Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran Ekspositori


1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi sendiri adalah suatu istilah yang diambil dari dunia
kemiliteran yang kemudian diadopsi dan dikembangkan dalam ilmu
pendidikan. Istilah stretegi dalam dunia militer diartikan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu perang.
Dalam konteks pendidikan strategi diartikan sebagai suatu cara atau siasat
yang dapat dilakukan seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kemp (dalam Majid 2013:7) mengartikan strategi pembelajaran


adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Suhanji dalam (Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan,
2008:2) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan
materi pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan
memahami materi pembelajara, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Sama dengan Kemp dan Suhanji menurut Majid (2013:7) strategi
pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk penggunaan
metode dan pemanfatan sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.
Definisi yang lain tentang strategi pembelajaran menurut Suyadi
(2013:14) adalah langkah-langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan
sumber belajar yang ada guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.

Dari bebera definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi


pembelajaran adalah serangkaian cara yang dapat dilaksanakan guru pada
proses pembelajaran dengan menggunakan sumber daya yang ada agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan semestinya.

6
7

2. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori


Strategi pembelajaran ekspositori yaitu yang dimana penyampaian
materinya itu lebih menekankan pada verbal, lisan atau tutur kata gurunya.
Dalam strategi ini penyampaian materi disampaikan langsung oleh guru,
maka sering juga disebut dengan strategi ”chalk and talk” (Mulyono,
2012:75).
Sama halnya dengan Mulyono, Majid (2013:216) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi secara optimal. Dalam strategi ini , materi pelajaran disampaikan
langsung oleh guru . siswa tidak dituntut untuk menemukan materi tersebut
.
Menurut Roy Killen dalam Sanjaya (2011:179) menamakan strategi
ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran berlangsung (direct
instruction). Mengapa demikian? Karena dalam strategi ini materi
pembelajaran disampaikan langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi ekspositori


adalah suatu strategi yang disampaikan oleh guru secara langsung dan lebij
menekankan pada verbal sehingga dalam proses pembelajarannya
berlangsung secara optimal.
3. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori
Menurut Majid (2013:216) Terdapat beberapa karakteristik strategi
ekspositori diantaranya:
a. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat
utama dalam melakukan strategi ini. Pleh karena itu sering orang
mengidentikannya dengan metode ceramah.
b. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah
jadi, seperti data atau fakta konsep-konsep tertentu yang harus dihafal
sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.
c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri.
Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan
dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan. Strategi pembelajaran ekspositori
8

merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi


kepada guru.
Dikatakan demikian karena dalam strategi guru memegang peran
yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi
secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan
tersebut dapat dikuasai siswa dengan baik.
4. Prinsip Penggunaan Strategi Ekspositori
Menurut Majid (2013:217) pada buku yang berjudul “Strategi
Ekspositori” ada beberapa prinsip penggunaan strategi ekspositori yang
harus diperhatikan guru, sebagai berikut :
a. Berorientasi Pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama
dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, tetapi
tidak berarti proses penyampaian materi tanpa adanya tujuan
pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan
utama dalam penggunaan strategi ini.
Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru
harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti
kriteria pada umumnya, yujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk
dipahami karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bias
mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi
yang menunjukan pada proses penyampaian pesan dari seseorang
(sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
pesan). Pesan yang ingin disampaikan ini adalah materi yang disusun
sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses
komunikasi guru berfungsi sebagai sumber dan siswa berfungsi sebagai
penerima pesan.
c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita
berikan tetapi terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam
keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran.
9

d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus mendorong siswa untuk
mau mempelajari materi pelajaran leboh lanjut. Pembelajaran bukan
hanya berlangsung pada saat itu, tetapi juga untuk selanjutnya.

5. Prosedur Penerapan Strategi Ekspositori


Menurut Suyadi (2013:154) ada beberapa prosedur dalam penerapan
strategi ekspositori yaitu sebagai berikut :
a. Persiapan
Langkah persiapan adalah langkah yang sangat penting dalam
ekspositori, karena pembelajaran dengan menggunakan strategi ini
sangat bergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus
dilakukan pada langkah ini antara lain :
1) Memberikan sugesti yang positif dan menghindari kata-kata negative
yang dapat menurunkan citra diri atau kepercayan diri siswa.
2) Memulai pelajaran dengan mengemukakan tujuan yang ingin
dicapai.
3) Menggali wawasan dasar atau pengalaman individual siswa
berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Kegiatan itu mirip
seperti penjajagan medan atau mengenal lemampuan siswa sejak
awal.
b. Penyajian Dan Penjelasan Materi
Langkah penyajian adalah menyampaikan materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan secara jelas. Satu hal yang harus
diperhatikan oleh pendidik atau guru pada langkah ini (menjelaskan dan
menyajikan materi) adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat
diterima dan dipahami dengan mudah oleh seluruh siswa. Oleh karena
itu terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
langkah penyajian ini, yakni :
1) Penggunaan bahasa harus lugas, jelas dan mudah dipahami.
2) Intonasi atau mimik suara sesuai isi materi yang disampaikan.
3) Menjaga kontak mata dengan siswa.
4) Menggunakan lelucon yang menyenangkan.
c. Korelasi
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa dengan hal-hal lain yang memungkinkan
mereka mereka dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur
pengetahuan yang utuh.
d. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahap akhir dalam proses pembelajaran.
Kegiatan penyimpulan dimaksudkan untuk memahami inti dari seluruh
materi yang dibahas atau disajikan. Langkah penyimpulan ini
merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori,
10

sebab pada langkah menyimpulkan ini siswa akan dapat mengambil inti
sari dari proses penyajian.

e. Mengaplikasikan
Tahap akhir dari strategi ekspositori adalah aplikasi atau aktualisasi
materi yang disampaikan guru dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja
langkah ini harus diawali dari pemahaman yang matang tentang materi
yang diajarkan guru kepada siswa. Dengan demikian, strategi
pembelajaran ekspositori tidak sekedar ceramah dan mengembangkan
ranah kognitif siswa, tetapi mengembangkan juga ranah afektif dan
psikomotor.

6. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori


a. Keunggulan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Menurut Mulyono (2012:77), strategi ini sering digunakan,
beberapa keunggulan strategi ekspositori sebagai berikut :
1) Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi yang akan
disampaikan.
2) Strategi yang sangat efektif bila digunakan yang cakupan materinya
luas.
3) Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran siswa yang besar.
b. Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga
memiliki kelemahan diantaranya :
a) Lebih banyak dilakukan dengan ceramah.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung
kemampuan guru.
c) Kesempatan untuk mengontrol pemahaman peserta didik akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas.

B. Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
Menurut Moeslichatoen (1999:157) metode bercerita merupakan salah
satu pemberian pengalaman belajar bagi siswa dengan membawakan cerita
secara lisan. Cerita yang dibawakan harus menarik dan mengundang
perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan.

Menurut Latief (2014:111) bercerita adalah cara bertutur dan


menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita
11

juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di


masyarakat.
Sama halnya dengan Moeslihatchoen dan Latief, Triantopun
(2011:94) berpendapat bahwa metode bercerita berupa kegiatan menyimak
tuturan lisan yang mengisahkan suatu peristiwa. Metode ini untuk
mengembangkan daya imajinasi, daya pikir, emosi, dan penguasaan bahasa
siswa.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan


salah satu cara guru untuk menyampaikan penjelasan secara lisan dan lebih
menarik dalam kegiatan belajar.

2. Teknik Metode Bercerita


Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara
lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari
buku gambar, menceritakan dongeng, menggunakan boneka. Di bawah ini
penjelasan mengenai beberapa teknik bercerita :
a. Membaca langsung dari buku cerita
Teknik bercerita dengan membaca langsung itu sangat bagus bila
guru mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada
siswa.
b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
Bila cerita yang disampaikan pada siswa terlalu panjang dan
terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat
menarik perhatian siswa, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan
baik.
c. Menceritakan dongeng
Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama.
Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari suatu
generasi ke generasi berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada siswa.
d. Menggunakan media boneka
Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung
pada usia dan pengalaman anak biasanya boneka itu terdiri dari anggota
12

keluarga, boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan


memegang perwatakan tertentu.

3. Tujuan Kegiatan Bercerita


Dalam kegiatan bercerita siswa dibimbing mengembangkan
kemampuan mendengarkan cerita guru. Menurut Moeslichatoen (1999:170)
tujuan dari kegiatan bercerita adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan
keagamaan.
b. Pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

4. Manfaat Metode Bercerita


Menurut Mursidi (2017:19) berbagai manfaat dari metode bercerita
adalah sebagai berikut :
a. Melatih daya konsentrasi.
b. Melatih daya tangkap.
c. Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan,
ketulusan dan sikap-sikap positif yang lainnya.
d. Untuk memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan
keagamaan.
e. Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
f. Untuk mengembangkan kemampuan kognitif, apektif maupun
psikomotor masing-masing siswa.

C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil
Keluaran (output) atau hasil adalah manusia “dewasa” (terdidik,
berpendidikan) Kusdaryani (2009:44), menyatakan hasil (product)
menunjuk suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses
yang mengakibatkan nerubahnya input secara fungsional.
Maka dapat disimpulkan hasil adalah perolehan dari suatu usaha dan
aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan berbentuk sebuah nilai.

2. Pengertian Belajar
Menurut Siregar (2010:5) seseorang dapat dikatakan telah belajar
kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak
karena pertumbuhan fisik dan kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit
atau pengaruh obat-obatan. Kecuali itu, perubahan tersebut harus relative
permanen, tahan lama dan menetap tidak berlangsung sesaat.
13

Lain dengan Suyono dan Hariyanto (2012 : 9) mereka berpendapat


bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkanketerampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian,
Dari dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang agar dapat merubah
dirinya menjadi lebih baik dan terarah.

3. Ciri-ciri Belajar
Seperti pengertian belajar di atas, sederhananya belajar adalah suatu
cara unuk merubah seseorang dari tidak tau menjadi tau. Dengan memahami
belajar setidaknya belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Siregar,
2010:5):
a. Adanya kemampuan baru atau perubahan, perubahan tingkah laku
tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
maupun nilai dan sikap (afektif)
b. Perubahan tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat
disimpan.
c. Perubahan tidak terjadi begitu saja, melaInkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungannya.
d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan

4. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar menurut Fitri, Helma, Syarifuddin dalam (jurnal
pendidikan matematika, 2014 : 2) adalah penugasan yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran . hasil belajar yang diperoleh siswa
dari satu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dengan skor/nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar setelah
proses pembelajaran

Sedangkan menurut Rusmono (2012:10) menjelaskan bahwa belajar


adalah perubahan prilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Perubahahan tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan
program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar
dan lingkungan belajar.

Sama halnya dengan Rusmono, Susanto (2016:5) juga berpendapat


bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
14

hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap.

5. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Menurut Wasliman dalam Susanto (2016:12) hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antar berbagai factor
yang memengaruhi, baik factor internal maupun eksternal. Secara perinci,
uraian mengenai factor internal dan eksternal sebagai berikut :
a. Factor internal; factor internal merupakan factor yang bersumber dari
dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Factor
internal ini meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Factor eksternal; factor yang berasal dari luar diri siswa yang
memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Keaadan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga
yang morat marit keadaan ekonominya, pertngkaran antar orang tua,
perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan
sehari-hari berprilaku kurang baik dari orang yua dalam kehidupan
sehari-hari berpngaruh dalam hasil belajar siswa.
Selanjutnya beliau juga berpendapat bahwa sekolah merupakan salah
satu factor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi
kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin
tinggi pula hasil belajar siswa.
Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru,
sebagaimana ditentukan Wina dalam (Susanto, 2016:13) bahwa guru adalah
komponen yang sangat menetukan dalam implementasi suatu strategi
pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah sautu
factor eksternal yang sangat berperan memengaruhi hasil belajar siswa
adalah guru. Guru dalam proses pembelaJaran memegang peranan yang
sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada sekolah dasar, tidak
mungkin digunakan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer.
Sebab siswa adalah organisme yang sedang berkembngg yang memerlukan
bimbingan dan bantuan orang dewasa.
15

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa hasil belajar merupakan


hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah factor yang saling
memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil seseorang dipengaruhi oleh
factor-faktor tersebut. Russefendi dalam Susanto (2016:14) mengidentifikasi
factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam,
yaitus sebagai berikut :

a. Kecerdasan Anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap
cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau
tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu
pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti
pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa
setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas
dari factor lainnya.
b. Kesiapan dan kematangan
Kesiapan dan kematangan adalah tingkat perkembangan dimana
individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaiman mestinya. Dalam
proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan
keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya
belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat
kematangan individu, karena kematangan itu erat hubungannya dengan
masalah minat dan kebutuhan anak.
c. Bakat anak
Menurut Chaplin, yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan dating. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
tingkat tertentu, sehubungan dengan hal tersebut, maka bakat akan dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.
16

d. Kemauan belajar
Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilakukan ialah membuat
anak jadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Keengganan siswa
untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa
belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak, kemauan belajar yang
tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya
berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena
kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai
keberhasilan belajar.
e. Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa
yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah memungkinkan
siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi
yang diinginkan.
f. Model penyajian mata pelajaran
Keberhasailan siswa dalam belajar tergantung pula pada model
penyajian materi. Model penyajia materi yang menyenangkan, tidak
membosankan, menarik dan mudah dimengerti oleh siswa tentunya
berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.
g. Pribadi dan sikap guru
Siswa, begitu juga manusia pada umunya dalam melakukan belajar
tidak hanya melalui bacaan atau melalui guru saja, tetapi bisa juga
melalui contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan
perbuatan. Kepribadian dan sikap guru yang krEatif Dan penuh inovAtif
dalam prilakunya, maka siswa akAn meniru gurunya yang aktif dn
kreatif ini. Pribadi dan sikap guru yang baik ini tercermin dari sikapnya
yang ramah, lemah lembut, penuh kasih saying, membimbing dengan
penuh perhatian, penuh kasih saying, tidak cepat marah, semangat dalam
17

mengajar, objektif, rajin, disiplin, dan bertanggung jawab dalam segala


tindakan yang ia lakukan.
h. Suasana Pengajaran
Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang keritis
antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif
diantara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses
pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat
meningkatkan secara maksimal.
i. Kompetensi guru
Guru yang profesional memiliki kemampuan tertentu kemampuan-
kemampuan itu diperlukan. Keberhasilan siswa belajar akan banyak
dipengaruhi oleh kemmapuan guru yang professional. Guru yang
professional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan
menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu
memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu
bisa berjalan dengan semestinya.
j. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia
dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu,
pantaslah dalam dunia pendidikan dalam dunia pendidikan lingkungan
masyarakat pun akan ikut mempengaruhi kepribadian siswa,

D. Pembelajaran IPS
1. Hakikat IPS
Ilmu pengetahuan social yang sering disingkat dengan IPS, adalah
ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu social dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam
rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa,
khususnya tingkat dasar danmenengah.
Hakikat IPS menurut Susanto (2016:138) adalah untuk
mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi social
yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS
18

diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung


jawab terhadap bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan
pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber
daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat
mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan nerpikir kritis.
Sayangnya kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan
bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa
dibandingkan pendidikan IPA dan Matematika yang mengkaji bidang
pengembangan dalam bidang sains dan teknologi.
Tentu anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa
pendidikan IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di bidang nilai dan sikap, pengetahuan serta kecakapan dasar
siswa yang berpijak pada kehidupan nyata, khususnya kehidupan social
masayarakatpada umumnya. Pembelajaran IPS diharapkan dapat
menyiapkan anggota masyarakat di masa yang akan datang, mampu
nerinteraksi secara sefektif. Nilai-nilai edukatif, praktis, teoritis, filsafat dan
kebutuhan.
Jadi, hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkan
berdasarkan realita kondisi social budaya yang ada di lingkungan siswa,
sehingga hal ini akan dapat membina warga Negara yang baik yang mempu
memahami dan menelaah secara kritis kehidupan social di sekitarny, dan
mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik di
masyarakat, Negara maupun dunia.

2. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Trianto adalah integrasi dari
berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari
aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS juga membahas antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh
dan berkembang sebagian dari masyarakat yang dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
19

Menurut Soemantri dalam Sapriya (2015:11) pendidikan IPS adalah


penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan pendagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Sama halnya dengan pendapat Soemantri, Gunawan (2013:48) juga


menyebutkan bahwa IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan Sejarah, Geografi,
Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi.
Jadi berdasarkan pengertian di atas Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
pembelajaran yang didalamnya terdapat berbagai cabang disiplin ilmu
seperti keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan
Ekonomi.

3. Tujuan Pembelajaran IPS


Menurut kurikulum 2004 pendidikan dasar menyatakan bahwa IPS
bertujuan untuk (Gunawan, 2013:38) :
a. Mengajarkan konsep-konsep sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,
kewarganegaraan, pedagogis dan psikologis.
b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri,
mEmecahkan masalah, dan keterampilan social.
c. Membangun komitmen dan kesedaran terhadap nilai-nilai social.
Secara perinci Mutakin dalam Susanto (201 :145) merumuskn tujuan
pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut :

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau


lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaa masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu social yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
d. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
20

Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan


memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dari lingkungannya, serta berbagai
bekal bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(Solihatin dan Raharjo 2007:15).
Tujuan lain secara eksplit dengan mempelajari kondisi masyarakat
seperti yang dimuat dalam pendidikan IPS ini, maka siswa dapat mengamati
dan mempelajari norma-norma atau peraturan serta kebiasaan-kebiasaan
baik yang berlaku dalam masyarakat tersebut, sehingga siswa mendapat
pengalaman langsung adanya hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara kehidupan pribadi dan masyarakat. Dalam pendidikan
IPS tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan dari yang sederhana
sampai yang luas, yakni siswa akan mulai dengan diri sendir, kemudian
dengan lingkungan sekitarnya.
Sejalan dengan itu tujuan IPS di sekolah dasar (Gunawan, 2013:48)
adalah untuk membentuk warga negara yang berkemampuan social dan
yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan social,
yang pada gilirinnya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung
jawab

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS di kelas IV


Ruang lingkup mata pelajaran IPS di IV adalah :
a. Sistem sosial dan budaya
b. Manusia, tempat dan lingkungan
c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan
e. Sistem berbangsa dan bernegara

E. Deskripsi Materi Kepahlawanan Dan Patriotisme


1. Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme dalam Kehidupan Sehari-hari
Sikap kepahlawanaan dan patriotisme dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari- hari dan tercermin dalam tingkah laku warga masyarakat,
seperti dibawah ini.
21

a. Pentingnya Memiliki Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme

Gambar 2.1

Selama 350 tahun bangsa Indonesia hidup di bawah penindasan


kaum penjajah. Para penjajah berlaku tidak adil dan sewenang-wenang
terhadap bangsa kita. Bangsa kita menjadi miskin dan menderita. Saat
itu muncul para pejuang yang rela mengorbankan tenaga, harta, bahkan
jiwa raga untuk menuntut keadilan dan kemerdekaan. Sikap
kepahlawanan para pejuang memicu munculnya sikap patriotisme bagi
rakyat Indonesia.
1) Sikap Kepahlawanan
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tugas
selanjutnya adalah berjuang mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan dengan pembangunan. Sikap kepahlawanan
diwujudkan dengan sikap jujur, tanggung jawab, rela berkorban,
berjuang dengan ikhlas, berani membela keadilan, dan kebenaran,
serta tidak mudah putus asa. Setiap orang dapat menjadi pahlawan
bagi dirinya, orang tuanya, temannya, serta bagi bangsa dan
negaranya. Menjadi pahlawan bagi dirinya berarti melakukan hal-
hal yang terbaik bagi diri sendiri, seperti rajin belajar, taat
beribadah, giat bekerja, dan suka membantu. Menjadi pahlawan
bagi orang tua berarti berbuat yang terbaik kepada orang tua, seperti
22

menghormatinya, membantu meringankan pekerjaannya, dan


menaati perintahnya.
Menjadi pahlawan bagi teman termasuk orang lain, yaitu
bersikap jujur, berlaku adil dan benar serta memberi bantuan
dengan ikhlas. Menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara dapat
ditempuh dengan berprestasi di bidangnya masingmasing. Misalnya
siswa dan guru berprestasi di bidang pendidikan dan pengajaran,
atlet berprestasi di bidang olahraga, dokter berprestasi di
bidangkesehatan, polisi berprestasi di bidang ketertiban dan
keamanan masyarakat, tentara berprestasi di bidang keamanan dan
keutuhan wilayah negara, dan sebagainya. Sikap kepahlawanan
harus terus dikobarkan. Menghindari sikap-sikap yang melemahkan
seperti pemalu, malas, dengki, iri dan acuh tak acuh.
2) Patriotisme
Patriotisme artinya cinta tanah air. Sikap cinta tanah air
membawa seseorang rela berkorban dan pantang menyerah dalam
membela negara. Sikap patriotisme harus kita miliki dengan cara
menjaga persatuan dan kesatuan, rela berkorban untuk kepentingan
bangsa dan negara, mencintai produksi bangsa sendiri serta bangga
sebagai bangsa Indonesia. Sikap patriotisme dapat dikembangkan di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta bangsa dan negara,
misalnya sebagai berikut:
 Siswa hidup rukun dengan anggota keluarga, teman, tetangga,
dan anggota masyarakat lainnya.
 Siswa gemar membantu korban bencana alam dengan ikhlas.
 Dengan bangga siswa mengatakan “Aku Anak Indonesia”.
 Siswa bangga menggunakan barang-barang buatan dalam
negeri, seperti pakaian, alat-alat sekolah, perkakas rumah
tangga, dan sebagainya.
 Ikut menjaga kebersihan fasilitas umum, seperti poskamling,
tempat ibadah, pasar, dan sebagainya.
23

 Selalu aktif mengikuti upacara sekolah.

b. Rela Berkorban dalam Kehidupan Sehari-hari.


Para pejuang rela mengorbankan harta benda, tenaga,
bahkan seluruh jiwa raganya. Berkat pengorbanan para pahlawan
tersebut kita sekarang dapat menikmati kemerdekaan. Kita wajib
meneruskan dan mencontoh perjuangannya, dengan cara rela
berkorban dalam kehidupan sehari-hari di berbagai lingkungan.
1) Rela Berkorban di Lingkungan Keluarga
Setiap anggota keluarga rela berkorban demi keluarganya,
seperti orang tua bekerja mencari nafkah, mendidik dan
mengasuh anak. Anak berbakti dan membantu orang tua tanpa
pamrih, dan sebagainya.
2) Rela Berkorban di Lingkungan Sekolah
Para warga sekolah rela berkorban demi kemajuan
sekolahnya, seperti guru mengajar di luar jam pelajaran tanpa
mengharapkan imbalan, murid kerja bakti membersihkan
halaman sekolah, menyumbang buku perpustakaan, membantu
temannya yang kena bencana dan sebagainya.
3) Rela Berkorban di Lingkungan Masyarakat
Demi kesejahteraan para warga masyarakat rela berkorban,
misalnya kerja bakti memperbaiki jalan, membangun tempat
ibadah, mengadakanronda malam, membantu korban
bencanaalam, mendirikan dapur umum, menyelenggarakan
posyandu, dan sebagainya.
4) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
Setiap warga negara siap dan rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dannegara, misalnya mengikuti upacara
hari besar nasional, membayar berbagai macam pajak, bersedia
ditugaskan di mana saja, merelakan tanahnya untuk proyek
pembangunan negara, dan sebagainya.
24

c. Sikap Positif terhadap Para Pahlawan


Para pahlawan berjuang dengan gagah berani, pantang
menyerah, dan dilandasi dengan rasa ikhlas. Pahlawan bukan
hanya yang memanggul senjata saja. Pada masa sekarang orang
yang berjasadan berjuang untuk kejayaan bangsa dan negara pantas
mendapat sebutan pahlawan.
Selain pahlawan perang, ada pahlawan pembangunan,
pahlawan pendidikan, pahlawan olahraga, dan sebagainya. Mereka
adalah tokohtokoh yang ada di lingkungan kita. Semangat
perjuangan mereka harus kita hargai dengan cara menunjukkan
sikap yang positif. Sikap positif terhadap para pahlawan antara
lain:
a) sanggup mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan wilayah
negara Indonesia.
b) bersedia meneruskan perjuangan dan cita-citanya dengan cara
belajar giat.
c) bangga terhadap prestasi dan jasa perjuangannya, selalu
mengenang dengan mengadakan kunjungan ke museum
perjuangan.
d) mencintai hasil karya mereka, dengan cara mengadakan
kunjungan dan memberi santunan kepada veteran perang.
e) berdoa agar seluruh amalannya diterima oleh Tuhan Yang
Maha Esa, dengan melakukan ziarah ke makam pahlawan.
2. Berjiwa Besar dalam Kehidupan Sehari-hari
Berjiwa besar adalah sikap yang dapat menerima kenyataan secara
ikhlas, bersedia menerima saran dan kritik, tabah, sabar, bertanggung
jawab, serta suka bekerja keras. Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang
memiliki jiwa besar dapat menghargai jasa para pahlawan, bersedia
menerima kekalahandan kemenangan, serta bersedia meminta dan
memberi maaf.
1) Menghargai Jasa Para Pahlawan
25

Gambar 2.2

Ziarah ke Makam Pahlawan salah satu bentuk menghargai jasa


pahlawan.Negara kita terbebas dari belenggu penjajah berkat
perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Negara menjadi makmur
berkat perjuangan para pahlawan pembangunan. Warga negara
berbudipekerti luhur cerdas dan terampil berkat perjuangan para
pahlawan pendidikan. Berkat perjuangan para pahlawan olahraga nama
negara dan bangsa Indonesia menjadi harum di dunia
internasional.Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat
menghormati dan menghargai jasa para pahlawannya. Menghargai jasa
para pahlawan dapat dilakukan, seperti berikut ini:
1. Mengikuti upacara bendera Hari Pahlawan.
2. Berziarah ke makam pahlawan.
3. Mengunjungi museum perjuangan.
4. Mempelajari proses perjuangan para pahlawan.
5. Mengunjungi monumen perjuangan atau monumen pahlawan.
2) Bersedia menerima kekalahan dan kemenangan dengan jiwa besar
Perjuangan meraih cita-cita membutuhkan kerja ketekunan,
kesabaran, dan pantang meyerah. Cita cita ada yang dapat tercapai dan
ada yang tidak tercapai. Demikian pula dalam pertandingan, untuk
26

meraih kemenangan kita harus banyak berlatih dengan tekun, sabar, dan
pantangmenyerah. Dalam pertandingan tentu ada yang kalah dan
menang. Kita harus bersedia menerima kenyataan dengan jiwa besar.
Gambar 2.3

Pada Pekan Olahraga, Tono petenis dari SD Mekar I bertanding


melawan Budi petenis dari SD Harapan I. Pada set pertama Tono
berhasil unggul. Selanjutnya pada set kedua Budi menyusun strategi
untuk memperoleh kemenangan. Tono meningkatkan kewaspadaan.
Mereka silih berganti melakukan penyerangan. Pertandingan berjalan
seru dan sportif. Set kedua berakhir dan dimenangkan lagi oleh Tono.
Kedua petenis lalu berangkulan dan berjabat tangan. Budi
mengucapkan selamat dan memuji permainan Tono. Dengan senang
hati Tono menerimanya disertai ucapan terima kasih. Budi menerima
kekalahan, Tono menerima kemenangan. Mereka menerima dengan
jiwa besar.
3) Bersedia Meminta dan Memberi Maaf dengan Jiwa Besar
Gambar 2.4
27

Dalam pergaulan sehari-hari, kita kadang-kadang melakukan


kesalahan baikdisengaja maupun tidak sengaja. Kesalahan bertutur kata,
bertingkah laku dan bertindak akan berakibat orang lain tersinggung,
sakit hati, atau celaka.
Bacalah wacana berikutini!
Arman terburu-buru bersepeda ke sekolah. Di tikungan jalan
menabrak pedagang asongan. Arman cepat-cepat menolong pedagang
yang jatuh terjerembab di tengah jalan. Barang dagangan yang
berserakan dikumpulkan dan dirapikan dalam kotak dagangan. Dengan
rendah hati Arman meminta maaf dan berjanji akan lebih berhati-hati
dalam bersepeda. Dengan sabar dan ikhlas pedagang memberi maaf dan
tidak menyimpan rasa dendam terhadap Arman. Keduanya berjabat
tangan dengan ikhlas. Arman minta maaf dengan jiwa besar, dan
pedagang asongan memberi maaf dengan jiwa besar.
kepahlawanan dan patriotisme, materi ips kelas 4 sekolah dasar-
Negara kita Indonesia dapat merdeka karena jasa pahlawan. Mereka
memiliki sikap patriotisme yang tinggi. Kita sebagai generasi penerus
harus meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme, serta berjiwa
besar dalam kehidupan sehari-hari.
28

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh strategi ekspositori melalui kegiatan bercerita
terhadap hasil belajar IPS baru pertama kali dilakukan, kebanyakan hanya
menggunakan salah satunya saja. Penelitian yang sebelumnya dilakukan dengan
strategi ekspositori dan metode bercerita ini pernah dilakukan diantaranya sebagai
berikut :
Penelitian tentang penerapan strategi pembelajaran ekspositori untuk
meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa yang dilakukan oleh Sofyan Hanani.
Hasil dari data penelitian menunjukan adanya peningkatan dari keaktifan siswa
dan hasil belajar terbukti dari nilai rata-rata setiap siklusnya mengalami
peningkatan hasil rata-rata tes formatif pra-siklus 68, rata-rata siklus 1 diperoleh
72,6 dan siklus 2 diperoleh rata-rata 77,2. Selain itu jumlah ketuntasan siswa
mengalami peningkatan pada pra-siklus dari 32 siswa sebanyak 11 siswa
mendapat nilai tuntas, siklus 1 sebanyak 20 siswa yang tuntas dan pada siklus 2
sebanyak 26 siswa mendapat nilai tuntas.
Penggunaan metode bercerita untuk meningkatkan bercerita untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS ole Ahmad Munir.
Hasil dari data penelitian menunjukan metode bercerita dapat meningkatkan
pemahaman materi dan hasil belajar dari terbukti dari siklus 1 skor sebesar
68,57% dan pada akhir penelitian menjadi 71,42% denan rata-rata kelas 7,53
dengan ketuntasan klasikal 92,11% pada akhir penelitian.
Persamaan dan perbedaannya penelitian ini dengan penelitian terdahulu
yaitu sama-sama menggunakan strategi ekspositori dan metode bercerita tetapi
setiap judul hanya menggunakan variabel X hanya satu sedangkan di penelitian
ini strategi dan metode disatukan menjadi sebuah judul. Perbedaanya kedua
penelitian terdahulu menggunakan pendekatan PTK sedangkan peneliti
menggunakan pendekatan Kuantitatif.
29

G. Kerangka Berfikir
Belajar adalah suatu yang kompleks yang terjadi pada setiap individu yang
berlangsung seumur hidup sejak dia lahir hingga nafas terhenti. Salah satu tanda
bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut dari perubahan kognitif,
afektif dan psikomotor.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru dan siswanya untuk mencapai tujuan tertentu. Tugas seorang guru
adalah mengajar, mengajar adalah menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa agar suatu materi yang dipelajari tersampaikan dengan baik
(Suyono. 2012 :16)
Menurut Trianto (2010:173) melalui pembelajaran IPS di sekolah siswa
dapat mempersiapkan diri menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya
di masyarakat dan dapat mengembangkan kemampuan dalam menggunakan
penalaran untuk mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

Dalam proses pembelajaran IPS kehadiran strategi dan metode mempunyai


arti penting terhadap suasana kelas maupun hasil belajar IPS yang dicapai. Karena
ketidaksistematisan dalam penyampaian materi pelajaran dapat dibantu dengan
strategi dan metode yang sesuai.

Menurut Majid (2013:6) strategi pembelajaran adalah alat bantu dalam


proses pembelajaran dalam merencanakan rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan menggunakan metode pula akan
membuat guru lebih mudah dalam menyampaikan materi.

Penggunaan strategi dan metode dalam pembelajaran dapat membuat


siswa merasa senang dan bersemangat dalam mempelajari materi IPS. Dengan
demikian hasil belajarnya akan baik dan akan meningkatkan keaktifan siswa saat
di sekolah.
Dari uraian di atas, dapat disimlpulkan kedalam kerangka berfikir
menunjukan 2 variabel. Pengaruh strategi ekspositori melalui kegiatan bercerita
(variable X), dan hasil belajar IPS siswa (variable Y), yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
30

X Y

X : Stratgi ekspositori melalui kegiatan bercerita


Y : Hasil belajar IPS
: Pengaruh

H. Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2016:96) merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, yang kebenarannya belum berdasarkan
fakta empiris dan harus diujikan. Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat
disusun hipotesis yaitu :
H0 : p = 0 : tidak ada pengaruh strategi pembelajaran ekspositori
melalui kegiatan bercerita terhadap hasil belajar IPS di
kelas IV.
Ha : p ≠ 0 : ada pengaruh yang signifikan antara strategi
pembelajaran ekspositori melalui kegiatan bercerita
terhadap hasil belajar siswa di kelas IV.

Anda mungkin juga menyukai