Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tunanetra merupakan suatu kondisi tidak berfungsinya indera penglihatan
pada seseorang secara sebagian (low vision) atau secara keseluruhan (totally blind).
Hal ini dapat terjadi sebelum lahir, saat lahir dan setelah lahir. Faktor penyebab
ketunanetraan pada masa sebelum kelahiran (pre-natal) sangat erat hubungannya
dengan masalah ketur unan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
Penyebab ketunatetraan pada masa sejak atau setelah kelahiran (post-natal)
diantaranya kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan akibat
beturan benda keras.
Tujuan dari dilakukannya pendidikan untuk tunanetra bukan dari
kemampuan kognitif, melainkan untuk melatih kemandirian anak tunanetra. Setiap
tunanetra dituntut untuk dapat hidup mandiri. Mandiri di sini berarti ia bisa
mengurus segala keperluan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mereka harus
dapat hidup mandiri supaya mereka dapat bersosialisasi dan dapat menciptakan
kehidupan yang layak seperti orang normal pada umumnya. Maka dari itu,
tunanetra harus mendapatkan pendidikan yang layak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definsi tunanetra?
2. Bagaimana karakteristik (kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik)
tunanetra?
3. Bagaimana pengklasifikasian / tipe-tipe tunanetra?
4. Apa saja faktor penyebab seseorang menjadi tunanetra?
5. Bagaimana pendampingan yang dilakukan terhadap anak  tunanetra di sekolah
luar biasa?

C. Tujuan
1.  Mengetahui definisi tunanetra.
2. Mengetahui karakteristik (kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik)
tunanetra.
3. Mengetahui pengklasifikasian / tipe-tipe tunanetra

1
4.  Mengetahui faktor penyebab seseorang menjadi tunanetra.
5. Mengetahui pendampingan yang dilakukan terhadap anak tunanetra di sekolah
luar biasa.

2
BAB II
ISI
A. Definisi
Tunanetra merupakan ganggguan penglihatan, baik total maupun sebagian yang
menyebabkan mata tidak bisa berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran
penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang pada umunya.
Persatuan Tunanetra Indonesia / Pertuni (2004) mendefinisikan orang tunanetra
adalah orang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) higga
mereka masih memiliki sisa penglihatan tetap tidak mampu meggunakan
pengihatannya untk membaca tulisan

B. Karakteristik Tunanetra (kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik) 


Karakteritik tunanetra dapat berbeda-beda tergantung pada sejak kapan anak
mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa
usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya.

1. Tingkah laku
a. Kerap kali menggosok mata.
b. Menutup mata sebelah atau mengerutkan mata
c. Menelengkan kepala atau  menjulurkan kepala jika melihat.
d. Mengalami kesulitan dalam melihat huruf – huruf pada tulisan atau
pekerjaan lain yang memerlukan penglihatan dengan jarak dekat
e. Kerap kali mengedipkan mata dari biasanya dan merasa sakit matanya saat
mengerjakan pekerjaan yang memerlukan penglihatan jarak dekat.
f. Mendekatkan buku pada matanya saat membaca.
g. Tidak dapat melihat benda dengan jelas saat jarak benda jauh.
h. Mengerutkan kening atau kelopak mata saat melihat.
i. Tidak dapat meletakkan benda dengan tepat dan tidak tertarik
perhatiannya pada benda – benda yang jauh atau tugas yang memerlukan
penglihatan.
j. Peka terhadap cahaya.
k. Tidak dapat membedakan warna.
l. Sering menabrak benda.
m. Sering memegangi kepala dengan aneh.

3
n. Sering tidak membuat tugas yang diberikan.

2. Fisik
a. Mata juling.
b. Mata merah, ada bintik – bintik pada kelopak mata atau bengkak dan
berselaput.
c. Mata meradang atau berair.
d. Gaya melihat tidak seperti biasa
e.  Sering ada bintil pada kelopak mata. (timbilen dalam bahasa jawa)
f.  Mengeluarkan nanah atau barang asing lainnya.
g. Mata menonjol keluar
h. Bola mata selalu berputar – putar.

3. Keluhan
a. Mata gatal, panas, atau sakit.
b. Tidak dapat melihat dengan jelas.
c. Merasa sakit kepala, pusing atau mual saat bekerja dengan menggunakan
penglihatan jarak dekat
d. Kabur atau penglihatan dobel (rangkap)
e. Sensitif terhadap cahaya.

4. Motorik
Perkembangan motorik lambat karena kondisi psikis yang kurang mendukung
seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan, kemungkinan mengetahui
adanya bahaya dan cara menghadapi keterampilan gerak yang serba terbatas
serta kurangnya keberania dalam melakukan sesuatu.

C. Pengklasifikasian Tunanetra
1. Secara Umum
a. Buta (total)
Seseorang dikatakan buta atau menjadi tunanetra (total) apabila orang
tersebut sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar.

4
b. Low Visio
Pada kelompok ini, anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari
luar, tetapi jika mampu membaca hanya headline pada surat kabar.

2. Klasifikasi anak tuanetra didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan,


yaitu:
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir
Orang yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil
Orang telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum
kuat dan mudah terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja
Mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
d. Tunanetra pada usia dewasa
Pada umumnya, mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan
latihan-latihan penyesuaian diri.
e. Tunanetra dalam usia lanjut
Tunanetra pada golongan ini, sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian
diri.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan


a. Tunanetra Ringan (defective Vision), yaitu mereka yang mengalami
kekurangan daya penglihatan ringan, seperti: rabun senja, juling. Kelompok
ini dapat mengikuti program pendidikan biasa di sekolah-sekolah umum.     
b. Tunanetra Setengah Berat yaitu mereka yang kehilangan sebagian
penglihatannya. Seseorang dikatakan mempunyai penglihatan low
vision atau kurang lihat apabila ketunanetraannya berhubungan dengan
kemampuannya dalam melakukan kegiatan sehari.
c. Tunanetra Berat (totally blind), yaitu mereka yang sama sekali tidak dapat
melihat atau kemampuan melihatnya sangat parah, sehingga masyarakat
pada umumnya menyebut buta. Seseorang dikatakan buta apabila
mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran

5
utama dalam belajar. Mereka mungkin mempunyai sedikit persepsi cahaya
atau bentuk atau sama sekali tidak dapat melihat (buta total).

4. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Sisa Penglihatan


a. Buta Total
b. Masih memiliki persepsi cahaya.
c. Masih memiliki persepsi objek.
d. Kurang lihat.

Klasifikasi berdasarkan tingkat sisa penglihatan ini dapat digunakan untuk


menentukan bentuk pelayanan pendidikan.

D. Faktor – faktor Penyebab Ketunanetraan


1. Pre-natal (internal)
Faktor penyebab ketunanetraan  pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan,
antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil
perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang
tunanetra.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam
kandungan dapat disebabkan oleh:
1. Gangguan waktu ibu hamil.
2. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu
selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau
cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan
sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.
4. Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata
sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

6
2. Post-natal (eksternal)
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak
atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata padawaktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu menderita suatu penyakit sehingga bakteri
menular pada bayi, yang pada akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit
dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan tunanetra, misalnya Catarac;
yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata
menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih. Glaucoma;
yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga
tekanan pada bola mata meningkat.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya
benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari
kendaraan, dll.

E. Pendampingan Terhadap Anak Tunanetra


1. Menciptakan lingkungan yang mampu merangsang perkembagan gerak
tunanetra sekaligus mengurangi keterlambatan koordinasi tangan.
2. Pendampingan belajar (pendidikan)
a. Huruf Braile
Huruf Braille adalah suatu sistem penulisan yang menggunakan titik-titik
yang timbul yang mewakili karakter tertentu. Huruf ini terdiri dari
kumpulan titik yang disusun untuk menggantikan huruf biasa. Penulisannya
pun menggunakan mesin ketik khusus braile. Namun, untuk penghitungan
penyandang tunanetra dapat menggunakan sempoa.
b. Orientasi dan Mobilitasi (OM)
Orientasi dan mobilitas merupakan kemampuan bergerak dari satu tempat
ke tempat yang lain dengan menggunakan indera yang masih ada atau
masih berfungsi dengan cepat, tepat, aman. Cepat berarti dengan waktu
yang singkat, dapat mecapai tujuan yang diinginkan. Tepat berarti tidak
salah memilih jalan. Aman berarti dapat menggunakan rintangan dan
halangan sebagai petunjuk.

7
Program latihan orientasi dan mobilitasi meliputi:
1. Jalan dengan pendampingan orang awas
2. Jalan mandiri
3. Latihan bantu diri, yang meliputi:
a. Latihan di kamar mandi (mencuci pakaian, mencuci rambut, mandi,
dll)
b. Latihan di ruang makan (cara makan, menghidangkan makanan, dll)
c. Latihan di kamar tidur (membersihkan dan menatanya, merapikan
diri, dll)
d. Latihan di dapur (memasak, membersihkan peralatan, mencuci, dll)
e. Latihan di ruang tamu (membersihkan dan menata ruangan)

3. Pendampingan Klasikal oleh guru


a. ajak anak keliling kelas, pastikan dia mengenal susunan perlalatan kelas
yang dasar. Apabila terjadi pemindahan susunan peralatan kelas, anak perlu
diberi tahu.
b. Dorong si anak semandiri mungkin dalam seluruh aktivitas.
c. Jangan terlalu ‘melindungi’ anak.
d. Pakai sistem “teman baik” dalam aktivitas yang diperlukan.
e. Jangan segan untuk meminta pertolongan dari para profesional lain bila
diperlukan.

8
BAB III
KESIMPULAN

Tunanetra merupakan ganggguan penglihatan, baik total maupun sebagian yang


menyebabkan mata tidak bisa berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang pada umunya.
Karakteritik tunanetra dapat berbeda-beda tergantung pada sejak kapan anak
mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya,
serta bagaimana tingkat pendidikannya.
Secara umum, tunanetra diklasifikasikan menjadi 2 yaitu buta total dan low vision.
Seseorang dikatakan buta atau menjadi tunanetra (total) apabila orang tersebut sama sekali
tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar. Sedangkan ada kelompok Low
Vision anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar, tetapi ketajamannya
lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat kabar.
Tunanetra dapat disebabkan oleh Pre-natal (internal) dan Post-natal (eksternal).
Faktor penyebab ketunanetraan  pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan
masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Penyebab
ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir.
Pendampingan pendampingan untuk anak tunanetra dapat dilakukan
dengan menciptakan lingkungan yang mampu merangsang perkembagan gerak tunanetra
sekaligus mengurangi keterlambatan koordinasi tangan, pendampingan belajar
(pendidikan), dan pendampingan Klasikal oleh guru.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, E. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama


Widya

Smith, J. David. 2012. Konsep dan Penerapan Belajar Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa
Cendikia

Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.

Widayati, Eka. 2010. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT Gelora Aksara


Prata

10

Anda mungkin juga menyukai