A. Pendahuluan
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan
oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru
untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran pada siswa di dalam kelas, baik secara
individual maupun secara kelompok. Agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Belajar mengajar sebagai suatu kegiatan, seiring dengan adanya makhluk manusia di muka
bumi ini, sejak semula kegiatan belajar mengajar ini telah dilakukan oleh manusia bahkan
dalam batas-batas tertentu juga hewan, dalam upaya membimbing anak keturunannya agar
berhasil dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
B. Pembahasan
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan, ketika
berfikir informasi dan kompetensi apa yang dimaksud oleh siswa, maka pada saat itu juga
kita semestinya berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai
secara efektif dan efesien. Ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru, sebab apa yang
harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Seorang guru dituntut untuk
menguasai metode pembelajaran yang dilakukannya akan dapat memberikan nilai tambah
bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari nilai proses
pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal.[1]
Banyak defenisi mengenai metode pembelajaran ini yang dijumpai dalam berbagai literatur
Muhammad Atiyah Al-Abrasyi, mendefenisikan jalan yang harus diikuti untuk memberikan
kefahaman bagi peserta didik segalam macam pelajaran dalam segala mata pelajaran.
Dari berbagai defenisi mengenai metode pembelajaran yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan dalam kalimat pendek bahwa metode ialah jalan atau cara-cara yang digunakan
pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.[2]
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru
adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvesional. Pembelajaran
konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya:
1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan
dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan
keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
2. Belajar secara individual
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
8. Interaksi di antara siswa kurang
9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.
Namun perlu diketahui bahwa pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai
keunggulan, terutama:
Setiap guru yang akan mengajar senantiasa dihadapkan pada pilihan metode. Banyak macam
metode yang bisa dipilih guru dalam kegiatan mengajar, namun tidak semua metode bisa
dipilih guru dalam kegiatan mengajar. Dan tidak semua pula metode dikatakan jelek.
Kebaikan suatu metode terletak pada ketatapan memilih sesuai dengan tuntutan
pembelajaran. Omar Muhammad Al-Toumi mengatakan terdapat beberapa ciri dari sebuah
metode yang baik untuk pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:
1. Berpadunya metode suatu tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran akhlak islami yang
mulia.
2. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi
siswa pada kemampuan praktis.
3. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik dan mengantarkan siswa
pada kemampuan praktis.
4. Tidak mereduksi materi tapi bahkan mengembangkan materi.
5. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.
6. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat dan terhormat dalam keseluruhan
pembelajaran.[5]
1. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi muri-
muridnya.
2. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat sangat kecil
3. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa depan,
bukan sebagai peningkatan kompetensi siswa di saat ini.
4. Penekanan yang mendasar adala pada bagaimana pengetahuan dapat diserap oleh
siswa dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan
tujuan, sementara pengembangan potensi siswa terabaikan.[6]
Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran, penyelenggaraan
pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi),
ketimbang modus demonstrating (memperagakan), dan doing direct performance
(memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam kata lain,
guru lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah atau drill dengan mengikuti
urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program
pembelajaran dilihat dair ketuntasannya menyampaikan seluruh meteri yang ada dalam
kurikulum.
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran, dimana melalui
model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak
didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil
belajar yang optimal atau maksimal.
Memang, model pembelajaran konvensional ini tidak harus kita tinggal, dan guru mesti
melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidaknya pada awal proses
pembelajaran dilakukan. Atau kita memberikan kepada anak didik sebelum kita
menggunakan model pembelajaran yang akan dipergunakan.[8]
6. Macam-macam Metode
Ada beberapa macam metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran yang cara
menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan
dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Peranan guru dan murid berbeda secara jelas, yaitu
guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara aktif, sedangkan murid
mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta mencatat pokok persoalan yang diterangkan
oleh guru-guru. Dalam metode ceramah ini peranan utama adalah guru. Berhasil atau
tidaknya pelaksanaan metode ceramah bergantung pada guru tersebut.[9]
Metode ini adalah metode di dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya
sedangkan siswa menjawab tentang bahan metari yang ingin diperolehnya. Metode ini layak
dipakai bila dilakukan sebagai ulangan pelajaran yang telah lalu, sebagai selingan dalam
menjelaskan pelajaran, untuk merangsang siswa agar perhatian mereka lebih terpusat pada
masalah-masalah yang sedang dibicarakan, dan untuk mengarahkan proses berfikir siswa.
1. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peraga (meragakan),
untuk memperjelas suatu pengertian, atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk
melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa.[10]
Sedangkan di karangan Prof. Dr. Made Pidarta, demonstrasi adalah suatu alat peraga atau
media pengajaran yang dipakai bermacam-macam bergantung kepada materi yang akan
didemonstrasikan.[11]
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas di bagi ke
dalam beberapa kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Pengelompokan
biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama.
1. Metode Karyawisata
Metode ini adalah suatu metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa
keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan
pokok bahasan. Dan metode ini memiliki kelebihan, seperti memberi perhatian lebih jelas
dengan peragaan langsung, mendorong anak mengenal lingkungan dan tanah airnya.[12]
Kemudian, jika dilihat secara garis besarnya, metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi
dua bagian yakni:
Metode ini adalah metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut metode
tradisional.
Metode ini adalah suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan
secara umum, seperti metode mengajar modul, berprogram, pengajaran unit, masih
merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan dibeerapa sekolah tertentu yang
mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.[13]
Untuk menguraikan tujuan metode pengajaran, dikemukakan oleh Omar Muhammad Al-
Taumy yang dikutip Ramayulis sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. Abu, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Pidarta. Made, Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju, Jakarta: Bumi Aksara,
1990.
Usman. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
http://www.gogle.co.id,http://sunartobs.wordpress.com/2009/03/02.
http://www.google.co.id.http//warpalah edukasi. Kompasiana.com/2009/12/20.
http://www.google.co.id.http://forum.um.ac.id/index.php.
Yusuf. Tayar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995.
[4]Ibid.
[5]Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 52.
[6]http://www.gogle.co.id,http://sunartobs.wordpress.com/2009/03/02.
[8]http://www.google.co.id.http://forum.um.ac.id/index.php.
[10]Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995), hlm. 49.
[11]Made Pidarta, Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1990), 64.