Anda di halaman 1dari 2

1. Kesulitan Belajar Kognitif.

Pada pembahasan ini kita akan membahas mengenai hakikat kognitif,


kaitan antara kesulitan belajar dengan gaya kognitif dan strategi untuk
mengatasi atau menanggulangi kesulitan belajar kognitif.
a. Hakikat Kognisi.
Pengertian kognisi sendiri mencakup aspek-aspek struktur intelek yang
dipergunakan untuk mengetahui sesuatu (Singgih D. Gunarsa, 1981 : 234).
Dengan demikian, kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi,
pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi
kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan bahasa
dan matematika.

b. Kaitan Antara Kesulitan Belajar Dengan Gaya Kognitif.


Gaya kognitif berkaitan dengan cara seseorang menghadapi tugas
kognitif, terutama dalam pemecahan masalah. Blackman dan Goldstain
seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman dan Loyd (1985 : 84)
mengemukakan bahwa gaya kognitif terkait dengan bagaimana seseorang
berfikir (how of thinking). Mereka berpandangan bahwa tiap orang
memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu
masalah. Ada 2 dimensi gaya kognitif yang mendapat perhatian paling
besar dalam pengkajian kesulitan belajar, yaitu gaya kognitif
ketidakterikatan-keterikatan pada lingkungan (field independence-field
dependence) dan gaya kognitif reflektivitas-impulsivitas (reflectifity-
impulsivity).
1) Gaya kognitif ketidakterikatan-keterikatan pada lingkungan (field
independence-field dependence).
Gaya ini menunjukan seseorang untuk membebaskan diri dari
pengaruh lingkungan pada saat membuat keputusan tentang tugas-
tugas perseptual. Orang yang dalam menghadapi tugas-tugas
perseptual banyak dipengaruhib lingkungan disebut “terikat pada
lingkungan” (field dependence) sedangan yang tidak banyak
dipengaruhi lingkungan disebut “tidak terikat pada lingkungan” (field
independence). Anak yang mudah terpengaruh lingkungan biasanya
mudah terkecoh oleh informasi yang menyesatkan sehingga
persepsinya tidak akurat. Sedangkan sebaliknya anak yang tidak
mudah terpengaruh lingkungan mampu memfokuskan pada sebagian
besar data perseptual tersebut.
2) Gaya kognitif reflektivitas-impulsivitas (reflectifity-impulsivity).
Gaya ini berkaitan dengan penggunaan waktu yang digunakan oleh
anak untuk menjawab persoalan dan jumlah kesalahan yang dibuat.
Anak yang impulsif cenderung menjawab persoalan dengan cepat
tetapi membuat banyak kesalahan.sedangkan sebaliknya anak yang
reflektif cenderung menjawab persoalan secara lebih lambat tetapi
hanya membuat sedikit kesalahan.

c. Strategi Pengembangan Kognisi.


1) Strategi pengembangan memori.
Ada 2 strategi yang sering digunakan oleh anak yang tidak
berkesulitan belajar tetapi tidak digunakan oleh anak yang berkesulitan
belajar. Strategi tersebut ialah pengulangan dan pengorganisasian.
Anak akan terbantu dalam mengingat sekelompok kata (kuda, sapi,
pisang, kerbau, jeruk, ayam, rambutan) jika anak tersebut terus
mengulang kata-kata tersebut. Memorinya akan lebih terbantu apabila
anak mampu mengorganisasikan kata-kata tersebut menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok binatang (kuda, sapi, kerbau, ayam) dan
kelompok buah-buahan (pisang, jeruk, rambutan).
Anak berkesulitan belajar cenderung tidak menggunakan strategi
tersebut meskipun mereka bisa melatihnya. Oleh karena itu, anak
berkesulitan belajar perlu terus dilatih untuk mengulang dan
mengorganisasikan materi yang harus dipelajari agar strategi t5ersebut
menjadi suatu kebiasaan.
2) Memantau taraf pemahamannya sendiri.
Anak yang pandai membaca akan mengetahui apakah mereka
memahami atau tidak memahami bacaan yang mereka baca. Bahkan
pembaca yang baik pun terkadang merasa bahwa mereka tidak
sepenuhnya memahami sesuatu yang mereka baca. Memantau
kemampuan memahami bacaan yang sedang mereka baca merupakan
suatu keterampilan metacomprehension yang penting.
3) Membaca ulang dan membaca cepat lebih dahulu.
Jika menghapai bacaan yang sukar, orang yang pandai membaca
akan menggunakan 2 strategi dasar, yaitu berhenti dan membaca ulang
bagian yang sukar atau membaca cepat lebih dahulu untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk memahami bacaan
tersebut. Strategi ini tidak digunakan oleh anak berkesulitan belajar
sehingga harus diajarkan secara langsung.
4) Menggunakan kamus atau ensiklopedia.
Anak yang pandai membaca tahu bagaimana menggunakan kamus
atau ensiklopedia untuk memahami kata-kata sulit atau peristiwa
tertentu. Anak berkesulitan belajar sering tidak mampu menggunakan
buku-buku referensi semacam itu. Oleh karena itu mereka perlu
diajarkan secara langsung cara menggunakan kamus atau ensiklepodia.

Anda mungkin juga menyukai