Apa Macam-Macam , Penyebab, Komplikasi Persalinan, Diagnosis Dan

Penanganan Inersia Uteri ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Kala I Memanjang ?

2. Untuk Mengetahui Etiologi, Patofisiologi, Tanda Klinis, Kompilkasi Ibu

Dan Janin, Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kala I Memanjanag ?

3. Untuk Mengetahui Pengertian Inersia Uteri ?

4. Untuk Mengetahui Macam-Macam , Penyebab, Komplikasi Persalinan,

Diagnosis Dan Penanganan Inersia Uteri ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

uang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat

kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak saling

berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.

Persalian normal adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan, lahir

secara spontan dengan presentasi belakang kepala, disusul dengan pengeluaran

plasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin.

B. Konsep Kala I Memanjang

Kala I dimulai dari terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat

(frekuensi dan kekuatannya) ,hingga serviks membuka lengkap (10 cm).

inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show)

karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan memdatar (effacement). Darah

berasal dari pecah-nya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis

karena pergeseran ketriuka serviks mendatar dan membuka.

Kala pembukaan dibagi kedalam 2 fase, yaitu :

1. Fase Laten : Dimana pembukaan serviks berlangsung sangat lambat

sampai ukuran 3 cm yang berlangsung selama 7-8 cm.

6
2. Fase Aktif : Berlangsung selama 6-7 jam. Dibagi atas 3 sub fase :

a. Fase Akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

b. Fase Dilatasi Maximal dalam waktu 2 jam pembukaan terjadi sangat

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

c. Fase Deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10 cm atau lengkap.

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir

lengkap atau telah lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri

telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam dan

pada multigravida kira-kira 7 jam.

1. Kala I Memanjang

a. Pengertian Kala I Memanjang

Persalinan dengan kala I memanjang adalah yang fase latennya

berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya

tidak adekuat atau bervariasi : kurang dari 1 cm setiap jam selama

sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan : kurang dari

1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari 1,5 cm per jam pada

multigravida : lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai

pembukaan lengkapa (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada

5 persen persalinan dan pada primigravida insidennya dua kali lebih

besar daripada multigravida.

7
b. Klasifikasi

Kala I fase aktif memanjang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

a. Fase Laten Memanjang (Prolonged Latent Phase)

Adalah Fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm

setelah 8 jam inpartu.

b. Fase Aktif Memanjang (Prolonged Active Phase)

Adalah Fase yang lebig panjang dari 12 jam dengan

pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida

dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari

1,5 cm per jam pada multigravida.

II. Kala I Fase Aktif Memanjang

a. Pengertian Kala I Fase Aktif Memanjang

Persalinan dengan kala I fase aktif memanjang adalah persalinan

yang laju pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi : kurang dari 1

cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan

persalinan : kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang

dari 1,5 cm per jam pada multigravida : lebih dari 12 jam sejak

pembukaan 4 cm sampai pembukaan lengkapa (rata-rata 0,5 cm per

jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada primigravida

insidennya dua kali lebih besar daripada multigravida.

b. Etiologi

Sebab-sebab terjadi partus lama, yaitu :

 Kelainan Letak Janin

8
 Kelainan-Kelainan Panggul

 Kalainan His

 Janin Besar Atau Ada Kelainan Kongenital

 Primitua

c. Patofisiologi

His yang terlalu kuat dan trlalu efisien menyebabkan persalianan

selesai dalam waktu yang singkat. Partus yang sedah selesai kurang dari

tiga jam, dinamakan partus presipitatus: sifat his normal, tonus otot di

luar his juga biasa, kelainan terletak pada kelaian his. Bahaya partus

presipitatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir,

khususnya serviks uteri, vagina dan perineum sedangkan bayi bias

mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut

mengalami tekanan kuat dalam waktu yanf singkat.

d. Tanda Klinis

Tanda klinis kala I fase aktif memanjanag terjadi pada ibu dan juga

pada janin, yaitu :

 Pada Ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,

pernapasan cepat dan meteorismus. Didaerah local sering dijumpai

edema vulva, edema serviks, cairan ketubab yang berbau, terdapat

mekonium.

9
 Pada Janin

1. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif : air

ketuban terdapat meconium, kental kehijauhijauan, berbau

2. Kaput suksedaneum yang besar

3. Moulage kepala yang hebat

4. Kematian janin dalam kandungan

5. Kematian janin intra partal.

e. Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Akibat Kala I Fase Aktif

Memanjang

 Bagi ibu

a. Ketuban Pecah Dini

Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh

tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membrane yang menyentuh

os internal. Akibatnya ketuba pecah dini lebih mudah terjadi

infeksi.

b. Sepsis Puerperalis

Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus

persalinan lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini.

Nahaya infeksi akan meningkatkan karena pemeriksaan vagina

yang berulang-ulang.

c. Ruptus Uterus

Penipisan segmen bawah Rahim yang abnormal menimbulkan

bahaya serius selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas

10
sehingga tidak ada engagement atau penurunan, segmen bawah

Rahim menjadi sangat teregang, dan dapat diikuti oleh rupture.

d. Cedera Dasar Panggul

Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia

penghubung adalah konsekuensi pelahiran pervagianam yang

sering terjadi, terutama apabila pelahirannya sulit.

e. Dehidrasi

Ibu Nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal

atau telah turun, temperature meningkat.

 Bagi Janin

Persalinan dengan kala I fase memanjang dapat menyebabkan

detak jantung janin mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi

sampai bradikardi. Pada pemeriksaan dengan menggunakan NST

atau OCT menunjukkan asfiksia intrauterine. Dan apada

pemeriksaan sampel darah kulit kepala menuju pada anaerobic

metabolisme dan asidosis. Selain itu, persalianan lama juga dapat

berakibat adanya kaput suksidaneum yang besar (pembengkakan

kulit kepala) seringkali terbentuk pada bagian kepala yang paling

dependen, dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada

cranium janin mengakibatkan perubahan bentuk kepala.

11
f. Diagnosis Penunjang

1. Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin

2. Pemeriksaan laboratorium untuk m,engetahui kadar hemoglobin

guna mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia atau tidak

3. Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit ditegakkan

Karen aterjadi moulage yang cukup banyak dan caput succedanum

yang besar, pemeriksaan sinar rontgen dapat membantu menentukan

posisi janin disamping menentukan bentuk dan ukuran panggul.

g. Penatalaksanaan

Penatalaksaan umum pada ibu bersalin dengan kala I lama, yaitu :

1. Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya

2. Tentukan keadaan janin : periksa DJJ selama atau segera sesudah

His, hitung frekuensinya minimal sekali dalam 30 menit selama fase

aktif

3. Jika terdapat gawat janin lakukan section caesarea kecuali jika syarat

dipenuhi lakukan ekstraksi vacuum atau forceps.

4. Jika ketuban sedah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau

bercampur darah pikirkan kemungkinan gawat janin

5. Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban

pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban

yang dapat menyebabkan gawat janin.

6. Perbaiki kedaan umum

12
7. Apabila kontraksi tidak adekuat

a. Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan mengubah

posisi dalam persalinan

b. Rehidrasi melalui infus atau minum

c. Merangsang putting susu

d. Acupressure

e. Mandi selama persalinan fase aktif

f. Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan

partograf

8. Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiapa 4 jam

a. Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan section

secarea

b. Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam

c. Apabila tidak didapatkan tanda adanya CPD

d. Lakukan induksi dengan oksitosin drips 5 unit dalam 500 cc

dekstrosa atau NaCl.

C. Inersia Uteri

1. Pengertian Inersia Uteri

Inersia uteri merupakan his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat,

dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri

terjadi karena perpanjangan fase laten dan fase aktif atau kedua-duanya

dari kala pembukaan. Pemanjangana fase laten dapat disebabkan oleh

13
serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgetik yang terlalu

dini.

Insersi uteri merupakan kontraksi uterus tidak cukup kuat atau tidak

terkoordinasi secara tepat selama Kala I Persalinan untuk menyebabkan

pembukaan dan penipisan serviks. Selama Kala II, kombinasi mengejan

volunteer dengan kontraksi uterus tidak cukup untuk menyebabkan

penurunan dan ekspulsi (pengeluaran) jain.

2. Macam-macam Inersia uteri

 Inersia uteri dulu dibagi dalam 2 bagian yaitu :

a. Inersia Uteri Primer adalah kelemahan His timbul sejak dari pemulaan

persalinan. Hal ini harus dibedakan dengan His pendahuluan yang

juga lemah kadang-kadang menjadi hilang (false labour)

b. Inersia Uteri Sekunder adalah kelemahan His yang timbul setelah

adanya His yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama.

 Inersia uteri sekaramg dibagi 2 bagian yaitu :

a. Inersia Uteri Hipertonis, yaitu kontraksi uterin tidak terkoordinasi,

misalnya kontrasi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia

uteri ini sifatnya hipertonis, sering disebut sebagai inersia spastis.

Pasien biasanya sangat kesakitan. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam

fase laten. Oleh karena itu dinamakan juga sebagai inersia primer.

b. Inersia Uteri Hipotonis, yaitu kontrasksi terkoordinasi tetapi lemah.

Melalui deteksi dengan menggunakan cardio tocography (CTG),

terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. Dengan palpasi, His

14
jarang dan pada puncak kontraksi dinding Rahim masih dapat ditekan

ke dalama. His disebut naik bila tekanan intrauterine mencapai 50-60

mmHg. Biasanya terjadi dalam fase aktif atai Kala II. Oleh Karen aitu,

dinamakan juga kelamahan His sekunder.

Perbedaan Inersia Uteri Hipotonis dan Hipertonis

Variabel Hipotonis Hipertonis

Kejadian 4% dari persalinan 1% dari persalinan

Saat terjadi Fase aktif Fase laten

Nyeri Tidak nyeri Nyeri berlebihan

Fetal distress Lambat terjadi Cepat

Reaksi terhadap oksitosin Baik Tidak baik

Pengaruh sedative Sedikit Besar

3. Penyebab Inersia Uteri


Penyebab terjadinya inersia uteri, yaitu :

a. Factor Umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan

penggunaan analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan

prostaglandin atau oksitosin, perasaan tegang dan emosional

b. Factor Local seperti overdistensi uterus, hidramnion, malpresentasi,

malposisi, dan disproporsi cephalopelvik, mioma uteri.

4. Komplikasi Persalinan Inersia Uteri

Inersia uteri yang tidak diatasi dapat memanjakan wanita terhadap

bahaya kelelahan, dehidrasi, dan infeksi intrapartum. Tanda-tanda

terjadinya gawat janin tidak tampak sampai terjadinya infeksi selama

15
intrapartum. Walaupun terapi infeksi intrauterine dengan antibiotic

memberikan proteksi terhdap wanita, tetapi manfaatnya kecil dalam

melindungi janin. Lain halnya dengan inersia uteri sekunder, gawat janin

cenderung mencul pada awal persalinan ketika teerjadi inersia uteri

sekunder. Tonus otot yang meningkat dengan konstan merupakan

predisposisi terjadinya hipoksia pada janin. Kadang kala, pecahnya selapit

ketuban dalam waktu lama dapat menyertai kondisi ini dan dapat

menyebabkan infeksi intrpartum.

5. Diagnosis

Untuk mendiagnosa inersia uteri memerlukan pengalaman dan

pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Kontraksi uterus yang disertai

rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah

mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa

sebagai akibat kontraksi itu terjadi. Pada fase laten diagnosis akan lebih

sulit, tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama,

maka diagnosis inersia uteri sekunder akan lebih mudah.

6. Penanganan Inersia Uteri

Apabila penyebabnya bukan kelainan panggul dan atau kelainan janin

yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan pervaginam, apabila

ketuban positif dilakukan pemecahan ketuban terlebih dahulu. Jika upaya

ini tidak berhasil, berikut langkah-langkah penanganana selanjutnya :

a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%,

dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai

16
40-50 tetes per menit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya

serviks dapat membuka.

b. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak

memperkuat His setelah pemberian berapa lama, hentikan dahulu dan

ibu dianjurkan untuk istirahat. Keesokan harinya bias diulang

pemberian oksitosin drips.

c. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya

dilakukan seksio sesarea

d. Bila semua His kuat tetapi kemudian terjadi inersia

sekunder/hipertonis, pengobatan yang terbaik ialah petidin 50 mg atau

tokolitik,seperti ritodine dengan maksud menimbulkan relaksasi dan

istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali

timbul His yang normal. Mengingat bahaya infeksi intrapartum,

kadang-kadang dicoba juga oksitosin, tetapi dalam larutan yang lebih

lemah. Namaun juika His tidak menjadi lebih baik dilakukan seksio

sesarea.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan dengan kala I memanjang adalah yang fase latennya

berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak

adekuat atau bervariasi : kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-

kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan : kurang dari 1,2 cm per jam

pada primigravida dan kurang dari 1,5 cm per jam pada multigravida : lebih

dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai pembukaan lengkapa (rata-rata 0,5

cm per jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada primigravida

insidennya dua kali lebih besar daripada multigravida.

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk

melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini kekuatan

his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan

keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang

misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,

grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan keadaan emosi

kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase

aktif maupun pada kala pengeluaran

18
B. Saran

Pada saat ibu sudah dalam keadaan inpartu sebagai seorang bidan harus

mengawasi secara intensif proses persalinan tersebut. Karena tidak dapat di

punggkiri dalam proses persalinan terjadi Kala I Memanjang dan Inersia uteri.

Dengan adanya pengawasan maka seorang bidan bisa dengan cepat mengambil

keputusan untuk merujuk dan kolaborasi dengan dokter jika terjadi Kala I

Memanjang dan Inersia Uteri.

19
CONTOH KASUS

1. Diketahui seorang ibu hamil pertama datang ke bidan Shofi pada tanggal 20

Mei 2011 jam 09.00 Wib. Ibu mengeluh mengeluarkan lender bercampur

sedikit darah, kenceng-kenceng sampai ke pinggang sejak jam 06.00 Wib. Saat

dilakukan perhitungan UK, diketahui UK ibu 38-39 minggu : saat dilakukan

pemeriksaan fisik oleh bidan. EFW = 4050 gram; Cortenen 118 x/menit tidak

adekuat, His 5 x 45”/10’, Penurunan Hodge III. Bandle (-), VT : v/v dbn, let

kep, ket (+), 5 cm, eff 50%, H II, UUK Ki dpn, tidak teraba bagian kecil janin.

Saat dilakukan pemantauan dengan partograf 4 jam kemudian, ternyata hasil

pemeriksaan kemajuan persalianan berada di kanan garis waspada, dengan

hasil VT tidak ada perubahan. Diagnose yang tepat untuk peristiwa di atas

yaitu…?

a. G1P0A0 UK (38-39) mg; A/T/H, Letkep, U, Intra Uterine dengan

hipertonis

b. G1P0A0 UK (38-39) mg; A/T/H, Letkep, U, Intra Uterine dengan

Secondary Arrest

c. G1P0A0 UK (38-39) mg; A/T/H, Letkep, U, Intra Uterine dengan Kala I

Fase Laten Memanjang

d. G1P0A0 UK (38-39) mg; A/T/H, Letkep, U, Intra Uterine dengan Kala

I Fase Aktif Memanjang

e. G1P0A0 UK (38-39) mg; A/T/H, Letkep, U, Intra Uterine dengan hipotonis

20
2. Seorang perempuan GIIPIA0 umur 30 tahun hamil 39 minggu dating ke BPM,

mengeluh merasakan kenceng-kenceng sejak 7 jam yang lalu, sudah

mengeluarkan lendir darah dan belum mengeluarkan ketuban dengan riwayat

persalinan yang lalu spontan. Hasil pemeriksaan : keadaan umum baik, THJ

3000 gram, presentasi kepala, pembukaan servik 5 cm, UUK Kanan depan.

Setelah 4 jam kemudian pembukaan servik menjadi 7 cm kontraksi 3 x dalam

10 menit lama 20 detik. Berdasarkan data diatas, manakah yang menunjukkan

penyulit persalinan…?

a. His

b. Letak

c. Jalan Lahir

d. Berat Janin

e. Paritas

21
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Asuhan Kebidan Patologi. Jakarta : Trans Info Medika.2015

Sastrawinata, S, dkk. Obsestri Patologi Ilmu Kesehatan. Jakarta: EGC. 2015

Sastrawinata, S, dkk. Obsestri Patologi Ilmu Kesehatan. Jakarta: EGC. 2015

Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2014

Walyani Elisabeth Siwi, Purwoastuti Th. Endah. Asuhan Kebidanan Persalinan &

Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustakabarupress. 2015

22

Anda mungkin juga menyukai