Dosen Pengampu :
1. Henny Fitriani, S.SiT, M.Keb
2. Arlina Rachmaida, S.Tr.Keb, Bd, M.Keb
3. Rakhmawati, S.Tr.Keb
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karna telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PerSALINAN Lama dan Kelainan His” dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang di tekuni oleh kami. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 07
ii
Daftar Isi
Cover .............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
BAB III..............................................................................................................................16
PENUTUP.........................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Umum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
A. Tanda Persalinan
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP).
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal
antara power (his) ; passage (jalan lahir ) ; passanger (penumpang). Pada
multipara gambarannya menjadi tidak jelas seperti primigravida, karena
masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses
persalinan (Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya
persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013) :
1. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan
menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan
makin besar, serta semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan makin
bertambah.
2. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan
lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah
pecah sehingga terjadi perdarahan.
3. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya
pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang
dari 24 jam.
4. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan
serviks, pendataran seviks, dan pembukaan serviks.
B. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0
sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II dinamakan
dengan kala pengeluaran karena kekuatan his dan kekuatan mengejan, janin
di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian (Sumarah, 2011).
4
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseranpergeseran ketika serviks mendatar dan membuka (Rohani,
2013).
c. aKala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0- 10 cm atau pembukaan lengkap. Proses ini terjadi
dua fase yakni fase laten selama 8 jam dimana serviks membuka
sampai 3 cm dan fase aktif selama 7 jam dimana serviks
membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi
salama fase aktif. Pada permulaan his kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient atau ibu yang
sedang bersalin masih dapat berjalam-jalan (Sulistyawati,
2013 ).
c. b Kala II
Kala II merupakan kala pengeluaran bayi dimulai dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan
hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi
hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Sulistyawati, 2013 ).
Gejala utama kala II menurut Jenny J.S Sondakh (2013) yakni :
1. His semakian kuat dengan interval 2 sampai 3 menit
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan untuk mengejan akibat tertekannya
pleksus frankenhauser.
5
4. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong
kepala bayi sehingga kepala membuka pintu, subocciput
bertindak sebagai hipoglobin kemudian secara berturut-
turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta
kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
6. Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan
bayi ditolong dengan dengan cara memegang kepala
pada os occiput dan di bawah dagu, kemudian ditarik
dengan mengunakan cunam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi, kemudian bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
c. c Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan plasenta dan pengeluaran
plasenta. Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta
lepas dari lapisan nitabusch.
c. d Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1 sampai 2 jam.
Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan
pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
6
persalinannya telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir, disertai
dengan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada persalinan fase aktif.
Menurut Manuaba, persalinan lama pada kala II merupakan persalinan yang
berlangsung lebih dari dua jam pada primigravida dan lebih dari satu jam pada
multigravida.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama baik fase aktif memanjang
maupun kala II memanjang menimbulkan efek terhadap ibu maupun janin.
Partus lama adalah waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan
persalinan yang terhambat. Persalinan lama memiliki definisi berbeda sesuai
fase kehamilan.
7
a Disproporsi Kepala Panggul
Disproorsi kepala panggul merupakan keadaan yang
menggambarkan ketidakseimbangan antara kepala janin dan
panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar melalui vagina.
Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit
atau janin yang besar. Menurut Yohanna, berdasarkan data
penelitian porporsi kejadian persalinan lama tinggi pada
CPD. Hal ini dapat menyebabkan ketidak mampuan kepala
bayi untuk mengadakan moulage sebagaimana mestinya
sehingga menyebabkan persalinan menjadi lama dan
persalinan tidak dapat melalui proses pervaginam tetapi
dilakukan proses persalinan dengan operasi sectio sesaria.
b Malpresentasi dan Malposisi
Apabila terjadi malpresentasi dan malposisi janin saat his
bagian terbawah janin tidak akan menekan ke segmen bawah
uterus sehingga menghambat proses dilatasi dari segmen
bawah uterus dan dapat menyebabkan persalinan lama.
Menurut Nystedt and Hyldingsson, sirkulasi kepala besar dan
presentasi posterior oksiput menyebabkan persalinan
berlangsung lama.
c Inersia Uteri
Terdapat keadaan kinerja kontraksi uterus yang abnormal
atau biasa disebut distosia kelainan tenaga (his). Kelainan his
berupa his hipotonik (kontraksi uterus lebih singkat, lemah
dan jarang dari biasanya), his hipertonik (kontraksi uterus
yang berlangsung cepat, kuat dan lama) dan his yang tidak
terkoordinasi (his yang bersifat berubahubah tidak terdapat
sinkronisasi antara kontraksi di setiap bagian uterus yaitu di
fundus, corpus dan istmus uteri). Menurut Wike, ada
hubungan signifikan inersia uteri dengan persalinan lama.
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila
8
his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka
akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks
atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot
rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini
dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan dan penurunan janin dari dalam
rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami persalinan lama
karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.
d Ibu Cemas dan Takut
Hasil penelitian Hayati, dkk ada hubungan antara tingkat
kecemasan dan lama persalinan. Kontraksi uterus bersifat
involunter sehingga pada wanita tidak sadarpun akan tetap
terjadi kontraksi. Akan tetapi, kontraksi dapat secara
temporer dihilangkan oleh gangguan emosi pasien. Ketika
ibu bersalin dalam keadaan tenang oksitosin akan disekresi
secara normal sebagai hormon yang berperan dalam kuatnya
kontraksi uterus, namun apabila terjadi kecemasan pada ibu
bersalin kadar epineprin meningkat sehingga dapat
menghambat atau berkurangnya sekresi oksitosin dan
meningkatkan hormon adrenalin yang dapat menyebabkan
relaksasi uterus secara berlebihan juga meningkatkan hormon
katekolamin dengan reseptor-β2 yang juga dapat
menghambat aktifitas uterus dalam berkontraksi sehingga
memanjangnya waktu persalinan. Ibu yang tidak kooperatif
dapat mengganggu suplai oksigen untuk uterus dan janin
sehingga akan mengakibatkan hipoksia pada janin.
e Paritas
Jumlah paritas akan memengaruhi kinerja uterus maupun
jalan lahir. Pada primigravida ketika usia kehamilan
mencapai 36 minggu bagian terbawah janin sudah harus
masuk panggul, bagian terbawah inilah yang akan membantu
dilatasi serviks. Apabila bagian terbawah janin belum masuk
9
panggul, hal ini dapat mengurangi efektifitas tekanan pada
serviks, yang dapat berakibat lambatnya pembukaan serviks.
Ibu bersalin dengan multigravida penurunan bagian terendah
janin dapat terjadi bersamaan dengan pembukaan lengkap
sehingga proses persalinan lebih cepat. Hal ini sejalan dengan
penelitian Nystedt and Hyldingsson, prevalensi persalinan
lama paling banyak yaitu sebesar 35,6% pada wanita
primipara dan 10,2% wanita multipara.
f KPD
Kejadian dimana serviks yang belum matang dan belum
menunjukkan tanda - tanda persalinan jika terjadi KPD akan
memperpanjang fase laten. Ukuran Pintu Atas Panggul (PAP)
yang sempit berpengaruh terhadap persalinan yaitu
pembukaan serviks menjadi lamban dan sering kali tidak
lengkap sehingga menyebabkan kerja uterus tidak efisien.
Serviks yang matang ditambah kontraksi yang mulai adekuat
akan memulai tahapan persalinan, mulai dari dilatasi serviks
sampai pendataran serviks.
g Berat Badan Janin
Hasil penelitian Kasdu menyatakan bahwa janin besar dapat
menyebabkan distosia pada proses persalinan, yang ditandai
dengan kelambatan atau tidak adanya kemajuan proses
persalinan. Keadaan ini menyebabkan persalinan menjadi
lama, infeksi intrapartum, ruptur uteri dan perlukaan jalan
lahir. Hasil penelitian Hastanti juga menyebutkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara berat badan janin > 4000
gram dengan lama persalinan di kala II baik pada
primiparitas maupun pada multiparitas.
10
d. Dampak Persalinan Lama Pada Ibu dan Bayi
a. Pada Ibu
1) Kelelahan
Hasil penelitian Soviyati menyebutkan, Kelelahan akan terjadi pada ibu
bersalin dengan persalinan lama karena ibu terlalu lama merasakan
kontraksi tetapi pembukaan tidak ada kemajuan dan ibu tidak bisa
beristirahat. Ibu juga merasa tidak mempunyai keinginan untuk makan.
Keadaan tersebut yang mengakibatkan timbulnya kelelahan sampai
dehidrasi pada ibu.
2) Infeksi
Hasil penelitian Maria menyebutkan, infeksi dalam persalinan sering
dijumpai pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini. Ketuban
merupakan air steril di dalam rahim ibu yang melindungi janin. Selain
itu selaput ketuban yang masih utuh sampai pembukaan lengkap dapat
mengurangi resiko terjadinya infeksi pada ibu dan janinnya. Pada ibu
dengan KPD dan mengalami persalinan lama dapat meningkatkan
resiko infeksi pada ibu dan janin karena selaput ketuban yang sudah
pecah sangat mudah terpapar bakteri dari luar yang masuk melalui
vagina oleh karena itu, ibu bersalin dengan KPD kadang harus
mendapatkan antibiotik karena infeksi pada ibu.
3) Ruptur Uteri
Kontraksi uterus berperan penting dalam kemajuan pembukaan jalan
lahir dari pembukaan nol sampai lengkap. Apabila terjadi pemanjangan
proses persalinan bisa menyebabkan rahim kelelahan karena sudah
terlalu lama berkontraksi yang tidak diimbangi dengan nutrisi dan
oksigen pada rahim yang dapat membantu memperbaiki kontraksi
uterus. Sebaliknya jika kontraksi uterus terlalu kuat pada ibu dengan
persalinan lama yang mendapatkan induksi dapat mengakibatkan ruptur
uteri apabila rahim tidak dapat memberikan toleransi dari kontraksi
yang sangat kuat ini. Hasil penelitian Astatikie menyebutkan ada 242
kasus ruptur uteri, 126 (52.1%) ibu yang mengalami persalinan lama
lebih dari 24 jam, 101 (41.7%) ibu bersalin antara 12-24 jam dan
11
15(6.2%) ibu yang bersalin antara 8–12 jam. Penyebabnya adalah 89
(36.8%) ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dan 138 (57%)
ibu memulai persalinan di rumah. Kebanyakan ibu yaitu 216 (89.3%)
melakukan persalinan dengan penyulit, 9 (3.7%) ibu dengan riwayat
induksi (3.7%)ibu dengan riwayat SC dan 8 (3.3%) kelainan bentuk
panggul.
4) Kematian Ibu
Hasil penelitian Ardhiyani mengungkapkan, jika semua permasalahan
diatas tidak dapat teratasi dengan baik maka akan mengakibatkan
kematian ibu.
b. Pada Janin
1) Asfiksia,
Hasil penelitian Soviyati menyatakan, janin mungkin akan mengalami
asfiksia ketika lahir karena ketika di dalam rahim aliran oksigen
berkurang akibat dari terjadinya kala I lama. Untuk berkontraksi rahim
juga memerlukan oksigen, oksigen untuk rahim saja tidak cukup
terlebih lagi harus berbagi dengan janin. Itulah mengapa pada ibu
dengan kala I lama pemberian bantuan oksigen sangat penting terlebih
jika terjadi kenaikan atau penurunan denyut jantung janin. Persalinan
pada kala II lama juga mengakibatkan asfiksia pada janin hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Li.
2) Trauma serebri
Janin dapat mengalami trauma serebri dikarenakan trauma lahir
merupakan akibat trauma mekanik selama proses kelahiran yang
merupakan gabungan dari kekuatan kontraksi kompresi, putaran, Hal
tersebut dapat menimbulkan cedera pada kepala janin karena janin
melewati panggul yang keras dengan kepala janin yang rentan
terhadap cedera. Menurut Widiyati faktor risiko trauma lahir adalah
presentasi bokong, persalinan lama dan vakum ekstraksi, sedangkan
12
kelainan presentasi tidak berhubungan dengan trauma lahir. Sectio
caesarea (SC) merupakan faktor protektif terhadap terjadinya trauma
lahir. Trauma lahir penting untuk mendapatkan perhatian karena pada
beberapa kasus dapat berakibat fatal dan dapat menyebabkan
kecacatan fisik maupun gangguan perkembangan di tahap usia
selanjutnya.
3) Infeksi pada janin akibat ketuban pecah lama sebelum kelahiran
Ketuban merupakan air steril di dalam rahim ibu yang melindungi
janin. Selain itu selaput ketuban yang masih utuh sampai pembukaan
lengkap dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi pada ibu maupun
janin. Pada ibu dengan ketuban pecah lama sebelum kelahiran dan
mengalami perpanjangan kala I dapat meningkatkan resiko infeksi
pada ibu maupun janin karena selaput ketuban yang sudah pecah
mudah terinfeksi oleh bakteri dari luar yang masuk melalui vagina.
Menurut Ardhiyati, ibu bersalin dengan KPD terkadang harus
mendapatkan antibiotik.
4) Kematian bayi
Jika persalinan tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam,
maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus, asfiksia,
infeksi dan trauma cerebri yang parah dapat mengakibatkan terjadinya
kematian janin.
e. Penanganan Khusus
1). Fase laten memanjang:
a. Jika his berhenti, pasien disebut belum inpartu atau his palsu. Jika his
makin teratur dan pembukaan bertambah, masuk dalam fase laten.
b. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,
lakukan penilaian ulang terhadap serviks:
Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks
dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
13
Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
(lakukan penilaian setiap 4 jam; jika pasien tidak masuk fase aktif
setelah pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC).
Berdasarkan hasil penelitian Zadeh, wanita yang dirujuk dalam
fase laten memiliki lebih banyak persalinan sesar dibandingkan
dengan mereka yang dirujuk pada fase aktif (14,2% vs 6,7%).
Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina
berbau), maka lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin;
berikan antibiotik kombinasi sampai persalinan.
14
Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum.
Jika kepala antara 1/5 – 3/5 di atas simfisis pubis lakukan
ekstraksi vakum.
(3) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan SC.
Dalam menghadapi persalinan lama atau persalinan macet Bidan
diharapkan dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat
dengan menggunakan partograf .Observasi (kontraksi, his,
penurunan bagian terendah, pembukaan) harus sudah dilakukan
sejak awal, agar setiap saat kondisi ibu dan janin dapat diketahui
dengan pasti. Jika persalinan dibiarkan berlangsung lama maka
ibu dan janin akan mengalami peningkatan hipoksia dan
kegawatdaruratan. Puncak kewaspadaan ini dilaksanakan dengan
melakukan rujukan kepusat pelayanan dengan fasilitas kesehatan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama baik fase aktif memanjang
maupun kala II memanjang menimbulkan efek terhadap ibu maupun janin.
Partus lama adalah waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan
persalinan yang terhambat. Persalinan lama memiliki definisi berbeda sesuai
fase kehamilan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17