Penyusun:
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1
Karena itulah, Islam memberikan tuntunan bagi para ibu hamil. Islam telah
menjelaskan bagaimana seharusnya seorang wanita hamil diperlakukan. Apa
saja hak mereka, dan tentu saja kewajiban suami terhadap pasangannya yang
sedang mengandung anaknya tersebut. Kewajiban semua pihaklah untuk
peduli terhadap masalah tersebut.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses kehamilan menurut medis
2. Untuk mengetahui proses kehamilan menurut agama Islam
3. Untuk membandingkan proses kehamilan dari sudat pandang medis dan
agama Islam
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Fase
1) Dari segi Agama
A) Fase tanah
Janin manusia adalah makhluk yang tercipta di dalam rahim
seseorang wanita dari hasil pertemuan antara sel telur dengan sel
sperma yang berasal dari air mani seorang laki-laki. Nama janin
diberikan pada makhluk ini selama masih ada di dalam perut ibunya,
sejak fase perkembangan pertama sampai hingga waktu
dilahirkan(Yasin, 2001).
B) Fase nuthfah
Melalui proses metabolism, saripati tadi berubah menjadi nutfah.
Kata nutfah diterjemahkan sejumlah amat kecil bagian dari total volume
suatu zat. Kata ini terdapat sebelas kali dalam Al-Quran. Kata tersebut
berasal dari kata kerja bahasa Arab yang berarti jatuh bertitik atau
menetes yang berasal dari akar kata yang berarti mengalir.
bahwasanya nutfah adalah bagian terkecil sel reproduksi laki-laki dan
perempuan bukan seluruhnya (Munawir, 2002).
Dan di tegaskan alam firman Allah QS. Abasa ayat 18-19 yang
berbunyi:
1) Spermatozoa
Selama pembentukan embrio, sel germinal primordial
bermigrasi ke dalam testis dan menjadi sel germinal imatur yang disebut
spermatogonia yang terteltak di dua atau tiga lapisan permukaan dalam
tubulus seminiferus. Spermatogonia mulai mengalami pembelahan
mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus berproliferasi dan
berdiferensiasi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk
sperma.
2) Ovum
Ketika seorang anak perempuan dilahirkan, tiap ovum
diselubungi oleh selapis sel granulosa; ovum, dengan selubung sel
granulosa tersebut, disebut folikel primordial, seperti diperlihatkan pada
gambar. Sepanjang masa kanak-kanak, sel- sel granulosa diyakini
berfungsi memberi makanan untuk ovum dan untuk menyekresi suatu
faktor penghambat pematangan oosit, yang membuat ovum tetap
bertahan dalam keadaan primordial, dalam tahap profase pembelahan
meiosis. Kemudian sesudah pubertas ketika FSH dan LH dari kelenjar
hipofisis anterior mulai disekresi dalam jumlah yang cukup, seluruh
ovarium, bersama dengan sebagian folikel di dalamnya, mulai tumbuh.
d) Pembuahan Ovum
Setelah laki-laki mengejakulasi semen ke dalam vagina saat
hubungan seks, beberapa sperma ditranspor dalam 5 sampai 10 menit
ke arah atas, dari vagina melalui uterus dan tuba fallopi, ke ampula tuba
fallopi di dekat ujung ovarium tuba. Transpor sperma tersebut dibantu
oleh kontraksi uterus dan tuba fallopi yang dirangsang oleh
prostaglandin dalam cairan semen laki-laki, dan juga oleh oksitosin
yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior perempuan saat
orgasme. Dari hampir setengan milliar sperma yang dideposit dalam
vagina, beberapa ribu berhasil mencapai setiap ampulla. Pembuahan
ovum umumnya terjadi di ampulla dari salah satu tuba fallopi, segera
setelah sperma dan ovum memasuki ampula. Namun, sebelum sperma
dapat memasuki ovum, mula-mula sprema harus menembus lapisan
ganda sel granulosa yang melekat di sisi luar ovum (korona radiata) lalu
berikatan dengan dan menembus zona pelusida yang menyelubungi
ovum. Segera setelah sperma masuk ke dalam ovum (yang masih dalam
stadium perkembangan oosit sekunder), oosit membelah kembali untuk
membentuk ovum matang dan badan polar kedua yang kemudian
dilepaskan. Ovum matang tersebut masih membawa dalam nukleusnya
23 kromosom. Salah satu dari kromosom itu adalah kromosom
perempuan, dikenal sebagai kromosom X. Sementara itu, sperma yang
membuahi juga berubah. Ketika memasuki ovum, kepala sperma
membengkak membentuk pronucleus laki-laki.
Dua tipe daging itu diberi nama yang berbeda dalam al-Qur’an.
Maurice Bucaille memberikan terjemahan yang berbeda dalam pembahasan
ini. Pertama, mudghah bukan berarti “segumpal daging”. Tetapi mudghah
terjemahan yang tepat adalah “daging yang digulung-gulung”. Kedua, kata
lahm berarti daging yang utuh. Perbedaan dua kata tersebut sangat perlu
digaris bawahi. Embrio pada permulaannya merupakan daging yang
digulung-gulung. Sistem tulang berkembang pada daging yang digulung-
gulung. Tulang yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot yang
disebut dengan lahm. Adapun prosesi mudghah sampai lahm akan semakin
jelas bila proses tersebut dilihat dari segi embriologi. Menurut embriologi,
mudghah ini dalam perkembangan selanjutnya selalu membelah diri menjadi
sel-sel yang banyak sekali dan merupakan kumpulan-kumpulan sel, sehingga
menyerupai sepotong daging atau nampak seperti daging yang digulung.
Tiap-tiap kumpulan sel dalam sepotong daging yang digulunggulung akan
terlepas dari perkumpulan induknya, lantas menjadi bagianbagian tertentu
dalam tubuh embrio. Bagian luar dari mudghah itu menjadi kulit dan otot,
sedangkan bagian dalamnya itu menjadi perut, tulang dan urat. Ketika itu,
janin masih berumur 40 hari atau lima minggu terhitung setelah pembuahan
dan kemudian terjadilah otot disamping tulangtulang, sebagaimana QS. al-
Hajj [22]: 5.
2. Tahap kedua disebut Alaqoh. “Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah (‘Alaqoh)” . Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil
yang hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang
pada waktu minum di rawa – rawa (yaitu sebangsa lintah). Bentuk janin
pada fase ini sangat mirip sekali dengan binatang lintah tersebut. Bahkan
kalau keduanya difoto bersamaan, niscaya manusia tidak akan bisa
membedakkan bentuk dan gambar keduanya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan serta pemaparan penjelasan dari bab sebelumnya dapat
kita simpulkan bahwasannya sesungguhnya ilmu Allah (Al – Qur’an) telah
mendahulu ilmu medis yang selama ini kita pelajari mengenai embriologi dan
dari pemaparan di atas dapat kita ketahui bahwa ilmu mengenai embriologi
yang telah ditulis pada Al – Qur’an ini sama dengan hasil penelitian para
ilmuwan yang kemudian dirumuskan menjadi bahan pembelajaran kita sampai
saat ini.
4.2 Saran
Diharapkan setelah membaca penjelasan mengenai ilmu mengenai embriologi ini
kita sama – sama dapat lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah sehingga
bertambahlah ketaqwaan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhr al-Din al-Razi. (2000). Mafatih al-Gaib, jld XI. Beirut: Dar al-Kutub
al‘Ilmiyah, 354.
Imam Ahmad Hambal. (2006), Musnad Ahmad Bin Hambal, juz 2,Beirut: Dar
al Fikr
Imam Muslim. (1993). Shohih Muslim, Jus 6, Beirut: Dar Al-Fik.
Ismail Haqqi Al-Barusawi. (2006). Tafsir Ruh Al-Bayan, Jus 7, Beirut: Dar Al
Fikr.
M Nu‟aim Yasin,(2001). Fikih Kedokteran, Jakarta: Pustaka Al-Kaustar
Muhammad Izzuddin Taufiq. (2006). Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-
ayat Penciptaan Manusia). Solo : Tiga Serangkai