Anda di halaman 1dari 2

ANGGOTA KEL 3 : Murfatriana Agustina NIM : 858285936

: Helda Wardati NIM : 858282772


: Retna Rahmawati NIM : 858286107
: Ahmad Rifani NIM : 858286074
: Rahmatul Ummah NIM : 858286153

B. RANAH DAN TINGKATANNYA DALAM DALAM PENDIDIKAN IPS SD

Anda sebagai guru, tentunya membuat perencanaan pembelajaran yang akan di capai dalam
setiap kegiatan belajar mengajar IPS di kelas. Goals (tujuan yang bersifat sangat umum, luas dan
menyangkut pokok-pokoknya saja) dan objectives (tujuan yang bersifat khusus dan operasional) yang
akan dicapai biasanya dikelompokkan dalam area, atau ranah (domain). Dengan kata lain Anda harus
menentukan ranah (domain) dan tingkatnya (level) mana yang harus dicapai siswa. Setiap ranah
merefleksikan seperangkat kepercayaan dan asumsi mengenai bagaimana siswa belajar dan berprilaku.
Setiap ranah menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dari mulai tingkatan yang sederhana sampai
yang lebih kompleks. Menurut Olivia (1992), ada tiga kategori dasar, yaitu ranah kognitif (knowledge
elements), ranah psikomotor (skill elements), dan ranah afektif (value elements).
Ranah Kognitif. Ketika guru mengidentifikasi ranah kognitif, dia harus menggunakan rencana
pembelajaran untuk menjembatani tujuan yang akan dicapainya. Bloom dan kawan-kawan (1956) telah
mengembangkan taksonomi tujuan pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa.
Keenam kemampuan kognitif tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengingat (recall) menekankan kepada kemampuan mengingat informasi dengan ditandai
perilaku siswa, seperti: menjelaskan, menyatakan, menyebutkan, mengingat, dan mengenali.
Contohnya siswa dapat menjelaskan pengertian uang.
2. Pemahaman, menekankan pada mengerti dan mengorganisasikan bahan-bahan yang telah
dipelajari, ditandai dengan contoh perilaku seperti : menghubungkan, menjelaskan
membandingkan, menyimpulkan, menapsirkan, dan menerjemahkan.
3. Aplikasi menekankan kepada penggunaan informasi pada situasi tertentu, hal ini ditandai dengan
perilaku seperti : memberikan contoh, menerapkan, memecahkan, mendemonstrasikan, enghitung,
menyiapkan, mengklasifikasikan, dan menggunakan.
4. Analisa menekankan kemampuan berpikir kritis, kemampuan analisa adalah kemampuan
komunikasi untuk menguraikan atau memecah suatu persoalan atau materi menjadi bagian-bagian,
dan menemukan hubungan antar bagian tersebut, dan bagaimana bagian-bagian, dan menemukan
hubungan antar bagian tersebut, dan bagaimana bagian-bagian tersebut diorganisasikan. Hal ini
ditandai dengan contoh karakteristik : memberikan alasan, menganalisis, menjelaskan sebab dan
akibat, dan membuktikan.
5. Sintesa menekankan pada kemampuan berpikir original (original thinking) dengan mengambil
bagian-bagian yang telah dipelajari menjadi kesatuan yang utuh. Hal ini ditaandai dengan contoh
karakteristik seperti : mengembankan, menciptakan, mensintesa, menyusun, merencanakan, dan
memecahkan.
6. Evaluasi menekankan pada kemampuan untuk membuat pertimbangan didasarkan pada standar
tertentu. Hal ini ditandai dengan contoh karakteristik seperti : memutuskan, menaksir,
mengukur/menilai, menyeleksi, dan menyetujui atau tidak menyetujui.

Ranah Afektif. Blom dan kawan-kawan juga mengembangkan skema yang berhubungan dengan
nilai (value) dan sikap (attitude) siswa. Kelima tingkatan ranah afektif tersebut ialah :
1. Penerimaan, menekankan pada kesadaran akan phenomena lingkungan, hal ini ditandai dengan
contoh karakteristik seperti: mendengarkan, menjelaskan, dan menghadiri.
2. Respon, menekankan pada reaksi terhadap komunikasi atau fenomena, hal ini ditandai dengan
karakteristik seperti dicontohkan berikut: membaca, menulis, mengatakan, dan berlatih.
3. Penilaian, menekankan pada kepantasan sesuatu dari lingkungannya, hal ini ditandai dengan
contoh karakteristik seperti: menghargai, mengikuti, memilih, dan menilai.
4. Pengorganisasian, menekankan pada melakukan pemilihan yang tepat atau pantas berdasarkan
nilai-nilai yang mereka pegang. Hal ini ditandai dengan contoh perilaku seperti: menyeleksi,
membandingkan, menegaskan, memprioritaskan, dan mengatur.
5. Karakteristik, menekankan pada perilaku siswa yang konsisten yang sesuai dengan nilai-nilai
yang berlaku. Hal ini ditandai dengan contoh perilaku sebagai berkut: menentukan,
mendemonstarsikan, dan mempribadikan.

Ranah Psikomotor. Perkembangan keterampilan psikomotor cenderung menjadi sebuah proses


yang dipraktekan dan diperhalus atau diperbaiki terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai
tingkatan tertentu dikuasai dengan baik. Ranah psikomotor terutama berkaitan dengan tujuan yang
berkaitan dengan keterampilan fisik atau motorik pada anak usia sekolah dasar.
Harrow (1969) mengidentifikasi keterampilan psikomotor ini dalam lima tingkatan yaitu: imitasi,
manipulasi, presesi, artikulasi, dan maturasi atau kedewasaan.

Anda mungkin juga menyukai