Anda di halaman 1dari 8

KONSEP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS:

PENGERTIAN TUNA RUNGU WICARA

MAKALAH
disusun guna memenuhi tugas matakuliah Perawatan pada Klien Berkebutuhan Khusus
Dosen Pembimbing: Ns. Latifa Aini S. M.Kep, Sp.Kep.Kom

oleh:

Ana Miftahul Jannah


Rilla Kartika S.

NIM 112310101026
NIM 112310101058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNA RUNGU WICARA


PENGERTIAN TUNA RUNGU WICARA
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain yang digunakan
untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya
kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Salah satu contoh anak yang
berkebutuhan khusus adalah anak tuna rungu wicara. Dalam makalah ini, kita
akan membahas mengenai pengertian dari tuna rungu wicara.
Tuna rungu adalah seseorang atau individu yang mengalami kekurangan
atau kehilangan kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan oleh tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran
(TIM FIP-UPI, 2007), sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya
dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupan secara
kompleks (Somad & Herawati, 1996: 27). Satmoko (2010) mendefinisikan anak
tuna rungu sebagai anak yang kehilangan pendengaran sebelum belajar bicara atau
kehilangan pendengaran demikian anak sudah mulai belajar bicara karena suatu
gangguan pendengaran, suara dan bahasa seolah-olah hilang.
Pendapat yang dikemukaan ahli lain terkait pengertian tuna rungu di
antaranya sebagai berikut.
1. Andreas Dwijosumarto dalam Seminar Ketunarunguan di Bandung (19 Juni
1988) mengemukakan bahwa tuna rungu adalah suatu kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang,
terutama indra pendengaran (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004).
2. Menurut batasan dari Sri Moerdiani (1987: 27) dalam buku Psikologi Anak
Luar Biasa, anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami gangguan
pendengaran sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan
tujuan komunikasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
3. Moh. Amin (1991: 1) dalam buku Ortopedagogik Umum mengemukakan
bahwa anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau
tidak berfungsinya

sebagian atau seluruh organ pendengaran yang

mengakibatkan hambatan dalam perkembanganya sehingga memerlukan


bimbingan pendidikan khusus.
4. Ahli lainnya memberikan batasan mengenai tunarungu ditinjau dari segi medis
dan pedagogis berikut. Tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan seluruh alat
pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa
sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus (Salim, 1984: 8).
Tuna wicara merupakan gangguan verbal pada seseorang sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi melalui suara. Tuna wicara sering
dikaitkan dengan tuna rungu. Sebagian tunawicara adalah mereka yang menderita
tuna rungu sejak bayi ataupun lahir, yang karenanya tidak dapat menangkap
pembicaraan orang lain, sehingga tak mampu mengembangkan kemampuan
bicaranya meskipun tak mengalami gangguan pada alat suaranya (Sadjaah, 2005).
Menurut Van Uden (1971) dalam Bunawan & Yuwati (2000) menyatakan
bahwa penyandang tuna rungu bukan saja tuna rungu tetapi juga tuna bahasa atau
tuna wicara. Leigh (1994) mengemukakan bahwa terhadap anak tuna rungu, orang
akan langsung berpikir tentang ketidakmampuan mereka dalam berkomunikasi
secara lisan (berbicara), padahal masalah utamanya bukan pada ketidakmampuan
dalam berbicara melainkan pada akibat dari keadaan ketunarunguan tersebut
terhadap perkembangan bahasa. Pendapat Van Uden yang menyatakan bahwa
penyandang tuna rungu juga pasti tuna bahasa, berlawanan dengan pendapat
Morag Clark, seorang International Consultant in Natural Auditory Oral
Education for children who are hearing impaired. Clark (2007) menyatakan
bahwa apabila anak-anak dengan gangguan pendengaran diberi alat bantu dengar
yang tepat sehingga dapat baik, maka kualitas bicara mereka sangat
mengagumkan (Bunawan & Yuwati, 2000).
Tuna rungu wicara adalah jenis kecacatan yang diakibatkan oleh
berkurangnya pendengaran dan atau kesulitan berbicara. Bagaimanapun juga,
orang-orang

yang

memiliki

kesulitan

dalam

pendengaran

tetap

dapat

berkomunikasi dengan bahasa sehari-hari. Mereka menggunakan sedikit


pendengaran, namun menyandarkan diri pada suara yang lebih keras dan/atau

memperhatikan bibir orang yang berbicara untuk berkomunikasi secara efektif.


Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak penyandang
tunarungu dan tunawicara adalah anak yang kehilangan kemampuan untuk
mendengar baik sebagian maupun seluruhnya yang mengakibatkan tidak mampu
untuk menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupannya sehari-hari dan
juga tidak mampu mengembangkan kemampuan bicaranya.

DAFTAR PUSTAKA
Bunawan & Yuwati. 2000. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta:
Yayasan Santi Rama.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2004. Pedoman Pendidikan Terpadu/Inklusi
Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Dirjen Dikdasmen,
Depdiknas.
Moerdiani, Sri. 1987. Bimbingan Penyuluhan Anak Luar Biasa. Bandung: FIPKIP.
Moh. Amin. 1991. Ortopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sadjaah, Edja. 2005. Pendidikan Bahasa Bagi Anak gangguan Pendengaran
dalam Keluarga. Jakarta: Depdiknas Dirjend. Pend. Tinggi Direktorat
Pembinaan Pend.Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Salim. 1984. Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikdud.
Santoso, Satmoko Budi. 2010. Sekolah Alternatif. Jogjakarta: Diva press.
Somad & Herawati. 1996. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Proyek
Pendidikan Tenaga Guru Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
TIM FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Imtima.

SOAL KASUS
1. Jenis kecacatan yang diakibatkan oleh berkurangnya pendengaran dan atau
kesulitan berbicara disebut?
a. Tuna rungu
b. Tuna wicara
c. Tuna netra
d. Tuna daksa
e. Tuna grahita
2. Gangguan verbal pada seseorang sehingga mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi melalui suara disebut?
a. Tuna rungu
b. Tuna wicara
c. Tuna netra
d. Tuna daksa
e. Tuna grahita
3. Anak yang kehilangan kemampuan untuk mendengar baik sebagian maupun
seluruhnya yang mengakibatkan tidak mampu untuk menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupannya sehari-hari dan juga tidak mampu
mengembangkan kemampuan bicaranya disebut?
a. Tuna rungu
b. Tuna rungu wicara
c. Tuna netra
d. Tuna daksa
e. Tuna grahita
4. Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan
karena tidak berfungsinya sebagaian atau seluruh alat pendenganran, sehingga
ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari
yang membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks.
Berdasarkan uraian di atas, merupakan definisi tuna rungu menurut...
a. Permanarian Somad & Tati Herawati (1996)
b. Salim (1984)
c. Satmoko Budi Santoso (2010)
d. Sri Moerdiani (1987)
e. Bunawan & Yuwati (2000)

5. Tuna wicara merupakan gangguan verbal pada seseorang sehingga mengalami


kesulitan dalam berkomunikasi melalui suara. Tuna wicara sering dikaitkan
dengan tuna rungu. Definisi tuna wicara tersebut diungkapkan oleh...
a. Permanarian Somad & Tati Herawati (1996)
b. Edja Sadjaah (2005)
c. Satmoko Budi Santoso (2010)
d. Sri Moerdiani (1987)
e. Bunawan & Yuwati (2000)
6. Penyandang tuna rungu bukan saja tuna rungu tetapi juga tuna bahasa.
Berdasarkan uraian diatas, merupakan definisi tuna rungu menurut...
a. Permanarian Somad & Tati Herawati (1996)
b. Van Uden
c. Satmoko Budi Santoso (2010)
d. Sri Moerdiani (1987)
e. Bunawan & Yuwati (2000)
7. Seorang ahli mengemukakan bahwa terhadap anak tuna rungu, orang akan
langsung berpikir tentang ketidakmampuan mereka dalam berkomunikasi
secara

lisan

(berbicara),

padahal

masalah

utamanya

bukan

pada

ketidakmampuan dalam berbicara melainkan pada akibat dari keadaan


ketunarunguan tersebut terhadap perkembangan bahasa. Definisi tersebut
diungkapkan oleh...
a. Permanarian Somad & Tati Herawati (1996)
b. Leigh (1994)
c. Satmoko Budi Santoso (2010)
d. Sri Moerdiani (1987)
e. Bunawan & Yuwati (2000)
8. Seorang tokoh dalam seminar ketuna runguan di bandung mengemukakan
bahwa tuna rungu adalah suatu kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang, terutama indera
pendengaran. Definisi tuna rungu tersebut disampaikan oleh...
a. Permanarian Somad & Tati Herawati (1996)
b. Andreas Dwijosumarto
c. Satmoko Budi Santoso (2010)
d. Sri Moerdiani (1987)
e. Bunawan & Yuwati (2000)
9. Dalam buku Psikologi Anak Luar Biasa, anak tuna rungu adalah mereka yang
menaglami

gangguan

pendengaran

sedemikian

rupa

sehingga

tidak

mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas, merupakan definisi tuna rungu menurut...

a. Permanarian Somad & Tati Herawati (1996)


b. Sri Moerdiani (1987)
c. Satmoko Budi Santoso (2010)
d. Sri Moerdiani (1987)
e. Bunawan & Yuwati (2000)
10. Salah satu cara anak tunarungu dalam memahami komunikasi adalah dengan
cara?
a. Melihat bentuk bibir saat seseorang mengucapkan kalimat
b. Memejamkan mata dan meraba bibir orang yang berbicara
c. Mendekatkan telinga pada bibir orang yang berbicara
d. Tuna rungu tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain
e. Menggunakan origami

Anda mungkin juga menyukai