Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2018-2019

Hari, Tanggal : Kamis, 4 Juli 2019

Mata Pelajaran : Belajar dan Pembelajaran I

Dosen Penguji : Dr. Tantri Mayasari, S.Pd, M.Pd

Jumlah Peserta : 11

Sifat : Open Book

Soal

1. Secara garis besar teori-teori belajar dikelompokkan menjadi tiga paradigm, yaitu
behaviorisme, koginitivisme, konstruktivisme. Uraikan secara sistematis tentang
pengertian belajar, ciri-ciri teori, proses pembelajaran, implikasi teori terhadap
pembelajaran, dan berikan kritik terhadap masing-masing paradigma tersebut!
2. Apakah persamaan dan perbedaan dari model pembelajaran, metode
pembelajaran, strategi pembelajaran, model pembelajaran. (silahkan Anda
mengkaji dari berbagai sumber informasi <minimal 5 sumber> dan cantumkan
sumbernya pula)
3. Sebutkan model pembelajaran, metode pembelajaran,strategi pembelajaran, dan
pendekatan pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran Fisika
4. Pilihlah model, pendekatan, metode, serta teknik/tipe pembelajaran yang tepat
untuk satu SK/KI pada pada mata pelajaran Fisika untuk SMA kelas X atau XI
(Pemilihan SK/KI setiap mahasiswa tidak boleh sama, mohon saling
berkoordinasi)! Sertai argument/alas an anda memilih model, pendekatan,
metode, serta teknik/tipe pembelajaran tersebut.
5. Menurut Anda perlukah diadakan evaluasi belajar? Mengapa?
Jika,perlu bagaimana membuat evaluasi yang baik?
6. Misalkan Anda telah menjadi guru, selanjutnya setelah pembelajaran selesai anda
melakukan kegiatan evaluasi. Namun, hasil evaluasi ternyata 65% siswa anda
mencapai skor dibawah KKM. Terkait dengan teori pembelajaran, langkah-
langkah apa yang seharusnya anda lakukan agar pencapaian KKM dapat lebih
baik (Perhatikan juga 35% siswa yang telah memenuhi KKM)

Page | I
Jawaban

1. A. Behaviorisme

Pengertian Behaviorisme

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1]. Beberapa ilmuwan
yang termasuk pendiri dan penganut teori ini antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull,
Guthrie, dan Skinner.

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Ciri-ciri Behaviorisme:

mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan


lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya
latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan
hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang

Page | II
menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi
terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar

Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori
behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk
memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi.
Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.

Proses pembelajaran Behaviorisme

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan
apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement)
maka responpun akan semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and
Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement;
(4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

Proses Pembelajaran menurut para tokoh-tokoh Behaviorisme

a.1 Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau
hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan,
atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat
diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3)
hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal
tertentu dapat memperkuat respon.

Page | III
a.2 Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang
tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris
murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika
atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur.

a.3 Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud
macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan
dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

a.4 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti
oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar
terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan
tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil
belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan
belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara
tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola
kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell,
Gredler, 1991).

a.5 Tori Belajar Menurut Skinner

Page | IV
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep
para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang
diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi
respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku
(Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar
harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami
konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul
akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi,
demikian seterusnya.

Implikasi dalam pembelajaran Behaviorisme

Adapun penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran berdasarkan teorinya


adalah sebagai berikut;

1. Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran.

2. Menganalisis lingkungan belajar dan mengidentifikasi pengetahuan awal peserta didik.

3. Menentukan materi pembelajaran.

4. Menguraikan materi pembelajaran menjadi bagian-bagian, meliputi topik, pokok


bahasan, sub-pokok bahasan dan seterusnya.

5. Menyajikan pembelajaran.

6. Memberi stimulus kepada peseta didik.

7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik.

8. Memberikan penguatan baik yang positif maupun negatif.

9. Memberi stimulasi ulang.

10. Mengamati dan mengkaji respons dari peserta didik.

11. Memberi penguatan.

12. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

Kritik

Page | V
1) Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru. Peserta didik hanya
mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan
untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan
bosan. 2) Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru. Pembelajaran
seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkan. 3) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang
membawa peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus
menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak
menyukai guru dan bahkan malas belajar.

B. Kognitivisme

Pengertian Kognitivisme

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif
dan berbekas.

Ciri-ciri Kognitivisme :

a)Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

c) Mementingkn peranan kognitif

d) Mementingkan kondisi waktu sekarang

e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di
hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan
pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali
kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak
dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu
itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di
tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Proses pembelajaran Kognitivisme

Page | VI
Teori Belajar Kognitif menyiratkan bahwa proses yang berbeda mengenai pembelajaran
dapat dijelaskan dengan menganalisis proses mental terlebih dahulu. Ini mengemukakan
bahwa dengan proses kognitif yang efektif, pembelajaran menjadi lebih mudah dan
informasi baru dapat disimpan dalam memori untuk waktu yang lama. Di sisi lain, proses
kognitif yang tidak efektif mengakibatkan kesulitan belajar yang dapat dilihat kapan saja
selama masa hidup seseorang.

Pada umumnya Prinsip teori Belajar Kognitif antara lain sebagai berikut;

1. Proses lebih penting daripada hasil

2. Disebut juga sebagai model perseptual

3. Persepsi menentukan tingkah laku seseorang serta pemahaman terhadap situasi


berhubungan dengan tujuan belajar.

4. Perubahan persepsi merupakan proses pembelajaran yang kadang tidak namak dalam
bentuk tingkah laku.

5. Situasi belajar atau materi pelajaran yang dipisah-pisah menjadi komponen-komponen


kecil atau dipisah-pisah akan menghilangkan makna.

6. Belajar adalah merupakan proses internal yang terdiri dari perolehan informasi,
ingatan, pengolahan informasi dan aspek kejiwaan lainnya.

7. Belajar juga merupakan aktivitas berpikir yang kompleks.

8. Dalam penerapannya dalam pembelajaran teori belajar ini tampak pada tahap-tahap
perkembangan (J. Piaget), Advance Organizer (Ausubel), Pemahaman Konsep (Bruner),
Hierarki Belajar (Gagne), dan Webteaching (Norman).

9. Keterlibatan dan keaktifan Peserta Didik sangat penting dalam pembelajaran.

10. Materi pelajaran dan proses pembelajaran disusun dengan pola mulai dari yang
sederhana sampai ke yang kompleks.

11. Keberagaman individu peserta didik perlu diperhatikan, karena sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajarnya.

Proses pembelajara menurut tokoh-tokoh Kognitivisme

1.Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-


1967),

Mereka bertiga merupakan pelopor teori Gestalt. Mereka berpendapat bahwa keseluruhan
lehih bermakna daripada bagian-bagian bagi kognisi manusia. Sehingga proses
pembelajaran baiknya dimulai dari keseluruhan (Gestalt) lalu menganalisir unsur-
unsurnya atau bagian-bagiannya.

Page | VII
2.Kurt Levin (1890-1947)

Kurt Levin merupakan pengembang teori motivasi disekitar medan. Inti teorinya dalam
kaitannya dengan pembelajaran ialah bahwa semakin peserta didik dekat dengan medan
belajar, motivasi belajar semakin kuat dibanding dengan peserta didik yang lebih jauh
dari medan belajar. Medan yang dimaksud ialah medan psikologis arena belajar peserta
didik.

3.Jean Piaget

Jean Piaget mempunyai kontribusi besar dalam pemahaman terhadap perkembangan


intelektual anak. Dengan teori “perkembangan berpikir”nya Ia mengemukakan tahap
perkembangan kognitif anak, yaitu teori sensori-motor, praoperasional, operasional
konkret, dan operasional formal.

4. David Ausubel

Inti dari teori belajar Ausubel adalah belajar bermakna. Pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses belajar tidak sekedar
menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga
konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.

5. Jerome Bruner

Jarome Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery learning atau belajar
penemuan. Inti dari teorinya memandang bahwa manusia adalah sebagai pemproses,
pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karenanya, dalam belajar yang terpenting adalah
cara-cara bagaimana seseorang secara aktif memilih, mempertahankan dan
mentransformasikan informasi yang diterimanya.

6. Albert Bandura

Bandura menghasilkan sebuah teori dari turunan teori belajar kognitif yang disebut
“Belajar Sosial”. Bermula dari pendapatnya tentang teori kognitif sosial yang merupakan
faktor kognitif, sosial dan juga perilaku mempunyai peran penting dalam pembelajaran.
Ini berarti bahwa faktor kognitif merupakan ekspektasi peserta didik untuk meraih
keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan dan pengalaman pembelajar
terhadap perilaku orang-orang disekitar lingkungannya.

7. Robert Gagne (1977)

Berlandasarkan teori belajar kognitif, maka Gagne menghasilkan suatu model


pembelajaran yang disebut “Peristiwa Pembelajaran”. Dalam model peritiwa
pembelajaran tidak memperhatikan apakah proses belajar terjadi melalui proses
penemuan (Discovery) atau proses penerimaan (Reception) sebagaimana yang dikenalkan

Page | VIII
oleh Bruner dan Ausubel, menurutnya yang terpenting adalah kualitas penetapan (daya
simpan) dan kegunaan belajar.

Implikasi dalam pembelajaran Kognitivisme

Dalam penerapan Teori Belajar Kognitif secara khususnya akan ada model belajar
Bruner, Ausubel, Gagne, dan model perkembangan intelektual Piaget. Adapun secara
umum penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh
karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang
dipelajarinya. Konsekwensinya materi yang dipelajari harus menarik minat belajar
peserta didik dan menantangnya sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses
pembelajaran.

Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Peserta
didik akan sulit memahami bahan pelajaran Jika frekuensi belajar hitung loncat-loncat.
Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan harus menggunakan benda-benda
terutama di kelas-kelas awal karena tahap perkembangan berpikir mereka baru mencapai
tahap operasi konkret.

Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif


peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif itu dan
harus merangsang kemampuan berpikir mereka.

Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik melihat sesuatu
berdasarkan dirinya sendiri. Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses
paksaan agar sifat egosentrisnya tidak terbunuh.

Kritik

1. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang
terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan
daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

2. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam
mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang
berbeda-beda.

3. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan


peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .

4. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya
metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau
materi.

Page | IX
5. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

C. Kontruktivisme

Pengertian Kontruktivisme

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,


yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif
dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan
sehingga terbentuk suatu skema yang baru.

Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih


menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting,
tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam
proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi
perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh
pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya
terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif,
dan keyakinan yang dimiliki.

Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal,


akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan
bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses
mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian”
tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses
mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam
atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

Ciri-ciri Kontruktivisme :

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan


dalam dunia sebenarnya.

2. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya


sebagai panduan merancang pengajaran.

3. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan


murid.

4. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.

Page | X
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.

6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.

7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil
pembelajaran.

8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen

Poses Pembelajaran Kontruktivisme

Proses belajar konstuktivistik berupa “…Constructing and restructuring of knowledge and


skills within the individual in a complex network of increasing conceptual consistently”.
Membangun dan merestrukturisasi pengetahuan dan keterampilan individu dalam
lingkungan sosial dalam upaya peningkatan konseptual secara konsisten. Oleh sebab itu
pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan peserta didik dalam
memproses gagasannya bukan semata-mata olahan peserta didik dan lingkungan
belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem
penghargaan dari luar seperti nilai ijazah dan sebagainya.

Penerapan teori belajar Konstruktivisme sering digunaka pada model pembelajaran


pemecahan masalah (problem solving seperti pembelajaran menemukan (discovery
learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).

Proses pembelajaran menurut tokoh-tokoh Kontruktivisme

1. Driver dan Bell

Mereka berdua berpendapat bahwa karakteristik teori belajar Konstruktivisme adalah


sebagai berkut:

1. Peserta didik dipandang sebagai pasif, tetapi memiliki tujuan;

2. Keterlibatan peserta didik seoptimal mungkin dalam pembelajaran;

3. Pengetahuan tidak datang dari luar tetapi dikonstruksi oleh peserta didiknya sendiri;

4. Pembelajaran bukan berupa transfer pengetahuan, tetapi melibatkan pengendalian dan


rekaya kondisi dan situasi kelas

5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat sumber yang harus


dikembangkan.

2. J. Piaget

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis, menegaskan bahwa pengetahuan dibangun


dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan
informasi yang baru. Sedangkan akomodasi adalah sesuatu yang disediakan untuk

Page | XI
kebutuhan penyusunan stuktur informasi yang lama maupun informasi baru, baik tempat
maupun kebutuhan lain.

Ada 3 (Tiga) hal pokok yang berkaitan antara tahap perkembangan intelektual dengan
tahap perkembangan konstruktivisme mental (kognitif), yaitu sebagai berikut:

Intelektual berkembang melalui tahapan yang beruntun dengan urutan yang selalu sama.

Perkembangan intelektual dianggap sebagai suatu cluster yang bisa dikelompokkan


berpatokan pada operasi mental;

Tahap-tahap perkembangan ini dilengkapi oleh keseimbangan (equilibrium), proses


perkembangan antar pengalaman yang terinteraksi (asimilasi) dan struktur kognitif yang
timbul (akomodasi).

3. Vigotsky

Vigotsky memahami bahwa belajar dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial.
Proses belajar seseorang dengan discovery lebih mudah apabila dalam konteks sosial
budaya.

Inti kognitivisme-nya Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dengan eksternal
yang terjadi pada lingkungan sosial.

Implikasi dalam pembelajaran Kontruktivisme

a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-
jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat
mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya
tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti
dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para
sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.

b. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para
sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru
kedalam kerangka kognitifnya.

c. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang
digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang
dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.

d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing


konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan
situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi
mental yang diperlukan.

Page | XII
e. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.

f. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan


menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

g. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat
situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.sedangkan
Pandangan Konstruktivisme

Kritik

1. Kadang guru itu tidak memperhatikan muridnya secara keseluruhan misalkan guru
tidak pernah memberi kesempatan pada peserta didiknya untuk menyelesaikan suatu
masalah atau berdiskusi sehingga peserta didik hanya mendapat pembelajaran yang itu-itu
saja, jadi pola pikir peserta didik tidak berkembang.

2. Tidak semua guru atau pendidik itu mempunyai karakter atau sifat yang sama, pada
dasarnya guru hanya memberi penjelasan saja saat pembelajaran sehingga peserta didik
dituntut untuk hanya memahami saja tanpa terlibar secara langsung dalam
mengaplikasikan sebuah situasi baru.

3. Membahas tentang sifat seorang guru, guru seharusnya tidak berperan sebagai orang
yang kaku dan harus ditakuti, guru seharusnya berperan sebagai teman bagi peserta
didiknya sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan baik dalam membina
pengetahuan baru.

4. Pada dasarnya guru itu dijadikan sebuah panutan bagi peserta didiknya maka dari itu
guru tidak diwajibkan memberi contoh yang negativ kepada peserta didiknya, kadang ada
guru yang memiliki sifat yang buruk yaitu sering berkata kotor atau kasar di depan
peserta didiknya, itu sangat dilarang dalam aturan etika seorang guru, karena apabila itu
dihadapkan pada anak usia sekolah dasar sangat tidak pantas untuk dilakukan.

5. Apabila peserta didik tidak dilibatkan dalam pembelajaran praktik maka daya ingat dan
pengetahuan peserta didik tidak akan berkembang dengan baik, dan apabila diberi materi
baru pasti materi sebelumnya akan dilupakan.

2. 1. Pendekatan pembelajaran adalah cara pandang guru terhadap proses pembelajaran,


yang di dalamnya terdapat strategi-strategi pembelajaran dengan segala teorinya.

· Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru


dengan tujuan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Di dalam strategi pembelajaran terdapat perencanaan-
perencanaan yang dibuat guru.

Page | XIII
· Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ø Perbedaan: Pendekatan pembelajaran pada intinya merupakan suatu tolak ukur yang
sifatnya masih umum, pada tahap selanjutnya ada strategi pembelajaran yang harus
direncanakan oleh guru agar mencapai tujuan yang sesuai, sedangkan metode
pembelajaran sudah masuk ke penerapannya di dalam kelas, jadi metode pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh guru karena metode ini
merupakan pengaplikasian nyatanya di dalam kelas. Jadi pada intinya perbedaan antara
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah pada
pengertian dan tahap terjadinya saja, maksudnya pengertian pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran seperti yang sudah tertera diatas tentu berbeda, sedangkan
perbedaan pada tahap terjadi maksudnya adalah penggunaannya, jika pendekatan
pembelajaran masih sangat umum dan dianggap sebagai tolak ukur atau patokan
selanjutnya strategi pembelajaran masih bersifat konseptual artinya bagaimana guru harus
pandai memilih strategi pembelajaran yang harus digunakan, serta metode pembelajaran
yang merupakan implementasi nyata di kelas pada kegiatan belajar mengajar.

Ø Persamaan: persamaan antara pendekatan pembelajran, strategi pembelajaran dan


metode pembelajaran adalah ketiga hal tersebut merupakan cara guru dalam menyusun
atau merencanakan proses pembelajaran yang efektif bagi siswa, sehingga siswa mampu
memahami pelajaran yang diajarkan serta dapat mecapai tujuan pembelajaran.

(http://fis15amuniroh.blogspot.com/2016/11/perbedaan-dan-persamaan-
pendekatan.html?m=1)

2.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).

strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya,
dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan
(2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara

Page | XIV
penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
(1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

model pembelajaran. pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Kesimpulan.

Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode
pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah
merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah pembungkus proses pembelajaran yang
didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik.

(https://www.google.com/amp/s/herdy07.wordpress.com/2012/03/17/apa-perbedaannya-
model-metode-strategi-pendekatan-dan-teknik-pembelajaran/amp/)

3.

1. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu

2. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp (Wina
Senjaya, 2008)), atau lebih singkatnya J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutnya
sebagai perencanaan

3. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan


rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. misalnya melalui ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi,
laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya.

Page | XV
4. Model pembelajaran adalah merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran


adalah cara kita mengajar sedangkan model pembelajaran adalah rangkaian semua unsur
mulai dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.

Sederhananya, metode pembelajaran adalah bagian dari isi pembelajaran sedangkan


model pembelajaran adalah kulitnya atau selimutnya pembelajaran, yang membungkus
semua unsur dalam pembelajaran. Itulah yang saya pahami tentang model dan metode
pembelajaran.

(http://voice-teacher.blogspot.com/2016/07/perbedaan-model-pembelajaran-dan-
metode.html?m=1)

4.

A. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).

B. Strategi Pembelajaran

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

C. Metode Pembelajaran

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran

D. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce

Page | XVI
menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

HUBUNGAN ANTARA MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE

Apabila antara pendekatan, strategi, metode sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang
utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.

(https://www.google.com/amp/s/emiliannur.wordpress.com/2010/06/20/hubungan-antara-
model-pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-taktik-pembelajaran/amp/)

5. Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suautu proses dan
sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan
melatar belakangi metode pembelajaran dengan cakup anteoritis tertentu. Dalam konteks
belajar, pendekatan adalah segala cara yang digunakan oleh peserta didik untuk
menunjang keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran materi tertentu.
Dalam hal ini, seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Dilihat dari pendekatannya .
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan yaitu; (1) pendekatan pembelajar yang
berorientasi atau berpusat pada siswa( student centered approach ) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centereda approach).

Setelah pendekatan pembelajaran ditetapkan selanjutnya guru haruslah menentukan


strategi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dari
pendekatan yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi
pembelaja merupakan cara menata interaksi antar siswa dan variabel strategi
pembelajaran lainnya. Dalam strategi pembelajaran terkandung perencanaan artinya bahw
astrategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Jadi, metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode
secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran metode pembelajaran
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa metode merupakan penjabaran dari pendekatan pembelajaran, ketepatan
penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan
pembelajaran.

Page | XVII
Hubungan antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran digambarkan dalam satu
kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan, pemilihan strategi
pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan ke dalam
berbagai metode dan taktik yang relevan selama pembelajaran berlangsung.

Apabila antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran sudah terangkai menjadi
suatu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model belajar.

(http://fis15jnurfadillah.blogspot.com/2016/11/perbedaan-dan-hubungan-
antara.html?m=1)

3. A. Model pembelajaran

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling
tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif
sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang
dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang
sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian,
penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh
ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara


berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk


kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Page | XVIII
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa
(daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning
community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on,
hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,
generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri,
mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak
lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran,
penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-
objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).

3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan


pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma,
aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan
vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan
mateastika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-


aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke
formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran
sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan
dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi,
latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau
ekspositori (ceramah bervariasi).

5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih
dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada

Page | XIX
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir
optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,


induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

B. Strategi pembelajaran

Menerapkan,menganalisis pengetahuan faktual,konseptual, prosedural berdasarkan rasa


ingin tahun tentang ilmu pengetahuan,teknologi,seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

Metode pembelajaran

1. Metode Ceramah Fisika (Preaching Physics Method).

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan tentang fisika secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode
yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan
paham siswa.

2. Metode diskusi Fisika ( Discussion Physics method )

Muhibbin Syah, mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang
sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving) fisika. Metode
ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (
socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk

memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

3. Metode demontrasi Fisika ( Demonstration Physics method )

Page | XX
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan alat praktikum,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran fisika. Syaiful Bahri
Djamarah, (2000).

4. Metode ceramah plus Fisika

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode,
yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan
menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu:

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).

Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan
pemberian tugas.

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :

1). Penyampaian materi oleh guru.

2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.

3). Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu
pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya
memberi tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran
dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill).

5. Metode resitasi Fisika ( Recitation method )

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat
resume fisika dengan kalimat sendiri.

Pendekatan

Page | XXI
pendekatan pembelajaran secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan.
Namun beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran
(instructional approach), misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang
(1984: 5). Menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian,
yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran
sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen
tetap dimaknai sebagai suatu Kerangka umum dalam Praktek Profesional guru, yaitu
serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian Kurikulum.
Hal tersebut berguna untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran;
(2) membantu para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas;
(3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai
bahan masukan bagi para penyusun kurikum untuk mendesain kurikulum dan
pembelajaran yang terintegrasi.

1. Pendekatan Konstruktivis

Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan


bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan
secara aktif oleh pelajar itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya.
Hal ini bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan
bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar.

Penerapannya dalam pembelajaran fisika

Adapun penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu Praktikum, dimana praktikum


itu tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang canggih,
melainkan bisa juga berlangsung di alam sekitar dan masyarakat. Kegiatan
praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan : keterampilan
praktikum dasar pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar keterampilan
melakukan pengamatan intrepretasikan data penulisan laporan keterampilan
merencanakan percobaan minat terhadap ilmu, dengan praktikum, siswa dapat
membangun pengetahuannya melalui penemuan dari hasil percobaanya.

Bisa juga dlam diskusi yang tujuannya untuk memecahkan masalah, dengan diskusi
siswa dapat secara aktif mengelurkan pendapat yang dimilkinya terkait masalah yang
ingin dipecahka, dan dari diskusi siswa dapat berinteraksi disekitarnya, sehingga dapat
membangun sendiri pengetahuannya.

2. pendekatan keterampilan proses

Keterampilan proses dapat diartikan yaitu keterampilan untuk memperoleh


pengetahuan,sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah sudut pandang atau tolak
ukur yang digunakan dalam melakukan keterampilan untuk memperolh pengetahuan

Mengajar yang mengacu pada proses perubahan tingkah laku menuntut pendekatan

Page | XXII
pembelajaran yang tepat, dimana dengan pendekatan itu diupayakan berfungsinya
berbagai

keterampilan fisik dan mental anak selama proses pembelajaran dalam rangka
memperoleh

hasil belajar yang diinginkan.

Penerapannya dalam fisika.

Adapun penerapannya dalam pembelajaran fisika yaitu saat praktikum di


laboratorium,di mana siswa dituntut dalam memperoleh pengetahuan,harus melakukan
proses-psoses yang sistematis sehingga dapat memperoleh pengetahuan dan di
publikasikan kepada semua orang,misalnya mengetahui persamaan hukum hook,siswa
harus melakukan proses-proses sains dari pengamatan sampai interpretasi data sehingga
di peroleh persamaan hukum hook

3. pendekatan konterkstual

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa
perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna
sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri
sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa
akan berusaha untuk meggapinya.

Penerapan dalam pembelajaran fisika

1. Konstruktivisme (constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar


tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses
belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya,
yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual


Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation),
bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data
gathering), penyimpulan (conclusion). Contohnya dalam fisika,

Page | XXIII
3. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1)
menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada
siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang
sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.Contohnya dalam fisika, misalnya guru menuliskan rumus hukum
ohm lalu guru menyuruh siswa menyebutkan bunyi dari hukum ohm.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil


kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar
kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada
komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran saling belajar.Contoh dalam fisika yaitu melakukan diskusi kelompok.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana


guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.Contoh
dalam fisika, guru mendemonstrasikan cara penggunaan neraca ohauss 311gram, lalu
siswa mengikuti apa yang didemonstrasikan oleh gurunya.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau
berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam
pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang
berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)

Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran
mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas
yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun
hasil.Contohnya dalam fisika, yaitu guru memberikan evaluasi tentang materi yang telah
dipelajari oleh siswanya.

4. Standar kompetensi

Page | XXIV
2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik

Kompetensi Dasar

2.1 Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan

2.2 Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan

2.3 Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak
vertikal, dan gerak melingkar beraturan

Metode Pembelajaran

1. Model : - Inkuiri terbimbing

Alasan karena metode pembelajaraan inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara
langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat.[1] Implementasi
model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) menekankan pada aktivitas siswa
secara maksimal untuk melatih keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa.

Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini siswa lebih banyak
aktif dalam proses pembelajarannya yang telah dikondisikan untuk dapat menerapkan
berpikir dalam upaya menggali sendiri segala konsep untuk mengambil inisiatif dalam
usaha memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan melatih berpikir kitis siswa
dalam permasalahan fisika.

2. Metode : - Demontrasi

Alasan karena Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
alat praktikum, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang disajikan.

- Discovery

Alasan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan
siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,

(d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode
ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga,
anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

- Ceramah

Page | XXV
Alasan karena metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham
siswa.

3. Pendekatan : -tatap muka

Alasan karena untuk Mengamati dan membimbing siswa untuk memahami meteri secara
langsung

4. Tipe Pembelajaran: kooperatif tipe NHT

Alasan karena Guru akan menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

5. Sangat penting karena evaluasi pembelajaran untuk mengetahui efektif atau tidaknya
suatu sistem pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pendidik. Karena bila seorang
pendidik tidak melakukan Evaluasi, sama saja tenaga pendidik tersebut tidak ada
perkembangan dalam merancang sistem pembelajaran. Sehingga peserta didik bisa saja
merasa bosan dengan sistem belajar yang terus menerus sama. Tenaga pendidik harus
menciptakan Inovasi baru untuk memperbaharui sistem pembelajaran yang akan ia
terapkan di dalam kelas, mulai dari materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan
dan sistem penilaian.

Evaluasi belajar yang baik

Dalam merancang evaluasi pembelajaran, tenaga pendidik juga harus memperhatikan


prinsip dasar evaluasi dan syarat -- syarat yang harus diperhatikan. Syarat -- syaratnya
yaitu evaluasi harus benar -- benar menggunakan alat ukur yang tepat (Valid) sesuai
dengan tujuanya, apakah mau mengukur atau hanya menilai. Lalu syarat lainya yaitu alat
tes harus terpercaya (Reliabel) atau menghasilkan hasil yang sama (konsisten), dan syarat
evaluasi yang terakhir yaitu evaluasi harus bersifat praktis atau mudah digunakan tidak
menyulitkan pendidik atau peserta didik.

Maka yang harus dilakukan untuk calon tenaga pendidik maupun tenaga pendidik yang
sudah berpengalaman adalah perlunya mengadakan evaluasi pembelajaran, agar tenaga
pendidik tersebut mengetahui hal - hal apa saja yang memiliki kekurangan dan harus
cepat mencari solusi dan memperbaikinya. Karena bila tenaga pendidik melakukan
evaluasi terus menerus, maka evalusi tersebut akan sangat berpengaruh dan membantu
dalam meningkatkan Kualitas diri tenaga pendidik tersebut di masa yang akan datang.

6. 65% siswa tidak dapat mencapai nilai diatas kkm,sedangkan 35% siswa dapat
memenuhi nilai diatas kkm.

Langkah-langkah apa sajakah agar pencapaian kkm dapat lebih baik

1.melakukan remidi

Page | XXVI
Untuk memperbaiki nilai KKM seorang tenaga pendidik harus melakukan evaluasi
pembelajaran sampai tidak dibawah kkm

2. mencari solusi

Karena bila tenaga pendidik melakukan evaluasi terus menerus, maka evalusi tersebut
akan sangat berpengaruh dan membantu dalam meningkatkan Kualitas diri tenaga
pendidik tersebut di masa yang akan datang.

3. Menciptakan inovasi baru

Tenaga pendidik harus menciptakan Inovasi baru untuk memperbaharui sistem


pembelajaran yang akan ia terapkan di dalam kelas, mulai dari materi, metode, media,
sumber belajar, lingkungan dan sistem penilaian.

Bagi siswa yang sudah memenuhi nilai kkm seorang tenaga pendidik tetap harus
memberikan perhatian bagi mereka dan terus kembangkan kemampuan belajar mereka

Page | XXVII

Anda mungkin juga menyukai