Anda di halaman 1dari 33

Gangguan

Pendengaran

Oleh :

Freeco Lisa Lamhab Sari,S.Psi


Pendengaran
Manusia Gelombang yang dihasilkan
dari sebuah benda yang
bergetar pada range
Pendengaran Normal
manusia dalam Frekuensi :
20 Hz -20.000 Hz

Tingkat kebisingan suatu


bunyi pada pendengaran
manusia
Gangguan Pendengaran,
Tuli, Tunarungu?
– Menurut Moores,2006 :
– Ketunarunguan : Kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dalam hal
ini tampah dalam bicara atau bunyi-buyian lain baik dalam frekuensi dan
intesitas
– Hallahan dan Kauffman, 2006 Membedakan :
– Tuli : Mereka yang yang memiliki ketidakmampuan mendengar yang
menghambat keberhasilan memproses informasi Bahasa melalui pendengaran
dengan maupun tanpa alat bantu dengar
– Kesulitan Pendengaran : Gangguan pendengaran baik yang permanen, maupun
yang berfluktuasi, mempengaruhi prestasi akademik, namun tidak tergolong tuli
- Prelingual Deafness : Kondisi seseorang dimana ketulian
muncul sejak lahir atau terjadi sebelum dimulainya
perkembangan bicara dan Bahasa
- Postlingual Deafness : Kondisi dimana seseorang
mengalami ketulian setelah ia menguasai wicara atau
bahasa
Batasan Lain

– Batasan yang bersifat Kuantitatif, secara khusus menunjukan pada gangguan


pendengaran sesuai dengan hilangnya pendengaran, dapat diukur dengan alat
audiometri
– Audiometri : alat khusus yang dapat mengukur seberapa jauh seseorang bisa
mendengar atau seberapa besar hilangnya pendengaran dan ditunjukan dalam
satuan decibel (Db).
Kategorisasi :

• Kelompok 1 : Hilangnya pendengaran ringan (20-30 dB). Mampu


berkomunikasi dengan pendengarannya. Ambang batas antara normal
dan sulit mendengar
• Kelompok 2 : Hilangnya pendengaran yang marginal (30-40 Db).
Kesulitan untuk mengikuti pembicaraan pada jarak beberapa meter.
Masih bisa mendengar dengan pendengarannya, namun harus dilatih.
• Kelompok 3 : Hilangnya pendengaran yang sedang (40-60 dB).
Menggunakan alat bantu dengar dan bantuan mata. Masih bisa belajar
berbicara dengan bantuan alat pendengaran.
Kategorisasi :

• Kelompok 4 : Hilangnya pendengar yang berat (60-75 dB). Tidak


bisa belajar bicara tanpa menggunakan Teknik khusus. Pada
gangguan ini mereka sudah dianggap sebagai ‘tuli secara edukatif’.
• Kelompok 5 : Hilangnya pendengaran yang parah (>75dB). Orang-
orang dengan kelompok ini tidak bisa belajar Bahasa hanya
semata-mata dengan mengandalkan telinga, meskipun didukung
dengan alat bantu sekalipun.
• Jadi menurut definisi tsb, kelompok 1,2,3 tergolong sulit
mendengar. Sedangkan kelompok 4, 5 tergolong tuli.
Gangguan Pendengeran Menurut
Letak Kerusakan Organ
Pendengaran
– Conductive Deafness : Seseorang masih dapat dibantu dengan alat dengar.
Kerusakan disebabkan oleh adanya gangguan transmisi suara dari saluran auditoris
ke telinga dalam.
– Sensorineural Deafness : kerusakan perseptif, kerusakan telinga bagian dalam atau
pada syaraf pendengaran yang berfungsi menyampaikan rangsang ke otak.
– Mixed Hearing Loss : Kerusakan pada saluran auditoris maupun pada syaraf
pendengaran
– Central Hearing Loss : Kerusakan ringan yang bersifat neurologis pada cerebral
cortex yang berdampak pada persepsi kemampuan organisasi dan pemahaman
terhadap suara dan bukan karena kehilangan kemampuan untuk mendengarkan
bunyi-bunyian.
Karakteristik
Ketunarunguan
– Menurut Telford dan Sawrey (1981) ketunarunguan tampak dari
simtom-simtom seperti :
– Ketidakmampuan memusatkan perhatian yang sifatnya kronis
– Kegagalan berespons apabila diajak bicara
– Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan artikulasi
– Mengalami keterbelakangan di Sekolah
Identifikasi Ketunarunguan

– Mengapa penting?
– Agar anak tunarungu berfungsi secara
optimal di lingkungan sosial maupun
lingkungan pendidikannya
Indentifikasi Anak dengan
Gangguan Pendengaran
– Cartwright dan Cartwright mengemukakan dengan rinci
3 cara identifikasi anak dengan masalah pendengaran
melalui :
– Indikator Perilaku
– Tanda-tanda Fisik
– Keluhan
Indentifikasi Anak dengan
Gangguan Pendengaran
– Menurut Berlin, Geyer, dan Yankaver (dalam Cartwright & Cartwright, 1984), indikator
perilaku, sbb :
– Ketidakmampuan memberikan perhatian
– Mengarahkan kepala atau telinga ke arah pembicara
– Gagal mengikuti instruksi lisan
– Meminta pengulangan
– Memiliki masalah wicara
– Menolak menjadi sukarelawan dalam kegiatan kelompok
– Berkonsentrasi berlebihan terhadap wajah atau mulut pada lawan bicara
– Respon-respon tidak sesuai atau inkonsisten
Indentifikasi Anak dengan
Gangguan Pendengaran
– Tanda-Tanda Fisik (Berlin, 1972):
– Telinga mengeluarkan cairan
– Bernafas melalui mulut
– Sering menggunakan kapas pada telinga
– Ekspresinya letih dan tertekan maupun di pagi hari
Indentifikasi Anak dengan
Gangguan Pendengaran
– Keluhan yang kerap dikatakan (menurut Geyer & Yankaver 1972):
– Sakit pada telinga
– Mendengar dengungan atau deringan
– Ada ‘suara’ dalam kepala
– Merasa ada benda di dalam telinga
– Telinga yang luka
– Sering demam
Dampak Ketunarunguan

– Dampak Pada Perkembangan Bahasa


– Dampak Pada Perkembangan Intelegensi
– Dampak Pada Perkembangan Sosioemosional
Pengaruh pendengaran pada
perkembangan bicara dan
bahasa
– Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan
ketajaman pendengaran.
– Anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik
– Pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suata
setelah masa meraban, proses peniruannya hanya
terbatas pada peniruan visual
– Anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus
dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf
ketunarunguan
– Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia
dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya,
– Tanpa mengenal bahasa yang digunakan suatu
masyarakat/kelompok, kita sukar mengambil bagian dalam
kehidupan sosial mereka.
– Bila kita memiliki kemampuan berbahasa berarti kita memiliki
media untuk berkomunikasi
– Bila seorang anak memiliki kemampuan berbahasa, mereka
akan memiliki sarana untuk mengembangkan segi sosial,
emosional, maupun intelektualnya.
– Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasi anak
tunarungu terutama yang tunarungu total tentu tidak
mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa melalui
pendengarannya, melainkan harus melalui penglihatannya
dan memanfaatkan sisa pendengarannya.
– Komunikasi bagi anak tunarungu mempergunakan segala
aspek yang ada pada dirinya
– Adapun berbagai media komunikasi yang dapat
digunakan sebagai berikut :
1. Bagi anak tunarungu yang mampu bicara, tetap
menggunakan bicara sebagai media dan membaca
ujaran sebagai sarana dan penerimaan dari pihak
anak tunarungu
2. Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai
sarana penerimaannya
3. Menggunakan isyarat sebagai media
Perkembangan kognitif anak
tunarungu

– Pada umumnya inteligendi anak tunarungu secara


potensial sama dengan anak normal, tetapi secara
fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi dan
daya abstraksi.
– Akibat ketunarunguan menghambat proses pencapaian
pengetahuan yang lebih luas
– Perkembangan inteligensi secara fungsional terhambat
– Perkembangan kognitif anak tunarungu sangat
dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga
hambatan pada bahasa akan menghambat
perkembangan inteligensi anak tunarungu.
– Kerendahan tingkat inteligensi anak tunarungu bukan
berasal dari hambatan intelektual yang rendah
melainkan secara imum karena inteligensinya tidak
mendapat kesempatan untuk berkembang
– Pemberian bimbingan yang teratur terutama dalam
kecakapan berbahasa akan dapat membantu
perkembangan inteligensi anak tunarungu
– Aspek inteligensi yang terhambat perkembangannya
ialah yang bersifat verbal, misalnya merumuskan
pengertian, menghubungakan, menarik kesimpulan
dan meramalkan kejadian.
– Aspek inteligensi yang bersumber dari penglihatan
dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami
hambatan tetapi justru berkembang lebih cepat
– Anak-anak tunarungu sering memperlihatkan keterlambatan
dalam belajar dan kadang-kadang tampak terbelakang.
Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan
pendengaran yang dialami tetapi juga tergantung pada
potensi kecerdasan yang dimiliki, rangsangan mental, serta
dorongan dari lingkungan luar yang memberikan kesempatan
bagi anak untuk mengembangkan kecerdasan.
Perkembangan emosi anak
tunarungu

– Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan


seringkali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan
sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi
tekanan bagi emosinya dan tekanan ini dapat
menghambat perkembangan pribadinya dengan
menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif atau
menunjukkan kebimbangan dan keragu-raguan
Perkembangan sosial anak
tunarungu

– Karena memiliki kelainan biasanya akan menyebabkan


suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan.
– Pada umumnya lingkungan melihat mereka sebagai
individu yang memiliki kekurangan dan menilainya
sebagai seseorang yang kurang berkarya.
– Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak
tunarungu merasa benar-benar kurang berharga
– Dengan adanya hambatan dalam perkembangan
sosial mengakibatkan pula pertambahan minimnya
penguasaan bahasa dan kecenderungan menyendiri
serta memiliki sikap egosentris
– Anak tunarungu banyak dihinggapi kecemasan
karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam
komunikasinya, hal seperti ini akan membingungkan,
konflik dan ketakutan karena hidup dalam lingkungan
yang bermacam-macam.
– Kesulitan komunikasi tidak bisa dihindari
ketika melakukan hubungan sosial, namun
bagi anak tuna rungu tidaklah demikian
karena anak ini mengalami hambatan dalam
berbicara.
– Kemiskinan bahasa membuat dia tidak
mampu terlibat secara baik dalam situasi
sosialnya, sebaliknya, orang lain sulit
memahami perasaan dan pikirannya.
Intervensi

– Intervensi Komunikasi :
– 1. Latihan Pendengaran :
– Membedakan suara-suara mencolok
– Pola irama berbicara dan irama music
– Pengenalan huruf hidup
– Pengenalan huruf mati
– Bicara dalam situasi yang ramai atau bising
– 2. Oralisme :
– Sistem komunikasi menggunakan bicara dan membaca ujaran
– Pengandalan Oralism berpandangan bahwa anak tunarungu
mampu mengembangkan keterampilan bicara dan membaca
ujaran yang baik asal diberikan waktu latihan yang cukup
– Oralism mempersiapkan anak untuk mampu mengikuti Pendidikan
terpadu ke program sekolah menengah
– 3. Manualism :
– Sistem Komunikasi yang
menekankan pada manual
alfabet (ejaan jari) dan
Bahasa isyarat.
– https://www.youtube.com/watch?v=B14w8GYVxjg
– https://www.youtube.com/watch?v=gcSyZuxmRu0&t=42s
– https://www.youtube.com/watch?v=7gSZfW4gVhI

Anda mungkin juga menyukai