PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa definsi tunanetra?
2. Bagaimana karakteristik (kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik) tunanetra?
3. Bagaimana pengklasifikasian / tipe-tipe tunanetra?
4. Apa saja faktor penyebab seseorang menjadi tunanetra?
5. Bagaimana pendampingan yang dilakukan terhadap anak tunanetra di sekolah luar biasa?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi tunanetra.
2. Mengetahui karakteristik (kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik) tunanetra.
3. Mengetahui pengklasifikasian / tipe-tipe tunanetra.
4. Mengetahui faktor penyebab seseorang menjadi tunanetra.
5. Mengetahui pendampingan yang dilakukan terhadap anak tunanetra di sekolah luar biasa.
BAB II
Isi
A. Definisi
Tunanetra merupakan ganggguan penglihatan, baik total maupun sebagian yang
menyebabkan mata tidak bisa berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang pada umunya.
Persatuan Tunanetra Indonesia / Pertuni (2004) mendefinisikan orang tunanetra
adalah orang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) higga mereka
masih memiliki sisa penglihatan tetap tidak mampu meggunakan pengihatannya untk
membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun
dibantu dengan kacamata (kurang awas). Dalam hal ini, yamh dimaksud dengan 12
point adaah ukuran huruf standar pada komputer di mana pada bidang selebar satu inci
memuat 12 buah huruf. Akan tetapi, ini tidak boleh diartikan bahwa huruf dengan
ukuran 18 point, misalnya pada bidang selebar 1 inci memuat 18 huruf. Orang tuanetra
yang masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional disebut sebagai orang “kurang
awas” atau lebih dikenal dengan sebutan “low vision”.
b. Fisik
Mata juling.
Mata merah, ada bintik – bintik pada kelopak mata atau bengkak dan
berselaput.
Mata meradang atau berair.
Gaya melihat tidak seperti biasa.
Sering ada bintil pada kelopak mata. (timbilen dalam bahasa jawa)
Mengeluarkan nanah atau barang asing lainnya.
Mata menonjol keluar.
Bola mata selalu berputar – putar.
c. Keluhan
Mata gatal, panas, atau sakit.
Tidak dapat melihat dengan jelas.
Merasa sakit kepala, pusing atau mual saat bekerja dengan menggunakan
penglihatan jarak dekat.
Kabur atau penglihatan dobel (rangkap).
Sensitif terhadap cahaya.
d. Motorik
Perkembangan motorik lambat karena kondisi psikis yang kurang mendukung
seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan, kemungkinan mengetahui adanya
bahaya dan cara menghadapi keterampilan gerak yang serba terbatas serta
kurangnya keberania dalam melakukan sesuatu.
C. Pengklasifikasian Tunanetra
Secara Umum
1. Buta (total)
Seseorang dikatakan buta atau menjadi tunanetra (total) apabila orang tersebut
sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar.
2. Low Vision
Pada kelompok ini, anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar,
tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu
membaca headline pada surat kabar.
2. Post-natal (eksternal)
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi
lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata padawaktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau
benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe
menular pada bayi, yang pada akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat
hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
· Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin
· Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.
· Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh,
akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.
· Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga
tekanan pada bola mata meningkat.
· Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina
penuh dengan pembuluh-pembuluhdarah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem
sirkulasi hingga merusak penglihatan.
· Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari
retina secara berangsur memburuk.Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan
perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian
tengah bidang penglihatan.
· Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu
prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang
dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar
tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dariinkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang
dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan
semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada
selaput jala (retina) dan tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau
tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
Hasil Analisis
Setelah kami melakukan pengamatan ada kecocokan dari beberapa karakteristik anak tunanetra
yang kami amati dengan teori yang kami baca seperti suka mengedipkan mata, dan gaya
melihat tidak seperti biasa.
Observasi
Kami telah melakukan pengamatan terhadap anak tunanetra di sekolah luar biasa
(SLB). Salah satu anak tunanetra yang kami amati bernama AD. Di sekolah tersebut, AD
sudah bersekolah selama kurang lebih 10 tahun. Saat ini, AD sudah berusia 22 tahun. AD masih
duduk di bangku sekolah dasar kelas enam. AD merupakan anak yang berkebutuhan khusus
ganda. Selain penglihatannya terganggu, kemampuan berpikir AD juga kurang (tunagrahita).
Ketika kami mencoba berkomunikasi dengan AD, AD bisa merespon apa yang kami katakan.
Tetapi terkadang apa yang kami tanyakan dengan apa yang AD jawab, tidak sesuai. Ketika
diajak berbicara, AD juga suka mengalihkan pembicaraan. AD suka bernyanyi. Lagu kesukaan
yang sering ia nyanyikan ialah lagu Koes Plus yang berjudul Bujangan.
Selanjutnya, kami melakukan pengamatan terhadap RK. RK merupakan anak tunanetra yang
masuk dalam klasifikasi total (buta total). RK duduk di kelas 1 SD. RK memiliki kemampuan
intelegensi yang cukup. Ketika diajari membaca oleh sang guru, RK lebih sering menundukan
kepala. RK berusaha sebisa mungkin untuk tidak melibatkan (menghindari) kontak mata. RK
belum memiliki masalah dalam belajar. Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan
guru yang mengajar di kelas tersebut, RK merupakan anak yang tidak terlalu ‘rewel’.
BAB III
A. Kesimpulan
Tunanetra merupakan ganggguan penglihatan, baik total maupun sebagian yang
menyebabkan mata tidak bisa berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang pada umunya.
Karakteritik tunanetra dapat berbeda-beda tergantung pada sejak kapan anak
mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa
usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya.
Secara umum, tunanetra diklasifikasikan menjadi 2 yaitu buta total dan low
vision. Seseorang dikatakan buta atau menjadi tunanetra (total) apabila orang tersebut
sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar. Sedangkan ada
kelompokLow Vision anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar, tetapi
ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat
kabar.
Tunanetra dapat disebabkan oleh Pre-natal (internal) dan Post-natal (eksternal).
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan
masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Penyebab
ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi
lahir.
Pendampingan pendampingan untuk anak tunanetra dapat dilakukan
denganmenciptakan lingkungan yang mampu merangsang perkembagan gerak
tunanetra sekaligus mengurangi keterlambatan koordinasi tangan, pendampingan
belajar (pendidikan), dan pendampingan Klasikal oleh guru.
Daftar Pustaka
Kosasih, E. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama
Widya.
Smith, J. David. 2012. Konsep dan Penerapan Belajar Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa
Cendikia.
Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
Widayati, Eka. 2010. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.