Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Pendengaran merupakan salah satu dari 5 indera manusia yang sangat baik
dimiliki. Hal ini karena dengan menggunakan indera pendengaran manusia mampu
mendapatkan perbedaan tutur kata atau bahasa sebagai alat komunikasi verbal antara
manusia. Dengan menggunakan tutur kata dan bahasa ini pula manusia mampu
bernalar, berkepribadian serta berkebudayaan, selain itu indera pendengaran juga
berfungsi untuk berkomunikasi serta mengenal alam sekitarnya untuk menikmati seni
suara serta pemberi tanda datangnya bahaya.
Gangguan pendengaran pada anak sering tidak disadari oleh orang tuanya, dan hal
ini dapat mengakibatkan handicap (hambatan) dimasa yang akan datang. Gangguan ini
dikatakan tersembunyi karena pada anak-anak terutama bayi dan balita belum dapat
mengatakan pada kita bahwa mereka mengalami gangguan pendengaran. Bila tidak
dapat dideteksi secara dini dan ditangani dengan baik, akan menyebabkan gangguan
dalam hubungan sosial dan gangguan emosi serta dapat mengganggu proses akademik
di masa sekolah.
Dampak yang diakibatkan oleh gangguan pendengaran pada anak-anak lebih luas
dibandingkan dengan orang dewasa, terutama dalam hambatan menangkap arti
pembicaraan yang sering dihadapi oleh orang-orang usia lanjut. Pada anak-anak
gangguan pendengaran menyebabkan keterlambatan bicara dan gangguan berbahasa,
selanjutnya anak tersebut akan mengalami keterlambatan dalam belajar.

Periode atas perkembangan pendengaran dan berbicara dimulai dalam 6 bulan


pertama kehidupan dan terus berlanjut sampai usia 2 tahun. Beberapa faktor yang
mempengaruhi keterlambatan bicara anak antara lain adalah usia anak saat timbul
gangguan pendengaran, beratnya gangguan pendengaran dan tindakan intervensi yang
dilakukan.
Yoshinaga Itano seperti dikutip Ronny Suwento menyatakan bahwa bila anak
dengan gangguan pendengaran bilateral mendapatkan tindakan intervensi sebelum usia
6 bulan, maka pada usian 3 tahun akan mempunyai kemampuan berbahasa yang
normal.
Anak yang mengalami gangguan pendengaran tipe sensorineural derajat sedangberat sejak lahir, proses bicaranya tidak akan berkembang tanpa dibantu dengan
program habilitasi yang diawali dengan metode amplifikasi. Perkembangan teknologi
alat bantu dengar (ABD) signal processing dan proses fitting memberi kesempatan lebih
luas dalam pemilihan jenis amplifikasi pada anak-anak.
Metode amplifikasi suara dengan pemasangan alat bantu dengar pada anak-anak
memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri mengingat kesulitan mendapatkan
ambang dengar yang tepat.
2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah akan membahas tentang pertanyaan - pertanyaan yang akan di
cari jawabanya di dalam makalah ini:
a.

Pemasangan Alat Bantu Dengar pada anak-anak

b.

Dasar pemilihan Alat Bantu Dengar

c.

Cara Pemilihan Alat Bantu Dengar

d.

Pelaksanaan fitting

e.

Konseling pada orang tua

3. Tujuan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini dengan judul pemasangan alat bantu dengar pada anak
adalah
a. Agar dapat memahami dasar pemilihan ABD untuk anak-anak
b. Mampu menerapkan metode perkuliahan ABD nantinya dalam dunia kerja

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemasangan alat bantu dengar pada anak yang mengalami gangguan pendengaran
merupakan bagian dari proses habilitasi / rehabilitasi fungsi pendengaran, termasuk
didalamnya serangkaian assessment / pengumpulan data mengenai gangguan
pendengaran yang dialami untuk mendapatkan diagnosis yang pasti serta pendidikan
yang semestinya diberikan pada anak-anak dengan gangguan pendengaran baik
prelingual, interlingual maupun postlingual.
Rehabilitasi fungsi pendengaran adalah usaha untuk mengembalikan fungsi
pendengaran atau telinga yang pernah dimiliki anak-anak, yang mengalami
ketunarunguan pada masa postlingual.
Habilitasi fungsi pendengaran adalah usaha untuk memberikan fungsi pendengaran
yang seharusnya dimiliki anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran yang
terjadi sejak masa pralingual ataupun interlingual.
Raymond. H. Hull menyatakan bahwa habilitasi maupun rehabilitasi fungsi
pendengaran adalah suatu upaya untuk menanggulangi atau mengatasi kecacatan
pendengaran seseorang.
Meliputi beberapa tahapan :
1. Assessment
Sebagai langkah awal untuk melakukan habilitasi maupun rehabilitasi fungsi
pendengaran bagi anak, perlu dilakukan berbagai macam assessment,Yang dimaksud
assessment adalah proses pengumpulan data guna mengambil suatu kesimpulan.

Assessment-assessment yang perlu dilakukan untuk habilitasi ataupun rehabilitasi


fungsi pendengaran bagi anak tuna rungu mencakup :
a. Assessment audiologik
Assessment audiologik adalah proses pengumpulan data yang selengkap mungkin
mengenai pendengaran anak melalui berbagai macam pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter spesialis THT dan Audiologist.
Assessment audiologik yang dilakukan meliputi :
1. Anamnesis / Alloanamnesis
Interview yang dilakukan pemeriksa dengan orang tua anak guna mengetahui
riwayat gangguan pendengaran anak.
2. Otoskopi
Pemeriksaan telinga luar yang mencakup daun telinga, liang telinga dan gendang
telinga dengan menggunakan otoskop. Tujuan dari otoskopi adalah untuk :
a. Mengetahui ada tidaknya tanda-tanda penyakit telinga ataupun kelainankelainan telinga luar : daun telinga, liang telinga dan gendang telinga.
b. Mengetahui ada tidaknya kontraindikasi untuk dilakukan pemeriksaanpemeriksaan audiologi lebih lanjut.
3. Timpanometri
Pemeriksaan fungsi telinga tengah yang mencakup : gendang telinga, rongga telinga
tengah, rangkaian tulang-tulang pendengaran, dan tuba eustachius.
4. Otoacoustic Emission (OAE)
Pemeriksaan fungsi koklea, khususnya sel-sel rambut luar.
5. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
Pemeriksaan fungsi saraf-saraf pendengaran setelah koklea sampai ke korteks di
otak

6. Audiometri
Audiometri mencakup :
a.
b.
c.
d.

Audiometri nada murni.


Behavior Observation Audiometry (BOA)
Visual Reinforcement Audiometry (VRA)
Distraction testing (tes distraksi)

B. Assessment Psikologik
1. Tujuan Assessment Psikologik
Assessment psikologik dilakukan untuk mendapatkan data yang selengkap
mungkin mengenai diri pribadi anak.
Data yang dapat diperoleh lewat pemeriksaan psikologik adalah :
a. Tingkat kecerdasan dan kemampuan potensial yang ada pada anak.
b. Fungsi dari tiap-tiap aspek mental anak seperti : ingatan, emosi, fantasi atau
imajinasi, daya asosiasi, kreativitas dan kemauan anak.
c. Sikap serta sifat-sifat pribadi anak yang menonjol.
2. Manfaat dari Asessmen Psikologik
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan psikologik dapat membantu untuk :
a. Penyaluran atau penempatan anak dalam program pendidikkan.
b. Merencanakan menyusun program pengajaran.
c. Penentuan sistem atau strategi pengajaran.
d. Cara pendekatan guru dalam menangani anak.
e. Menentukan jenis latihan atau bimbingan khusus yang diperlukan anak.
f.

Mengatasi atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak, guru


maupun orang tua anak yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

Setelah Assessment lengkap dilakukan, maka dapat ditarik beberapa informasi


mengenai gangguan pendengaran yang dialami oleh anak, antara lain :
1. Menurut Streng membedakan adanya 3 macam Tuna rungu :
a. Anak Tuli ( Deaf)
Adalah anak yang lahir dengan sedikit pendengaran atau tidak dapat mendengar,
atau yang telah kehilangan pendengarannya ketika awal masa kanak-kanak sebelum
dapat berbahasa dan berbicara yang diperlukan.
b. Anak menjadi tuli (Deafened)
Adalah anak yang lahir dengan pendengaran normal dan mencapai usia dimana
dia dapat menghasilkan dan memahami pembicaraan atau percakapan, tetapi
selanjutnya kehilangan pendengarannya.
c. Anak Kurang dengar (hard of hearing)
Adalah anak-anak yang kurang kemampuan pendengarannya, baik sejak lahir
atau pada suatu saat dalam hidupnya.
2. Klasifikasi anak Tuna rungu :
Anak tuna rungu diklasifikasikan menjadi 2 golongan berdasarkan derajat
pendengarannya, yaitu :
a. Golongan kurang dengar :
-

kurang dengar ringan : 20 40 dB

kurang dengar sedang : 40 70 dB

kurang dengar berat : 70 90 dB

b. Golongan tuli / gangguan pendengaran sangat berat : > 90 dB.

Secara medis dan anatomis, ketunarunguan dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam,


yaitu :
1). Tuna rungu Konduktif
Disebabkan oleh adanya kerusakan atau kelainan telinga bagian luar dan atau tengah.
2). Tuna Rungu Sensorineural
Gangguan pendengaran yang disebabkan adanya kerusakan atau kelainan pada telinga
bagian dalam.
3). Tuna rungu Retrokoklea
Disebabkan oleh adanya kerusakan pada susunan saraf pusat pendengaran di otak.
4). Tuna rungu campuran
Ketunarunguan yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kelainan pada telinga luar,
dan atau tengah, dan telinga bagian dalam ataupun susunan saraf pusat pendengaran di
otak.

Klasifikasi tunarungu berdasarkan saat terjadinya (Onset)


Berdasarkan saat terjadinya menurut Van Uden, ketunarunguan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 macam, yaitu :
a. Tuna rungu pralingual
Ketunarunguan yang terjadi pada saat anak belum dapat berbahasa dan berbicara
(belum menguasai bahasa) yaitu pada usia dibawah 1 tahun 6 bulan.
b. Tun a Rungu Interlingual
Ketunarunguan yang terjadi pada saat-saat perkembangan penguasaan bahasa anak,
yaitu pada usia antara 1 tahun 6 bulan sampai 4 tahun 6 bulan.

c. Tuna Rungu Postlingual


Ketunarunguan yang terjadi pada saat setelah seseorang menguasai bahasa dan
bicara, yaitu diatas usia 4 tahun 6 bulan.
I.

A.Tujuan Habilitasi atau rehabilitasi pendengaran bagi anak Tuna rungu


Darius Kohan menyatakan bahwa tujuan utama dari Habilitasi maupun Rehabilitasi

pendengaran bagi anak-anak Tuna rungu adalah untuk meningkatkan keterampilan


berkomunikasi mereka.
Adapun pengertian komunikasi ialah suatu proses pertukaran informasi antar individu
melalui system symbol, tanda atau tingkah laku yang umum.
Oleh sebab itu yang dimaksud dengan keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan
:
a. memahami isi hati, pikiran, gagasan, perasaan orang lain yang dinyatakan secara lisan
dengan berbicara yang disertai dengan mimik, pantomimic, maupun bahasa tubuh
yang lain, ataupun yang dinyatakan lewat media elektronik, seperti radio, televisi,
ataupun yang dinyatakan secara tertulis.
b. Menyatakan atau mengungkapkan isi hati, pikiran, gagasan dan perasaan kepada
orang lain secara lisan dengan bebicara yang disertai dengan mimik, pantomimik,
maupun bahasa tubuh lain, ataupun secara tertulis sehingga dapat dimengerti oleh
lawan komunikasinya.

Tujuan rehabilitasi dan habilitasi bagi anak tuna rungu lebih luas, mencakup
seluruh aspek kepribadian anak seperti : persepsi, bicara, komunikasi, kognitif, sosial,
ekonomi, pendidikan, intelektual, pekerjaan dan kemasyarakatan.

II.

B.Program orientasi Pemasangan Alat Bantu Dengar pada anak dengan


gangguan pendengaran

Secara umum cara menilai kebutuhan akan alat bantu dengar perlu mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu :
a. derajat dan jenis gangguan pendengaran dari hasil BERA / ASSR, Hasil OAE
dan Hasil pemeriksaan Free field test (jika anak belum kooperatif, belum dapat
dilakukan pemeriksaan Audiometri nada murni)
b. ada atau tidaknya penyakit telinga dan kelainan otology
c. kebutuhan akan perkembangan kemampuan komunikasi anak.
d. Usia anak saat terjadinya gangguan pendengaran.

III.

C. Bebrapa Hal Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Pemasangan Alat Bantu


Dengar Pada Anak-Anak:
1) Otoskopi
Untuk mengetahui kondisi telinga bagian luar psien yang meliputi dari liang
telinga hingga membran timpani apakah ada penyakit telinga dan kelainan
otology lainnya.
2) Audiogram lengkap atau ASSR yaitu untuk menentukan type ABD seperti:
a. Tingkat gangguan pendengaran pasien:
- Kurang dengar ringan memakai ABD medium power.
- Kurang dengar sedang memakai ABD medium power
- Kurang dengar berat memakai ABD high power.
- Tuli memakai ABD super power.
b. Konfigurasi ambang pendengaran; slope, flat, ski slope, reverse slope yaitu
untuk menentukan:
- Klas amplifier ABD Konvensional.
- Jumlah channel ABD digital programmable
c. Dynamic range pasien yaitu untuk menentukan:
- Type amplifier ABD konvensional.
10

- Setting ABD digital programmable


d. UCL pasien untuk menentukan MPO ABD
3) BERA perlu dilengkapi dengan VRA
4) Hasil pemeriksaan OAE untuk mengetahui apakah koklea masih bagus atau
tidak. Apabila gangguan pendengaran konduktif ( OAE= bagus) maka boleh
dipasang ABD, tetapi jika gangguan di sentral (OAE= bagus) seperti
Auditory Neuropati maka tidak boleh dipasang ABD karena kerusakan
terdapat di saraf pusat pendengaran.
5) Kondisi telinga pasien untuk menentukan Model ABD
a. Punya atau tidaknya daun telinga
b. Ada tidaknya liang telinga
c. Besar kecilnya diameter liang telinga
d. Ada tidaknya kelainan telinga
e. Ada tidaknya perforasi membran timpani
6) Pertama kali memakai ABD atau sudah pernah pakai sebelumnya
7) Sudah punya bahasa, belum pernah punya bahasa, dan pernah punya bahasa
8) Usia anak-anak
-Balita (-5 Th)
-Alita ( +5 Th)
Berkaitan dengan diameter liang telinga dan membrane tympani msh sangat
kecil
9) Kondisi sosial dan penghasilan orang tua
IV.

Cara Pemilihan Alat Bantu Dengar


Pemilihan alat bantu dengar harus teliti dan jelas menurut gangguan pendengaranya
seperti:
1. ABD yang dipilih harus memperkeras atau mengolah suara ke dalam rentangan yang
paling enak bagi anak agar lebih mudah mengenal bunyi dan suara
2. Pemilihan ABD harus memperhatikan, Ambang pendengaran, MCL, UCL, dan
dynamic range pasien
3. Perhitungan atau pengerasan suara pada pemasangan ABD pada anak adalah dengan
menghitung:
a. MCL pasien
11

b. Gain ABD
c. MPO
4. Untuk pemilihan ABD secara biasa kita menggunakan FORMULA

12

BAB III
FITTING , PROSEDUR PEMASANGAN ,KONSELING DAN TINDAK
LANJUT(FOLLOW UP) PASCA PEMASANGAN ABD
I. Fitting
Sebagai audiologis kita harus melayani pasien dengan telaten dan sabar. Setelah
kita memilih ABD yang cocok untuk pasien selanjutnya kita akan melakukan
fitting:
1. Untuk fitting ABD manual, jelaskan kepada orang tua anak (pasien) sejelas
mungkin untuk pasien anak usia dibawah 5 tahun atau belum mengerti intruksi
dan apabila anak sudah mengerti intruksi berikan intruksi kepada anak dengan
bantuan orang tua.
2. Untuk fitting ABD programable, selalu perhatikan pada software fit untuk
pediatric atau tidak
3. Hindarkan rasa takut pada anak-anak lebih-lebih yang belum pernah pakai
4. Pada pemakai awal, tes dengan deteksi bunyi, bagi pemakai ulang dan sudah
menguasai bahasa,tes dengan latihan mendengar, identifikasi kata secara:
- Visual Auditory: Baca ujaran dan mendengarkan kata yang diujarkan lalu
ditirukan
- Auditory : hanya mendengarkan supaya mengulangi atau mengujarkan
kembali kata-kata yang kita ujarkan
II. Prosedur Pemasangan ABD
2.

Pisahkan ABD dengan battery yang telah di pesan

3.

setting trimer sesuai dengan audiogram pasien.

4.

Pemasangan Earmould.
-

5.

Jelaskan pada orang tua pasien anak apa yang mau kita lakukan.

Pasang Earmould pada telinga dengan tepat.

Pastikan earmould terpasang dengan baik dan nyaman pada anak

Pemasangan ABD
-

Pasang ABD dalam posisi mati

Ukur panjang tubing pada hook ABD

Potong tubing dengan tang potong

Pasang ABD pada Earmould


13

Pasang Earmould beserta ABD pada telinga pasien

Cek ketepatan ukuran pemotong tubing.

Hidupkan ABD, stel Volume Control pelan-pelan sampai lebih besar.

Tes dengan deteksi bunyi bagi pemakai awal

Tes latihan mendengar dengan visual-auditory dan auditory pada pasien


pemakai ulang dan sudah menguasai bahasa

III.

Konseling Terhadap Orang Tua Pasien


Setelah melakukan fitting kepada pasien, tugas selanjutnya sebagai audiologis
adalah memberikan konseling sebagai berikut:
1. Memelihara dan merawat ABD agar berfungsi maksimal.
2. Membiasakan anak pakai ABD dengan banyak pujian
3. Memberikan pelatihan cara memasang dan merawat ABD agar berfungsi
maksimal
4. Mengembangkan kemampuan komunikasi (bahasa lisan) pada anak.
5. Melatih

pendengaran

anak

(auditory

training)

dirumah

secara:

konsisten,kontinyu dalam segala situasi


6. Mengusahakan pendidikan yang memadai bagi anaknya
7. Diberi pengarahan untuk orang tua untuk pasien yang baru pertama kali
menggunakan ABD diperlukan Adaptasi waktu dan tempat.
Adaptasi waktu : seperti belajar memakai ABD step by step misalnya dari 10
Menit, makin lama makin panjang waktu pakai.
Adaptasi tempat : di mulai dari ruangan yang tenang seperti di dalam rumah
bertahap ke lingkungan yang ramai agar pasien tidak kaget jika mendengar
langsung suara yang keras.\
8. Secara teratur mengontrolkan pendengaran dan ABD anaknya

IV. Tindak lanjut (follow up) pasca pemasangan ABD


14

a) Pola didik/asuh dalam keluarga oleh orang tua,babby sitter dsb. Guna
membangun bahasa anak. Home training
b) Speech therapy dan auditory training atau AVT (auditory verbal teraphy)
c) Sekolah khusus untuk anak tuna rungu, dengan pendekatan metode
ORAL AURAL
d) Sekolah inklusi dengan GPK (guru pembimbing khusus)

15

BAB IV
EVALUASI
Seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran, jika memakai alat bantu
dengar orang tuanya harus melalukan evaluasi alat bantu dengar ke hearing aid guna
mengevaluasi apakah anak merasa nyaman atau tidak, lebih baik pendengarannya
setelah memakai atau tidak, seperti diperiksa menggunakan FFT ,tes visual auditory,tes
auditory.apabila anak cukup kooeratif dan mengerti intruksi bisa dilakukan
pemeriksaan audiometry menggunakan alat bangtu dengar dengan pemeriksaan
audiometry tanpa menggunakan ABD untuk membandingkan hasilnya dan untuk
mngetahui perkembangan pendengran anak ada perbedaannya atau tidak
Sebagai audiologis harus sabar dan telaten dalam melayani pasien khususnya anak
karena setiap pasien dan kelurganya berbeda-beda dan orang tua akan merasa senang
dan juga anak akan lebih bahagia bila kita perlakukan secara istimewa dengan penuh
kesabaran.
Penting untuk mengetahui keluhan dari orang tua anak yang menggunkan ABD,
maka di anjurkan orang tua anak untuk mencatat keluhan dan menyampaikan keluhan
tersebut pada saat konseling selanjutnya sehingga dapat mengetahui kekurangan yang
menjadi kendala pada anak tersebut.

16

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasangan Alat Bantu Dengar pada akan sangat membantu dalam perkembangan
bahasa dan bicaranya agar dapat tumbuh berkembang dalam lingkunganya dengan
kemampuan berkomunikasi dan belajar yang optimal,memiliki rasa percaya diri,
sehingga berbahagia dalam menjalani kehidupan kedepannnya
B. Saran
1. Saling bekerja sama dengan dokter THT dalam rehabiltasi anak tuna rungu
2. Melakukan seminar atau workshop, guna untuk sosialisasi kepada masyarakat agar
mengetahui alat bantu dengar karena gangguan pendengaran dapat ditangani
menggunakan ABD.

17

DAFTAR PUSTAKA
-Drs. Antonius subarto, Amd. Audiologi. 2015. Alat Bantu Dengar semester V.
Akademi Audiologi Indonesia - YBW. Jakarta.
-Chandi Lobing ST. Amd.Aud Audiologi. 2015. Alat Bantu Dengar semester V.
Akademi Audiologi Indonesia - YBW. Jakarta
-Tri Andini, Amd.Aud Audiologi. 2015. Alat Bantu Dengar semester V. Akademi
Audiologi Indonesia - YBW. Jakarta
- Mohmad dohirin,efektifitas alat bantu dengar tipe super power pada pasien dengan
gangguan pendengaran sangat berat, Karya Tulis Ilmiah,Akademi Audiologi
Indonesia, Jakarta .2015
-Dr.dr.Ayu bulantrisna djelantik,SpTHT.Audiologi. 2015 Audiologi anak dan
penanganan gangguan pendengaran pada bayi dan anak semester IV. Akademi
Audiologi Indonesia-YBW. Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai