Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 2

Nama : DEWI FITRIANAWATI


NIM : 858745109
Prodi : PGSD BI 2022.2
Mata Kuliah : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Jawablah Soal-soal dibawah ini dengan tepat.
1. Jelaskan bagaimana metode pengajaran dan media yang dilakukan untuk anak
tunanetra (Skor 20)
2. Jelaskan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran pada anak tuna
netra(Skor 20)
3. Jelaskan penyebab terjadinya tuna runggu. (Skor 20)
4. Jelaskan bagaimana cara memberikan pengajaran yang efektif untuk anak tunarunggu
(Skor 20)
5. Jelaskan bagaimana kurangnya pendengaran terhadap gangguan bicara. (Skor 20)

Jawaban:

1. Metode pengajaran dan media yang dilakukan untuk anak tunanetra yaitu
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari
semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi
pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar, dan evaluasi sehingga proses
pembelajaran tersebut berjalan dengan efektif dan efisien.
Dalam proses pembelajaran, dapat digunakan berbagai macam strategi pembelajaran
yang didasarkan pada pertimbangan tertentu, antara lain sebagai berikut:
a. Berdasarkan pertimbangan pengolahan pesan terdapat dua macam strategi
pembelajaran, yaitu deduktif dan induktif. Dalam strategi pembelajaran deduktif.
pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang umum, yaitu generalisasi atau
rumusan konsep, dilanjutkan kepada yang khusus, yaitu penjelasan bagian-
bagiannya atau ciri-cirinya; sedangkan dalam strategi pembelajaran induktif
sebaliknya, yaitu materi pelajaran diolah dari yang khusus, bagian-bagian, atau ciri-
cirinya, menuju yang umum, yaitu generalisasi atau rumusan konsep.
b. Berdasarkan pihak pengolah pesan, terdapat dua strategi pembelajaran, yaitu
ekpositorik dan heuristik. Dalam strategi pembelajaran ekspositorik, gurulah yang
mencari dan mengolah pesan yang akan disampaikan dan siswa hanya tinggal
menerimanya; sedangkan dalam strategi heuristik, siswa harus mencari dan
mengolah pesan (materi pelajaran), dan guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing.
c. Berdasarkan pertimbangan pengaturan guru, ada dua macam strategi, yaitu strategi
pembelajaran dengan seorang guru dan beregu (team teaching).
d. Berdasarkan pertimbangan jumlah siswa, terdapat strategi pembelajaran klasikal,
kelompok kecil, dan individual.
e. Berdasarkan interaksi guru dan siswa, terdapat strategi pembelajaran tatap muka dan
melalui media.

2. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran pada anak tuna netra


a. Prinsip individual
seorang guru harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu. Dalam hal ini,
Prinsip individual, mempunyai pengertian bahwa dalam proses pembelajaran,
meskipun sama-sama tunanetra, tingkat kemampuan penglihatan mereka berbeda.
beda, sehingga layanan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan
masing- masing anak tunanetra.
b. Prinsip kekongkritan/pengalaman pengindraan langsung
Prinsip ini mempunyai pengertian bahwa strategi pembelajaran yang digunakan guru
harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa
yang dipelajarinya. Prinsip ini disebut juga sebagai pengalaman pengindraan
langsung. Siswa tunanetra tidak dapat belajar melalui pengamatan visual yang
memiliki dimensi jarak, seperti mengamati kapal yang sedang terbang. Strategi
pembelajaran bagi mereka harus memungkinkan terjadinya akses langsung terhadap
objek atau situasi.
c. Prinsip totalitas
Prinsip ini mempunyai pengertian bahwa strategi pembelajaran yang dilakukan guru
harus memungkinkan siswa tunanetra memperoleh pengalaman objek atau situasi
secara total atau menyeluruh. Konsep yang menyeluruh atau utuh, dapat terjadi
apabila siswa tunanetra menggunakan semua pengalaman pengindraannya secara
terpadu dalam memahami sebuah konsep; oleh karena itu prinsip ini disebut juga
sebagai pendekatan multi sensori. Sebagai contoh, untuk mendapatkan gambaran
tentang ikan, siswa tunanetra harus menggunakan indra perabaannya untuk
mengetahui bentuk, ukuran, dan sifat permukaannya; juga menggunakan
penciumannya untuk mengetahui bau khas ikan, dan bahkan menggunakan
pengecapannya untuk mengetahui rasa ikan yang tentunya sudah dimasak terlebih
dahulu.
d. Prinsip aktivitas mandiri (self-activity)
Prinsip ini mempunyai pengertian bahwa strategi pembelajaran harus
memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk belajar secara aktif dan
mandiri. Dengan demikian, guru berfungsi sebagai fasilitator yang membantu
kemudahan siswa belajar, dan motivator yang membangkitkan motivasi anak untuk
belajar.
3. Penyebab Terjadinya Tunarungu
a. Penyebab Tunarungu Tipe Konduktif:
- Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan
antara lain oleh:
- Tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus akustikus
externus).
- Terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis externa).
- Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah, yang dapat disebabkan
antara lain oleh:
- Ruda Paksa, yaitu adanya tekanan/benturan yang keras pada telinga seperti
karena jatuh, tabrakan, tertusuk, dsb.
- Terjadinya peradangan/infeksi pada telinga tengah (otitis media).
- Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes.
- Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada gendang
dengar (membran timpani) dan tulangvpendengaran.
- Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya tulang
pendengaran yang dibawa sejak lahir.
- Disfungsi tuba eustaschius (saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada nasopharynx.
b. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural.
- Disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).
- Disebabkan oleh faktor non genetik antara lain:
- Rubella (Campak Jerman).
- Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak.
- Meningitis (radang selaput otak).
- Trauma akustik.
4. Cara memberikan pengajaran yang efcktif untuk anak tunarungu bisa menggunakan
prinsip pembelajaran untuk anak tunarungu, antara lain :
1) Posisi guru selalu berhadapan dengan siswa tunarungu (face to face) dan usahakan
tidak menjelaskan sambil menghadap papan tulis.
2) Siswa tunarungu ditempatkan di bagian depan untuk memepermudah siswa membaca
ujaran (ucapan) guru dan ditempatkan di sebelah siswa mendengar yang dapat
membantu kelancaran belajar siswa tunarungu.
3) Guru dalam menjelaskan hendaknya harus tenang dan dan tidak terlalu cepat,
pelafalan huruf jelas, kalimat yang diucapkan simpel dengan menggunakan kata - kata
yang dapat dimengerti dan menulis di papan tulis untuk info/ materi yang penting.
4) Menggunakan alat peraga yang bersifat visual untuk mempermudah siswa tunarungu
memahami materi yang diajarkan.
5) Guru menghindari pemakaian metode ceramah secara berlebilhan dan lebih banyak
menggunakan metode yang bersifat visual (demonstrasi, bermain peran, dan
sebagainya).
6) Dalam pembelajaran IPS dan PPKN materi yang bersifat verbal perlu dimodifikasi
atau disederhanakan dengan menggunakan bahasa yang dapat difahami siswa
tunarungu.
7) Guru harus sering memberikan tambahan kosakata pada siswa tunarungu dan mereka
memahami kata atau istilah yang digunakan terscbut.
Selain prinsip tersebut di atas, diperlukan juga strategi pembelajaran yang sesuai dan
dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunarungu, antara lain :
1) Strategi Individualisasi
Strategi pembelajaran ini menggunakan program pembelajaran yang disesuaikan
dengan kemampuan dan ketidakmampuan siswa tunarungu, sehingga dapat
mengembangkan potensinya secara optimal.
2) Strategi Kooperatif
Pada strategi ini menekankan unsur gotong royong atau saling membantu satu sama
lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam strategi kooperatif terdapat 4
elemen dasar, yaitu : saling ketergantungan, interaksi tatap muka antarsiswa,
akuntabilitas individual, ketrampilan menjalin hubungan interpersonal.
3) Strategi Modifikasi Perilaku
Dalam strategi ini bertujuan merubah perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui
conditioning atau pembiasaan agar siswa tuanrungu lebih produktif dan mandiri
Strategi pembelajaran ini menggunakan program pembelajaran yang disesuaikan
dengan kemampuan dan ketidakmampuan siswa tunarungu, sehingga dapat
mengembangkan potensinya secara optimal.
5. Kemampuan berbicara dan berbahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar,
dimana kemampuan berbicara dan berbahasa diperoleh melalui proses peniruan bunyi-
bunyi Bahasa yang didengar oleh si anak. Pada anak tunarungu terutama sejak lahir tidak
memperoleh stimulasi bunyi-bunyi bahasa yang dapat ditiru, sehingga mengakibatkan
terbatasnya kosakata yang dimiliki anak tunarungu dan sulitnya memahami arti dari setiap
kata bahkan seringkal menyebabkan anak tunarungu salah menafsirkan sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai