Disusun oleh :
1. Multisensorik
Prinsip ini berarti mengintegrasikan berbagai indera seperti pendengaran,
penciuman, perabaan, dan rasa dalam pembelajaran untuk anak tunanetra.
Contohnya adalah menggunakan buku dengan braille, rekaman suara atau
penggunaan teknologi seperti perangkat lunak screen reader, yang mengubah teks
menjadi suara.
2. Inklusif
Prinsip inklusif memastikan bahwa anak tunanetra memiliki aksesibilitas
yang sama dengan teman sebayanya dalam lingkungan pembelajaran yang ramah
dan mendukung. Hal ini meliputi penggunaan bahan ajar yang dapat diakses,
ruang kelas yang dapat diakses, serta pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak tunanetra.
3. Kolaboratif
Prinsip kolaboratif berfokus pada kerja sama antara guru, orang tua, dan
anak tunanetra untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan
mendukung. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan orang tua dalam proses
pembelajaran anak tunanetra dan memberikan kesempatan pada anak tunanetra
untuk belajar dari teman sebayanya.
4. Pengalaman Langsung
Prinsip ini berfokus pada memberikan pengalaman langsung pada anak
tunanetra, seperti melakukan eksperimen, kunjungan ke museum, atau kegiatan di
luar kelas. Pengalaman langsung ini membantu anak tunanetra untuk membangun
pemahaman yang lebih baik dan lebih konkret tentang dunia di sekitarnya.
5. Penguatan Positif
Prinsip penguatan positif memastikan bahwa anak tunanetra mendapatkan
pujian dan pengakuan atas pencapaian yang mereka raih. Ini membantu
membangun rasa percaya diri dan motivasi pada anak tunanetra untuk terus
belajar dan berkembang.
Penerapan prinsip-prinsip ini dalam pembelajaran pada anak tunanetra akan
membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang ramah dan efektif bagi mereka.
Hal ini akan membantu anak tunanetra untuk mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk meraih potensi mereka secara penuh.