Anda di halaman 1dari 9

NAMA : DZUL FAHMI

NIM : 857139489
KODE MK : PDGK4202
MASA REG. : 2021.2
JAWABAN

No. 1
Jika dalam suatu pembelajaran siswa belum bisa menggunakan alat dan bahan di lab, maka KPS yang di-
amati adalah KPS dasar. tetapi, jika siswa sudah terbiasa dengan pengajaran yang mendukung KPS maka
KPS yang diamati adalah KPS terintegrasi.

No. 2
Menurut pendapat saya baik itu perkelompok atau perindividu dalam penilaian keterampilan proses sains
dua-duanya baik digunakan tergantung dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. KPS tidak selalu
hanya observasi namun bisa juga dalam bentuk penilaian tertulis, soal pretest, post-test, soal essay,
tidak hanya dengan LO saja dan juga bisa dibantu dengan video selama pembelajaran berlangsung perlu
digunakan saat melakukan penilaian KPS untuk menghindari beberapa indikator pada beberapa siswa yang
belum tercapai.

No. 3
a. Observasi
b. Melakukan Percobaan / Penelitian
c. Menggolongkan / Mengklasifikasi
d. Menyimpulkan / Inferensi

No. 4
Kompetensi: Mengidentifikasi Gaya Gravitasi, Gaya Gesek, Dan Gaya Magnet
Materi: Gaya Magnet

Kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan alat peraga yaitu


Kelebihan:
1. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan
dan sebagainya.
2. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan.
3. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
4. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya

Kekurangan:
1. Memerlukan ruang yang banyak untuk menyimpan alat peraga
2. Alat peraga ini harus jauh dari jangkauan anak-anak dibawah umur 10 tahun
3. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan
4. Tidak bisa dibawa kemana-mana

1
Selamat Bekerja
b. Berdasarkan pihak pengolah pesan, terdapat dua strategi pembelajaran, yaitu ekspositorik dan heu-
ristik. Dalam strategi pembelajaran ekspositorik gurulah yang mencari dan mengolah pesan yang akan
disampaikan, dan siswa hanyalah menerima sedangkan dalam strategi heuristik siswa harus mencari dan
mengolah pesan dan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.
c. Berdasarkan pertimbangan pengaturan guru, ada dua macam strategi, yaitu strategi pembelajaran de-
ngan seorang guru dan beregu (team teaching).
d. Berdasarkan pertimbangan jumlah siswa, terdapat strategi pembelajran klasikal, kelompok kecil,
dan individual.
e. Berdasarkan interaksi guru dan siswa, terdapat strategi pembelajaran tatap muka dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi
individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
1. Strategi Individual
Strategi individualisasi adalah strategi pembelajaran mempergunakan suatu program yang disesuaikan
dengan perbedaan-perbedaan individu, baik karakteristik, kebutuhan maupun kemampuan secara perorang-
an. Strategi ini dikenal dengan Individualized Educational Program (IEP) atau Program Pendidikan Indi-
vidualisasi (PPI).
Strategi individualisasi dilakukan secara perseorangan, guru dapat memberikan pembelajaran bahasa ke-
pada anak tunanetra sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak tersebut.
2. Strategi Kooperatif
Strategi kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong royong atau saling mem-
bantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pada strategi kooperatifanak tunanetra dituntut untuk bekerja sama dengan anak lainnya dalam pembela-
jaran bahasa, karena pada strategi ini anak har
3. Strategi Modifikasi
Strategi modifikasi adalah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah perilaku siswa ke
arah yang lebih positif melalui conditioning atau pembiasaan, serta membantunya untuk lebih produk-
tif sehingga menjadi individu yang mandiri. Strategi ini dapat diterapkan dalam meningkatkan kete-
rampilan sosial anak tunanetra.
Pada strategi modifikasi guru mengubah perilaku siswa tunanetra dan ini bisa dilakukan untuk pembe-
lajaran bahasa juga. Misalnya, guru mengubah bahasa dari anak tersebut yang awalnya bahasa anak ter-
sebut masih kurang menjadi baik.
Agar strategi pembelajaran bahasa anak tunanetra tidak terhambat dan berjalan dengan efektif diper-
lukan alat penunjang untuk membantu anak tunanetra mendapatkan informasi dalam keterampilan bahasa:
1. Komputer Berbicara
Komputer berbicara adalah komputer dengan program JAWS. Komputer yang memudahkan penyandang tu-
nanetra mengakses informasi dari internet maupun ketika menulis suatu informasi atau materi.
2. Huruf Braille
Braille adalah sejenis sistem tulisan yang digunakan oleh tunanetra. Braille dapat digunakan untuk
menulis dan membaca bagi anak tunanetra.
3. Digital Ascesible System (DAISY) Player
DAISY Player digunakan untuk mempermudah penyandang tunanetra untuk memperoleh informasi dari buku
tertentu yang telah diubah menjadi bentuk suara.
4. Buku Bicara (Digital Talking Book)
Digital talking book adalah perangkat yang memungkinkan pembaca tidak hanya menikmati suara audio
yang dibacakan dari buku, namun juga memungkinkan pengguna untuk melewati beberapa teks untuk men-
cari topik atau pencarian kata tertentu.
5. Termoform
Termoform adalah merupakan mesin pengganda bacaan penyandang tunanetra dengan menggunakan kertas
khusus yaitu braillon.

2
Selamat Bekerja
6. Telesensory
Telesensory merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperbesar hurf-huruf agar terbaca oleh pen-
derita tunanetra lowvision.

No. 2
Penyebab Terjadinya Tunarungu
Tipe Konduktif
a. Kerusakan pada telinga luar dapat disebabkan karena tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar
yang dibawa sejak lahir, terjadinya peradangan pada lubang telinga luar.
b. Kerusakan yang terjadi pada telinga tengah dapat disebabkan oleh, Ruda paksa / benturan keras ka-
rena terjatuh, terjadinya peradangan pada telinga tengah, otosclerosis / pertumbuhan tulang pada kaki
tulang stapes, tympanisclerosis/ adanya lapisan kalsium pada gendang dengar, tidak terbentuknya tulang
pendengaran.
Tipe Sensorineural
a. Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetik.
b. Penyebab ketunarunguan faktor non genetic, antara lain;
1) Rubella campak Jerman
2) Ketidaksesuaian antara darah ibu dan ana
3) Meningitis
4) Trauma akustik.
Sistem layanan
a. Tempat khusus/sistem segresi yaitu di SLB.
b. Sekolah umum/sistem integrasi
c. Sekolah Inklusi/sistem inklusi

No. 3
Klasifikasi yang digunakan AAMR sebagai berikut:
1. Mild mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70-55 ringan)
2. Mederate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55-40 sedang)
3. Severe mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40-25 berat)
4. Profound mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70-55 sangat berat)
Kemudian diperbarui pada tahun 1992 yang menitik beratkan pada kebutuhannya, yaitu:
1. Intermitten needs, tidak selalu membutuhkan bantuan.
2. Limited needs, sering membutuhkan bantuan.
3. Extensive needs, membutuhkan bantuan dalam jangka lama dan bantuannya serius.
4. Pervasive needs, kebutuhan bantuan sepanjang waktu.
Sedangkan, klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72 tahun 1991 adalah
sebagai berikut:
1. Tunagrahita ringan IQ-nya 50-70.
2. Tunagrahita sedang IQ-nya 30-50.
3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30.
Ada pula pengelompokkan berdasarkan kelainan jasmani/ Tipe Klinis, diantaranya:
1. Down Syndrome (Mongoloid), cirinya memiliki raut muka yang menyerupai orang mongol dengan mata
sipit dan miring, lidah tebal dan
suka menjulur ke luar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
2. Kretil (Cebol), cirinya badan gemuk dan pendek, kaki-tangan pendek dan bengkok, kulit kering te-
bal dan keriput, lidah dan bibir tebal, kelopak mata kecil, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbu-
han gigi terlambat.
3. Hydrocephalus, cirinya kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna,
mata kadang-kadang juling.
3
Selamat Bekerja
4. Microcephalus, cirinya ukuran kepala yang kecil.
5. Macrocephalus, cirinya ukuran kepala lebih besar dari orang normal.

Ciri Khas Pelayanan


a. Ciri-ciri khusus
1) Bahasa yang digunakan sederhana, jelas, dan menggunakan kata yang sering didengar.
2) Penempatan anak tunagrahita di depan kelas dan berdekatan dengan anak yang mempunyai sikap keak-
raban tinggi.
3) Ketersediaan program khusus bagi tunagrahita yang mengalami kesulitan
b. Prinsip khusus
1) Prinsip skala perkembangan mental, pemahaman guru mengenai usia kecerdasan tunagrahita.
2) Prinsip kecepatan motorik, mempelajari sesuatu dengan melakukannya.
3) Prinsip keperagaan, alat peraga yang digunakan tidak abstrak dan menonjolkan pokok materi yang
diajarkan. Contoh: tulisan bebek harus tebal sementara gambar bebek tipis, karena gambar hanya mem-
bantu pengertian anak.
4) Prinsip pengulangan, anak tunagrahita cepat lupa untuk itu dibutuhkan pengulangan materi disertai
contoh yang bervariasi.
5) Prinsip individualisasi, menekankan pada perhatian individu dengan kedalaman materi yang berbeda
dengan anak normal.

No. 4
Dampak Aspek Akademik
- Tingkat kecerdasan pada anak tunadaksa dengan kelainan otot dan rangka adalah normal
- Tingkat kecerdasan pada anak tunadaksa dengan kelainan pada sistem celebral, tingkat kecerdasannya
berentang dari sangat rendah sampaisangat tinggi. Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak Ce-
lebral Palsy mengalami kelainan persepsi, kognisi, dan simbolisasi.

Dampak Sosial/Emosional
- Konsep diri anak tunadaksa yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain
menjadikan mereka malas belajar, bemain, dan berperilaku salah.

Dampak Fisik/Kesehatan
- Selain mengalami cacat tubuh anak tunadaksa juga mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, ber-
kurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara.
Metode Pengajaran Tunadaksa
Karakterisitik anak tuna daksa adalah anggota gerak tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan
tulang belakang tidak normal, kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan akti-
fitas kehidupan sehari hari. Untuk anak tuna daksa metode pengajaran yang dapat digunakan adalah
metode ceramah, diskusi berkelompok, praktek.

No. 5
Penyebab Ketunalarasan
Faktor penyebab ketunalarasan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Faktor Keturunan
Yaitu adanya garis keturunan yang menderita depresi dapat menambah kemungkinan bagi seseorang mem-
punyai depresi. Tetapi dapat saja tidak terjadi jika individu tersebut tidak menghadapi peristiwa hidup
yang dapat menimbulkan depresi.
2. Faktor Kerusakan Fisik
Faktor sebagai pencetus yang menyebabkan gangguan emosional dalam hal ini adalah : kelainan saraf,
cidera, problem kimiawi tubuh dan metabolisme, genetika.
4
Selamat Bekerja
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan antara lain : hubungan keluarga yang tidak harmonis, tekanan-tekanan masyarakat,
pengaruh sekolah seperti interaksi guru dan murid atau antara murid itu sendiri yang tidak baik, pe-
ngaruh komunitas pada anak remaja, dll.
4. Faktor Lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan.

Dampak Anak Tunalaras


1. Dampak Akademik
Akibat penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk, maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Pencapaian hasil belajar di bawah rata-rata
b. Sering mendapatkan tindakan discipliner
c. Sering tidak naik kelas bahkan keluar sekolah
d. Sering membolos sekolah
e. Sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat
f. Anggota keluarga sering mendapat panggilan dari petugas kesehatan atau bagian absensi
g. Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi
h. Sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang
i. Lebih sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas
2. Dampak Sosial/Emosional
a. Aspek sosial
1) Perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, dan perilaku melang-
gar aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga
2) Ditandai dengan tindakan agresif yaitu tidak mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap
membangkang, tidak dapat bekerja sama
3) Melakukan kejahatan remaja seperti telah melanggar hukum
b. Aspek emosional
1. Menimbulkan tekanan batin dan rasa cemas
2. Adanya rasa gelisah, malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitif atau perasa
3. Dampak Fisik/Kesehatan
Ditandai dengan adanya gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan. Sering merasakan ada
sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap keseha-
tannya, merasa seolah-olah sakit. Kelainan fisik lain seperti gagap, buang air tidak terkendali,
sering mengompol, dan jorok. Kelas sebaiknya dilengkapi dengan meja dan kursi yang kosntruksinya di-
sesuaikan dengan kondisi kecacatan anak.

5
Selamat Bekerja
6
Selamat Bekerja
7
Selamat Bekerja
8
Selamat Bekerja
9
Selamat Bekerja

Anda mungkin juga menyukai