Anda di halaman 1dari 22

strategi pembelajaran ekspositori.

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Langkah-Langkah dalam Penerapan Ekspositori 1. Persiapan (Preparation) Dalam strattegi ekspositori langkah persipan sangat penting, keberhasilan pembelajaran sangat tergantung dari langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan yaitu: - mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif - membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar - merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa - menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persipan yaitu: a. Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negative Memberikan sugesti yang positif akan dapat membangkitkan kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya sugesti yang negative dapat mematikan semangat belajar

b.

Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai

Mengemukakan tujuan sangat pentinga rtinya dalam setiap proses belajar mengajar. Dengan mengumukakan tujuan, siswa akan paham dengan apa yang harus mereka

kuasai serta mau dibawa kemana mereka. Dengan demikian tujuan merupakan pengikat baik bagi guru maupun siswa

c. Bukakan file dalam otak siswa Seperti halnya sebuah computer, data akan tersimpan jika sudah tersedia filenya. Begitu juga otak manusia, materi pelajaran akan ditangkap dan disimpan dalam memori jika sudah tersedia file yang sesuai. Sebelum kita menyampaikan materi pelajaran sebaiknya terlebih dahulu kita harus membuka file dalam otak siswa agar materi bisa cepat ditangkap.

2. Penyajian (Presentation) Langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang dilakukan. Dalam penyajian, bagaimana agar materi yang kita sampaikan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian yaitu: a. Penggunaan bahasa Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat berpengaruh untuk keberhasilan presentasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa: - bahasa yang dipakai harus dipahami dan komunikatif agar mudah dipahami dalam penggunaan bahasa harus memperhatikan tingkat perkembangan siswa.

Misalnya penggunaan bahasa untuk SD berbeda dengan mahasiswa.

b.

Intonasi suara

Intonasi suara adalah pengaturan suara agar sesuai dengan pesan yang disampaikan. Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan dan melemahkan suara. Pengaturan suara akan membuat perhatian siswa terkontrol.

c. Mnejaga kontak mata dengan siswa Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata merupakan hal penting untuk membuat siswa tetap memperhatikan pelajaran. Melalui kontak mata , siswa bukan hanya merasa dihargai tetapi juga seakan-akan diajak terlibat dalam proses penyajian. Pandanglah siswa secar bergiliran, jangan biarkan pandangan tertuju pada hal-hal di luar materi.

d. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga kelas agar tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu. Guru dapat memunculkan joke bila dirasakan siswa sudah kehilangan konsentrasi yang bisa dilihat dari cara mereka duduk tidak tenang, cara mereka memandang atau gejalagejala prilaku tertentu misalnya misalnya memainkan alat tulis atau mengetuk-ngetuk meja.

3.

Korelasi (Corelation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitan dengan struktur pengetahuan yang dimiliki. Langkah korelasi dilakukan untuk memberi makna terhadap materi pelajaran. Sering terjadi dalam suatu pembelajaran dari guru dimana ia tidak dapat menangkap makna materi yang ia ajarkan.

4. Menyimpulkan (Generalitation) Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan dalam strategi pembelajaran strategi

ekspositori yaitu mengambil inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti memberikian keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan sehingga siswa tidak ragu. Menyimpulkan bisa dilakuakan dengan cara: - mengulang kembali inti materi menjadi pokok persoalan cara memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah

disajikan - cara maping melalui pemetaan keterkaitan antar materi pokok-pokok materi 5. Mengaplikasikan (Aplication) Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini sangat penting sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran. Teknik yang digunakan adalah: - dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan - dengan meberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan

Keunggulan / kelebihan Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi pembelajaran

ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.

2. Kelemahan / kekurangan Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain : Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.

Strategi pembelajaran inkuiri Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk be-lajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembela-jaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pro-ses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemu-kan.

Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri

Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara mak-simal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self belief). Dengan de-mikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sum-ber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Akti-vitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara gu-ru dan siswa. Karena itu kemampuan

guru dalam menggunakan teknik berta-nya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

Ketiga,

tujuan

dari

penggunaan

strategi

pembelajaran

inkuiri

adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pe-lajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara opti-mal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pem-belajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dika-takan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan Mengajak siswa untuk berpikir

memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam meme-cahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pem-belajaran akan berjalan dengan lancar.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dika-takan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inku-iri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang se-dang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuh-kan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran in-kuiri,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting da-lam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tu-gas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-perta-nyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditun-jukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru me-nemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-me-nerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mere-ka terangsang untuk berpikir.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang

diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertang-gungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena ba-nyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Strategi pembelajaran berbasis masalah Terdapat 3 ciri utama dari SPBM : 1. SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam

implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM menharapkan siswa aktif berfikir, berkomunikasi mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. 2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM

menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran. 3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir

secara ilmiah. Berfikir secara sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan berfikir empiris artinya proses penyelesaian didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :

Manakala guru menginginkan agar siswa menguasai dan memahami materi pelajaran secara penuh. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berfikir rasional siswa, menganalisis situasi baru, mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. Jika guru ingin mengetahui hubungan antara teori dengan kenyataan.

Secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Menyadari masalah

Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. 2. Merumuskan masalah

Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang harus dicari dari kesenjangan, selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas dikaji. 3. Merumuskan hipotesis

Sebagai proses berfikir ilmiah yang merupakan panduan dari berfikir dedukatif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. 4. Mengumpulkan data

Sebagai proses berfikir empiris, keberadaan data dalam proses berfikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. 5. Menguji hipotesis

Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak. 6. Menentukan pilihan penyelesaian

Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM.

Strategi pembelajaran kemampuan berpikir model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas :

Pertama, Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.

Kedua, telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, sasaran akhir Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak. Tahapan-tahapan Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan. Ada 6 tahap dalam SPPKB, sebagai berikut :

1. Tahap orientasi Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama penjelasan tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.

2. Tahap Pelacakan Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

3. Tahap Konfrontasi

Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini, guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topic itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan.

4. Tahap inkuiri Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.Oleh sebab itu guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya penecahan persoalan.

5. Tahap Akomodasi Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.

6. Tahap Transfer Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.Tahap transfer dimaksudkan agar agar siswa mampu

menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa,untuk memecahkan masalahmasalahbaru.Pada tahap ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topic pembahasan.

Strategi pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Ada lima unsur dalam pembelajaran ini menurut Johnson & Johnson, 1993, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi Pembelajaran ini, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu.[1]

Kagan (1992) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi instruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Adapun Jacob (1999) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode instruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik.

Pada pembelajaran kooperatif ini, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Pada pembelajaran ini, menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif dimana siswa dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara kelompok. Melalui strategi pembelajaran ini, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan

untuk membelajarkan siswa yang lain. Memungkinkan juga semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

angkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif di atas diuraikan sebagai berikut: 1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target

pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, guru juga mengorganisir materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok oleh siswa melalui keaktifan semua anggota kelompok.

2) Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersamasama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam penyampaian materi pelajaran, pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang dibentuk oleh guru dalam proses pembelajaran.

3) Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.

4) Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh para siswa dalam kelas. Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Menyajikan informasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Evaluasi Memberikan penghargaan

Strategi kontekstual Strategi ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar, artinya siswaberperan aktif dalam setiap proses pembelajaran CTL siswa juga belajar melaluikegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima danmemberi. Dalam CTL pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riildan kemampuan didasarkan atas pengalaman.Pola pembelajaran CTL yang dilakukan oleh guru, langkah-langkahnyaadalah :a. Pendahuluan1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari prosespembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan di pelajari.2. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL : a. Siswa di bagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlahsiswa.b. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya :melakukan observasi cara shalat berjamaah.c. Melalui observasi siswa di tugaskan untuk mencatat berbagai haltentang bagaimana cara shalat berjamaah.3. Guru melakukan tanya

jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan olehsetiap siswa.b. Inti1. Siswa melakukan observasi tentang cara shalat berjamaah sesuaidengan pembagian tugas kelompok. 2. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan tentang bagaimana carashalat berjamaah.Di dalam kelas.1. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengankelompoknya masing-masing.2. Siswa melaporkan hasil diskusi3. Setiap kelompok menjawaab setiap pertanyaan yang diajukan olehkelompok yang lain.c. Penutup1. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi

shalatberjamaah dengan indikator hasil belajar yang harus di capai. 2. Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentangpengalaman belajar mereka dengan tema Membiasakan shalatberjamaahStrategi CTL ini untuk mendapatkan kemampuan pemahamankonsep pada anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata dimasyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasidaari guru, akan tetapi kelas di gunakan untuk saling membelajarkan

Strategi pembelajaran afektif trategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Pola Pembentukan Sikap 1. Pola pembiasaan

Perubahan sikap dari seseorang bisa disebabkan oleh kebiasaan (conditoning), yang menjadi dasar penanaman sikap tertentu terhadap suatu objek. Dalam proses

pembelajaran di sekaolah baik secara disadari ataupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu melalui proses pembiasaan. Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan juga dilakukan oleh Skinner melaui torinya operant conditioning. Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses peneguhan respons anak dengan memberikan penguatan. 2. Modeling

Pembelajaran sikap seseorang juga dapat dilakukan melalui proses modeling (pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau mencontoh). Salah satu karakteristi anak didik yang sedang berkembang adalah keingnannya untuk meniru (imitasi). Hal yang ditiru merupakan perilaku yang diperagakan oleh orang yang diidolakannya. Proses ini biasanya disebut dengan Modeling. Permodelan biasanya dimulai dengan rasa kagum atau rasa hormat,akan tetapi dalamproses ini anak didik perlu untuk diberi pemahaman yang bertujuan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar disadari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai. Model Pembelajaran Sikap Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan beberapa model pembelajaran afektif yang populer dan banyak digunakan yaitu sebagai berikut : 1. Model Konsiderasi Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan

sibuk dan sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melaluipenggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi : menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi

meminta

siswa

menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang kebutuhan dan kepentingan orang

tersembunyi berkenaan dengan perasaan, lain

siswa menuliskan responsnya masing-masing siswa menganalisis respons siswa lain mengajak siswa melihat konsekuesi dari tiap tindakannya meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri. 2. Model Pembentukan Rasional Dalam kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai standar bagi segala aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan ada pula yang dapat dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional (rational building model) bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai. Langkah-langkah pembelajaran rasional : menigidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau penyimpangan tindakan menghimpun informasi tambahan menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atu ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau ketentuen-ketentuan legal dalam masyarakat. 3. Klarifikasi Nilai Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya

nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki keterampilan proses menilai. Langkah-langkah pembelajaran klasifikasi nilai pemilihan: para siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya mengharagai pemilihan: siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-

mempertegas pilihannya berbuat: siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya,

mengulanginya pada hal lainnya. 4. Pengembangan Moral Kognitif Perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang yang berlangsung secara berangsur melalui tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampauan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif. Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif : menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan nilai siswa diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu siswa diminta mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan kejelekannya siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik siswa menerapkan tindakan dalam segi lain. 5. Model Nondirektif Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif.

Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan membantu siswa mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah pembelajaran nondirekif : menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi bebas pengungkapan siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan memberikan klarifikasi pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah, guru memberikan dorongan perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatankegiatan positif.

Anda mungkin juga menyukai