Anda di halaman 1dari 25

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah : EVALUASI PENDIDIKAN


Semester/Program : Kelas 25 C / Magister Sains
Dosen : Dr. Samtono, M.Si

Disusun oleh :

NAMA :RUBIYAH
NIM : 18.61.3284

PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN SAINS


SUMBER DAYA PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA INDONESIA
(STIEPARI) SEMARANG 2019
PERTANYAAN
1. Alat evaluasi belajar dikatakan baik dan layak digunakan sebagai alat ukur atau
penilaian hasil belajar bagi siswa. Sebut dan jelaskan kriteria alat evaluasi belajar
yang baik!
JAWABAN
Kriteria alat Evaluasi Belajar Yang Baik
1. Validitas Tes
Secara sederhana validitas adalah ketepatan isntrumen mengukur apa yang
hendak diukur. Kesesuaian indikator dan aspek tercapainya indikator disusun
berdasarkan konstruk secara teoritik dan juga disesuaikan dengan fakta yang ada
lapangan. Sebagai contoh sebuah hasil belajar kognitif hendaknya secara lengkap
mencakup secara keseluhuran aspek C1 sampai C6 atau keselurahn aspek faktual,
konseptual, actual dan metakognisi namun jika pada proses pembelajaran tidak
memasukkan ranah C5 dan C6 maka tes disusun sampai C4 saja.
Terdapat 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk
menguji kualitasnya, yaitu:
a. Validitas Isi
Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
ketepatan dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi).
Pengecekan validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi
(konten/materi) tes dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.
b. Validitas Susunan (Konstruksi)
Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan
(konstruksi) yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat
penyusunan tes yang baik.
c. Validitas Bandingan
Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah berdasarkan
hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari siswa saat
pengukuran (assessmen) dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari
kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa yang akan
datang.
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian
sebuah tes (alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat
diperoleh dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu
lamanya siswa yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan
(keajegan) nilai yang diperoleh sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda
dengan tes yang sama, ataupun tes serupa yang butir-butir soal penyusunnya
ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap
kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari
suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu sendiri.
3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau
tingkat diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes
untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada
siswa yang satu dengan yang lain.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk
pada tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk
pada suatu aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang
akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan.
Bagian-bagian pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang
penting.
5. Efisiensi atau Daya Guna Tes
Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna).
Apakah suatu tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan
dengan waktu yang digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut.
Contohnya, sebuah tes yang dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien bila
dilakukan terhadap 100 siswa kalau hanya untuk mencek sejauh mana siswa telah
membaca buku tertentu yang ditugaskan pada mereka.
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif,
maka subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu
tes (instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan
jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka
berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya
sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah
kekhususan. Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan
komponen-komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang
mempelajari bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang
tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.
8. Tingkat Kesulitan Tes
Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes
yang berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf
kemampuan siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang
dibuat tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).
10. Keadilan Tes
Tes yang diberikan harus dirancang sehingga menganut asas keadilan.
Meskipun pengukuran yang baik dilakukan untuk setiap individu, sangat sulit untuk
melakukan pengukuran secara individu karena keterbatasan waktu. Proses
pelaksanaan test harus dilakukan terhindar dari sikap subjektivitas atau merugikan
pihak tertentu.
11. Alokasi Waktu Tes
Alokasi waktu juga bagian terpenting dalam tes. Penetuan waktu tes harus
disesuikan dengan kapasitas manusia mengingat sesuatu secara mendetail. Waktu
pelaksanaan juga harus diatur dalam tenggang yang masih wajar. Jika proses
pemberian tes terlalu lama maka ada kemungkinan daya beda dari instrumen akan
berkurang dan juga ada faktor external seperti kemungkinan untuk mendapatkan
inspirasi jawaban secara tidak wajar lebih besar

PERTANYAAN
2. Berikan uraian penjelasan bahwa alat evaluasi dapat menggunakan alat tes dan
non tes, sebut dan berikan contohnya masing –masing!
JAWABAN
A. TEKNIK TES
1. Pengertian Tes

Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno yakni testum,
yang berarti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan
menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam-logam
mulia yang nilainya sangat tinggi). Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, ujian atau percobaan. Dalam
bahasa Arab : Imtihan.

Dari segi istilah, terdapat beberapa definisi tentang istilah tes, diantaranya
adalah Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya yang berjudul Evaluasi
Pendidikan, mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis
dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

Definisi lain tentang tes juga dikutip dari Webster’s Collegiate, bahwa “test
= any series of questions or exercises or other means of measuring the skill,
knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group”

Dari beberapa definisi tentang tes diatas, nampak jelas bahwa pada
hakekatnya tidak ada perbedaan. Jadi seorang tester dalam melakukan kegiatan
penilaian membutuhkan suatu perangkat yang berupa pertanyaan, tugas, dan lain-
lain. Perangkat tersebut biasa kita kenal dengan sebutan tes.
2. Penggolongan Tes

Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan tergantung dari segi
mana dan atas alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.

a. Dilihat dari fungsinya sebagai alat ukur, tes dibagi menjadi 6 golongan, yakni
Tes Seleksi (ujian saringan atau ujian masuk), tes awal (pre-test), tes akhir (post-
test), tes diagnostic, tes formatif (ulangan harian), tes sumatif (ulangan umum).

b. Dilihat dari aspek psikis (kejiwaan) yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya
dibedakan menjadi 5 golongan, yakni : Tes intelegensi (inteligency test), Tes
kemampuan (aptitude test), Tes sikap (attitude test), Tes kepribadian (personality
test), Tes hasil belajar (achievement test).

c. Penggolongan lain

Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, dibedakan menjadi 2 yakni
test individual dan tes kelompok. Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi
testeeuntuk menyelesaikan tes, dibagi menjadi 2 yakni Power test (waktu tidak
dibatasi) dan Speed test (waktu dibatasi). Dilihat dari segi bentuk responnya, tes
dibedakan menjadi 2, yakni Verbal Test (jawaban berupa kalimat baik lisan maupun
tulisan) dan Nonverbal Test (jawaban berupa perbuatan). Dilihat dari segi cara
mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dibagi menjadi 2,
yakni tes tertulis dan tes lisan.

B. TEKNIK NONTES

Teknik ini dapat digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes.
Dengan teknik ini, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa ”menguji” peserta didik,
malainkan dengan observasi, wawancara, dan lain-lain seperti yang akan
dipaparkan di bawah ini.

Teknik Non-tes inipun dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain

1. Pengamatan (Observation) adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan


secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Wawancara (Interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis
non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung
maupun tidak langsung dengan peserta didik.
3. Skala sikap (Attitude Scale/Skala Likert). Peserta didik tidak hanya disuruh
memilih pernyataan-pernyataan positif saja, tetapi juga pernyataan-
pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi menjadi lima skala, yakni SS, S,
TT, TS, dan STS.
4. Daftar cek (Check List), yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-
aspek yang akan diamati. Daftar ini memungkinkan guru sebagai penilai
untuk mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap
penting.
5. Skala penilaian (Rating Scale). Dalam daftar cek, penilai hanya dapat
mencatat ada tidaknya veriabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam
skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam
tingkatan-tingkatan tertentu.
6. Angket (Quesioner). Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara,
kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis,
sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan.
7. Studi kasus (Case Study) adalah studi yang mendalam dan komprehensif
tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu.
Misalnya, peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin,
sangat nakal atau kesulitan dalam belajar.
8. Catatan insidental (Anecdotal Records) adalah catatan-catatan singkat
tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara
perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian
guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah
laku peserta didiknya.
9. Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai
bats tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik
tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan diantara mereka.
Teknik ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemampuan sosial
peserta didik. Langkah-langkahnya yaitu memberikan petunjuk atau
pertanyaan, mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari semua peserta
didik, jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel.
10. Inventori kepribadian, jenis non-tes ini hampir serupa dengan tes
kepribadian. Bedanya, pada inventori, jawaban peserta didik tidak memakai
kriteria benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia
menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian, dipergunakan pula
skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat
dibandingkan dengan kelompoknya.
11. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik. Kegiatan evaluasi
bukan hanya dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga pada dimensi proses.
Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward).

PERTANYAAN

3. Sampai saat ini guru-guru dari jenjang SD,SMP,SMA dan SMK jarang
menggunakan penilaian portopolio. Mengapa tidak menggunakan alat tersebut, dan
dimana letak kelebihan dan kekurangan dengan alat tersebut, berikan penjelasan
secukupnya!

JAWABAN

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Portofolio


Untuk menilai proses dan hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan portofolio diperlukan kemauan dan kerja keras guru, motivasi siswa,
dan dukungan sekolah. Portofolio yang dilaksanakan dengan baik akan
memberikan penilaian belajar siswa secara menyeluruh terhadap kemajuan-
kemajuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa selama dalam proses
pembelajaran. Pada dasarnya penggunaan portofolio sebagai penilaian dalam
sistem pembelajaran di sekolah memiliki kelebihan-kelebihan, namun demikian
juga memiliki kekurangan-kekurangan sebagai hambatan yang mungkin ditemui
dalam penerapannya.

Dengan portofolio, semua isinya akan dinilai. Siswa diharapkan akan


memberikan perhatian yang tinggi pula kepada bagian-bagian yang tidak diujikan
atau tidak masuk dalam tes. Jika guru ingin agar siswanya suka melakukan
penyelidikan atau melakukan eksplorasi, tidak sekedar menghafal, dan siswanya
tidak mudah melupakan materi tertentu, maka penggunaan portofolio penilaian
merupakan jalan yang cocok untuk maksud itu.

Belajar merupakan proses yang panjang. Untuk memperoleh pengetahuan


yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman (banyak
membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak
masalah, dan sebagainya.). Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga
memerlukan berbagai instrumen penilaian.Portofolio yang berisi koleksi produk
siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu
yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relatif lengkap tentang
perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan.

Kelebihan Penggunaan Portofolio

Penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut.

1. Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas atau lebih


lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas
2. Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program
pembelajaran yang baik
3. Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa
4. Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa
5. Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6. Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas
bervariasinyagayabelajar siswa.
7. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
dalam penilaian hasil belajar
8. Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa
9. Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang
pembelajaran atau perbaikan pembelajaran
10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan
orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang
bersangkutan

Kekurangan/Kelemahan Penggunaan Portofolio

Penggunaan portofolio juga memiliki kelemahan atau kesulitan antara lain:

1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam


menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa
tulisIndonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan
yang memberatkan sebagian besar siswa.
2. Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru
untuk melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya besar.

Oleh karena itu, portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan
kemampuan siswa berbahasa tulisIndonesiadan waktu yang tersedia bagi guru
untuk membacanya.

PERTANYAAN

4. Model-model program evaluasi pendidikan menurut Kufmandan Thomas, ada 8


model yang sampai saat ini masih dapat digunakan diberbagai negara. Coba berikan
alasan –alasan yang mendasar menurut saudara dimana masing-masing model
tersebut memiliki kelebihan dan keterbatasan serta kemudahan dan kesukaran
dalam implementasi dilapangan atau di sekolah!

JAWABAN

Model-model Program Evaluasi Pendidikan menurut Kufman dan Thomas

Model
Alasan alasan Kelebihan/ Kemudahan Keterbatasan/Kesukaran
pembelajaran
1.Goal Model ini merupakan 1. Sistematis-simple, masuk 1. Tidak ada pendapat yang
Oriented model yang muncul akal, rasional. konsisten mengenai siapa
Evaluation paling awal. Yang 2. Menggunakan pendekatan yang berhak memilih
Model(Tyler) menjadi obyek ilmiah. sasaran, atau sasaran mana
pengamatan pada 3. Dibedakan konsep yang dipilih
model ini adalah tujuan pengukuran dan evaluasi. 2. Meskipun tujuan dapat
dari progam yang sudah 4. Dilegitimasi tidak hanya didefinisi-kan dari segi
ditetapkan jauh dari metoda pengumpulan pelaksanaan, masalah
sebelum program data konvensional. untuk mendapatkan hasil
dimulai. Evaluasi ini 5. Yang disajikan satu pengukuran jauh dari yang
dijalankan secara kurikulum/program, diharapkan
berkesinambungan, perbaikannya dipusatkan 3. Tidak semua pelaksana
terus menerus, dan untuk evaluasi. kurikulum setuju tentang
mengecek seberapa 6. Mudah untuk dipahami perlunya menetapkan
jauh tujuan tersebut dan dilaksanakan meski tujuan terlebih dahulu
sudah terlaksana oleh guru kelas. 4. Mengarah pada tidak
didalam proses adanya penilaian
pelaksanaan program tegas/eksplisit paling tidak
dalam pemberian imbalan
merasakan.
5. Gagal untuk
menyediakan cara
mengevaluasi sasaran
program.
6. Gagal untuk
menyediakan cara
memperoleh standard
untuk menilai perbedaan
kinerja dan sasaran.
7. Gagal untuk
menyediakan cara menilai
kekuatan dan
kelemahannya.
8. Konvergen-konvergen
pada hakekatnya: penutup
prematur, kreativitas
dimatikan semangatnya,
dikunci pada sasaran
sasaran.
9. Fokus di desain pre-post

2. Goal Free Model ini bertlolak 1. Evaluator tidak perlu 1. Diperlukan evaluator
Evaluation belakang dengan model memperha-tikan rinci tiap yang benar-benar
Model paling awal. Model ini komponen tetapi hanya menekan- kompeten untuk dapat
(Scriven) evaluasi dilaksanakan kan pada bagai-mana mengurangi melaksanakan model ini.
secara terus menerus prasangka (bias) 2. Gagal untuk
memantau tujuan, yaitu 2. Model ini menganggap menyelesaikan
sejak awal proses terus pengguna sebagai audiens utama. permasalahan dalam
melihat sejauh mana Melalui model ini, Scriven ingin bagaimana memperoleh
tujuan tersebut sudah evaluator mengukur kesan yang standard, sebagai
tercapai. Goal free didapat dari sesuatu program permintaan tegas Scriven
evaluation ( evaluasi dibandingkan dengan kebutu-han di awal pada penilaian
lepas dari tujuan ) pengguna dan tidak aspek evaluasi. ".
justru menoleh dari membandingkannya dengan 3. Langkah-langkah
tujuan. Menurut matlamat pihak penganjur. sistematis yang harus
Scriven dalam dilakukan dalam evaluasi,
melaksanakan program hanya menekankan pada
evaluator tidak perlu obyek sasaran saja.
memperhatikan apa
yang menjadi tujuan
suatu program. Akan
tetapi bagaimana
jalannya/kerjanya
program. Model ini
lebih memfokuskan
pada tujuan umum, dan
kurang memperhatikan
tujuan khusus
3. Formatif -Model ini 1. Evaluasi formatif digunakan Tidak terdapat langkah-
Sumatif menunjukkan adanya untuk memperbaiki program langkah sistematis yang
Evaluation tahapan danlingkup selama program tersebut sedang harus dilakukan dalam
Model (Michael obyek yang dievaluasi, berjalan. Caranya dengan evaluasi, hanya
Scriven) yaitu evaluasi menyediakan balikan tentang menekankan pada obyek
yangdilakukan pada seberapa bagus program tersebut sasaran saja
waktu program masih telah berlangsung. Melalui
berjalan ( disebut evaluasi formatif ini dapat
evaluasiformatif ) dan dideteksi adanya ketidakefisienan
ketika program sudah sehingga segera dilakukan revisi.
selesai atau berakhir 2. Evaluasi sumatif bertujuan
(diserbut evaluasi meng-ukur efektifitas keseluruhan
evaluasi sumatif) program yang bertujuan untuk
-Dilaksanakn dengan membuat keputu-san tentang
tujuan untuk keberlangsungan program
mengetahuiketercapaia tersebut, yaitu dihentikan atau
n program setiappokok dilanjutkan.
bahasan atau tiap KD,
sekaligus untuk
mengetahui seberapa
jauhprogram dapat
berlangsung serta
untuk mengetahui
berbagai hambatan atau
kendala yang
mengakibatkan
program tidak lancar.

-Evaluasi Sumatif,
dilakukan setelah
program berakhir dan
bertujuan
untukmengukur
ketercapaian program.
Fungsi Evaluasi
Sumatif untuk
mengetahui posisi atau
kedudukan individu
pada kelompoknya

4. Countenance Dalam model ini 1. Diperluas dari konsep sasaran 1. Adanya keharusan
Evaluation menekankan pada 2 meliputi sasaran untuk pendidik evaluator untuk
Model (Stake) (dua) hal yang penting (dan agen-agen lain) dan untuk membandingkan kondisi
(prinsip) yaitu : faktor kontekstual dalam hasil evaluasi program
1. deskripsi penambahan sasaran tingkah laku tertentu dengan yang
(description) untuk para siswa. terjadi di program lain,
2. pertimbangan 2. Menyediakan dasar, meski dengan obyek yang sama.
(judgments) tidak sempurna, untuk evaluasi 2. Meninggalkan rata-rata
Serta membedakan sasaran (melalui perbandingan untuk menurunkan
adanya tiga tahap dalam yang rasional). standard besar yang tidak
evaluasi program, 3. Yang pertama fokus pada spesifik;
yaitu : penilaian sebagai suatu aspek disediakan sedikit
1. anteseden evaluasi; gambaran tindakan bimbingan operasional
(antecedents/context ) penuh termasuk deskripsi dan untuk evaluator.
2. transaksi penilaian 3. Tidak mencoba
(trancaktion/proces ) 4. Menyajikan penurunan memecahkan pertanyaan-
standard, keduanya mutlak dan pertanyaan bagaimana cara
3. keluaran ( output – relatif mengatur nilai bersaing
outcomes) 5. Menyediakan dasar empiris (meski dalam menentukan
untuk menyelesaikan rekomendasi tujuan atau menurunkan
Tyler standar). Yang dilanjutkan
bahwa hipotesis dikembangkan asumsi implisit awal
dan diuji meliput pengamatan tentang nilai
pola atas kelemahan dan kemasyarakatan. nilai
kekuatan. Catatan juga atas plurralisme diabaikan.
informasi yang menghubungkan 4. Gagal untuk
antecedent dan transaksional menyediakan bimbingan di
faktor dalam evaluasi formatifis bagaimana cara
berhubungan dengan non-
intended effect meski
menyuruh evaluator untuk
menghitungnya
5. Dilanjutkan dengan satu
penekanan pada evaluasi
formal yang didasari
paradigma ilmiah dan
pengukuran prosedur
selanjutnya.
6. Disain rumit dan
barangkali" terlalu bagus";
praktisi evaluator
menemukan kesulitan
untuk memahami dan
menerapkannya.

5. Responsive Program pembelajaran Keunggulan : 1. Pendekatan ini adalah


Evaluation ini dalam kegiatannya 1. Model pertama yang suatu sistem yang
Model (Stake) adalah mengubah siswa mengambil penghitungan tegas mengorbankan beberapa
yang belum menguasai atas perbedaan nilai. fakta dalam pengukuran
ilmu pengetahuan, 2. Perhatian pada kebutuhan dengan harapan dapat
sikap dan keterampilan informasi evaluasi audiens dan meningkat-kan
tertentu, menjadi menunjukkan bagaimana penggunaan hasil program.
menguasai, melalui perhatian audien dan dapat 2. tidak lagi
suatu proses dijadikan dasar untuk mempertimbangkan sifat
transformasi, yang mengorganisir evaluasi. pendidikan yang kompleks
disebut program 3. Menekankan interaksi antara dan dinamik
pembelajara penilai, audiens, dan subyek 3. Evaluator bekerja lebih
sebagai dasar untuk merancang keras untuk memastikan
dan menerapkan evaluasi. individu ygdipilih
4. Model pertama yang memahami apa yang
melepaskan diri dari paradigma dilakukan. Membuat,
ilmiah dan menunjukkan meran-cang, mencari dan
kegunaan cara berbeda untuk mengatur orang untuk
mencapai " kebenaran." memerhatikan jalannya
5. Model pertama yang terbuka program. Evaluator
bagi politik dan faktor manusia menyediakan Chart,
dalam evaluasi sebagai pengaruh gambaran, tujuan, dan
langsung dalam membentuk membuat graf. Evaluator
evaluasi. juga menilai kualitas orang
6. Model pertama untuk mengatur yang membantu penilai.
kembali peran evaluator dari 4. Model yang sulit untuk
sasaran stimulator/pencatatan diterapkan, terutama sekali
kepada interaktif peserta. mengingat bahwa definisi
stake atas perhatian audien
dan ketiadaan bimbingan
dalam cara
mengidentifikasi mereka.
5. Mustahil untuk
menetapkan dalam banyak
fitur evaluasi; klien
mungkin merasa butuh
banyak rasa percaya.

6. CSE-UCLA 1. Merupakan pendekatan proses 1. Guru sebagai tolok ukur,


Evaluation dimana dalam mengembangkan keberhasilan diukur
Model kriteria evaluasi atas dasar tradisi menurut guru bukan
(“Kapan” naturalistic inquiry à kualitatif menurut kurikulumnya
Evaluasi 2. Menekankan evaluasi yang 2. Merupakan pendekatan
dilakukan) komprehensif dengan langkah- yang paling riil di lapangan
langkah evaluasi yang sistematis. tapi paling labil
3. Menyediakan feedbak dalam 3. Tugas evaluator lebih
pengembangan program berat, harus sensitif &
banyak berdialog
4. Evaluator menjadi
instrumen hidup sebelum
kriteria dan alat evaluasi
dikembangkan.
5. Tidak bisa secara tegas
menunjukkan apakah
program sukses atau efektif
1. Kesannya terlalu top
down dengan sifat
manajerial dlm
pendekatan-nya.
2. Kesulitan pada model ini
meliputi fakta bahwa
tujuan formal mungkin
akan kurang penting
dibanding-kan dengan
tujuan sekunder atau
bahkan tujuan laten/
tersembunyi, ketika situasi
berubah.
3. Membuat apa yang
mungkin merupakan
asumsi yang tak beralasan
tentang rasionalitas
pengambil-keputusan,
tentang keterbukaan proses
pengambilan keputusan,
tentang identifikasi
keinginan pengambil-
keputusan (dalam
organisasi yang kompleks
keputusan organisasi
nampak "bubble-up"
daripada dibuat dengan
tegas).
4. Mengambil satu
pandangan utama proses
sinoptic proses atas
pengambilan keputusan
yang mungkin tidak viable,
sementara mengabaikan
model keputusan lain

7. CIPP CIPP merupakan 1. Menekankan evaluasi yang


Evaluation sebuah model evaluasi komprehensif dengan langkah-
Model yang menggunakan pe langkah evaluasi yang sistematis
(Stufflebeam) ndekatan yang dan berorientasi pada pembuatan
berorientasi pada keputusan
struktur yang memiliki 2. Sesuai utk tinda-kan evaluasi
rangkaian-rangkaian pada berbagai skala (proyek,
unsure-unsur program, organisasi)
pendidikan yang 3. Pengorganisasian jaringan,
integral yang bukan lockstep linear process
membentuk suatu (baku).
kesatuan yang utuh. 4. Sensitip terhadap kebutuhan
Sebuah pem-buat keputusan
struktur yang didasari 5. Diperluas meliputi sesuatu
oleh ideology dasar selain hanya evaluasi sasaran.
sebagai pijakan untuk 6. Menjawab banyak permintaan
mewujudkan baru untuk evaluasi, dan
tujuan pendidikan dibuktikan bermanfaat untuk
tertentu dengan proyek-proyek atau program-
mekanisme yang tertib program dengan lingkup besar
dan teratur. Mekanisme dan multi-level organisasi.
inilah yang mengatur 7. Cocok dengan minat akan teori-
secara langsung sistem sistem; dimana sangat rasional
pendidikan ketika dan sistemik dalam
dihadapkan pendekatannya.
kepada realita proses 8. Terbukti dapat dilaksanakan
belajar mengajar secara dengan baik, tersedia petunjuk
langsung. hampir di tiap-tiap aplikasi
(terperinci).
9. Memiliki potensi untuk
bergerak di wilayah evaluasi
formative dan summative.
Sehingga sama baiknya dalam
membantu mela-kukan perbaikan
selama program berjalan, maupun
memberikan informasi final.

8. Discrepancy Di keterkaitan Mengidentifikasi kelemahan- Kurang sistematis, hanya


Model (Provus) (kegayutan) antara kelemahan program dan untuk menekankan pada obyek
sesuatu yang akan tindakan korektif ambil untuk sasaran, memberi
diubah, dibangun, menentukan/mem-perbaikinya penekanan pada
dikembangkan dsb. kesenjangan yang
dengan kegiatan sebenarnya merupakan
(proses) untuk persyaratan umum bagi
mengubah, semua kegiatan evaluasis
membangun,
mengembangkannya. D
alam Model ini

PERTANYAAN

5. Berikan uraian secukupnya perbedaan evaluasi Pendidikan dengan Recearch!

JAWABAN

Perbedaan evaluasi Pendidikan dengan Recearch

Evaluasi adalah suatu proses sistimatisdalam mengumpulkan, menganalisis, dan


menginterprestasikan informasi untuk mengetahiui tingkat keberhasilan
pelaksanaan program dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan
keputusan. Dengan kata lain kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengkaji relevansi,
efisiensi, efektivitas, dan dampak suatu kebijakan atau program atau kegiatan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.

Recearch (Penelitian) adalah Penerapan suatu pendekatan ilmiahuntuk mengkaji


sebuah masalah. Ini merupakan salah satu dari cara manusia untuk mendapatkan
pengetahuan, dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Adapun cara lainnya yang
lebih tradisional yaitu dengan melalui pengalaman (menjadi tahu setelah
mengalaminya). Otoritas (dikasih tahu oleh seseorang , cara berpikir yang deduktif
(berpikir yang bertolak belakang dari pernyataan yang sifatnya umum ke
khusus),serta cara berpikir yang induktif berpikir dari pengamatan yang sifatnya
khusus kemudian menarik kesimpulan bersifat umum). Sementara untuk
pendekatan ilmiah merupakan proses berpikir yang didalamnya menggabungkan
beberapa aspek penting atas proses berpikir deduktif dan induktif . Suatu
pendekatan ilmiah sendiri bagian dari proses penyelidikan sistimatis yang terdiri
dari bagian yang saling interdependensi (bergantung).

PERTANYAAN

6. Model evaluasi yang dikembangkan oleh Sfflenbean yang terkenal dengan


model CIPP, (Context Input Process Product) sampai saat ini sering dimanfaatkan
oleh berbagai lembaga-lembaga pendidikan yang berkepentingan termasuk di
Indonesia. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan evaluasi model CIPP, apa
kelebihan dan keterbatasannya!

JAWABAN

Yang dimaksud dengan evaluasi model CIPP adalah sebagai berikut


Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) adlah Evaluasi,
dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan.
Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang
menjadi disiplin ilmu sendiri Empat aspek Model Evaluasi CIPP
(context, input, process and output) membantu pengambil keputusan untuk
menjawab empat pertanyaan dasar mengenai;

1. Apa yang harus dilakukan (What should we do); mengumpulkan dan


menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan
sasaran.
2. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it); sumber daya dan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan
mungkin meliputi identifikasi program eksternal dan material dalam
mengumpulkan informasi.
3. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned); Ini
menyediakan pengambil-keputusan informasi tentang seberapa baik
program diterapkan. Dengan secara terus-menerus monitoring program,
pengambil-keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai
petunjuk dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staff dan moral,
kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.
4. Apakah berhasil (Did it work); Dengan mengukur outcome dan
membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambil-keputusan
menjadi lebih mampu memutuskan jika program harus dilanjutkan,
dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali.

Penjelasan atas masing-masing aspek dalam model evaluasi CIPP adalah sebagai
berikut:

1. Evaluasi Context

Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang


bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan (Baline
R. Worthern & James R Sanders : 1979) Karenanya upaya yang dilakukan evaluator
dalam evaluasi konteks ini adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap
lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal). Evaluasi konteks mencakup analisis
masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang
akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu.
Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang
mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan (1983). Suatu kebutuhan
dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality)
dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks
berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu
yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi
pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain
itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini
akan membantu dalam merencanakan keputusan, menentapkan kebutuhan dan
merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks
juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak
menimbulkan kerugian jangka panjang ( Isaac and Michael:1981)

2. Evaluasi Input

Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan


menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya
yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Evaluasi input meliputi analisis
personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang
tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai
suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi
program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan
penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi
program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang
terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam
keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana
penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program
yang efektif dan efisien.

3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi


kegiatan disebut dengan evaluasi proses. Untuk melihat apakah pelaksanaan
program sudah sesuai dengan strategi yang telah dilaksanakan tersebut, maka perlu
diadakannya evauasi. Evaluasi tersebut dinamakan evaluasi proses. Evaluasi proses
termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur pada pelaksanaan kejadian dan
aktivitas. Setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada aktivitas dimonitor secara
jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian penting dilakukan karena berguna
pada pengambilan keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan dan
menentukan kekuatan dan kelemahan program. Stufflebeam juga mengatakan
bahwa sevaluasi proses merupakan pengecekan yang berkelanjutan atas
implementasi perencanaan (Stufflebeam & Shienfield, 1985:175 dalam
Badrujaman, 2009:66).

Tujuan evaluasi proses yaitu untuk mengidentifikasikan atau memprediksi


dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam disain prosedur atau
implementasinya (Badrujaman, 2009). Selanjutanya dijelaskan pula bahwa evaluasi
proses juga bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai dasar memperbaiki
program, serta untuk mencatat, dan menilai prosedur kegiatan dan peristiwa. Selain
itu, tujuan utama evaluasi proses dikemukakan oleh Worthen and Sanders (1973)
dalam Fuddin Van Batavia under Uncategorized (2008), yaitu:

1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik


untuk dipertahankan,
2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan,
3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat
implementasi dilaksanakan.

Memonitor kegiatan, berinteraksi terus menerus, serta dengan mengobservasi


kegiatan, dan staf merupakan hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi proses. Dalam
melakukannya, dinyatakan dalam Badrujaman (2009:66) bahwa hal tersebut dapat
melibatkan pengukuran pre-test dan pos-test terhadap pengetahuan dan
keterampilan, mengobservasi perilaku tertentu pada siswa, self-reportmengenai
perbaikan tingkah laku, penilaian performance rutin (tingkat, tes terstandard,
portofolio), self-studi yang terus menerus, studi kasus individual, kehadiran dan
data kedisiplinan, kesesuaian antara program dengan pelaksanan, keterlaksanaan
program, pengukuran sosiometri, serta hambatan-hambatan yang ditemui

4. Evaluasi Produk (Produck Evaluation)

Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur,


menginterpretasikan dan menilai pencapaian program (Stufflebeam & Shienfield,
1985:176). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian
tujuan. Evaluasi dapat juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan penilaian
terhadap iuran (outcome) dan menghubungkan itu semua dengan objektif, konteks,
input, dan informasi.proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan
keberhargaan program.

Evaluasi produk dapat dilakukan dengan membuat definisi operasional dan


mengukur kriteria pengukuran yang telah dicapai (objektif), melalui pengumpulan
nilai dari stakeholder, dengan unjuk rasa (performing) baik dengan menggunakan
analisis secara kuantitatif, maupun kualitatif (Trotter et al., 1998:136).

Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan


dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai dapat
berupa skor tes, prosentase, data observasi, diagram data, sosiometri dan sebaginya
yang dapat ditelusuri kaitanya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya
dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.

CIPP Evaluation

Keunggulan :

1. Menekankan evaluasi yang komprehensif dengan langkah-langkah evaluasi


yang sistematis dan berorientasi pada pembuatan keputusan
2. Sesuai utk tinda-kan evaluasi pada berbagai skala (proyek, program,
organisasi)
3. Pengorganisasian jaringan, bukan lockstep linear process (baku).
4. Sensitip terhadap kebutuhan pem-buat keputusan
5. Diperluas meliputi sesuatu selain hanya evaluasi sasaran.
6. Menjawab banyak permintaan baru untuk evaluasi, dan dibuktikan
bermanfaat untuk proyek-proyek atau program-program dengan lingkup
besar dan multi-level organisasi.
7. Cocok dengan minat akan teori-sistem; dimana sangat rasional dan sistemik
dalam pendekatannya.
8. Terbukti dapat dilaksanakan dengan baik, tersedia petunjuk hampir di tiap-
tiap aplikasi (terperinci).
9. Memiliki potensi untuk bergerak di wilayah evaluasi formative dan
summative. Sehingga sama baiknya dalam membantu mela-kukan
perbaikan selama program berjalan, maupun memberikan informasi final.

Kelemahan

1. Kesannya terlalu top down dengan sifat manajerial dlm pendekatan-nya.


2. Kesulitan pada model ini meliputi fakta bahwa tujuan formal mungkin akan
kurang penting dibanding-kan dengan tujuan sekunder atau bahkan tujuan
laten/ tersembunyi, ketika situasi berubah.
3. Membuat apa yang mungkin merupakan asumsi yang tak beralasan tentang
rasionalitas pengambil-keputusan, tentang keterbukaan proses pengambilan
keputusan, tentang identifikasi keinginan pengambil-keputusan (dalam
organisasi yang kompleks keputusan organisasi nampak "bubble-up"
daripada dibuat dengan tegas).
4. Mengambil satu pandangan utama proses sinoptic proses atas pengambilan
keputusan yang mungkin tidak viable, sementara mengabaikan model
keputusan lain

PERTANYAAN

7. Coba berikan penjelasan menurut saudara, mengapa suatu sekolah harus di


Akreditasi, Apa pengertian , Maksud, tujuan, dan komponen-komponen yang harus
diakreditasi!

JAWABAN

Sekolah harus diakreditasi alasannya adalah sebagai berikut :


Setiap sekolah/madrasah di indonesia harus mengikuti proses akreditasi,
jika ditanya kenapa harus ikut akreditasi? atau apa manfaat dari akreditasi sekolah?
maka secara spontanitas kita sebagai pelaku dalam dunia pendidikan akan
menjawab agar mendapat penilaian, atau agar sekolah memperolah predikat, atau
agar sekolah diakui pemerintah. Sebuah jawaban yang simple namun memang
seperti itu kenyataanya. Dengan diakreditasi maka minimal sekolah / madrasah
yang diakreditasi akan mendapat : nilai, predikat dan pengakuan dari pemerintah.
Secara legal bahwa sekolah harus diakreditasi karena 2 hal:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2012
tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah;

Tujuan Akreditasi Sekolah/Madrasah

1. Memberikan informasi tentang kelayakan S/M atau program yang


dilaksanakanya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
2. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.
3. Memetakan mutu pendidikan berdasarkan SNP.
4. Memberikan pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan
(Stakeolder) sebagai bentuk akuntabilitas publik.
5. Manfaat Akreditasi Sekolah/Madrasah

Hasil dari akreditasi Sekolah / Madrasah (S/M) akan bermanfaat sebagai:

1. Acuan dalam upaya peningkatan mutu dan rencana pengembangan


Sekolah/Madrasah.
2. Akreditasi bermanfaatn sebagai umpan balik dalam usaha pemberdayaan
dan pengembangan kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka
menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan program
sekolah/madrasah.
3. motivator agar Sekolah/Madrasah terus meningkatkan mutu pendidikan
secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat kabupaten / kota,
provinsi, nasional, bahkan internasional.
4. Hasil akreditasi berguna sebagai bahan BAN S/M untuk mendapatkan
dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam
profesionalisme, moral, tenaga, dan dana.
5. Acuan bagi lembaga terkait dalam mempertimbangkan kewenangan
sekolah.madrasah sebagai penyelenggara ujian nasional.
6. Hasil dari akreditasi Sekolah/Madrasah bermanfaat bagi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah; pemetaan mutu pendidikan, pencapaian SNP, dan dasar
pertimbangan dalam menyusun kebijakan peningkatan mutu pendidikan
nasional.
7. Hasil akreditasi bermanfaat bagi penyeleggara pendidikan; bahan
pertimbangan dalam menyusun kebijakan peningkatan mutu pendidikan
nasional.
8. Masyarakat/orang tua peserta didik; informasi tentang mutu satuan
pendidikan dan pertimbangan dalam memilih layanan pendidikan.
9. Sekolah / Madrasah; informasi tentang pencapaian mutu Sekolah/Madrasah
sebagai dasar peningkatan mutu.
10. Hasil akreditasi bermanfaat bagi Peserta Didik; pertimbangan dalam
melanjutkan studi, mutasi sekolah/madrasah, dan karir dalam dunia kerja.

Fungsi Akreditasi Sekolah / Madrasah

1. Pengetahuan: Informasi bagi semua pihak tentang kelayakan


Sekolah/madrasah dlihat dari beberapa unsur terkait yang mengacu pada
standar minimal beserta indikator-indikatornya.
2. Akuntabilitas: Salah satu bentuk pertanggungjawaban Sekolah/Madrasah
sebagai lembaga pelayanan publik
3. Pembina dan Pengembangan: Dasar bagi pemerintah, penyelenggara
pendidikan, S/M, dan masyarakat dalam upaya pembinaan, peningkatan dan
pengembangan mutu S/M.

Anda mungkin juga menyukai