KEMULIAAN MANUSIA
Oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ajeng Oshinta
Ayu Restiani
Diah Fauri yani
Muhammad fuad fahrudin
Primawati
Sariati
Warihardi
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah Nya
kelompok dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul Kemuliaan Manusia.
Tugas ini merupakan salah satu pemenuhan Mata Kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan III
(AISMUH III). Dalam penyusunan tugas ini kelompok terdapat hambatan dan kesulitan,
namun berkat adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka makalah ini dapat
di selesaikan tepat pada waktunya. Oleh Karena itu, kelompok ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Masing masing Orang tua anggota kelompok yang telah memberikan dukungan, baik
moril , materil serta doa yang tanpa hentinya diberikan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Rika,S. SosI selaku Dosen yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan
yang luar biasa kepada penulis hingga selesailah makalah ini.
3. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini
Kelompok menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kelompok. Untuk itu, kelompok
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat dijadikan petunjuk
bagi kelompok untuk penyusunan makalah yang akan datang. Kelompok juga berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pontianak, 19 September 2013
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang
mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang
bersumber dari agama, seta sekaligus menjadikan kebenaran yang bersumber dari
agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Dalil yang menunjukkan bahwa
manusia mempunyai fitrah beragama allah QS. AlAraf: 172, yang berbunyi: Alastu
birobbikum, qaalu balaa syahidna. Yang artinya Bukankah aku ini Tuhanmu?Mereka
menjawab, ya kami bersaksi bahwa engkau Tuhan kami.
Fitrah beragama ini merupakan potensi yang arah perkembangannya amat
tergantung pada kehidupan beragama dlingkungan dimana orang (anak) itu hidup,
terutama lingkungan keluarga. Apabila kondisi itu kondusif, dalam arti lingkungan itu
memberikan ajaran, bimbingan dengan pemberian dorongan (motivasi) dalam
ketauladanan yang baik (uswah hasanah) dalam mengamalkan nilai-nilai agama, maka
anak itu akan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti
luhur (Syamsu Yusuf & Nurihsan, 2010)
1.1.1. Tahapan kejadian manusia dalam Al-quran :
1.1.1.1. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari
tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaikbaiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia
menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr
(15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan
manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah
Hadits Rasulullah saw bersabda :"Sesunguhnya manusia itu berasal dari
Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)
1.1.1.2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini
selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan
manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan
kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firmanNya :"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36.
wujudnya yang paling indah dibanding dengan mahluk Allah swt yang lain,
sampai pada komponen penyusun dalam diri manusia yang tidak yang
menyamainya. sudah jelas manusia itu bukan berasal dari monyet karena
manusia itu mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna dan tidak ada
yang menyerupainya.
Berdasarkan beberapa uraian dalil al-quran di atas ternyata tidak ada
yang menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan dari hasil evolusi seperti
menurut Teori Darwin. Dengan kata lain, Al-quran tidak mendukung
gagasan bahwa manusia diciptakan memalui suatu proses evolusi dari satu
jenis ke jenis lainnya.
Allah swt menciptakan manusia di dunia ini dengan sempurna dan segala
potensi yang sangat luar biasa. Pertama, potensi untuk memenuhi kebutuhan
jasmaninya, seperti makan, minum dll. Kedua, potensi naluri untuk
beribadah kepada sang Khalik, mempertahankan diri dan melestarikan
keturunan. Ketiga, potensi akal. Dengan akal manusia dapat berfikir ketika
hendak berbuat. Dengan akal pula manusia akan mampu memecahkan
uqdatul qubro (3 pertanyaan mendasar dalam hidup), yaitu dari mana
manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan di dunia dan akan kemana
manusia setelah mati. Melalui proses berfikir yang cemerlang manusia akan
mampu menjawab manusia berasal dari Allah yang menciptaannya,
manusia hidup untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali kepada
Allah. Namun, manusia juga sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan
dan kerusakan ketika ia tidak mempergunakan akalnya sesuai dengan
perintah Allah swt. Uraian diatas jelas sekalai betapa mulia manusia itu
diciptakan dengan segala anugrah yang allah berikan. Pada pembahasan kali
ini kelompok akan membahas tentang kemulian manusia yang akan
dijabarkan pada bab selanjutnya.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah Pandangan Al Quran tentang Manusia ?
1.2.2. Seperti apakah ukuran Kemuliaan di dunia ?
1.2.3. Siapakah orang yang mulia ?
1.2.4. Apa saja tanda kemuliaan Manusia ?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui konsep Manusia
1.3.2. Untuk mengatahui Pandangan Al Quran tentang Manusia
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja kemulian manusia.
1.4.
Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
Mendapatkan referensi tentang kemulian Manusia
1.4.2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi tentang betapa Mulianya manusia di hadapan allah
1.4.3. Manfaat Pendidikan
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuankita semua tentang Kemuliaan
manusia
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu manusia juga dilengkapi unsur lain yaitu qolbu (hati). Dengan qolbunya
manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan,
kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual (Jalaluddin, 2003: 14).
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan
Ayat ini menegaskan beberapa aspek kemuliaan yang diberikan Allah kepada
anak cucu Adam AS:
"
"Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW, Beliau bersabda:
"Kemuliaan seseorang tergantung pada agamanya, (kemuliaan) kehormatan dirinya
tergantung kepada akalnya, dan (kehormatan) kedudukannya tergantung kepada
akhlaknya" (HR. Ahmad).
bahwa
identitas
seseorang
dibedakan
oleh
ketaatan
dan
Agama
pula
yang
mengajarkan
kebebasan
diri
terhadap
Antara sifat kesempurnaan dan kemuliaan yang menyeluruh dalam Islam ialah
ihsan. Ia adalah sifat kesempurnaan Allah yang sangat dituntut supaya dicontohi
manusia sejagat. Sifat ini mendapat kedudukan tinggi dalam Islam.
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan telah mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya." (an-Nisa':125)
Di dalamnya juga terkandung sifat kemuliaan yang asas seperti sifat rahmat,
ikhlas, pengorbanan, teliti serta ada pengawasan dalam usaha dan amalan.
Dalam Islam ada tiga sikap yang semuanya diakui tetapi berlainan dari segi nilai
akhlaknya, yaitu:
1. Orang teraniaya dan dizalimi. Ia berhak mendapat pembelaan dan keadilan
dengan mengenakan balasan setimpal ke atas pihak yang menganiayanya. Ini
disifatkan sebagai adil.
2. Orang teraniaya dan berhak mendapat keadilan, malah mampu untuk
mengenakan balasan setimpal, namun tidak mahu mengambil tindakan terbabit,
sebaliknya dengan kerelaan hati bersedia memaafkannya.
3. Orang merasakan tidak memadai hanya dengan memberikan kemaafan, sekalipun
sudah termasuk dalam golongan sifat ihsan.
6. Ciri-ciri Manusia Mulia dimata Tuhan maupun dimata sesama Manusia
a. Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati
pula oleh tetangga, keluarga dan juga disumbangkan untuk kepentingan
masyarakat dan agama. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan
orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orangorang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk
kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan
golongannya sendiri.
b. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebaikannya.
Tentunya orang yang seperti ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek
c. Orang yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin.
Kalau kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu , dedikasinya, etos
kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut
adalah orang yang mulia.
d. Orang yang bila dia berbuat salah segera bertaubat, kembali kepada jalan yang
benar.
Orang yang benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan
kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan
diri dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia
memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu.
e. Orang yang suka memberi, Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang
yang suka menerima. Tidak ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh
miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman
keras. Dan resep kaya adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
f. Orang yang mementingkan urusan ukhrawi/akhirat/rohani dan tidak melalaikan
urusan dunia, seimbang.
Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan
kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
7. Kemuliaan Manusia Lebih Dari Mahluk Lain
Manusia perlu mengintrospeksi diri, sesungguhnya Allah Tuhan Pemelihara
seluruh alam telah menundukkan berbagai ciptannya untuk menyantuni umat
manusia, disampaikan oleh Allah bahwa seluruh alam raya, langit dan bumi seisinya,
yang ghoib dan yang nyata telah Allah tundukkan untuk kebahagiaan manusia hidup
di dunia ini.
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan
supaya kamu bersyukur. (QS. 16:14)
d. Manusia wajib mensyukuri nikmat-nikmat dari AllahSWT
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia
ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau
petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. 31:20)
8. Kelemahan Manusia
Di samping penegasan kemuliaan manusia, Allah juga menjelaskan bahwa
manusia mempunyai sifat dasar kelemahan. Penjelasan ini agar manusia
menyadarinya dan berusaha untuk bisa mengendalikannya. Di antara kelemahan
dasar manusia itu adalah:
a. Sifat lupa, manusia dikatakan insan karena memiliki sifat dasar pelupa.
b. Manusia memiliki sifat tergesa-gesa
c. Manusia itu sangat kikir
9. Faktor Yang Mengancam Kemuliaan Manusia
a. Kelalaian dan Alienasi Diri
Al-Quran dalam hal ini menyatakan, Dan sesungguhnya Kami ciptakan
untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari bangsa jin dan manusia. Mereka
mempunyai hati, tetapi mereka tidak mempergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat
Allah),
mereka
mempunyai
mata
(tetapi)
mereka
tidak
b. Hawa Nafsu
e. Tamak
Salah satu faktor penghalang asasi manusia mencapai kemuliaan insaniah
adalah tamak. Boleh jadi manusia tamak, untuk mencapai apa yang diidamidamkannya, rela menghinakan dan merendahkan dirinya. Karena itu, Imam Ali
As bersabda,
Man thamaa dzalla wa tana
Barang siapa yang tamak maka ia akan menjadi hina.
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2.
Saran
Sebagai calon perawat yang islami hendaklah kita untuk lebih mengkaji
tentang Al Islam Kemuhammadiyahan lebih dalam serta memahami hakikat
manusia diciptakan dan memahami tentang Kemuliaan manusia, tentunya hal ini
akan menjadi ilmu baru untuk kita semua sebagai pelayan masyarakat agar dapat
lebih memahami keistimewaan manusia sebagai makhluk ciptaan allah swt serta
dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal, karena pada hakikatnya
manusia itu sama dihadapan allah
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf LN, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya