Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEMULIAAN MANUSIA

Diajukkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Al Islam KeMuhammadiyahan III
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Muhammadiyah Pontianak

Oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ajeng Oshinta
Ayu Restiani
Diah Fauri yani
Muhammad fuad fahrudin
Primawati
Sariati
Warihardi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah Nya
kelompok dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul Kemuliaan Manusia.
Tugas ini merupakan salah satu pemenuhan Mata Kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan III
(AISMUH III). Dalam penyusunan tugas ini kelompok terdapat hambatan dan kesulitan,
namun berkat adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka makalah ini dapat
di selesaikan tepat pada waktunya. Oleh Karena itu, kelompok ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Masing masing Orang tua anggota kelompok yang telah memberikan dukungan, baik
moril , materil serta doa yang tanpa hentinya diberikan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Rika,S. SosI selaku Dosen yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan
yang luar biasa kepada penulis hingga selesailah makalah ini.
3. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini
Kelompok menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kelompok. Untuk itu, kelompok
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat dijadikan petunjuk
bagi kelompok untuk penyusunan makalah yang akan datang. Kelompok juga berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pontianak, 19 September 2013

Kelompok 2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang
mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang

bersumber dari agama, seta sekaligus menjadikan kebenaran yang bersumber dari
agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Dalil yang menunjukkan bahwa
manusia mempunyai fitrah beragama allah QS. AlAraf: 172, yang berbunyi: Alastu
birobbikum, qaalu balaa syahidna. Yang artinya Bukankah aku ini Tuhanmu?Mereka
menjawab, ya kami bersaksi bahwa engkau Tuhan kami.
Fitrah beragama ini merupakan potensi yang arah perkembangannya amat
tergantung pada kehidupan beragama dlingkungan dimana orang (anak) itu hidup,
terutama lingkungan keluarga. Apabila kondisi itu kondusif, dalam arti lingkungan itu
memberikan ajaran, bimbingan dengan pemberian dorongan (motivasi) dalam
ketauladanan yang baik (uswah hasanah) dalam mengamalkan nilai-nilai agama, maka
anak itu akan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti
luhur (Syamsu Yusuf & Nurihsan, 2010)
1.1.1. Tahapan kejadian manusia dalam Al-quran :
1.1.1.1. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari
tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaikbaiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia
menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr
(15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan
manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah
Hadits Rasulullah saw bersabda :"Sesunguhnya manusia itu berasal dari
Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)
1.1.1.2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini
selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan
manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan
kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firmanNya :"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36.

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di


dalam surat An Nisaa ayat 1 yaitu :"Hai sekalian manusia, bertaqwalah
kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..."
(QS. An Nisaa (4) : 1).
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dijelaskan :"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari
tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim). Apabila kita amati proses
kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia
laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk
menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula
dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah
keturunan yang akan meneruskan generasinya.
1.1.1.3. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan
Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau
menurut Al Quran dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam
Al Quran proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Muminuun (23) :
12-14).
Islam, memandang manusia sebagi mahluk ciptaan Allah swt yang
paling sempurna. Dia adalah mahluk pilihan yang paling mulia
kedudukannya dari pada mahluk-mahluk lain ciptaan Allah swt. Begitu
banyak keistimewaan yang dikaruniakan dalam diri manusia, mulai dari

wujudnya yang paling indah dibanding dengan mahluk Allah swt yang lain,
sampai pada komponen penyusun dalam diri manusia yang tidak yang
menyamainya. sudah jelas manusia itu bukan berasal dari monyet karena
manusia itu mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna dan tidak ada
yang menyerupainya.
Berdasarkan beberapa uraian dalil al-quran di atas ternyata tidak ada
yang menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan dari hasil evolusi seperti
menurut Teori Darwin. Dengan kata lain, Al-quran tidak mendukung
gagasan bahwa manusia diciptakan memalui suatu proses evolusi dari satu
jenis ke jenis lainnya.
Allah swt menciptakan manusia di dunia ini dengan sempurna dan segala
potensi yang sangat luar biasa. Pertama, potensi untuk memenuhi kebutuhan
jasmaninya, seperti makan, minum dll. Kedua, potensi naluri untuk
beribadah kepada sang Khalik, mempertahankan diri dan melestarikan
keturunan. Ketiga, potensi akal. Dengan akal manusia dapat berfikir ketika
hendak berbuat. Dengan akal pula manusia akan mampu memecahkan
uqdatul qubro (3 pertanyaan mendasar dalam hidup), yaitu dari mana
manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan di dunia dan akan kemana
manusia setelah mati. Melalui proses berfikir yang cemerlang manusia akan
mampu menjawab manusia berasal dari Allah yang menciptaannya,
manusia hidup untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali kepada
Allah. Namun, manusia juga sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan
dan kerusakan ketika ia tidak mempergunakan akalnya sesuai dengan
perintah Allah swt. Uraian diatas jelas sekalai betapa mulia manusia itu
diciptakan dengan segala anugrah yang allah berikan. Pada pembahasan kali
ini kelompok akan membahas tentang kemulian manusia yang akan
dijabarkan pada bab selanjutnya.

1.2.

Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah Pandangan Al Quran tentang Manusia ?
1.2.2. Seperti apakah ukuran Kemuliaan di dunia ?
1.2.3. Siapakah orang yang mulia ?
1.2.4. Apa saja tanda kemuliaan Manusia ?

1.3.

Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui konsep Manusia
1.3.2. Untuk mengatahui Pandangan Al Quran tentang Manusia
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja kemulian manusia.

1.4.

Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
Mendapatkan referensi tentang kemulian Manusia
1.4.2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi tentang betapa Mulianya manusia di hadapan allah
1.4.3. Manfaat Pendidikan
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuankita semua tentang Kemuliaan
manusia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Al-Quran Tentang Manusia


Dalam berbagai aliran psikologi, seperti psikoanalisa (klasik) Sigmund Freud,
memandang perilaku manusia banyak dipengaruhi masa lalu, alam tak sadar, dorongandorongan biologis yang selalu menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi.
Banyak hal yang membedakan antara konsepsi Islam dengan semua teori-teori
psikologi. Islam dalam memandang manusia tidak bersifat deterministik, sebagaimana
aliran psikoanalisa. Akan tetapi Islam memberikan kemuliaan kepada manusia sebagai
makhluk yang paling mulia, yaitu pengganti kedudukan Tuhan di muka bumi. Manusia
juga memiliki bentuk yang terbaik dari seluruh makhluknya dan mempunyai kekuatan
untuk merubah sendiri kondisi dirinya. Berikut ini adalah beberapa ayat yang
menjelaskan tentang ini.
1. Manusia Sebagai Khalifah.



"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (al-Baqarah: 30)
Manusia sebagai khalifah Allah fil ardhi menjadi wakil Tuhan di muka bumi,
yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.

Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan


manusia mengelola serta mendayagunakan apa yang ada di bumi, untuk kepentingan
hidupnya. Dengan demikian hal ini berarti ia diberi kepercayaan untuk mengelola
bumi dan karenanya mesti mengetahui seluk-beluk bumi, atau paling tidak punya
potensi untuk mengetahuinya.

2. Manusia Sebagai Makhluk Terbaik.




"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(at-Tin: 4).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk
makhluk yang paling sempurna dari segi bentuk dan rupanya. Setiap manusia yang
dilahirkan di bumi adalah makhluk terbaik di antara ratusan juta pesaing lainnya yang
akan lahir ke muka bumi.

3. Manusia Sebagai Makhluk Perubah




"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (ar-Ra'du:11)
Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa Allah tidak akan merampas nikmatnya
dari manusia meskipun ia melakukan maksiat. Ini dapat terjadi pada realitas empirik
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah sukses dalam keduniawian. Ayat ini
tidak bermakna bahwa orang yang tidak melakukan dosa tidak akan mendapatkan
musibah atau azab karena tidak pernah melakukan dosa.

Selain itu manusia juga dilengkapi unsur lain yaitu qolbu (hati). Dengan qolbunya
manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan,
kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual (Jalaluddin, 2003: 14).

B. Konsep Kemuliaan Manusia


1. Ukuran Kemuliaan Di Dunia
Manusia meletak harga dan nilai pada diri mereka, persoalannya adakah ia
menepati kehendak Allah. Bila ditimbang dengan neraca al-Quran, maka terlihatlah
cacat celanya, seolah-olah manusia tidak mengenali diri mereka. Kekuatan,
kekuasaan, kekayaan dan kebijaksanaan sangat diperlukan untuk membantu tugas
khalifah memakmurkan bumi ini dengan jalan ilahi.
Penanda kemuliaan manusia dari neraca al-Quran terlihat pada Surah alHujurat (49:13).
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu
2. Siapakah Orang Yang Mulia Itu
Secara umum manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan rupa yang
sebaik-baiknya (ahsan al-taqwim). Tidak ada makhluk Allah di dunia ini yang
memiliki kecantikan dan paras rupawan seindah manusia. Namun, tragisnya bahwa
keistimewaan ini menjadikan manusia terjerembab ke dalam jurang yang paling hina
(asfala safilin), bahkan membuat manusia lupa akan statusnya sebagai makhluk dan
hamba Allah, sehingga meninggalkan 'ruh' kemanusiaannya dengan mengikuti 'hawa'
nafsunya.
Al-Qur'an menegaskan bahwa Allah telah memuliakan manusia sebagai anak
cucu Adam:


Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan
Ayat ini menegaskan beberapa aspek kemuliaan yang diberikan Allah kepada
anak cucu Adam AS:

a. kemampuan manusia untuk mengeksplorasi daratan dan lautan


b. Allah menganugrakan rizki yang baik bagi manusia
c. Allah melebihkan manusia dari ciptaan-Nya atas kebanyakan ciptaan-Nya.
3. Kemuliaan Manusia Terlahir Di Muka Bumi
Ruh setiap manusia sebelum dihadirkan di dunia, semuanya dalam keadaan suci
dan terpelihara serta tahu akan Robbnya namun ia belumlah mengenal akan sejati
dirinya. Dengan kemurahan kasih sayang Allah Swt melalui pandangan rahmat
Nurun alaa nuur maka dihadirkan ia ke alam dunia agar sempurna. Terlahirnya
manusia di alam dunia, Dia tanamkan di dalam batinnya Mutiara Tauhid, namun
seiring waktu berjalan, tahun demi tahun sampai beberapa tahun kemudian dirinya
berada dimuka Bumi ini, ada yg masih tetap tersimpan bahkan semakin bercahaya
dan ada juga sebagian yang telah hilang dikarenakan kelalaiannya sebagai Manusia
yang tidak tahu diri .
Maka sebagian ada yang mensyukuri hidup dalam kehidupannya dan sebagian
lagi mengingkari hidup dalam kehidupannya.Maka tidak ada kesia-siaan dihadirkanNya manusia di muka bumi ini/di Alam ini, sungguh kehadiran seluruh Manusia
dikehendaki oleh-Nya karena Cinta Kasih yang tiada batasnya bahkan tak terikat
oleh ruang , waktu dan jarak.
4. Aspek Kemuliaan Manusia
Mengembangkan potensi-potensi kemuliaan diperlukan sarana yang akan
mampu mengendalikan diri agar senantiasa berada di jalan Allah SWT. Saranasarana itu adalah: (1) agama; (2) akal; dan (3) akhlak. Rasulullah bersabda:


"
"Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW, Beliau bersabda:
"Kemuliaan seseorang tergantung pada agamanya, (kemuliaan) kehormatan dirinya
tergantung kepada akalnya, dan (kehormatan) kedudukannya tergantung kepada
akhlaknya" (HR. Ahmad).

Hadis tersebut secara mafhum mukhalafah menyatakan bahwa kemuliaan


seseorang itu tidak terletak pada harta kekayaan, kecantikan, dan ketampanannya,
melainkan terletak pada agamanya. Demikian pula bahwa kemuliaan harga diri
manusia tergantung kepada akalnya. Semakin akalnya hebat maka harga dirinya
semakin mulia. Dan yang terakhir Nabi menekankan bahwa mulia tidaknya
kedudukan seseorang sangat tergantung kepada akhlaknya.
a. Agama
Agama merupakan faktor pertama yang menunjukkan kemuliaan identitas.
Artinya

bahwa

identitas

seseorang

dibedakan

oleh

ketaatan

dan

ketidaktaatannya terhadap agama, kepatuhan dan ketidakpatuhannya terhadap


aturan agama. Agamalah yang mengarahkan manusia agar senantiasa
menempuh jalan yang benar sehingga manusia tidak tersesat dalam hawa
nafsunya.

Agama

pula

yang

mengajarkan

kebebasan

diri

terhadap

ketergantungan kepada makhluk, sehingga dengan beragama jiwa seseorang


akan merdeka.
Secara bahasa agama diartikan "tidak kacau, tidak semerawut". Artinya
bahwa agama merupakan pedoman bagi manusia yang ingin hidupnya terbebas
dari kekacauan: kekacauan jiwa, kekacauan pikiran dan sebagainya. Aturan
yang membatasi gerak manusia, adalah agar manusia memiliki identitas yang
berbeda dengan makhluk lainnya (binatang). Agamalah yang mampu menahan
derasnya nafsu syaithaniyah dan nafsu hayawaniyah, sehingga manusia bisa
terbebas dari perbudakan kepada syetan dan hawa nafsunya. Dan pada saat
itulah manusia berada pada puncak kemuliaannya, yaitu manusia sebagai
makhluk yang bebas dari penghambaan selain kepada Allah.
b. Akal

Akal diibaratkan seperti senter, dimana ia merupakan sumber cahaya yang


mampu memberikan petunjuk, menyingkap kegelapan menjadi terang, dan
mamberikan kejelasan tentang sesuatu yang disinarinya. Akal bahkan dikatakan
sebagai pembeda antara manusia dengan hewan. Karena akalnya manusia lebih
mulia dari hewan. Sedangkan battery dari akal adalah hati (kalbu) dimana ajaran
agama bersarang. Artinya kualitas cahaya yang keluar dari senter (akal)
seseorang dipengaruhi oleh kondisi hatinya. Orang dengan pemahaman agama
yang dangkal, akan mengakibatkan ia tidak bisa menemukan bayangan sesuatu
objek dengan jelas.
Di Bawah hati manusia adalah perut, dimana di sanalah segala nafsu
bersarang. Nafsu yang meronta-ronta, menyesali, memarahi dan mengetukngetuk pintu hati. Bila nafsu sudah merambah di hati, maka akal akan kena
imbasnya. Sehebat apapun kekuasaan watt lampu senter, kalau baterynya sudah
terkonstaminasi maka akan berakibat buruk, yaitu kegelapan. Betapa banyak
orang pintar cendikia, hatinya gelap karena dorongan nafsunya, sehingga
mereka melakukan kejahatan.
c. Akhlak
Akhlak adalah benteng yang mengendalikan agar hati senantiasa berada
dalam kekuatan yang optimal. Akhlak lebih terkait dengan perbuatan dan sikap.
Akhlaklah yang membuat seseorang tetap bertahan dengan kebenaran. Akhlak
pula yang mengendalikan hati seseorang senntiasa tenang dan tentram. Tanpa
akhlak, hati akan mudah dikendalikan oleh nafsu.
Gambaran akhlak dalam kehidupan adalah kondisi dimana Tuhan selalu
menyertai seorang mukmin kapanpaun dan dimanapun. Dengan demikian,
hidupnya akan senatiasa mendapatkan pencerahan dan penerangan. Maka
pantas, kalau Nabi menempatkan penyempurnaan akhlak sebagai "crashprogram" ketika ia diutus menjadi Nabi dan Rasul:

"Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".


5. Tanda Kemuliaan Manusia

Antara sifat kesempurnaan dan kemuliaan yang menyeluruh dalam Islam ialah
ihsan. Ia adalah sifat kesempurnaan Allah yang sangat dituntut supaya dicontohi
manusia sejagat. Sifat ini mendapat kedudukan tinggi dalam Islam.
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan telah mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya." (an-Nisa':125)
Di dalamnya juga terkandung sifat kemuliaan yang asas seperti sifat rahmat,
ikhlas, pengorbanan, teliti serta ada pengawasan dalam usaha dan amalan.
Dalam Islam ada tiga sikap yang semuanya diakui tetapi berlainan dari segi nilai
akhlaknya, yaitu:
1. Orang teraniaya dan dizalimi. Ia berhak mendapat pembelaan dan keadilan
dengan mengenakan balasan setimpal ke atas pihak yang menganiayanya. Ini
disifatkan sebagai adil.
2. Orang teraniaya dan berhak mendapat keadilan, malah mampu untuk
mengenakan balasan setimpal, namun tidak mahu mengambil tindakan terbabit,
sebaliknya dengan kerelaan hati bersedia memaafkannya.
3. Orang merasakan tidak memadai hanya dengan memberikan kemaafan, sekalipun
sudah termasuk dalam golongan sifat ihsan.
6. Ciri-ciri Manusia Mulia dimata Tuhan maupun dimata sesama Manusia
a. Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati
pula oleh tetangga, keluarga dan juga disumbangkan untuk kepentingan
masyarakat dan agama. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan
orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orangorang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk
kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan
golongannya sendiri.
b. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebaikannya.
Tentunya orang yang seperti ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek

masyarakat akan merasa kehilangan. Berbeda dengan orang yang berkelakuan


jelek, banyak orang berharap dia cepat mati.

c. Orang yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin.
Kalau kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu , dedikasinya, etos
kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut
adalah orang yang mulia.
d. Orang yang bila dia berbuat salah segera bertaubat, kembali kepada jalan yang
benar.
Orang yang benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan
kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan
diri dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia
memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu.
e. Orang yang suka memberi, Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang
yang suka menerima. Tidak ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh
miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman
keras. Dan resep kaya adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
f. Orang yang mementingkan urusan ukhrawi/akhirat/rohani dan tidak melalaikan
urusan dunia, seimbang.
Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan
kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
7. Kemuliaan Manusia Lebih Dari Mahluk Lain
Manusia perlu mengintrospeksi diri, sesungguhnya Allah Tuhan Pemelihara
seluruh alam telah menundukkan berbagai ciptannya untuk menyantuni umat
manusia, disampaikan oleh Allah bahwa seluruh alam raya, langit dan bumi seisinya,

yang ghoib dan yang nyata telah Allah tundukkan untuk kebahagiaan manusia hidup
di dunia ini.

a. Allah SWT menundukkan Alam raya untuk manusia


Allah SWT telah menundukkan alam raya untuk manusia, Allah telah
menyiapkan keadaan di muka bumi sedemikian rupa sehingga dapat dihuni oleh
umat manusia. Dan Allah menyatakan hal itu sebagaimana firman-Nya.



Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir. (QS. 45:13)
b. Allah SWT menundukkan binatang untuk kepentingan manusia
Demikian pula Allah telah banyak memberikan pertolongan kepada
manusia agar kehidupan di muka bumi menjadi tempat yang mudah dan nyaman
bagi manusia, Allah lengkapi dengan binantang-binatang yang dapat membentu
kemudahan bagi aktifitas manusia.


Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu)
yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu
makan. (QS. 16:5)
c. Allah SWT menundukkan bahtera dan lautan untuk manusia
Allah telah memberi kelebihan aqal kepada manusia untuk membuat segala
sesuatu termasuk membuat bahtera (kapal laut), dan sekaligus Allah telah
memberi keadaan suasana cuaca yang menjadikan bahtera dapat digunakan
untuk kemudahan manusia dalam menggunakan bahtera di lautan.



Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari

lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan
supaya kamu bersyukur. (QS. 16:14)
d. Manusia wajib mensyukuri nikmat-nikmat dari AllahSWT




Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia
ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau
petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. 31:20)

8. Kelemahan Manusia
Di samping penegasan kemuliaan manusia, Allah juga menjelaskan bahwa
manusia mempunyai sifat dasar kelemahan. Penjelasan ini agar manusia
menyadarinya dan berusaha untuk bisa mengendalikannya. Di antara kelemahan
dasar manusia itu adalah:
a. Sifat lupa, manusia dikatakan insan karena memiliki sifat dasar pelupa.
b. Manusia memiliki sifat tergesa-gesa
c. Manusia itu sangat kikir
9. Faktor Yang Mengancam Kemuliaan Manusia
a. Kelalaian dan Alienasi Diri
Al-Quran dalam hal ini menyatakan, Dan sesungguhnya Kami ciptakan
untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari bangsa jin dan manusia. Mereka
mempunyai hati, tetapi mereka tidak mempergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat

Allah),

mereka

mempunyai

mata

(tetapi)

mereka

tidak

mempergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka


mempunyai telinga (tetapi) mereka tidak mempergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

b. Hawa Nafsu

Sebagian ayat al-Quran memperkenalkan hawa nafsu sebagai faktor


kejatuhan dan terpuruknya manusia dari kedudukannya yang tinggi. Misalnya
pada ayat 18 surah al-Kahf (18),
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhan mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya,
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan urusannya senantiasa melewati batas. (Qs. Al-Kahf [18]:28)
Hawa nafsu menculik hati manusia dan tidak membiarkan hati sebagai
kediaman untuk masuknya cahaya iman dalam diri manusia.
c. Cinta Dunia
Menggandrungi materi secara berlebihan dan cinta dunia akan menyeret
manusia ke jalan penyimpangan dan dosa; karena penyalahgunaan manusia
terhadap dunia dan ketergantungan terhadapnya menyebabkan manusia tertipu,
terkecoh dan lalai dari mengingat akhiart, Sesungguhnya orang-orang yang
tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, merasa puas dengan kehidupan
dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat Kami. tempat mereka itu ialah neraka, disebabkan apa
yang selalu mereka kerjakan.
Karena itu, salah satu patologi serius yang berpotensi menjathukan nilai
kemuliaan manusia adalah terpenjaranya akal manusia dalam tawanan segala
keinginan hawa nafsu. Seseorang yang akalnya berada dalam tawanan nafs
ammarah dan segala keinginan hawa nafsunya, bagaimana mungkin dapat
meraup manfaat kemuliaan dan kedudukan menjulang manusia
d. Kemiskinan
Boleh jadi tiada satu pun faktor yang melebihi kemiskinan yang berpotensi
menginjak-injak kemuliaan dan keagungan manusia. Masalah ini merupakan
maslah yang tidak dapat diingkari; karena karena kemiskinan dan kefakiran,
kemuliaan manusia terinjak-injak.
Manusia miskin akan terpaksa menginjak-injak kemuliaan dan kehormatan
diri serta melabuhkan harapan kepada para hamba Tuhan dan di sinilah faktorfaktor mencari muka dan berbuat pretensi muncul. Dengan mencari-cari muka
dan berbuat pretensi membuat keagungan jiwa dan kemuliaan manusia jatuh
hingga beberapa derajat.

e. Tamak
Salah satu faktor penghalang asasi manusia mencapai kemuliaan insaniah
adalah tamak. Boleh jadi manusia tamak, untuk mencapai apa yang diidamidamkannya, rela menghinakan dan merendahkan dirinya. Karena itu, Imam Ali
As bersabda,
Man thamaa dzalla wa tana
Barang siapa yang tamak maka ia akan menjadi hina.

BAB 3
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan

3.2.

Saran
Sebagai calon perawat yang islami hendaklah kita untuk lebih mengkaji
tentang Al Islam Kemuhammadiyahan lebih dalam serta memahami hakikat
manusia diciptakan dan memahami tentang Kemuliaan manusia, tentunya hal ini

akan menjadi ilmu baru untuk kita semua sebagai pelayan masyarakat agar dapat
lebih memahami keistimewaan manusia sebagai makhluk ciptaan allah swt serta
dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal, karena pada hakikatnya
manusia itu sama dihadapan allah

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf LN, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai