Anda di halaman 1dari 13

KONSEP KONSEP UTAMA DALAM TEORI

PEMBELAJARAN KOGNITIF
1. Peran kognisis dalam pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah kunci yang paling vital dalam
kehidupan manusia, khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar tidak akan pernah ada pendidikan. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh
karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang luas dalam berbagai
disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Salah satu pertanda bahwa
seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang mungkin disebabkan oleh terjadinya peningkatan
pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya. Begitu pentingnya pendidikan
untuk mengkaji bagaimana tercapainya pemahaman yang lebih luas dan
mendalam mengenai perubahan manusia dan bagaimana proses belajar
terjadi.
Belajar dengan menggunakan indera ganda, pandang dan dengar akan
memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak
daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau
hanya dengan stimulus dengar. Proses belajar yang diselenggarakan
disekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara
terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar. Kemamupan manusia untuk merubah diri
membuat manusia bebas berekspolarisasi, memilih dan menetapkan
keputusan – keputusan penting dalam hidupnya. Perubahan yang terjadi
dalam diri manusia ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya ,
sehingga peradapan manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia itu
belajar. Belajar juga mempunyai peranan penting dalam mempertahankan
sekelompok manusia ditengah persaingan yang semakin ketat dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih dulu maju karena belajar.
Menyadari hal tersebut, maka guru haruslah memperhatikan kebutuhan
peserta didik dengan berupaya mengacu pada kurikulum dan dengan model
desain pembelajaran agar peserta didik belajar lebih aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan dalam pelaksanaan pembelajaran , baik dari segi kognitif,
behavioristik ataupun humanistik. Pendidikan di Indonesia selama ini belum
mampu membangkitkan kemauan peserta didik untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat. Cukup banyak orang pandai dan terampil di Indonesia.
Masalahnya bagimana agar mereka memiliki kemauan untuk memanfaatkan
kepandaian dan keterampilannya untuk memecahkan permasalahan
masyarakat dan bangsa khususnya dalam pembangunan pendidikan, dimana
hal ini tidak lepas dari peranan guru sebagai ujung tombak keberhasilan
pendidikan yang memiliki kemampuan professional untuk pembelajaran yang
berkualitas.
Kognitif diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas (daya
cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Seperti halnya komputer, otak
manusia juga menerima informasi, memprosesnya kemudian memberi jawaban.
Proses jalannya informasi tersebut pada manusia disebut kognisi. Kualitas
perkembangan kognitif, diusahakan pendidikan dan latihan yang lebih ditujukan
pada latihan meneliti dan menemukan, yang memerlukan berfungsinya kedua
belahan otak.
1. Pengolahan Informasi dan Proses Eksekutif Metakognisi
2. Para ahli psikologi melakukan pengolahan informasi untuk memahami
bagaimana anak menafsirkan, menyimpan, mendapatkan kembali dan
mengevaluasi informasi.
3. Metakognitif adalah pengetahuan seorang anak mengenal dan mengendalikan
fungsi kognitif mereka sendiri.
Salah satu jenis metakognitif adalah metamemori. Ada 8 proses eksekutif
atau fungsi metakognitif yaitu:
- Formulasi masalah dan kemungkinan pemecahannya.
- Kesadaran akan proses kognitif yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
- Aktivitas kaidah dan strategi kognitif.
- Fleksibilitas yang meningkat.
- Kontrol atas distraksi dan ansietasi.
- Pemonitoran atas proses pemecahan masalah.
- Kesetiaaan dalam pemikiran.
- Keinginan untuk pemecahan yang bagus.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang kebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini, ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah,
terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, berkesinambungan, dan
menyeluruh. Seorang guru yang berorientasi pada teori kognitif berkeinginan
untuk mengubah pemahaman siswanya, sebagaimana berikut :
1. Dorongan/motivasi belajar Anak secara aktif mencari pengetahuan
2. Anak Terlatih dengan bakat, minat dan prestasi tertentu
3. Peran guru Sebagai fasilitator agar pertimbangan prestasi anak optimal
4. Hasil belajar Struktur pengetahuan, cara berpikir, cara belajar Implikasi dari
teori kognitif di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan
secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh
siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Peranan guru adalah membantu
siswa mengembangkan pengertian baru.
Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman, pengetahuan, dan
pengertiannya dan apakah mereka siap untuk tahu dari pembentukan
pengertian baru ini. Menurut Jean Peaget peranan dan fungsi kawasan
kognisi terhadap proses pembelajaran sebagai :
1. Strategi dimana siswa menggunakan kontrol dan pengawasan dalamproses
memperoleh pengetahuan yang dimilikinya
2. Usaha yang digunakan dalam pembelajaran dalam proses pemikiran
3. Cara mental yang mengarah pada kreatifitas, inspirasi dan menemukan
kebiasaan perilaku pada individu dalam bekerja menjalin informasi dan
dan pemecahan masalah pada setiap individu
4. Cara mental dalam proses pemecahan dan penilaian informasi.
Dalam pemprosesan informasi terdapat dua proses kognitif yang sangat
penting yaitu atensi dan memori. Atensi adalah pemusatan atau pemfokusan
usaha mental yang bersifat selektif dan beralih. Sedangkan memori adalah
penyimpanan informasi sepanjang waktu yang merupakan pusat bagi kehidupan
mental dan pemrosesan informasi. Memori terbagi menjadi dua yaitu memori
jangka pendek dan memori jangka panjang. Pemantauan kognitif (cognitive
monitoring) adalah proses pencatatan hal-hal yang sedang dikerjakan, apa yang
akan dikerjakan kemudian, dan seberapa efektif kegiatan mental tersebut
berkembang.
Pemantauan kognisi selain untuk memahami dan memecahkan masalah sosial
juga penting dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan aspek non
sosial dari inteligensi. Misalnya saat sedang mengerjakan soal matematika, yang
terdiri dari banyak soal dan membutuhkan waktu yang panjang, ia akan
menentukan jenis masalah yang dikerjakan dan cara terbaik untuk
memecahkannya.
Dengan begitu mereka dapat menilai apakah jalan yang dilakukannya berhasil
atau tidak. Orang tua, guru, dan teman sebaya dapat menjadi sumber yang efektif
untuk meningkatkan pemantauan kognitif remaja. Pengajaran timbal balik adalah
strategi pengajaran yang semakin banyak dipakai.
Sedangkan Pemrosesan informasi sosial memusatkan perhatian pada cara
seseorang menggunakan proses kognitifnya, seperti perhatian, persepsi, ingatan,
pemikiran, penalaran, harapan dan seterusnya untuk memahami dunia sosial
mereka. Berkaitan erat dengan keterampilan pengambilan keputusan yang tepat
adalah berpikir kritis. Berpikir kritis meliputi kemampuan seseorang untuk
memahami makna yang mendalam dari suatu masalah, keterbukaan pikiran
terhadap berbagai pendekatan atau pandangan yang berbeda, dan menentukan
sendiri hal yang diyakininya. Agar pemikiran kritis dapat berkembang secara
efektif, dibutuhkan dasar yang kuat dalam hal keterampilan dan pengetahuan
dasar di masa kanak-kanak.

2. Pengertian memori dalam konteks pembelajaran


Ingatan atau memori merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi
kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang
membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari makhluk hidup
lainnya. Ingatan memberi manusia titik-titik rujukan pada masa lalu, dan perkiraan
pada masa depan. Ingatan adalah bukti bahwa seseorang telah belajar
sebagaimana tingkah laku manusia selalu dipengaruhi oleh pengalaman masa
lampau yang diingatnya.
Daya ingat merupakan kemampuan seseorang untuk memanggil kembali
informasi yang telah dipelajarinya dan yang telah disimpan dalam otak. Daya ingat
seseorang tidak terlepas dari kemampuan otaknya untuk menyimpan informasi.
Bagian-bagian otak yang diperkirakan paling berperan dalam memori adalah
hipokampus dan struktur terkait di lobus temporalis medial (dalam), sistem limbik,
serebelum, korteks prafrontalis, dan bagian-bagian lain korteks serebri. Berikut
definisi dan pengertian daya ingat atau memori dari beberapa sumber buku
1. Menurut Guyton dan Hall (2008), memori adalah kemampuan untuk
mengkode, menyimpan, mempertahankan dan mengingat informasi atau
pengalaman masa lalu pada otak manusia.
2. Menurut Bruno (1987), memori adalah proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan
pengetahuan yang semuanya terpusat di dalam otak.
3. Menurut Wade dkk (2008), memori adalah kemampuan individu memiliki
dan mengambil kembali suatu informasi dan juga struktur yang
mendukungnya serta suatu bentuk kompetensi, memori juga
memungkinkan individu memiliki identitas diri.
4. Menurut Solso (2007), memori adalah proses mental yang melibatkan
penyandian (encoding), penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali
(retrieval) informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat di otak.
5. Menurut Chaplin (2006), memori adalah kemampuan seseorang untuk
memanggil kembali informasi yang telah dipelajarinya dan yang telah
disimpan dalam otak.
6. Menurut Atkinson (2000), memori adalah unsur perkembangan kognitif,
yang memuat seluruh situasi yang di dalamnya individu menyimpan
informasi yang diterima sepanjang waktu.
Menurut Ardani (2006) dan Kuswana (2011), terdapat beberapa model atau
teori yang menjelaskan mengenai daya ingat atau memori, antara lain yaitu
sebagai berikut:
1. Model Atkinson-Shiffrin. Model ini mengemukakan adanya pemisahan
gudang memori untuk jenis memori yang berbeda. Menurut model ini,
materi diulang-ulang dari memori jangka pendek (STM) masuk ke dalam
memori jangka panjang (LTM). Model ini mengatakan adanya proses
kontrol, yakni fleksibilitas strategi yang digunakan orang tergantung pada
materi dan preferensi personal seseorang. Salah satu proses kontrol yang
penting adalah reversal (pengulangan informasi yang menyebabkan
adanya perputaran kembali informasi ke memori jangka pendek).
2. Model Tulving. Model Tulving membahas mengenai memori Episodik,
Semantik dan Prosedural. Memori episodik menyimpan informasi tentang
kapan peristiwa terjadi dan hubungan antar kejadian. Memori semantik
adalah pengetahuan tentang dunia yang diorganisasikan. Sedangkan
memori prosedural meliputi pengetahuan bagaimana urutan mengerjakan
sesuatu dan menghubungkan antara stimulus dan respon.
3. Model Craig dan Lockhart. Craig dan Lockhart merupakan psikolog kognitif
yang mengkhususkan perhatiannya pada proses dan struktur memori.
Melalui usulan teorinya mengenai tingkat pengolahan informasi yang
mengelaborasikan proses dengan pengkodean dan memengaruhi
keawetan hasil belajar jangka panjang.
4. Model Baddeley. Hitch dan Baddeley mengusulkan suatu model multi-
komponen, memori jangka pendek dan beberapa fungsi komponen sebagai
buffer penyimpanan informasi sementara dan yang lainnya sebagai proses
pasif. Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa pembagian memori
kerja ke penyimpan berbasis modalitas jangka pendek dan eksekutif pusat
merupakan pengolahan modalitas bebas yang dilakukan memori kerja.
5. Model Daneman dan Carpenter. Daneman dan Carpenter
memformulasikan konstruksi memori kerja dan mengutamakan pengolahan
bahasa untuk tingkat kompleks dengan mengembangkan fungsi memori
kerja. Berdasarkan sudut pandangnya, kinerja memori kerja pada jarak
tugas-tugas yang kompleks memerlukan efisiensi proses.
6. Model Kane dan Engle. Kane dan Engle menggambarkan memori kerja
sebagai fungsi perhatian eksekutif yang dibedakan dari memori jangka
pendek. Kane dan Engle menetapkan bahwa bukanlah jarak jangka pendek
melainkan kemampuan mengendalikan perhatian yang menjaga informasi
tersimpan, secara aktif dan cepat.
7. Model Proses Cowan. Menurut cowan interaksi yang dekat dan saling
ketergantungan antara memori kerja dan memori jangka panjang pada
awalnya menunjukkan bahwa ada sistem penyimpanan memori tunggal
yang terdiri dari unsur-unsur pada berbagai tingkat pengaktifan. Sebagai
sistem penyimpanan memori-memori tunggal jangka panjang, teori memori
kerja tergabung dalam memori jangka panjang. Model Oberauer. Menurut
Oberauer pada memori kerja terdapat dimensi fungsional yang terdiri dari
tiga proses umum, yaitu (1) verbal dan numerik (2) spasial dan figural.
Sedangkan Memori dalam konteks pembelajaran mengacu pada kemampuan
individu untuk menyimpan, mengingat, dan mengakses informasi atau
pengalaman yang telah mereka peroleh dari pengalaman belajar sebelumnya. Ini
termasuk pengingatan tentang fakta, konsep, keterampilan, dan pengalaman yang
relevan dengan subjek atau topik tertentu. Pentingnya memori dalam
pembelajaran dapat dilihat dalam beberapa cara:
1. Penyimpanan Informasi: Memori adalah langkah pertama dalam proses
pembelajaran. Ketika seseorang belajar sesuatu, informasi tersebut harus
disimpan dalam memori jangka pendek atau memori jangka panjang agar
dapat diakses dan digunakan nanti.
2. Pemahaman Konsep: Memori memainkan peran penting dalam
pemahaman konsep-konsep baru. Ketika seseorang mempelajari konsep
baru, mereka sering harus mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan
yang telah ada di dalam memori mereka.
3. Penerapan Keterampilan: Ketika seseorang belajar keterampilan baru,
seperti bermain musik atau mengoperasikan perangkat lunak, mereka perlu
mengingat langkah-langkah dan teknik yang tepat. Ini melibatkan memori
procedural, di mana seseorang menyimpan prosedur atau tindakan yang
diperlukan dalam memori mereka.
4. Pemecahan Masalah: Memori memungkinkan individu untuk mengingat
solusi atau pendekatan yang pernah mereka gunakan untuk memecahkan
masalah serupa di masa lalu. Ini dapat membantu dalam pemecahan
masalah yang efektif.
5. Menghindari Pengulangan Kesalahan: Dengan mengingat pengalaman
buruk atau kesalahan yang telah terjadi dalam pembelajaran sebelumnya,
seseorang dapat menghindari mengulang kesalahan yang sama di masa
depan.
6. Mengingat Fakta dan Detail: Dalam banyak konteks pembelajaran, seperti
dalam pelajaran sejarah atau sains, mengingat fakta dan detail yang
relevan adalah aspek penting dari memori.
7. Metakognisi: Kemampuan untuk mengingat strategi belajar yang efektif dan
memahami bagaimana memori bekerja adalah bagian dari metakognisi,
yang membantu seseorang menjadi pembelajar yang lebih baik.

3. Proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah


dalam pembelajaran kognitif.
Pengambilan Keputusan atau Decision Making adalah suatu proses pemikiran
dalam pemilihan dari beberapa alternatif atau kemungkinan yang paling sesuai
dengan nilai atau tujuan individu untuk mendapatkan hasil atau solusi mengenai
prediksi kedepan.
Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Save, 2006:185), pengambilan
keputusan (Decision Making) merupakan pemilihan keputusan atau kebijakan
yang didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih
karena seandainya hanya terdapat satu alternatif tidak akan ada satu keputusan
yang akan diambil.
Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang dipengaruhi
oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan,
kecakapan dan motivasi. Pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni pemilihan
alternatif solusi atau alternatif tindakan dari sejumlah alternatif solusi dan tindakan
yang tersedia guna menyelesaikan masalah (Dermawan, 2004).
Berikut ini beberapa pengertian pengambilan keputusan dari beberapa sumber
buku
1. Menurut Wang dan Ruhe (2007), pengambilan keputusan adalah proses
yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu tindakan dari antara
alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan.
2. Menurut Suharnan (2005), pengambilan keputusan adalah proses memilih
atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak
pasti.
3. Menurut Terry (2003), pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku dari dua alternatif atau lebih, tindakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara alternatif- alternatif yang
memungkinkan.
4. Menurut Simon (1993), pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk
pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih, yang
prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan menghasilkan
suatu keputusan yang terbaik.
Menurut Baron dan Byrne (2008), pengambilan keputusan adalah suatu
proses melalui kombinasi individu atau kelompok dan mengintegrasikan informasi
yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan tindakan. Dasar
Pengambilan Keputusan Menurut Terry (Syamsi, 2000:16), pengambilan
keputusan yang dilakukan seseorang umumnya didasari hal-hal sebagai berikut:
1. Intuisi,keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih
bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor
kejiwaan lain. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi
membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang
dampaknya terbatas.
2. Pengalaman,keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat
bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana
arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan
masalah.
3. Fakta,keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi
yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun
untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Wewenang,keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka
akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik
diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat
keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan
justru menjadi kabur atau kurang jelas.
5. Rasional,keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah-masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan rasional.Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional lebih bersifat objektif.
Proses penyelesaian masalah merupakan suatu proses berpikir, yaitu
kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa sesuai dengan perkembangan kognitifnya.
Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi
hingga dewasa. Menurut Piaget perkembangan kognitif berlangsung melalui
empat tahap, yaitu tahap sensori-motor, pra-operasional, operasional konrit, dan
operasional formal (Ibda, 2015).Valanides (1997) menyatakan terdapat hubungan
antara tahapan perkembangan kognitif yang dimiliki seseorang dengan hasil
belajar dan kemampuan penalarannya. Siswa yang memiliki perkembangan
kognitif yang tinggi menunjukkan kemampuan hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa lainnya.
Pada dasarnya kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,
mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom (Utari, 2011), segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis,
dan kemampuan mengevaluasi.

Proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah adalah dua aspek


kunci dalam pembelajaran kognitif. Ini adalah proses berpikir yang kompleks yang
melibatkan pemrosesan informasi dan penggunaan pengetahuan yang ada untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang
kedua proses ini dalam konteks pembelajaran kognitif:
1. Proses Pengambilan Keputusan dalam Pembelajaran Kognitif: Pengambilan
keputusan adalah kemampuan untuk memilih tindakan atau opsi yang paling
tepat berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam pembelajaran kognitif,
proses ini terlibat dalam beberapa cara: Pemilihan Tujuan Pembelajaran:
Siswa harus memutuskan tujuan apa yang ingin mereka capai dalam
pembelajaran tertentu. Ini bisa menjadi pemilihan topik, keterampilan, atau
konsep tertentu yang ingin mereka pelajari.
2. Evaluasi Sumber Daya: Siswa perlu mengidentifikasi sumber daya apa yang
mereka butuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka, seperti
buku teks, materi online, atau tutor. Pemilihan Strategi Belajar: Siswa harus
memilih strategi belajar yang paling efektif sesuai dengan tujuan
pembelajaran mereka. Ini bisa mencakup membaca, mencatat, berdiskusi
dengan rekan-rekan, atau menggunakan alat bantu pembelajaran seperti
aplikasi atau perangkat lunak.
3. Pemantauan dan Penyesuaian: Selama proses pembelajaran, siswa perlu
terus memantau kemajuan mereka dan, jika diperlukan, mengambil
keputusan untuk menyesuaikan strategi atau tindakan mereka untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Proses Penyelesaian Masalah dalam Pembelajaran Kognitif: Penyelesaian
masalah adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan
strategi atau solusi, dan mengimplementasikannya. Dalam pembelajaran
kognitif, proses ini melibatkan beberapa tahap:
1. Identifikasi Masalah: Siswa perlu mengidentifikasi hambatan atau kesulitan
yang mereka hadapi dalam memahami konsep atau menyelesaikan tugas
pembelajaran. Pengembangan Solusi: Setelah masalah diidentifikasi, siswa
harus mengembangkan berbagai solusi atau pendekatan untuk
mengatasinya. Ini bisa melibatkan pemikiran kreatif dan eksperimen
dengan berbagai strategi.
2. Evaluasi Solusi: Siswa kemudian harus mengevaluasi setiap solusi yang
mereka ajukan untuk menentukan mana yang paling efektif dan sesuai
dengan situasi.
3. Implementasi Solusi: Setelah memilih solusi yang tepat, siswa harus
mengimplementasikannya dalam konteks pembelajaran. Ini bisa berarti
menerapkan strategi pembelajaran yang telah dipilih atau mencoba metode
yang dianggap efektif.
4. Pemantauan Hasil: Setelah solusi diimplementasikan, siswa harus
memantau hasilnya dan memeriksa apakah masalah telah teratasi atau
tujuan pembelajaran telah tercapai.

D. Perkembangan kognitif dalam konteks pembelajaran anak


anak dan dewasa
Perkembangan kognitif dapat dipahami sebagai proses yang terjadi secara
internal pada pusat susunan saraf ketika manusia tengah berpikir. Seorang
psikolog Jean Piaget pertama kali mengemukakan teori perkembangan kognitif
yang bersifat konstruktivisme, namun teori perkembangan kognitif ini ada dua
yaitu konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial. Dalam teori
perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Piaget, ia menjelaskan mengenai
skema-skema atau mengenai bagaimana seseorang memberikan serta
menjelaskan persepsi tentang lingkungannya dalam beberapa tahapan
perkembangan. Selain Piaget, Lev Vygotsku pun mencetuskan teorki
perkembangan kognitif versi dirinya.
kognitif dapat dimaknai sebagai sebuah proses yang terjadi secara internal
dalam pusat susunan sarag ketika manusia sedang berpikir. Secara luas, menurut
Neisser kognisi atau cognition ialah perolehan, penggunaan pengetahuan serta
penataan. Menurut para ahli, kognisi memengaruhi aliran kognitifis atau tingkah
laku dari seorang anak yang didasarkan pada kognisi yaitu merupakan suatu
tindakan mengenal serta memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.
Sederhananya, kognitif ialah seluruh aktivitas mental yang membuat seorang
individu untuk mampu menghubungan, mempertimbangkan dan menilai suatu
peristiwa. Sehingga, individu tersebut akan mendapatkan pengetahuan
setelahnya.
Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi
paham karenanya.Disinilah praktek kecerdasan kognitif bekerja dalam memproses
sebuah pengetahuan. Secara umum kognitif berbicara tentang gagasan, ide dan
pemecahan masalah berakar pada kemampuan kognitif seseorang. Tanpa adanya
kecerdasan kognitif mustahil sebuah ilmu pengetahuan dapat dipahami.
Sederhananya begini sobat Grameds, kognitif itu wajib berperan dalam dunia
belajar mengajar. Adapun pengertiannya menurut para ahli adalah sebagai
berikut.
1. Menurut Williams dan Susanto kognitif adalah bagaimana seseorang dalam
memecahkan sebuah masalah dilihat dari cara seseorang itu bertingkah laku,
bertindak dan cepat atau lambatnya.
2. Menurut Neisser kognitif itu hanya bicara tentang tiga konsep yaitu perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan. Jadi kognitif adalah bagaimana
perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
3. Menurut Gagne Menurut Gagne kognitif merupakan proses internalisasi ilmu
pengetahuan yang terjadi pada susunan saraf pusat ketika seseorang berfikir
memahami sesuatu.
4. Menurut Drever Menurut Drever berpendapat bahwa kognitif istilah umum
yang dipakai untuk memahami sebuah metode pembelajaran. Metode
pemahaman, yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan
penangkapan makna adalah sepaket dengan kognitif.
5. Menurut Piaget kognitif adalah kegiatan seorang anak bagaimana ia
beradaptasi dan menginterpretasikan obyek serta kejadian-kejadian yang
terjadi di sekitar dirinya.
Pemahaman tentang teori belajar kognitif berarti memahami bahwa teori
belajar yang hanya memprioritaskan kepada proses belajar ketimbang pada hasil
yang dicapai. Dalam teori belajar kognitif ini tidak hanya berbicara tentang
stimulus dan respon saja, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam
mencapai tujuan belajarnya.
1. Proses belajar lebih penting daripada hasil
Sudah merupakan kewajiban mindset berpikir yang harus dibangun adalah
proses lebih penting daripada hasil. Mindset berpikir seperti itu akan lebih
menghargai proses yang dilalui seseorang. Ini penting dalam pembelajaran
mencapai tujuan pembelajaran yaitu tekun dan rajin. Pertama kali bangunlah
mindset berpikir yang benar terlebih dahulu agar tidak salah kedepannya.
2. Persepsi dan pemahaman
Kemampuan menjaga persepsi dan pemahaman tentang proses adalah hal
utama. Pencapaian tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang individu.
Hal itu dilihat dari proses seseorang belajar apakah menggunakan cara yang
baik atau tidak. Jadi, persepsi dan pemahaman disitulah yang penting dalam
pembelajaran.
3. Belajar Bertahap
Namanya pembelajaran itu belajar secara bertahap. Materi belajar
dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah. Belajar
dari yang mudah terlebih dahulu hingga yang paling susah. Tahap-tahap
pembelajaran harus dilalui secara serius oleh sang pembelajar atau murid.
4. Pembelajar harus aktif
Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.
Syarat wajib ini menentukan keberhasilan seseorang dalam mendapatkan
informasi dan ilmu pengetahuan. Keaktifan murid turut mempercepat
pemahaman pembelajaran suatu bidang ilmu.
5. Berfikir kompleks
Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks. Berpikir
kompleks berguna untuk memahami informasi secara lengkap dan tepat.
Sehingga pemahaman pun tidak setengah-setengah akan suatu informasi.
Bahkan jika pemahaman kita tidak komprehensif terhadap suatu informasi
bisa berdampak buruk buat diri kita sendiri.
Teori perkembangan kognitif versi Jean Piaget merupakan teori konstruktivis
kognitif yang menjelaskan, bahwa anak akan terus berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Hasil dari interaksi anak tersebut, akan menghasilkan suatu hal yang
bernama skema atau skemata atau disebut pula sebagai schemal. Skemata atau
skema berarti, jenis-jenis pengetahuan memiliki fungsi untuk membantu seorang
individu melakukan interperasi serta memhami lingkungan sekitarnya. Sifat utama
dari skema ialah bahwa skema akan terus bermodifikasi, bergerak, dinamis,
berkelanjutan atau tidak dapat berhenti di satu titik saja.
Agar skema mampu terus bergerak sesuai dengan sifat yang dimiliki, maka
skema pun dibantu dengan dua proses penting bernama asimilasi serta
akomodasi. Asimilasi ialah aktivitas untuk mendapatkan sebuah informasi baru
agar nantinya informasi tersebut, dimasukan ke dalam skema yang ada.
Sedangkan, akomodasi ialah proses yang terjadi ketika pengetahuan baru masuk
ke dalam skema lalu diubah menjadi skema dalam bentuk yang baru.
Dalam teori perkembangan kognitif anak versi Jean Piaget, anak usia dini
akan terpengaruh oleh aktivitas yang berkelanjutan dengan skema, asimilasi serta
akomodasi secara terus menerus, hingga akhirnya terbentukalah keseimbangan
yang baru atau equilibrium berkali-kali. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget
menjelaskan bahwa kemampuan dari kognitif anak dapat berkembang secara
bertahap pada rentang waktu yang berbeda-beda, termasuk perkembangan dalam
mengamati ilmu pengetahuan. Apabila seorang anak dipaksa untuk memiliki
kemampuan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan waktu perkembangannya,
maka akan menyebabkan gangguan pada periode emas anak.
Teori dari Jean Piaget ini disebut pula dengan teori genetic epistemology,
karena teorinya menjelaskan mengenai perkembangan kemampuan intelektual
anak dalam masa pertumbuhan. Ada empat tahapan dalam teori Piaget mengenai
tahapan perkembangan kognitif, berikut penjelasannya.
1. Tahapan Sensorimotor (Terjadi pada anak usia 0 – 2 tahun)
Menurut Piaget, manusia lahir dengan beberapa refleks bawaan untuk
mendorong eksplorasinya. Skema, mulanya dibentuk dengan melalui proses
diferensiasi refleks bawaan. Tahapan sensorimotor merupakan tahap
pertama yang menandai perkembangan kemampuan serta pemahaman
spatial. Ada enam sub tahapan dari tahapan sensorimotor, berikut
penjelasannya. Sub tahapan skema refleks, sub tahapan skema ini muncul
ketika lahir hingga usia enam minggu serta memiliki hubungan utama
dengan refleks. Sub tahapan fase reaksi sirkular primer, skema ini dimulai
sejak usia enam minggu hingga empat bulan dan memiliki hubungan utama
dengan munculnya kebiasaan. Sub tahapan fase reaksi sirkular sekunder,
muncul ketika manusia telah berada di antara usia empat hingga sembilan
bulan dan memiliki hubungan utama dengan koordinasi antara pemaknaan
serta penglihatan. Sub tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul
sejak usia sembilan hingga 12 bulan ketika berkembangnya kemampuan
untuk melihat suatu objek sebagai hal yang permanen meski terlihat berbeda
apabila dilihat dari sudut yang berbeda, disebut sebagai permanensi objek.
Sub tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul sejak usia 12 hingga 18
bulan serta memiliki hubungan utama dengan penemuan cara baru demi
mencapai tujuan. Sub tahapan awal representasi simbolik, memiliki
hubungan utama dengan tahapan awal dari kreativitas.
2. Tahapan Pra Operasional (Terjadi pada usia 2 -7 tahun)
Dalam tahapan kedua perkembangan kognitif, terjadi pada seorang anak
dengan rentang usia antara dua hingga tujuh tahun. Piaget berpendapat
bahwa dalam tahapan perkembangan kognitif yang kedua ini, muncul fungsi
psikologis. Anak yang masuk pada tahapan pra operasional akan memiliki
kemampuan untuk berpikir secara simbolis yang lebih berkembang, memiliki
kemampuan berpikir non logis, sifat intuitif, egosentris, animismer,
kemampuan berbahas yang lebih matang, kemampuan imajinasi yang kuat
serta memiliki kemampuan memori yang lebih kuat pula. Ada dua ciri yang
kuat ketika seorang anak berada dalam tahapan pra operasional, yaitu ciri
animisme dan egosentris. Animisme maksudnya, anak memiliki kepercayaan
bahwa benda tidak bernyawa itu hidup serta bisa bergerak. Sedangkan ciri
egosentris maksudnya, anak tidak mampu membedakan perspektif dirinya
dengan perspektif yang dimiliki orang lain.
3. Tahapan Operasional Konkrit (Terjadi pada usia 7 – 11 tahun)
Tahapan ketiga dalam perkembangan kognitif muncul pada rentang usia 7
hingga 11 tahun. Ada ciri pada tahapan ketiga ini, yaitu penggunaan logika
yang memadai. Kemudian pada tahapan ketiga pula, ada beberapa sub
tahapan penting lainnya. Berikut penjelasannya. Pengurutan, sub tahapan ini
ialah kemampuan untuk mampu mengurutkan objek sesuai dengan bentuk,
ukuran serta ciri lainnya. Klasifikasi, ialah kemampuan anak untuk
memberikan nama serta mengidentifikasi serangkaian benda sesuai dengan
ukuran, tampilan serta karakteristik lain. Termasuk dalam gagasan bahwa
serangkaian benda dapat menyertakan benda lain dalam rangkaian
identifikasi tersebut. Pada sub tahapan ini, anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika animisme. Decentering, pada sub tahapan ini, anak
mulai mempertimbangkan aspek-aspek dari permasalahan hingga mampu
memecahkannya. Reversibility, merupakan sub tahapan di mana anak akan
mulai paham bahwa jumlah atau benda dapat diubah, lalu dikembalikan lagi
pada keadaan awalnya. Konservasi, ialah sub tahapan di mana anak mulai
memahami bahwa panjang, kuantitas serta jumlah benda tidak berhubungan
dengan tampilan maupun pengaturan dari suatu objek atau benda tertentu.
Penghilangan sifat egosentris, anak akan mampu melihat suatu hal dari
sudut pandang orang lain dan tidak lagi memiliki sifat egosentris.
4. Tahapan Operasional Formal (Terjadi pada usia 11 tahun hingga anak
dewasa)
Tahapan terakhir perkembangan kognitif ialah tahapan operasional formal
yang dialami oleh oleh anak usia 11 tahun hingga ia dewasa. Ciri khasa dari
tahapan keempat ini ialah anak mampu berpikir secara abstrak serta mampu
menalar lebih logis. Anak juga memiliki kemampuan untuk menrik
kesimpulan dari informasi yang ia dapatkan. Dalam tahapan yang terakhir ini,
anak mampu memahami beragam hal seperti bukti logis, cinta serta nilai.
Anak tidak akan melihat segala sesuatunya hanya dalam bentuk putih atau
hitam, tetapi ada warna-warna lain dari informasi yang telah ia dapatkan.
Apabila dilihat dari faktor biologisnya, tahapan terakhir ini akan muncul ketika
pubertas dan menandai masuknya seseorang ke dunia dewasa baik secara
penalaran moral, kognitif, fisiologis, perkembangan psikoseksual serta
perkembangan sosial.

Anda mungkin juga menyukai