PENDAHULUAN
Bahasa penting bagi kehidupan kita. Tanpa ada bahasa, apa yang disampaikan
tidak akan bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Khususnya juga berkomunikasi,
manusia perlu berinteraksi antara individu yang satu dengan yang lain agar bisa saling
bahasa, membutuhkan proses yang berkembang dalam tahap usia-usianya. Pada anak pun
juga demikian, perlu adanya interaksi untuk anak agar sebagai orangtua atau orang
terdekatnya bisa saling berkomunikasi dengan baik. Misalnya pada anak tunarungu yang
mengalami gangguan pada pendengaran. Anak yang memiliki hambatan atau gangguan
pendengaran juga merupakan salah satu kategori anak yang memiliki kebutuhan khusus
kehidupan sehari-hari Menurut Soemantri (1996). Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik tahun 2020, ada kenaikan yang cukup signifikan pada jumlah penyandang
234,2 juta jiwa. Sementara pada tahun 2020 naik menjadi 18 ribuan juta jiwa2. Dengan
1
Fifi nafiaturrahmah. “ problematika anak tuna rungu dan cara mengatasinya”.vol.6,no.1(2018).1-15
2
Ibid1
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional anak atau individu berkelainan disebut
juga dengan anak atau individu yang memerlukan pendidikan khusus yang sesuai
dengan kondisi dan potensi yang dimiliki. Kelainan yang dialami akan berdampak pada
munculnya masalah dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Oleh karena itu,
mereka berhak mendapatkan pendidikan yang sesuai, baik pendidikan formal maupun
non-formal. Hal ini akan membantu anak tunarungu dalam mengembangkan potensi dan
kemampuan yang dimiliki serta membantu mereka agar mandiri dan tidak banyak
tunarungu. Begitu juga pada saat proses pembelajaran, anak tunarungu memiliki
kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Untuk membantu
memahami ucapan gurunya anak tunarungu akan memanfaatkan sisa pendengaran dan
melihat gerakan bibir guru (oral) dan ekspresi wajah guru. Guru dalam mengajar bahasa
harus anak menerima dengan baik materi yang disampaikan serta mampu memahami
materi yang sedang dipelajari. Selain itu, untuk memastikan apakah anak paham atau
tidak akan sesuatu salah satunya dapat dilihat dengan bagaiamana ia menyampaikannya
secara lisan. Siswa tunrungu diharapkan memiliki keterampilan berbicara yang baik, hal
Kemampuan berbicara pada anak dimulai dari tahap pengalaman dan proses
belajar yang bergantung pada stimulus dan respons. Pengalaman dan proses belajar
sesuatu yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang
yang akan belajar mengendarai sepeda. Hal ini dikuatkan oleh teori behaviorisme yang
diungkapkan Skinner (Putri dan Afin: 2013). Teori tersebut menjelaskan bagaimana
Jika stimulus semakin dikuatkan, respons pun semakin kuat muncul. Disinilah yang
membedakan anak normal dengan anak berkebutuhan khusus penyandang tunarungu.
bahasa mereka seperti kosakata dan kalimat yang diujarkan kurang jelas bagi mereka.
Atau bahkan mereka tidak memahami para guru dan orang tua berbicara karena
Therapy (therapy bicara) kepada anak penyandang tuna rungu. Terapi bicara yaitu guru
bicara anak sambil bermain. Metode yang dilakukan yaitu guru membimbing dan
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bentuk kontribusi keilmuan dalam bidang
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
THERAPY
b. Bagi guru
lebih mudah menyampaikan ide atau gagasan serta pengucapan kata atau
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat dan salah satunya
A. Kajian teori
A. Pengertian Tunarungu
terdapat satu atau lebih organ telinga bagian luar, organ telinga
pendengarannya”
3
Bonifasia Ayulianti, Robertus Hudin, Mikael Nardi,” METODE PEMBELAJARAN DALAM
MENGEMBANGKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK TUNARUNGU”,dalam jurnal literasi pendidikan dasar, Vol. 2,
No. 1, 2021
4
Fifi Nofiaturrahmah,problematika anak tunarungu dan cara mengatasinya, Vol. 6, jurnal iain kudus,2008
“ deaf pupils who no hearing or whose hearing is no defective that
they require education by methode used for the deaf. Pupuls where
they require education by methode used for the deaf. Pupils where
the fined as those partially deaf who have some naturally aquired
a. Segi fisik
c. Karakteristik emosi
d. Karakteristik sosial
e. Karakteristik Bahasa
Misikin dalam kotakasa, sulit mengungkapkan Bahasa ungkapan
pendengaran.
bahasa anak tunarungu tidak dapat dilalui seperti halnya anak yang
fungsinya nanti.
2. Keterampilan berbicara
kepada orang lain. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 16) bebicara
penyimak.
5
Nur khaliza, eko, ade, PEMEROLEHAN BAHASA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DALAM
MEMAHAMI BAHASA, vol.2, jurnal metabasa, juni 2020, hal. 2
berfikir dan sarana utama seseorang untuk saling menyampaikan ide,
untuk mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasa serta
untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan isi hati kepada orang
b. Tujuan berbicara
Guntur Tarigan, 2008: 16). Selain itu Henry ( 2008 : 16-17) juga
meyakinkan ( to persuade).6
6
ibid
7
Muchlisin riyadi, “pengertian, tujuan, dan kemampuan berbicara”,kajian Pustaka,3 juni, 2013,
https://www.kajianpustaka.com/2013/06/pengertian-tujuan-dan-tes-kemampuan.html
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka
yaitu :
secara benar
bermakna.
pengulangan
F. Bahasa tubuh8
8
Marlina Eliyanti Simbolon, Tuturan dalam Pembelajaran Berbicara dengan Metode Reciprocal Teaching,
(Surabaya: Media Sahabat Cendikia, 2019), hal. 35.
a. Pengertian
menggunakan Bahasa
B. Kerangka penelitian
1. Tunarungu
(tulisan).10
yang mengalami kerusakan pada satu atau lebih pada organ telinga
luar, organ telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam
baik.
pendengarannya.11
10 1
Mohammad Efendi, 2Yerri Supriyanto, 3Suprijanta, ‘’ STUDI EKSPLORASI PENGEMBANGAN
MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK TUNARUNGU KELAS
RENDAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA”, vol.1, no.1, 20014
Tunarungu ialah suatu kedaan dimana seseorang
2. Jenis-jenis Tunarungu
3. Tuli total (Totally Deaf), yaitu mereka yang sudah sama sekali
bicara.
11
Riadi, Muchlisin. (2020). Tunarungu (Pengertian, Jenis, Penyebab, Karakteristik dan Proses
Komunikasi). Diakses pada 4/30/2023,https://www.kajianpustaka.com/2020/07/tunarungu.html
Kelompok I. Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses
manusia normal.
arahan, sering kali meminta orang lain untuk mengulang apa yang
verbal Tulisan
Membaca ujaran
Gesti
Non - verbal
Mimic
Baku
Isyarat
Alamiyah
System komunikasi
Verbal
campuran
KOMUIKASI TOTAL
Non - verbal
Metode formal
Pendekatan
Metode okasional
MMR
memahami perolehan bahasa yang terjadi pada anak mendengar dan juga yang terjadi
anak yang mendengar berawal dari adanya pengalaman atau situasi bersama antara bayi
dan ibunya atau orang lain yang berarti dalam lingkungan terdekatnya. Melalui
bahasa batini (inner language). Setelah itu, anak mulai memahami hubungan antara
lambang bahasa dengan benda atau kejadian yang dialaminya sehingga terbentuklah
bahasa reseptif anak. Dengan kata lain anak memahami bicara lingkungannya (bahasa
reseptif auditori). Setelah bahasa reseptif auditori ‘agak’ terbentuk, anak mulai
mengungkapkan diri melalui kata-kata sebagai awal kemampuan bahasa ekspretif auditori
atau berbicara, meskipun pada dasarnya perkembangan kearah bicara muncul lebih dini
lagi, yaitu dengan adanya masa meraba. Kemampuan itu semua berkembang melalui
Dengan demikian tersedia tiga alternative, yaitu: isyarat, membaca, dan membaca
ujaran. Media membaca ujaran merupakan pilihan yang tepat disbanding isyarat dan
membaca. Dengan kemajuan teknologi pendengaran saat ini, maka sisa pendengarannya
dapat dioptimalkan untuk menstimulasi anak tunarungu dalam perolehan bahasa. Apabila
membaca ujaran menjadi dasar pengembangan bahasa batini anak tunarungu, kita dapat
gerak bibir dan mimik pembicara. Bagi anak kurang dengar yang menggunakan alat
auditori). Setelah itu, anak tunarungu mulai memahami hubungan antara lambang bahasa
(visual & auditori) dengan benda atau kejadian sehari-hari, sehingga terbentuklah bahasa
reseptif visual/auditori. Sama halnya seperti anak mendengar, kemampuan bahasa
visual (membaca) dan bahasa ekspresif visual (menulis). Demikian perilaku bahasa
isyarat, ejaan, jari dan gesti untuk bahu membahu membentuk keutuhan pikiran dan
perasaan yang dimunculkan dalam keutuhan ketatabahasaan. Tata bahasa disini adalah
tata bahasa Indonesia. Dalam proses komunikasi untuk menangkap ekspresi tersebut
melalui mendengar, membaca ujaran, dan membaca isyarat. Jadi, komponen komunikasi
total adalah bicara, isyarat, ejaan jari, mendengar, membaca ujaran, dan membaca isyarat.
Bicara
Bicara adalah ekspresi bahasa secara lisan yang diproses dengan menggunakan
alat bicara (infirasi, phonasi, artikulasi, dan resonansi) yang menghasilkan bunyi-bunyi
bahasa. Bunyi-bunyi bahasa terdiri dari bunyo bahsa terkecil pembeda makna (vokal,
diftong, cluster) dan satuan gramatik yang bermakna (kata, frase, klausa dan kalimat).
Isyarat adalah setiap gerakan tertentu dari tubuh dan anggota tubuh yang memiliki
makna tertentu sehingga menjadi sebuah simbol. Contoh geleng-geleng kepala yang
semacam ini biasa digunakan pelaku komunikasi dalam proses komunikasi. Orang
antara mereka dan hanya mereka yang mengerti. Isyarat-isyarat tersebut tidak memiliki
sistem tertentu. Isyarat-isyarat dalam komunikasi total disusun atau ditata dalam sebuah
sistem. Karenanya disebut sistem isyarat yang kaidah-kaidahnya berdasarkan pada sistem
atau aturan bahasa baku Bahasa Indonesia. Misalnya, setiap bunyi bahasa atau fonem
berfungsi sebagai pembeda makna, maka ketentuan ini juga digunakan dan berlaku dalam
sistem isyarat. Setiap isyarat melambangkan satu kata. Setiap isyarat mempunyai makna
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
(2008, hlm. 57), “Berdasarkan tujuan penelitian tindakan PTK merupakan salah
satu bagian dari penelitian tindakan dengan tujuan yang spesifik yang berkaitan
dengan kelas”.
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata
yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat
diterangkan.
3. Kelas –dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula. Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud
ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian,
penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di
mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok peserta didik yang sedang
belajar. Peristiwanya dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan
olahraga, di tempat kunjungan, atau di tempat lain, yaitu tempat di mana peserta
didik sedang berkerumun belajar tentang yang sama, dari seorang guru atau
inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, bahwa penelitian tindakan
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan.
PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang dinyatakan dalam satu
a. Perencanaan ( Planning)
c. Observasi ( observing)
d. Refleksi ( reflecting)
13
Raden Fasha Nurlidia, 2015 Implementasi Program Storytelling Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Siswa Kelas TK B Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk merencanakan perbaikan, terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi
masalah, analisis, dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah
masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan
menelaah berbagai dokumen terkait. Berdasarkan hasil analisis, dipilih dan dirumuskan
masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Setelah masalah
dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan
teman sejawat dan pakar, dan menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan ini,
dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan
komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, iklim belajar dan
1. Perencanaan ( Planning )
(aksi)
2. Aksi (Tindakan)
Pelaksanaan Tindakan Kelas yang dilakukan sesuai dengan penelitian dalam hal ini
battleship game.
berlangsung.
3. Observasi ( observing )
Tahap observasi melibatkan teman sejawat sebagai observer. Observasi yang efektif
e) Observasi akan bermanfaat apabila ada umpan balik dari hasil observasi dan
kerjasama antar peneliti dan observer dapat memecahkan masalah yang timbul dalam
setiap siklus. Kerjasama ini juga yang nantinya akan memberikan kontribusi baik bagi
perbaikan pada setiap siklus sehingga tercapai tujuann pembelajaran yang diharapkan.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah renungan atau mengingat kembali apa yang sudah dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi guru melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa
revisi dari rencana lama atau merubah pola yang lama dengan pola yang baru. Kegiatan
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), atau Classroom
Action Research. Penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mencari suatu dasar pengetahuan praktis dalam rangka memperbaiki situasi yang
dilakukan secara terbatas di dalam kelas. Wiriaatmadja (2005: 75) menyatakan “bahwa
tujuan dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah memperbaiki praktek pembelajaran guru
di kelas”. Hal ini sejalan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian untuk
tindakan yang tepat dan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan subjek
Pemilihan dan penggunaan metode PTK di dalam penelitian ini, tetap senantiasa
menempatkan sentralisasi dan otonomi profesionalisme guru di dalam proses kinerja dan
aktivitas mengajarnya. Guru yang bersangkutan akan dijadikan mitra peneliti, mudah-
mudahan dengan kehadiran peneliti di kelas membuat guru mitra menjadi percaya diri
peran yang akan dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Suatu hal penting yang harus
dibicarakan oleh peneliti adalah jika peneliti sudah berlangsung maka mitra peneliti
bersama siswa di dalam kelas akan menjadi subyek yang diteliti dan akan menjadi
fokus pengamatan peneliti. Hal ini perlu disampaikan kepada mitra peneliti agar
14
Ahmad zaenudin, 2019, meningkatkan kemampuan vocabulary siswa menggunakan battleship games
pada siswa kelas VI sekolah dasar negeri songkok tahun ajaran 2018-2019, songkok,hal.15
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
B. Setting penelitian
Lokasi penelitian ini adalah kelas bawah SLB Taman Winangun Kebumen. Peneliti
memilih wilayah tersebut karena SDLB Taman Winangun adalah salah satu sekolah dasar
luar biasa di kebumen yang mengajar anak anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini
diadakan selama 60 hariterhitung mulai izin penelitian secara lisan dan tertulis dengan
atau pengumpulan data mulai tanggal 1 April 2015 sampai 30 Mei 2023. Penelitian ini
menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan
adalah praktisi (guru). Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
permasalahan dikelas, Mendorong guru selalu berfikir kritis terhadap apa yang mereka
bersifat universal yang ditemukan oleh pakar peneliti yang sering kalitidak cocok dengan
Substansi perencanaan pada garis besarnya meliputi beberapa hal yang terkait dengan ; 1.
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDLB Kutowinangun yang berjumlah 23
anak. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan seorang kolabolator. Kolabolator dari
Data adalah catatan fakta-fakta atau keterangan yang akan diolah dalam kegiatan
penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat
a. Data skunder
atau pengumpul data secara tidak langsung. Dikatakan tidak langsung karena data
diperoleh melalui perantara, yaitu bisa lewat orang lain, ataupun lewat
b. Data primer
2. Kegiatan informan
3. Kolabolator
penelitian ini digunakan untuk menggali data tentang kesan siswa setelah
pada pembelajaran serta untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi
kondisi saat itu sehingga lebih fleksibel dan sesuai dengan jenis masalahnya19
2. Observasi
siswa pada saat belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
18
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal.180
19
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal.89
20
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hal.220
21
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, teknik, prosedur), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hal.152
Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer lain yaitu guru
3. Tes adalah suatu cara mengumpulkan data dengan memberikan tes kepada
objek yang diteliti.22 Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes hasil
belajar, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu. 23 Tes ini dilaksanakan dengan
nilai yang diperoleh siswa melalui tes tersebut. Dalam penelitian ini tes yang
a. Pre test, yaitu bentuk tes yang diberikan sebelum dimulainya proses
b. Post test, yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan
pengajaran. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
4. Dokumentasi
dokumen resmi seperti monografi, catatan-catatan serta buku- buku yang ada.
Data dokumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain foto, struktur
organisasi sekolah, data tentang guru dan pegawai sekolah, data siswa dan
sebagaimana terlampir.
22
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1988), hal.28
23
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan ... , hal.223
24
ibid
F. VALIDASI DATA
Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran dari proses penelitian.
Validitas data dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang
meningkatkan validitas meliputi empat langkah, antara lain face validity (validitas
validity. Untuk
keabsahan data untuk memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
yang diperoleh melalui hasil pengamatan dari proses pembelajaran, tes unjuk
kerja siswa, silabus, RPP, hasil wawancara, teman sejawat, dari narasumber, sudut
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini adalah
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya tidak
1. Reduksi Data
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
diperlukan.
2. Penyajian Data
cara menyusun secara narasi sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil
bermakna baik dalam bentuk narasi, grafis maupun tabel. Dalam penelitian,
melakukan penyajian data selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa
3. Penarikan kesimpulan
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang valid dan konsisten
25
Ahmad Rijali, “analisis data kualitatif”,jurnal uin antasari,Vol. 17 No. 33 Januari – Juni 2018.
H. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada dasarnya meniliti adalah melakukan pengukuran, maka dari itu harus adanya alat
ukur yang sesuai dan baik. Alat ukur dalam penelitian disebut dengan instrument
yang bersifat mengukur, karena berisi tentang pertanyaan dan pernyataan yang alternative
jawabannya memiliki standar jawaban terntu, benar salah maupun skala jawaban’’.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa intrumen penelitian merupakan alat
ukur untuk mengukur kemampuan siswa dalam membentuk pertanyaan yang memiliki
standar sakala jawaban tertentu. Adapun Instrumen pendukung dalam Penelitian yang
Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes. Soal tes terdiri dari pre test dan post
test. Soal pre test diberikan sebagai pengantar sebelum kegiatan pembelajaran dimulai
kepada materi ajar dengan tujuan untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa
mengenai bahan yang akan disajikan sedangkan soal post test diberikan pada akhir
kemampuan siswa dalam memahami materi ajar dalam kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
1. lembar observasi
Observasi sangat mendukung data pokok yang mengungkap aktivitas siswa. Observasi
untuk mengetahui kegiatan siswa dan guru dalam kegiatan belajar dengan menggunakan
metode spheect therapy pada siswa tuna rungu di sekolah. Lembar observasi yang
digunakan yaitu lembar observasi siswa dan lembar observasi guru, adapun formatnya
sebagai berikut :
LEMBAR OBSERVASI GURU
Nama Guru/Peneliti :-
NIP :-
Siklus : Satu
Pertemuan : Pertama
Isilah dengan melingkari salah satu skor (0, 1, 2, 3, atau 4) pada tabel yang telah
disediakan!
Langkah
No Aspek yang Diamati Skor Nilai
Pembelajaran
3. Guru mempersiapkan
0 1 2 3 4
siswa untuk belajar
pelatihan
6. Guru 0 1 2 3 4
dengan baik
balik
berpartisipasi
menjawab
ingin menanggapi
mempersiapkan
kesempatan untuk 0 1 2 3 4
melakukan pelatihan
lanjutan
Jumlah Skor
Observer
LIA ANJALI
2012903
DESKPRIPTOR LEMBAR PENILAIAN OBSERVASI GURU
Catatan : ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
................
Catatan : ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
................
Catatan : ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
................
Catatan : ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
................
Catatan : ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
................
2. Lembar wawancara
PEDOMAN WAWANCARA GURU
PENERAPAN METODE DISKUSI
Nama Guru/Peneliti :-
NIP :-
Sekolah : SDLB Kutowinangun
Kelas/Semester : 2 ( dua) / II( dua)
Mata Pelajaran : BHS. Indonesia
Materi : menceritakan Kembali sebuah cerita
Siklus : Satu
Pertemuan : Kedua
Hari, Tanggal : selasa, 2 juni 2023
Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya!
A. Pemilihan dan penetapan materi sesuai problem diskusi
1. Bagaimana guru memilih materi pembelajaran?
Jawab: ............................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
2. Apakah guru menetapkan materi sesuai dengan peningkatan keterampilan berbicara
anak?
Jawab: ............................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
B. Penjelasan inti diskusi
1. Dalam peningkatan berbicara anak apakah terdapat hambatan?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara anak setelah menggunakan terapi
berbicara?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
C. Penyampaian Pendapat
1. Bagaimana cara guru menyampaiakan materi di kelas?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
2. Apakah anak yang kurang dalam berbicara terdapat kemajuan?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
D. Pengarahan penyampaian diskusi
1. Bagaiamana sikap anak di dalam kelas saat pembelajran berlangsung?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
2. Apakah anak mulai memahami pembelajaran di kelas?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
E. Penghimpunan hasil diskusi
1. Dalam pembelajaran, apakah terdapat anak yang sulit untuk di atasi?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
2. Setelah pembelajaran berlangsug, apakah terdapat kemajuan dalam keterampilan
berbicara anak?
Jawab: ..................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Petunjuk !!!
pertanyaan dan tentukan kebenarannya. Berikan jawaban yang benar benar cocok
Nama :
No absen :
Berikan tanda ceklis pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda
Keterangan :
TS : tidak setuju
S : setuju
SS : Sangat setuju
NO URAIAN STS TS S SS
4 Saya lebih suka mendengarkan tape recorder atau video dari pada
membaca buku
bernyanyi
Interpretasi
Kognitif
Perilaku
RPP
LAS
J. DAFTAR PUSTAKA
Fifi Nofiaturrahmah,problematika anak tunarungu dan cara mengatasinya, Vol. 6, jurnal iain
kudus,2008
Nur khaliza, eko, ade, PEMEROLEHAN BAHASA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(TUNARUNGU) DALAM MEMAHAMI BAHASA, vol.2, jurnal metabasa, juni 2020, hal. 2
Muchlisin riyadi, “pengertian, tujuan, dan kemampuan berbicara”,kajian Pustaka,3 juni, 2013,
https://www.kajianpustaka.com/2013/06/pengertian-tujuan-dan-tes-kemampuan.html
Marlina Eliyanti Simbolon, Tuturan dalam Pembelajaran Berbicara dengan Metode Reciprocal
Teaching, (Surabaya: Media Sahabat Cendikia, 2019), hal. 35.
Raden Fasha Nurlidia, 2015 Implementasi Program Storytelling Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Siswa Kelas TK B Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Ahmad Rijali, “analisis data kualitatif”,jurnal uin antasari,Vol. 17 No. 33 Januari – Juni 2018.
Abdhul,data skunder,1-7
http://repository.unpas.ac.id/31001/2/BAB%20III.pdf
https://eprints.uny.ac.id/13882/4/BAB%20III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/17042/5/BAB_III.pdf
46