Anda di halaman 1dari 11

NAMA : DZUL FAHMI

NIM : 857139489
KODE MK : MKDK4002
MASA REG. : 2021.2

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat!


1. Tahap perkembangan bahasa individu memiliki pengaruh dalam kegiatan belajarnya sehingga sehingga
seorang pendidik harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perkembangan peserta didiknya agar ma-
mpu merespon komuniukasi yang dilakukan oleh peserta didiknya
a. Jelaskan komponen-komponen Bahasa
b. Jelaskan tahapan perkembangan Bahasa

2. Perkembangan berpikir matematis peserta didik sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan
yang berkaiatan dengan hal tersebut.
a. Jelaskan teori kemampuan matematis
b. Jelaskan penalaran dan penyelesaian masalah secara matematis

3. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan berkenaan dengan perkembangan emosi, temperamen,
dan keterikatan (Attachment) yang menjadikan mereka berbeda. Oleh karena itu, pembelajaran terhadap
peserta didik harus dapat memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.
a. Jelaskan tahapan perkembangan emosi, temperamen, dan keterikatan (Attachment)
b. Jelaskan teori-teori berkenaan dengan perkembangan emosi, temperamen, dan keterikatan (Attach-
ment) moral dan prososial

4. Konsep diri merupakan pandangan diri sendiri terhadap dirinya sehingga dapat membentuk harga diri.
Hal ini dapat menjadikan motivasi belajarnya
a. Jelaskan komponen konsep diri dan harga diri
b. Jelaskan upaya yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya

5. Perkembangan identitas diri, moral dan prososial sangat berpengaruh terhadap kemandirian dan keba-
hagiaan dalam menempuh kehidupan di masa depannya.
a. Jelaskan pembentukan dan tempaan terhadap Perkembangan identitas diri, moral dan prososial
b. Jelaskan teori perkembangan identitas diri, moral dan prososial

Jawaban
Nomor 1
a.
- Komponen-Komponen Bahasa
1. Fonologi
Fonologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang meng kaji bunyi ujar dalam bahasa ter-
tentu. pembahasan yang dijelaskan dalam fonologi adalah mengkaji bunyi- bunyi bahasa sebagai satuan
kecil beserta dengan gabungan atarbunyi yang membentuk silabel atau suku kata ( Chaer 2009:5).
Fonologi dibagi kedalam dua macam, yaitu :
Fonetik : Ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi
tersebut dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Fonemik : Ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.

1
Selamat Bekerja
2. Morfologi
Marfologi adalah adalah cabang dari linguistic atau ilmu bahasa mengkaji pembentukan kata atau mor-
fem-morfem dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini tidak hanya membahas bagaimana kata itu terbentuk,
tetapi tetapi membahsa seluk beluk benuk kata dan fungsi perubahan – perubahan bentuk kata.
3. Semantik
Sematik adalah cabang dari linguistic atau ilmu bahasa yang mengkaji makna yang terkandung dalam
bahasa, kode atau jenis lain dari representasi.
4. Sintax
Sintak adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan benar contoh: Ani ber-
kata kepada ibunya “aku sedang buah sayur dan makan “.kalimat tersebut tidak diucapkan dengan tata
kata yang baik sehingga makna yang akan disampaikan tidak ditangkap dengan orang lain, maka dari itu
sintak berfungsi dalam menata kata hingga membentuk kalimat yang utuh .
5. Pragmatik
Pragmatic adalah cabang dari linguistic atau ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa yang dika-
itkan dengan konteks pemakaiannya
- Teori Perkembangan Bahasa
1. Pandangan teori Interaksi
Teori interaksi berpandangan tentang kemampuan matematika. Seseorang dikatakan paham mengenai nume-
rik ketika ia dapat menyamakan antara angka dan jumlah.
Contoh :
Seorang ibu memberikan angka lima maka anaknya akan memberikan lima buah jeruk.
2. Pandangan Teori Nativisme
Teori Nativisme mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki sistem bawaan yang memberikan kita ke-
mampuan untuk membuat perkiraan penilaian tentang jumlah angka. Sistem ini memungkinkan kita untuk
memetakan label nomor agar digunakan dalam menghitung dengan jumlah yang sesuai.
Contohnya penggunaan angka pada jam.
3. Pandangan Teori Empirisme
Teori empirisme berpendapat bahwa hal yang harus diketahui oleh anak dalam belajar matematika ada-
lah membedakan antara angka dan jumlah. Angka bisa saja digunakan untuk mewakili jumlah, tetapi ini
tidak disampaikan dengan jelas kepada anakanak sejak mereka dapat berhitung.
b.
1. Priode Pralinguistik
Priode pralinguistik yaitu tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi,walaupun mereka tidak
dapat bicara atau mengatakan apa yang mereka mau ,mereka mengirim pesan dengan berbagai cara, seper-
ti ekspresi wajah dan suara(menangis,berteriak,tertawa,dan sebagainya)
2. Periode Holophrase
Periode holophrase dikenal dengan one-word period tahap satu kata.pada tahap ini anak memulai meng-
kombinasikan kata kata ,tetapi mereka sedang belajar untuk menangkap makna yang lebih sulit dari pa-
da tahap sebelumnya.
3. Periode Telegrafis
Priode telegrafis jika pada tahap holophrase,anak mencoba menyampaikan pesan melalui satu kata, pa-
da tahap telegrafis ,anak mencoba membentuk makna dengan mengombinasikan dua kata
4. Perkembangan Bahasa Usia Dini , Kanak – Kanak dan Remaja
Sebagai pendidik, penting untuk mengetahui tahap perkembangan bahasa anak,selain untuk berkomunika-
si, bahasa juga di pergunakan sebagai alat pendeteksi gejala gejala yang terjadi pada anak dalam
proses perkembangannya.
Nomor 2
a.
Menurut Fajri (2017), dalam proses berpikir matematis, pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya
berlangsung dalam satu arah (one way communication), tetapi harus melalui proses interaksi yang ber-
2
Selamat Bekerja
sifat dua arah (two way communication), yaitu antara sesama siswa, siswa dengan guru, serta siswa
dengan lingkungan dan sumber belajar. Dalam prosesnya, pelaksanaan pembelajaran harus dapat memberi-
kan tantangan bagi siswa untuk secara kompleks terkait konsep materi yang sedang dipelajari.
Menurut Stoltz (2000: 14) dalam widyastuti, Usodo dan Riyadi (2015), terdapat 3 macam cara manusia
memecahkan masala, antara lain:
- Climbers, merupakan sekelompok orang yang berupaya mencapai puncak kesuksesan, siap menghadapi
rintangan yang ada, dan selalu membangkitkan dirinya pada kesuksesan.
- Campers, merupakan sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk menanggapi tantangan yang ada,
tetapi tidak mencapai puncak kesuksesan dan mudah puas dengan apa yang sudah dicapai.
- Quitters, merupakan sekelompok orang yang lebih memilih menghindar dan menolak kesempatan yang
ada, mudah putus asa, mudah menyerah, cenderung pasif, dan tidak bergairah untuk mencapai puncak
keberhasilan.
b.
1. Penalaran Aditif
Merupakan penalaran yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah dalam operasi penjumlahandan pe-
ngurangan pada matematika. Kata “penalaran adiptif” lebih dipilih daripada “penyelesaian penjumla-
han dan pengurangan” karena banyaknya kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan yang sama de-
ngan menjumlahkan atau mengurangi
2. Penalaran Multipikatif
Penalaran ini biasanya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam operasi perkalian atau pem-
2. Penalaran Multipikatif
Penalaran ini biasanya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam operasi perkalian atau pem-
bagian. Jika penalaran adaftif meggunakan satu variabel, tetapi ini tidak terjadi pada penalaran mul-
tipikatif.
Cara memecahkan masalah matematis
Martin hugher (1981) mengategorikan cara anak memecahkan masalah berdasarkan umurnya.
Umur (1-2) memecahkan masalah dengan menggunakan benda yang nyata karena pada umur tersebut
anak masih membutuhkan stimulasi untuk memahami jumlah benda
Umur (3-4) memecahkan masalah dengan berimajinasi.
Contoh : guru berkata “ bayangkan lluni memiliki lima buah kelereng dalam sebuah kotak, kemudian ia
masukkan dua buah kelereng, berapa jumlah kelereng ada dalam kotak tersebut?’ cara ini lebih efektif
untuk digunakan daripada menayakan secara langsung ( 5=2=......)
Nomor 3
a. Tahapan perkembangan emosi, temperamen, dan keterikatan
1. Tahapan perkembangan emosi
Tahapan perkembangan emosi yang dapat diekspresikan sesuai dengan usia, dari lahir hingga dewasa.
• 0 bulan /lahir : beberapa ahli percaya bahwa seorang bayi terlahir memiliki emosi, karena mereka
sudah terprogram secara biologis.
• 2 – 7 bulan : bayi sudah mulai dapat menggambarkan berbagai macam ekspresi, seperti marah, takut,
gembira, sedih, dan terkejut.
• 1-2 tahun : tingkat emosi pada usia ini, sudah lebih kompleks. Mereka mulai memiliki rasa malu,
iri, menyesal, dan bangga.
• 3 tahun : anak sudah mulai memiliki kemampuan diri endiri untuk dapat menilai baik dan buruk.
• 4-5 tahun : anak dapat mengekspresikan perasaan malu, iri, menyesal, bangga, baik dan buruk.
• 6 – 12 tahun : tingkat emosi anak pada usia ini sudah kompleks, anak sudah memiliki rasa malu,
gugup, enggan, sombong, dan merasa bersalah.
• Remaja – dewasa : pada tahap ini seseorang memiliki kompleksitas emosi yang tinggi, sebab ting-
kat tingkat kematangan emosi yang sudah baik.

3
Selamat Bekerja
2) Temperamen
Temperamen adalah kecenderungan seseorang untuk merespons dengan cara yang dapat dipredksi terha-
dap peristiwa lingkungan, termasuk merespon tingkat aktivitas, lekas marah, ketakutan, dan kemam-
puan bersosialisasi. Temperamen merupakan sifat turun menurun sehingga bersifat tetap atau stabil.
Temperamen dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu, temperamen anak yang mudah, temperamen anak
yang susah diatur, dan temperamen anak yang berada ditengah–tengah.
3) Keterikatan (attachment)
Attachment adalah ikatan kuat abadi, dan kasih sayang yang dibagikan oleh seorang anak terhadap or-
ang yang signifikan dekat dengannya, biasanya seorang ibu atau orang yang mengerti dan dapat meme-
nuhi kebutuhan sang anak.
Ada beberapa Fase perkembangan keterikatan (attachment) diantaranya adalah:
• 0 -2 bulan : bayi belum bisa memebedakan orang – orang didekatnya. Bayi belum memilih–milih fig-
ure lekat dan mengenali orang didekatnya.
• 2-7 bulan bayi mulai mampu mengenal orang – orang disekitar, apabila ia sudah mengenal seseorang
dia akan merasa aman dan nyaman.
• 7 – 9 bulan dan sampai 2 tahun : bayi talah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau figure le-
kat lainnya. Bayi akan berusaha dekat dengan figure lekatnya apabila berpisah, ia akan menangis.
• 2 – 3 tahun dan 3 tahun keatas : anak merasa lebih amandalam berhubungan dengan orang – orang
terdekatnya. Apabila pada pase ini tercipta hubungan keteriktan yang aman, anak tidak akan merasa
sedih selama berpisah dengan sosok yang dekat dengannya.
b. Teori – teori yang berkenaan dengan perkembangan emosi, temperamen, dan keterikatan (Attachment)
moral dan proposial
1) Teori psikoanalisis
Teori psikonalisis mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang Ketika terjadi konflik–konflik dari
aspek–aspek psikologis terebut yang pada umumnya terjadi pada anak – anak atau usia dini. Atau da-
pat dikatakan pengasuh responsive terhadap bayi saat kelaparan dan membutuhkan kebutuhan dasar la-
innya.
2) Teori belajar
Teori belajar mengasumsikan bahwa seorang bayi akan memiliki keterikatan terhadap orang yang mem-
berikan makan dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Atau dapat dikatakan memberikan makan, responsive
terhadap kebutuhan bayi, memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat bagi bayi
3) Teori kognitif
Teori kognitif mengingatkan kita bahwa terjadinya sebuah keterikatan juga bergantung pada tingkat
kemampuan perkembangan kognitifyang dimiliki oleh seorang anak. Atau dapat dikatakan bayi dapat
membedakan antara orang dekat dan orang asing, bayi memperoleh objek secara permanen, bayi menga-
kui bahwa pengasuh terus ada meski saat pengasuh tak didekatnya
4) Teori Etologikal
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku sosial telah dihasilkan dari evolusi dan upaya untuk
menjelaskan dan memeriksa perilaku sosial dalam konteks tersebut. Atau dapat dikatakan bayi memiliki
karakter yang menimbulkan keterikatan dari pengasuh.
Nomor 4
a. Komponen konsep diri dan harga diri
Konsep diri adalah pandanagan terhadap diri sendiri, termasuk secara fisik,
mental, emosi, dan kebiasaan.
1) Adapun komponen–komponen konsep diri adalah sebagai berikut:
• Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individuterhadap dirinya, ( fisik ) baik secara sadar maupun tidak disa-
dari. Komponen ini mencakupmpersepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk tubuh dan
potensinya.

4
Selamat Bekerja
• Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya berperilaku berdasarkan standar
pribadi dan terkait dengan cita – cita. Pembentukan ideal diri ini terjadi sejak masa anak–anak
dan dapat dipengaruhi oleh orang – orang terdekat.
• Harga diri
Harga diri adalah persepsi terhadap hasil dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah
laku dengan ideal dirinya. Komponen konep diri ini mulai terbentuk sejak kecil disebabkan adanya
penerimaan dan perhatian dari sekitarnya.
• Peran diri
Peran diri merupakan serangkaian pola sikap perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan kelompok-
nya, seseorang pun memiliki fungsi dalam kelompok masyarakatnya.
• Identitas diri
Identitas diri merupakan kesadaran tentang diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang dari hasil
observasi dan penilaia dirinya. Menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
2) Harga diri yaitu evaluasi seseorang terhadap seseorang sebagai
seseorang yang didasarkan pada penilaian terhadap kualitas yang
membentuk konsep diri.
Menurut coopersmith ( 1967 ), ada empat aspek dalam harga diri
• Kekuatan (power)
Kekuatan yang dimaksud disini adalah kekuatan yang menunjukan bahwa seseorang memiliki kemampuan un-
tuk dapat mengontrol tingkah laku serta mendapatkan pengakuan orang lain atas tingkah laku tersebut.
• Keberartian (significant)
Keberartian merupakan sebuah kepedulian, perhatian, afeksi, dan ekspresi kasih sayang yang diterima
oleh seseorang dari orang lain yang menjadi tanda bahwa seseorang tersebut diterima keberadaannya di-
lingkungan sosialnya.
• Kebajikan ( virtue )
Kebajikan menunjukan suatu ketaatan untuk mengikuti dan bertingkah laku sesuai dengan etika, moral
dan agama, dan menjauhi segala larangannya, sehingga berdampak pada anggapan seseorang bahwa orang
yang memiliki sikap positif dan dinilai telah mengembangkan harga diri positif pada dirinya sendiri.
• Kemampuan (competence)
Maksud dari kemampuan disini adalah kemampuan dalam menunjukan performa yang tinggi dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai prestasi.
b. Upaya yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya, antara lain:
1) Berikan pujian dengan bijak
Guru memberikan pujian saat siswa melakukan sesuatu akan membuat siswa merasa istimewa dan termoti-
vasi
2) Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru membuat siswa nyaman dalam melakukan pembelajaran dan termotivasi untuk melalui pembelajaran
dengan baik.
3) Ciptakan persaingan atau kompetensi yang sehat
Guru harus menciptakan persaingan atau menciptakan sebuah kompetensi yang sehat agar siswa termoti-
vasi untuk melakukan hal seoptimal mungkin.
4) Menulis nama siswa dipapan tulis dengan reward-nya
Guru memberikan reward seperti bintang kepada siswa melakukan sesuatu agar siswa termotivasi.
5) Gunakan media belajar yang baik dan sesuai dengan pembelajaran
Salah satu penyebab termotivasinya siswa untuk mengikuti pembelajara dengan baik hingga akhir,
guru harus menggunaan media belajar yang baik dan sesuai dengan pembelajaran.

5
Selamat Bekerja
6) Menjelaskan tujuan belajar
Melalui jelasnya tujuan belajar, siswa pun berusaha focus untuk mencapi tujuan dari suatu pembe-
lajaran.
7) Memberikan poin kelompok
Dengan adanya penilaian kelompok, setiap kelompok dapat mengevaluasi kemampuannya, Ketika mereka
mendapatkan nilai yang kurang maksimal, mereka akan berusaha lebih keras untuk mendapatkan nilai
yang optimal.
8) Memberikan ulangan atau ujian secara berkala
Guru memotivasi siswa untuk giat belajar demi menyiapkan diri menghadapi ulangan atau ujian, yang
diberikan secara berkala.
9) Menumbuhkan kesadaran siswa
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tanta-
ngan sehingga siswa merasa termotivasi untuk bekerja keras.
10) Memberikan kepada siswa untuk belajar
Peran guru sangat dibutuhkan oleh siswa -siswa yang memiliki kemampuan rendah untuk mendorong me-
reka agar berusaha mengoptimalkan kemampuannya.
Nomor 5
a. Pembentkan dan tempaan identitas diri
Identitas diri adalah mendefinisikan diri dengan matang: perasaan tentang siapa seseorang, kemana
orang akan pergi,dalam kehidupannya, dan bagaimana seseorang tersebut cocok dengan masyarakat.
Identitas diri terbentuk melalui penilaian seorang individu terhadap dirinya yang berlandaskan pada
pertimbangan budaya, ideologi, dan harapan masyarakat sserta adanya penilaian diri yang didasarkan
pada persepsi orang lain.
b. Teori Perkembangan Identitas Diri, Moral Dan Prososial
- Teori Perkembangan Identitas Diri
1) Identitas diri adalah proses menjadi seorang individu yang unik dengan peran yang penting dalam
hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang
relatif stabil sepanjang rentang kehidupan (Desmita, 2008), dan merupakan pengorganisasian dorongan-
dorongan (drives), kemampuan-kemampuan (abilities), keyakinan-keyakinan (beliefs), dan pengalaman ke-
dalam citra diri (image of self) yang konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil kepu-
tusan, baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafah hidup (Woolfolk, dalam Yusuf, 2011).
Bila seseorang telah memperoleh identitas, maka ia akan menyadari ciri-ciri khas kepribadiaanya, se-
perti kesukuan atau ketidaksukuannya, aspirasi, tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan bahwa
ia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya (Desmita, 2008).
2) Marcia (Desmita, 2008) mengemukakan empat status identitas yaitu:
- Disffusion, Remaja yang mengalami kemunduran dalam perspektif waktu, inisiatif dan kemampuan untuk
mengoordinasikan prilaku pada masa kini dengan tujuan masa depan
- Foreclosure, Remaja yang telah membuat komitmen, teteapi belum pernah mengalami krisis atau meng-
ekslorasi alternatif-alternatif yang berarti \
- Moratorium, Remaja sedang mengeksplorasi alternatif-alternatif yang ada, tetapi tidak memiliki
komitmen atau memiliki komitmen, tetapi tidak jelas
- Achievement, Remaja yang telah melewati masa krisi atau masa mengeksplorasi dan telah memiliki
komitmen
3) Menurut Erikson, identitas diri berarti perasaan dapat berfungsi sebagai seseorang yang berdiri
sendiri tetapi yang berhubungan erat dengan orang lain. Ini berarti menjadi seorang dari kelompok
tetapi sekaligus memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan kelompok yang merupakan kekhususan dari
individu itu.

6
Selamat Bekerja
Erikson (Desmita, 2008) juga menyatakan salah satu tugas terpenting yang dihadapi remaja adalah
menyelesaikan krisis identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil
pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas yang stabil, akan memper-
oleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaan dengan orang
lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai
situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta me-
ngenal perannya dalam masyarakat.
- Teori Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral Kohlberg yang ditemukan oleh psikolog Kohlberg memperlihatkan bahwa perbu-
atan moral itu bukan dari hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal
lain yang berhungan dari norma kebudayaan (Sunarto,2013:176).
Tahapan perkembangan moral merupakan ukuran dari tinggi hingga rendahnya teori moral individu berda-
sarkan perkembangan penalaran teori moralnya.
Teori ini menyatakan bahwa penalaran moral lah yang merupakan dasar dari perilaku yang etis dan mem-
punyai stadium perkembangan moral dengan tingkat atau level yang teridentifikasi yaitu:
Level 1 (Prekonvesional)
Pada level pertama ini merupakan tingkat prekonvesional dari penalaran moral seperti seseorang yang
berada didalam tingkat prekonvesional menilai moralitas dari tingkah laku yang ada dan dibuat berda-
sarkan konsekuensinya langsung. Terdapat 2 tahap awal pada level prekonvesional yaitu tahapan awal
dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Tahap pertama individu yang memfokuskan diri pada
konsekuensi nya langsung dari tingkah laku yang dibuat mereka yang dirasakan sendiri.
Contoh nya seperti sebuah tingkah laku yang dibuat dijadikan atau dianggap keliru jika dinilai se-
cara moral jika orang yang memperagakannya di tingkat hukum. Sedangkan pada tahap kedua yaitu deng-
an nyata melihat diri dalam bentuk egosentris, tahap kedua ini menempatkan posisi apa saja yang ke-
untungan yang didapat untuk diri sendiri, perilaku yang ada diartikan sebagai hal yang paling dimi-
natinya. Dalam tahap ini terdapat dua perhatian bagi oranglain yang tidak didasari oleh factor atau
loyalitas yang bersifat intrinsic.
Level 2 (Konvensional)
Pada level kedua ini umumnya berada pada seorang yang sudah matang dalam pemikiran atau seorang re-
maja, orang yang ada pada ditahapan ini menilai moralitas dengan sebuah tingkah laku yang dibuat de-
ngan membandingkannya dengan pandangan dan keinginan.
Pada level kedua ini terdapat 2 tahap yaitu tahap ketiga dan keempat lanjutan dari level pertam, pa-
da tahap ketiga seseorang memiliki peran social atau individu ini ingin menerima ketidaksetujuan dan
persetujaun yang di dapatkan dari masyarakat atau orang-orang lain yang disebabkan karena hal seper-
ti itu yang mereflesikan persutujuan orang lain terhadap peran yang dimilikinya.
Selanjutnya pada tahap ke empat adalah tahap yang penting untuk mematuhi keputusan dan hukum. Perkem-
bangan moral dalam tahap ke empat ini dapat bertambah dari sekedar kebutuhan akan penerimaan indivi-
dual seperti yang ada pada tahap ketiga.
Jadi jika seseorang mampu melanggar hukum maka kemungkinan orang lain juga akan seperti itu sehingga
berada tugas atau kewajiban untuk mematuhi aturan dan hukum
Maka jika seseorang melanggar hukum makan dia akan keliru secara perkembangan moral, sehingga hinaan
atau celaan dijadikan sebagai factor yang sangat signifikan ditahap keempat ini dengan alas an memi-
sahkan yang buruk dari yang sama berat.
Level 3 (Pasca-Konvensional)
Pada level ketiga ini banyak dikenal dengan tingkat yang sangat berprinsip, dilevel ketiga ini ter-
dapat dua tahap lanjutan dari level pertama dan kedua yaitu tahap kelima dan keenam dari perkembang-
an moral.

7
Selamat Bekerja
Pada tahap kelima banyak individu dipandang sebagai individu yang mempunyai banyak pendapat dan ni-
lai-nilai yang tidak sama, yang paling penting pada tahap kelima ini yaitu bahwa tanpa memihak me-
reka akan dihormati dan dihargai. Tidak akan dianggap sebagai relative permasalahan yang seperti
kehidupan dan pilihan sehingga terhambat atau ditahan.
Selanjutnya pada tahap terakhir yaitu tahap keenam dari level pasca konvensional ini adalah pena-
laran yang moral berdasarkan dari penalaran niskala yang menggunakan prinsip etika universal.
Tingkat hukum itu hanya valid jika berdasarkan dengan keadilan, dan komitmen terhadap keadilan
juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak seenaknya.
Jadi 3 tingkat perkembangan moral ini merupakan ukuran dari tinggi dan rendahnya dari moral indi-
vidu dari segi proses penalaran yang mendasarinya bukan dari perbuatan moral. Teori ini berpanda-
ngan bahwa penalaran moral yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai stadium perkembangan
moral dengan tingkatan level yang teridentifikasi yaitu pre konvesional, konvesional dan terakhir
postkonvesional.
Perkembangan moral mempunyai keterkaitan atau hubungan yang sangat erat dengan perkembangan kogn-
itif. Upaya fasilitasi pengembangan moral maupun potensi individu diperlukan untuk mempertimbangkan
dan disesuaikan dengan tahapan perkembangan moral yang sedang dijalaninya.
- Teori Perkembangan prososial
1. Teori Behaviorisme
Penerapan teori behavioristik dalam psikologi sosial merupakan salah satu landasar teorinya. Adapun
teori prososial dalam psikologi sosial yang dikemukakan oleh aliran behaviorisme adalah karena sese-
orang mendapatkan pengajaran oleh lingkungannya untuk memberi pertolongan dan mendapatkan ganjaran
positif dari masyarakat. Manusia cenderung mengulangi atau memperkuat perilaku yang memiliki ganja-
ran atau konsekuensi yang positif bagi dirinya. Kesimpulannya menurut Bierhoff bahwa orang yang mem-
beri pertolongan melihat dunia sebagai suatu tempat yang adil dan mempunyai kepercayaan bahwa ting-
kah laku baik akan mendapatkan imbalan dan tingkah laku yang buruk akan mendapatkan hukuman.
2. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Pada dasarnya teori ini adalah prinsip sosial ekonomi bila dilihat dari perkembangan yang terbaru.
Pendapat dalam teori ini menyatakan bahwa setiap tindakan dilakukan oleh seseorang dengan pertimba-
ngan untung dan rugi, tidak hanya dalam bentuk materi atau finansial melainkan juga secara psiko-
logis. Keuntungan yang dimaksud apabila mendapatkan hasil yang lebih besar dari usaha yang dikelu-
arkan, dan kerugian yang dimaksud adalah jika hasil yang didapatkan kurang dari besarnya usaha yang
dilakukan. Prinsip sosial ekonomi ini menyatakan bahwa setiap perilaku didasarkan dengan penggunaan
strategi yang paling minim, yang memaksimalkan hasil dan meminimalkan usaha agar dapat memperoleh
keuntungan yang sebesar– besarnya.
3. Teori Empati
Teori ini menyatakan bahwa egoisme dan simpati keduanya memiliki fungsi dalam perilaku menolong.
Dalam hubungannya dengan egoisme, perilaku menolong dapat mengurangi ketegangan di dalam diri sen-
diri, sedangkan dari sisi simpati, menolong orang lain dapat mengurangi penderitaan atau kesusahan
yang dialami orang lain. Kombinasi dari egoisme dan simpati dapat bewujud empati, yaitu dapat ikut
merasakan penderitaan dan kesusahan orang lain sebagai kesusahannya sendiri. Beberapa hipotesis me-
ngenai empati:
Hipotesis Empati-Altruistik / Emphaty –Altruism Hypotesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa perhatian empatik yang dirasakan seseorang mengenai kesusahan orang
lain akan menghasilkan suatu motivasi untuk membantu mengurangi penderitaan orang tersebut. Moti-
vasi untuk menolong ini bisa menjadi sangat kuat sehingga bersedia terlibat dalam aktivitas yang
tidak menyenangkan, berbahaya bahkan dapat mengancam nyawa.
Hipotesis Mengurangi Perasaan Negatif / Negative State Relief Model
Caldini dan rekan – rekan mengemukakan model ini dalam penelitiannya di tahun 1981 dan menjelaskan
bahwa orang melakukan perbuatan prososial untuk mengurangi perasaan negatif yang dialaminya ketika

8
Selamat Bekerja
melihat penderitaan orang lain. Dengan menolong orang yang sedang kesusahan, diharapkan si penolong
dapat mengatasi perasaan negatifnya tersebut. Tindakan menolong ini berarti berperan sebagai self–
help untuk terlepas dari suasana hati yang kurang baik.
Hipotesis Kesenangan Empatik / Emphatetic Joy Hypothesis
Seseorang akan menolong apabila ia memperkirakan bisa ikut merasakan kebahagiaan orang yang dito-
longnya, atau dengan kata lain ia dapat melihat bahwa orang yang ditolong tersebut merasa sangat
berterima kasih terhadap pertolongan yang diberikan. Orang yang memberi pertolongan tersebut mera-
sa perlu untuk mengetahui apakah tindakannya akan memberikan pengaruh positif pada orang yang ia
bantu.
4. Teori Norma Sosial
Teori ini berpendapat bahwa orang memberikan pertolongan karena mendapatkan keharusan dari norma–
norma yang ada di masyarakat. Beberapa macam norma sosial yang biasanya menjadi pedoman bagi peri-
laku menolong orang lain yaitu:
Norma Timbal Balik / Recriprocity Norm
Alvin Goulner, seorang tokoh sosiologi mengemukakan teori ini dan menyatakan bahwa kita harus meno-
long orang lain yang juga memberikan pertolongan kepada kita. Jika hal tersebut dilakukan, maka su-
atu saat kita juga akan mendapatkan pertolongan dari orang lain ketika sedang membutuhkan.
Norma Tanggung Jawab Sosial / Social Responsibility Norm
Teori ini menyatakan bahwa kita wajib memberi pertolongan kepada orang lain tanpa mengharapkan ada-
nya balasan apapun setelahnya sebagai perwujudan rasa tanggung jawab dalam menjalankan proses sosi-
alisasi di masyarakat. Norma ini menyatakan bahwa kita harus membantu orang lain karena adanya atur-
an agama dan moral yang berlaku di masyarakat untuk menekankan kewajiban memberi bantuan kepada
sesama yang sedang membutuhkan.
Norma Keseimbangan / Harmonic Norm
Norma ini kebanyakan berlaku di dunia Ketimuran yang menyatakan bahwa seluruh alam semesta harus be-
rada dalam kondisi yang memiliki keseimbangan, keserasian dan keselarasan. Manusia harus membantu
untuk tetap mempertahankan keseimbangan tersebut di dunia antara lain dengan melakukan perbuatan
yang membantu orang lain.
5. Teori Evolusi
Anggapan dalam teori prososial dalam psikologi sosial berikut ini adalah bahwa perilaku prososial
dilakukan demi kelangsungan hidup manusia dan mempertahankan jenisnya dalam proses evolusi. Kecen-
derungan untuk menolong orang lain ini mengandung nilai kelangsungan hidup yang tinggi bagi kelo-
mpok individu tertentu yang lainnya yaitu:
Perlindungan kerabat
Secara alamiah setiap orang akan membantu dan menolong orang lain yang memiliki hubungan darah atau
hubungan terdekat dengan dirinya. Melalui pengamatan dari berbagai peristiwa seperti dalam bencana
alam, musibah, dan peperangan dapat diketahui bahwa orang–orang cenderung memberi pertolongan ke-
pada kerabat terdekatnya lebih dahulu dalam urutan prioritas tertentu, yaitu anak – anak, orang tua,
mendahulukan kenalan daripada orang yang asing, dan membuktikan bahwa terdapat naluri untuk melindu-
ngi kerabatnya dalam perilaku prososial tersebut.
Timbal balik biologis
Teori evolusi ini pun mengandung prinsip timbal balik yang menganggap bahwa seseorang akan cenderung
menolong orang lain agar juga dapat memperoleh pertolongan di masa depan karena perbuatannya meno-
long orang lain tersebut.
Orientasi seksual
Dalam sebuah penelitian dinyatakan bahwa dalam rangka mempertahankan jenisnya, ditemukan bahwa se-
seorang akan cenderung memilih pasangan yang sering berperilaku altruis atau berperilaku prososial.

9
Selamat Bekerja
6. Teori Perkembangan Kognisi
Teori ini menyatakan bahwa tingkat perkembangan kognitif akan berpengaruh kepada perilaku altruisme
atau perilaku prososial. Pada anak – anak, perilaku akan lebih didasarkan pada pertimbangan hasil
yang didapatkan namun ketika anak semakin dewasa dan semakin mampu berpikir abstrak, maka ia akan
semakin mampu untuk mempertimbangkan usaha apa yang harus dilakukan atau dikorbankan untuk perilaku
menolong. Sehingga seseorang akan menolong ketika merasa mampu, atau memilih tidak menolong karena
merasa tidak mampu.
7. Teori Perilaku Terencana / Planned Behaviour
Teori prososial dalam psikologi sosial ini menjelaskan mengenai perilaku yang dilakukan oleh indi-
vidu yang timbul karena individu tersebut memiliki niat untuk berperilaku disebabkan oleh beberapa
faktor internal dan eksternal dari diri individu itu sendiri. Perilaku internal dipengaruhi oleh
kendali pribadi seseorang tersebut dalam keadaan sadar. Sedangkan perilaku eksternal dipengaruhi
oleh orang lain atau lingkungan. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia merupakan makhluk
rasional yang akan mementingkan akibat dari tindakannya sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu.
8. Teori Perilaku Prososial Organisasi
Teori psikologi sosial ini didefinisikan oleh Brief dan Motowidlo sebagao suatu tindakan yang dila-
kukan oleh anggota dari sebuah organisasi terhadap individu, kelompok atau organisasi yang tujuannya
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Ketahuilah juga mengenai aplikasi psikologi sosial da-
lam bidang kesehatan dan hakikat kemauan dalam psikologi.
9. Teori Sosiokultural
Teori budaya dalam psikologi ini juga dinamakan oleh Donald Campbell dengan teori evolusi sosial ya-
itu mengenai perkembangan sejarah kebudayaan manusia. Ia mengemukakan bahwa evolusi genetik juga
bisa membantu untuk memberi penjelasan mengenai beberapa perilaku prososial dasar, namun tidak dapat
berlaku untuk beberapa contoh yang lebih ekstrim, misalnya perilaku menolong orang asing yang sedang
dalam kesulitan. Secara bertahap dan selektif manusia akan mengembangkan keterampilan, keyakinan
dan teknologi yang dapat menunjang kesejahteraan kelompoknya.
10. Teori Belajar Sosial
Perilaku prososial dapat terjadi karena adanya proses belajar, terutama dalam masa perkembangan anak
melalui metode reward, punishment dan modelling sehubungan dengan teori meniru dalam psikologi. Hal
yang paling penting dalam konteks teori ini adalah pemberian reward. Ada tiga mekanisme umum pada
proses belajar tersebut, yaitu pengkondisian klasik, reinforcement atau penguatan, dan belajar obser-
vasional. Ketahuilah juga mengenai macam – macam teori belajar dalam psikologi.
Teori prososial dalam psikologi sosial terkadang menyebutkan mengenai altruisme. Altruisme terkadang
dipandang sebagai salah satu bentuk dari perilaku prososial, akan tetapi beberapa ahli mengemukakan
bahwa ada perbedaan konsep diantara keduanya. Jika perilaku prososial dilihat sebagai jenis perilaku
untuk menolong orang yang pada akhirnya membawa sejumlah keuntungan bagi diri penolongnya, altruisme
dilihat sebagai bentuk murni dari pemberian bantuan yang termotivasi karena kepedulian kepada indi-
vidu yang membutuhkan. Lalu ada juga perdebatan antara para ahli bahwa timbal balik pada intinya men-
dasari banyak dari perilaku altruisme atau bahwa orang – orang terlibat dalam perilaku yang tidak me-
mentingkan diri sendiri untuk alasan yang egois, seperti untuk mendapatkan pengakuan orang lain atau
untuk memperoleh perasaan lebih baik mengenai dirinya sendiri.

10
Selamat Bekerja

Anda mungkin juga menyukai