Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUBUNGAN MANUSIA DAN KEHIDUPAN

Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat melengkapi tugas mata pelajaran Pendidikan
Agama
Dosen Pengampu : Drs. San Susilo, M.M

Disusun oleh:
Nama : Mira Ningrum
Nim : 193223008
Prodi : Pendidikan Matematika

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP


MUHAMMADIYAH KUNINGAN
Jl. Mutasiah Supomo No.28 Kuningan 45511, Telp (0232) 874085, e-mail: info@upmk.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat-Nya, makalah,
“HUBUNGAN MANUSIA DAN KEHIDUPAN” ini dapat diselesaikan. Makalah yang
dihadapan pembaca ini diniati untuk memenuhi tugas individu saya pada perkuliahan Pendidikan
Agama yang disampaikan pada program studi PMTK STKIP Muhammadiyah Kuningan.
Makalah ini terdiri atas tiga bab yang masing-masing menyajikan bab pendahuluan, bab
pembahasan, dan bab penutup.

Saya ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah saya ini,baik secara moril maupun materil. Semoga Allah SWT
memberikan balasan terbaik,amin.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada makalah ini akan dibahas “Manusia dan Kehidupan” , materi ini lebih
menitiktekankan pada kemampuan manusia untuk mempertanyakan keberadaan dirinya dengan
segala potensi yang dimiliki, sehingga ia disebut sebagai makhluk yang mulia dibanding dengan
makhluk lainnya. Hanya dengan rahman dan rahim-Nya manusia dianugerahi potensi yang luar
biasa dahsyatnya dan tidak dimiliki oleh makhluk lain, meski makhluk yang bernama malaikat.
Oleh karena itu. Pantaslah jika manusia diberi amanat sebagai khalifa (pemimpin, penguasa)
Allah di muka bumi. Untuk itu, maka ada beberapa hal yang akan dibahas dalam bab ini, antara
lain:
(1) asal usul kejadian manusia sesuai dengan Al-Qur’an dan sains;
(2) Potensi manusia dan kelebihannya atas makhluk lain;
(3) Tujuan dan fungsi penciptaan manusia;
(4) Ragam orientasi hidup manusia;
(5) Hidup sukses dalam pandangan Al-Qur’an.
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang
sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan
berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian
ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk
dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab,
kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan lain-lain.
Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna
spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial.
Sedangkan kata basyar lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu
juga dengan kata-kata lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari rangkaian latar belakang masalah tersebut, ada beberapa masalah yang akan dibahas di
antaranya :
1. Bagaimana perjalanan hidup manusia dari alam ruh hingga hari akhir?
2. Bagaimana ragam orientasi hidup manusia?
3. Apa tujuan dan fungsi pemciptaan manusia?
4. Bagaimana hidup sukses dalam pandangan AL-Qur’an?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perjalanan hidup manusia dari alam ruh hingga hari akhir!
2. Untuk mengetahui ragam orientasi hidup manusia!
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia!
4. Untuk mengetahui cara hidup sukses dalam pamdangan AL-Qur’an!
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perjalanan Hidup Manusia
Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan
melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh,
sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga
atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang
manusia itu.
Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk
memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut.
Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang
diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai
rencana yang telah ditetapkan Allah swt.
Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas
membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah
Al-Qur’an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt.
Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari
sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti
bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as.
diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma
lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.
Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam
beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir”
(HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari
seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR
At-Tirmidzi).
A. Alam Arwah
Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya
Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah
menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna.
Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan
memakmurkannya.
Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia,
yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172).
Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah
memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30).
Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya
yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari)
B. Alam Rahim
Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari
berupa nutfah, 40 hari berupa ‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari
berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang
sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia.
Allah swt. berfirman: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-
angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj: 5)
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan
penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian ‘alaqoh selama hari yang sama,
kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk
meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rizki, ajal, amal, dan sengsara atau
bahagia.” (HR Bukhari dan Muslim)
Seluruh manusia di dunia apapun kondisi sosialnya diingatkan tentang awal
kejadiannya yang berasal dari benda yang hina, yaitu sperma lelaki dan sel telur wanita.
Manusia sebelumnya belum dikenal, belum memiliki kemuliaan dan kehormatan. Lalu
apakah manusia akan bangga, congkak, dan sombong dengan kondisi sosial yang dialami
sekarang jika mengetahui asal muasal mereka?
Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan untuk hidup
normal sudah lengkap, seperti indra, akal, dan hati, maka lahirlah manusia ke dunia dalam
keadaan telanjang. Belum bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa.

C. Alam Dunia
Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya
minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi
dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang
dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak
mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak,
sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua
bahkan pikun.
Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu
ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi;
dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai
sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam
beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.

Allah Ta’ala telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup agar dalam
menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya,
menurunkan wahyu Al-Qur’an dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat
mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak
dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa
nafsunya ketimbang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat
dan menyesatkan.

Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-
keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan.
Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik
hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga
tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh apalagi perbuatan yang dibenci
(makruh) dan haram.

Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi manusia. Apakah
yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan aturan Allah swt. atau menyimpang dari
ajaran-Nya? Apakah segala fasilitas yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai perintah
Allah atau tidak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas
kesenangan sesaat. Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana hidup di dunia. Ibnu
Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah saw. tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya.
Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau kami sediakan untukmu
kasur.” Rasululah saw. bersabda: “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia
seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan
meninggalkannya.” (HR At-Tirmidzi)
Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Semuanya
akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang beriman atau kafir, pemimpin atau
rakyat, kaya atau miskin, tua atau muda, lelaki atau perempuan. Mereka akan meninggalkan
segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak
akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat,
dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan
dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang
panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah
dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan
hidup berikutnya.
Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang
panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan, dan
menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan, dan
membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata,
didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir,
berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap
itu adalah sia-sia. Utopia belaka. Karena, kematian pasti datang menjumpainya. Suka atau
tidak suka.
D. Alam Barzakh
Fase berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam barzakh. Di sana
mereka tinggal sendiri. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah
taman dari taman-taman surga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan
mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli surga
atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka dibukakan baginya pintu
surga setiap pagi dan sore. Hawa surga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi
penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan sore dan dia
akan merasakan hawa panasnya neraka.
Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat Imam Ahmad
tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia
disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut
duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya.
Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke
langit. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir
bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke dalam
’illiyiin dan kembalikan kedunia.” Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah
dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus
kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik.
Maka kemudian diberi alas dari surga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu
dibukakan baginya pintu surga, dilapangkan kuburnya, dan mendapat teman yang baik
dengan wajah yang baik, pakaian yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal
perbuatannya.
E. Alam Akhirat (Hari Akhir)
Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan segala rinciannya.
Kehidupan hari akhir didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh
alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai
nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Di sana manusia
dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan. Saat itu
matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh
manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut,
ada yang sampai pusar, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang tenggelam dengan
keringatnya.
Dalam kondisi yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi
untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada
yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari
kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan
memuji-muji-Nya. Kemudian Allah swt. berfirman: “Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya
dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan.” Kemudian Rasululullah saw. mengangkat
kepalanya dan berkata: “Ya Rabb, umatku.” Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan
selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya.

2.2 Ragam Orientasi Hidup Manusia


Manusia sebagai khalifatullah menempati dua posisi ganda (double position) diruang
publik (public sphere) yang sangat luas. Di satu sisi merupakan agen pencerahan, namun pada
saat bersamaan manusia justru menjadi agen kerusakan (al-fasid). Ada 2 hal yang harus
diperhatikan oleh setiap orang dalam menyikapi orientasi hidup, yaitu: 1. Orientasi Hidup yang
salah Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 200, bahwa ada di antara
manusia yang orientasi hidupnya didunia hanya mengejar kenikmatan duniawi, sehingga ia lupa
bahkan tidak pernah memikirkan nasib hidupnya di akhirat kelak.
Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah ; 200 sebagai berikut:
“ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia”.
Maksudnya seseorang yang memohon kepada Allah apa yang diharapkan didunia ini
untuk menyenangkan hatinya, namun di sisi lain si pemohon (orang yang berdo’a) tidak
bermohon untuk kehidupan di dunia yang khasanah, dan juga tidak berdo’a sesuatu apapun yang
menyangkut akhirat. Oleh karena itu, Allah mungkin akan mengabulkan permohonan mereka,
tetapi tidak ada baginya sedikitpun bagian yang menyenangkan di akhirat, karena dia tidak
mengharapkannya apalagi berusaha meraihnya. Bertolak pada orientasi hidup semacam ini,
maka karakteristik yang dimiliki orang tersebut hanyalah; Obsesi mengejar kenikmatan dunia,
Bertambahnya ambisi untuk memperbanyak kesenangan hidup diduniawi, merasa senang atas
apa yang diperoleh dari kesenangan duniawi, merasa berat untuk berjuang dijalan Allah, dan
memandang kehidupan didunia sebagai satusatunya kehidupan dan dunia segala-galanya.
2. Orientasi Hidup yang Benar
Allah tidak menghendaki kehidupan manusia yang memberatkan, justru sebaliknya yang
dikehendaki Allah adalah kehidupan yang mudah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-
Baqarah ; 256:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (syaitan dan apa
saja yang disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui”
Adapun jaminan Allah yang diberikan kepada orang-orang yang mengikuti jalan yang
benar maka ia akan dipermudah ketika menghadapi kesulitan, urusannya dijadikan mudah oleh
Allah, dihapus kesalahannya, disediakan surga yang luas seluas langut dan bumi, Allah
senantiasa bersama orang-orang yang taqwa, akan mendapat berkah dari langit dan dari bumi,
hidupnya tidak akan merasa takut dan sedih, hidupnya tidak akan celaka dan tersesat, Allah akan
menjadikan hidupnya di dunia dengan kebaikan dan memberinya pahalayang besar di akhirat.

2.3 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia


a. Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah artinya
sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga kalsifikasi,
yaitu:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi


Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan
segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu,
Allah menurunkan agama-Nya.  Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan
jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia,  bukanlah
suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak
memperdulikan si miskin,  melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup
bersama melalui tolong menolong.
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai
‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh
alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna
kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
 Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
 Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
 Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola,
pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.

3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)


Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt.
Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh
keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam
kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai
sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata
hanya untuk mencari ridha Allah swt. ungsi
b. Fungsi dan Peranan Manusia
Fungsi dan peranan manusia berpedoman kepada QS Al Baqarah ayat 30-36,
maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor
dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi
pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan
keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar
Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari
ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu
Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya
kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran.
Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 31-39
3. Membudayakan ilmu
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain
melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya.
Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW yang tercantum dalam QS
Al-Mukmin ayat 35.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu :
1. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada
nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan
apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga
tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az
Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”
2. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa
hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir
nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya
yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum
dalam QS Al A’raf : 17
3. “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”.
Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
4. Manusia sebagai khalifah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung
jawabkan di hadapan-Nya.Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas
kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam.Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.
Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi.Kekuasaan yang di berikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya m,engolah dan mendayagunakan apa yang
ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan
oleh Allah.
Agar manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah
mengajarkan kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman
serta penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia
bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam
alam kebudayaan.
Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup,  yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh
karena itu hidup seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada
henti, sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah,
bukanlah dua hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak
terpisahkan. Kekhalifaan adalah ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang
menciptakannya.Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu
yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah.
Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada keterbatasan.

2.4 Hidup Sukses dalam Pandangan Al-Qur’an


Uraian diatas telah menggambarkan jalan kehidupan di dunia yang harus dipilih oleh
setiap manusia sebagai makhluk Allah yang mulia, yaitu jalan yang benar dan jalan yang
salah. Untuk itu, maka Al-Qur’an menjelaskan tentang kehidupan di dunia yang harus dilalui
oleh setiap manusia, sehingga dia dapat meraih kesuksesan hidup didunia dan akhirat sebagai
berikut:
1. Menyeimbangkan Duniawi dan Ukhrowi Manusia dituntut untuk melakukan
pengembangan diri secara seimbang, antara aspek spritualitas yang lebih mengarah untuk
menjalin hubungan harmonis kepada Allah Yang Maha Agung, juga pengembangan
fungsi ilmu dan akal dalam rangkah untuk memahamititah Allah dimuka bumi secara
praktis. Dari kedua hal terebut akan membawa manusia pada pola hidup yang seimbang,
dan akan nampak sempurna diperkuat do’a yang setiap saat selalu dibaca dalam QS.Al-
Baqarah ; 201
“Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: “Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan
dunia dan kebaikan di akhirat dan pelihara lah kami dari siksa neraka”

Untuk itu, maka beberapa cara yang dapat dapat dilakukan oleh seseorang untuk
meraih keseimbangan duniawi dan ukhrowi, yaitu dengan memahami makna hidup, dan
memahami Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia, mengasah kepekaan hati masing-
masing, menghindari perbuatan yang mengarah pada kemaksiatan atau dosa.
2. Memiliki Keseimbangan antara Iman,
Ilmu Pengetahuan dan Kepekaan Emosional Setiap manusia berhak dan layak
untuk menggapai ketiga-tiganya dengan berbagai cara. Maka dari itu, seseorang dapat
memanfaatkan dan memaksimalkan potensi pemberian Allah yang lainnya, seperti akal
fikiran maupun panca inderanya.
Adapun cara yang dapat ditempuh dalam mencari, menggali, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui:
a. Panca Indera, seperti sama’ (pendengaran) yang biasanya bersifat verba, dan bashar
(penglihatan) yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan.
b. Observasional-eksperimental, seperti Allah mengajarkan Qabil cara mengubur mayat
saudaranya (Habil) melalui perantara burung menggali tanah.
c. Pengamatan Eksperimental, seperti Allah mengajarkan kebangkitan melalui suatu
desa atau wilayah yang dinding-dinding rumahnya roboh lalu menutupi atap
rumahnya, sedangkan penduduk wilayah tersebut tidak ada sama sekali.
d. Eksperimen, seperti Allah menunjukkan kepada Nabi Ibrahim a.s bagaimana
menghidupkan yang mati menjadi hidup kembali.
e. Akal, kalbu atau fuad, seperti menangkap ayat-ayat Allah pada kejadian alam
semesta. Perhatikan firman Allah pada QS.Al-Baqarah ; 164 tentang penciptaan langit
dan bumi, yang didalamnya terdapat bergantinya malam dan siang, lautan yang dapat
digunakan untuk berlayar dan pemanfaat sumber daya alamnya, Allah menurunkan
air dari langit untuk menghidupkan manusia, hewan dan tanaman agar tidak mati, dan
lain sebagainya.
Disisi lain, apabila diperhatikan dampak negatifnya memisahkan antara iman,
ilmu pengetahuan dan kepekaan emosional terhadapa pribadi seseorang, maka akan
melahirkan pribadi-pribadi:
a. seseorang yang mengandalkan ilmu pengetahuan yang luas, tetapi lemah iman dan
kepekaan emosionalnya, maka akan terjadi ketimpangan dan membuat hidupnya
dalam keadaan frustasi.
b. Seseorang yang memiliki iman dengan keyakinan yang kukuh, sedangkan ilmunya
tidak berkembang dan kepekaan emosional yang sangat rendah, maka akan membuat
seseorang mengalami kehidupan yang tidak mampu berbuat sesuatu.
c. Seseorang yang kepekaan emosionalnya kuat, namun tidak didasari dengan iman dan
ilmu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna
manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap
kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang
berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu
ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari
orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak
bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling
menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya ,
selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat
manusia.
Bahwa Allah menjadikan manusia dari beberapa unsur penting seperti air dan tanah, yang
diberi bentuk. Dan terdapat beberapa potensi yang dimiliki manusia dan kelebihannya atas
makhluk lain diantaranya ialah, instink atau naluri, indera dan perasaan, akal, agama, ilmu, bakat
dan kecerdasan, nafsu dan berbagai dorongan, dan karakter. Adapun Tujuan dan Fungsi
Penciptaan Manusia melainkan untuk menyembah Allah/beribadah sesuai jalan Allah, dan
fungsinya ialah sebagai khalifatullah . Manusia sebagai khalifatullah menempati posisi ganda
(double position) diruang publik (public sphere) yang sangat luas. Di satu sisi merupakan agen
pencerahan, namun pada saat bersamaan manusia justru menjadi agen kerusakan (al-fasid). Maka
jalan kehidupan didunia yang harus dipilih oleh setiap manusia sebagai makhluk Allah yang
mulia yaitu jalan yang benar atau jalan yang salah

DAFTAR PUSTAKA

 https://www.dakwatuna.com/2007/02/21/108/perjalanan-hidup-manusia/#axzz635u1MKOD
 https://www.slideshare.net/iday23/ragam-orientasi-hidup-manusia
 http://penciptaanmanusia12.blogspot.com/2016/05/tujuan-dan-fungsi-penciptaan-
manusia.html
 http://studyinglathif.blogspot.com/p/blog-page_54.html
 https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/sukses-menurut-al-quran/

Anda mungkin juga menyukai