Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.
Suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen
(kuesioner) yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk menguji tingkat
validitas, biasanya peneliti mencobakan instrumen pada uji coba instrumen.

Secara umum terdapat dua macam validitas, yaitu:


1. Validitas kriterium/Eksternal

yaitu validitas yang ditinjau berdasarkan hubungannya dengan kategori tertentu. Tinggi-
rendahnya koefisien validitas tes atau angket ditentukan berdasarkan hasil perhitungan
koefisien korelasi. Validitas Eksternal terdiri dari:

 Validitas banding (validitas bersama atau validitas yang ada sekarang), yaitu validitas
tes yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi antara nilai-nilai hasil
tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes terstandar yang telah
mencerminkan kemampuan siswa. Dalam dunia pendidikan, biasanya diasumsikan
bahwa nilai rata-rata ulangan harian sebagai hasil dari tes terstandar.

 Validitas ramal, yaitu validitas yang berkenaan dengan kemampuan suatu tes untuk
dapat meramalkan keadaan yang akan datang berdasarkan kondisi yang ada sekarang.
Suatu tes seleksi masuk siswa baru haruslah memiliki tingkat validitas ramal yang
tinggi.

2. Validitas Teoritik /Internal


Artinya validitas dicapai apabila terdapat kesesuaian antar bagian-bagian instrumen dengan
instrumen secara keseluruhan. berikut jenis dari validitas internal:

A. Validitas butir,

yaitu sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas tinggi apabila butir-butir yang
membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian validitas butir adalah sebagai
berikut:

1. Menghitung korelasi setiap butir (item) dengan skor total (corrected item-total
correlation).
2. Membandingkan nilai korelasi dengan tabel r dengan tingkat signifikansi α dan
derajat bebas N-2.
3. Pengambilan keputusan

o Jika r hasil > r tabel, item tersebut valid


o Jika r hasil < r tabel atau r bernilai negatif, maka item tersebut tidak valid
4. Dalam penerapan SPSS, butir-butir yang tidak valid dikeluarkan dari proses dan
pengujian diulang untuk butir-butir yang valid saja.
Apabila dalam pengujian berikutnya masih ada butir yang belum valid maka proses
pengeluaran butir yang tidak valid dan pengulangan pengujian harus terus dilakukan sampai
semua butir valid. Semakin banyak pengulangan maka item yang menyusut semakin banyak

B. Validitas faktor/konstruk
yaitu sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila faktor-faktor
yang merupakan bagian dari instrumen tersebut tidak meyimpang dari fungsi instrumen.
Prosedurnya, tes dipengaruhi oleh faktor tertentu yang disebut sebagai tes yang memiliki
muatan faktor (factor loading) yang tinggi.Pernyataan atau pertanyaan dikatakan valid jika r
hitung > r tabel.
Hipotesis yang digunakan dalam uji validitas adalah sebagai berikut:

H0: Pernyataan tidak mengukur aspek yang sama


H1: Pernyataan mengukur aspek yang sama

Langkah-langkah pengujian validitas konstruk (menurut Suharsimi, dalam buku


Husein Umar) adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.


2. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur dari literarur yang
ditulis para ahli.
3. Kalau di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan
diukur, maka tugas penelitilah untuk membuat definisi dan rumusan konsep tersebut.
4. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek
konsep yang akan diukur.
5. Melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden.
6. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
7. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total memakai
rumus teknik korelasi product moment.
B. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability. Suatu pengukuran yang


mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel (reliable). Walalupun istlah reliabilitas mempunyai berbagai nama
lain seperti konsistensi, keterandalana, keterpercayaan, kestabilan, keajegan, dan sebagainya,
namun gagasan pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil
suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya
hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang
belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-
perbedaan kecil yang biasa terjadi di antara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan
yang terjadi sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tersebut tidak dapat
dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel. Pengukuran yang hasilnya tidak reliabel tentu
tidak dapat dikatakan akurat karena konsistensi menjadi syarat bagi akurasi.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkatan dengan masalah error
pengukuran (error of measurement). Eror pengukuran sendiri menunjukkan pada sejauh mana
inkonsistensi hasil ukur terjadi apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek
yang sama.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam
pengambilan sampel subjek (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur
apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok sampel subjek yang berbeda dari suatu
populasi yang sama.
Pada awalnya, tinggi-rendahnya reliabilitas tes dicermikan oleh koefisien korelasi
linier diantara distribusi skor pada dua tes yang paralel, yang dikenakan pada sekelompok
sampel individu yang sama. Semakin tinggi koefisien korelasi berarti konsistensi antara hasil
pengukuran kedua tes tersebut semakin baik dan hasil ukur dari kedua tes itu dikatakan
semakin reliabel. Sebaliknya, bila kedua tes yang dianggap paralel tersebut ternyata
menghasilkan skor yang satu sama lain berkorelasi rendah maka dapat dikatakan bahwa
reliabilitas hasil ukur kedua tes tersebut tidak tinggi.
Jenis-jenis reliabilitas :
1. RELIABILITAS EKSTERNAL
a. Teknik Paralel
Peneliti menyusun dua instrumen, keduanya diuji-cobakan pada sekelompok
responden (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasilnya dikorelasikan dengan
korelasi product momen. Teknik ini sering disebut teknik double test double trial.

b. Teknik Ulang

Peneliti hanya menyususn satu instrumen yang diujikan pada sekelompok responden.
Pada waktu yang lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok semula untuk
dikerjakan lagi. Kemudian hasil dari dua kali pengerjaan tersebut dikorelasikan. Pada teknik
ini peneliti menggunakan satu tes tetapi dilaksanakan dua kali uji coba, disebut juga teknik
single test double trial.

2. RELIABILITAS INTERNAL

Reliabiltas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengujian.
Terdapat beberapa teknik mencari reliabilitas, tentunya pemilihan teknik tersebut disesuaikan
dengan sifat atau karakteristik data.

Anda mungkin juga menyukai