Anda di halaman 1dari 5

HEALTH GLOBAL’S ISSUE : ANTIMICROBA RESISTENT

MATA KULIAH KESEHATAN GLOBAL

DISUSUN

OLEH KELOMPOK 6

EKO PURNANTO 19420050

FITRI SEPTIANINGSIH 19420062

OPSI OKTA HANDAYANI 19420100

RISKI ARYANTI 19420107

PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2020
1. Definisi
Antibiotik adalah segolongan molekul, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia pada
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Resistensi terhadap antibiotik adalah ketidakmampuan antibiotik untuk
menghambat pertumbuhan dan atau membunuh mikroba, sehingga penggunaannya
sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak efektif lagi.

2. Faktor penyebab dan proses terjadinya


Penggunaan antibiotik sebagai terapi untuk melawan agen-agen infeksi
ditemukan oleh Alexander Flemming di tahun 1928. Sejak itu, penggunaan
antibiotik menjadi populer di kalangan medis akibat keampuhannya melawan
infeksi bakteri. Bukan hanya dari kalangan kesehatan, masyarakat awam pun
banyak yang mengonsumsi antibiotik dan menyimpannya di rumah untuk
digunakan mengobati dirinya sendiri (swamedikasi). Berdasarkan data Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013),
sejumlah 103.860 dari 294.959 rumah tangga (35,2%) di Indonesia menyimpan
obat untuk swamedikasi, dengan proporsi tertinggi di Jakarta (56,4%) dengan
proporsi penyimpanan antibiotika sebanyak 27,8%. Hal ini menyebabkan
pemakaian antibiotik menjadi berlebihan dan dan tidak tepat sasaran sehingga
menyebabkan terjadi masalah baru berupa resistensi terhadap antibiotik.
Secara umum, penyebab terjadinya resistensi ini dikarenakan ketidaktepatan
pemilihan jenis antibiotika, cara pemberian, dan lama pemberiannya. Penggunaan
yang tidak tepat menyebabkan terjadinya perubahan dari tingkat resistensi bahan
dan kemudian akan berdampak pada keefektifan obat yang semakin menurun
hingga terjadinya resistensi. Selain itu, pemakaian jangka panjang 1 jenis antibiotik
juga menjadi penyebab terjadinya resistensi terhadap penggunaan antibiotik yang
sama dan golongan antibiotik lainnya. Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in
Indonesia (AMRIN-study) membuktikan bahwa dari 2.494 orang, 43% Escherichia
coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik seperti ampisilin (24%),
kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%). Dari data Kementerian Kesehatan
RI, dari hasil penelitian terhadap 781 pasien yang dirawat di rumah sakit,
didapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai antibiotik, yaitu
ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%)
dan gentamisin (18%)

3. Akibat dalam kesehatan global


Semenjak antibiotik ditemukan dan digunakan untuk kepentingan medis,
sudah diberikan peringatan bahwa penggunaan yang tidak tepat dapat
menyebabkan peningkatan resistensi yang berakibat pada pengobatan yang tidak
lagi efektif. Hall dkk memperkirakan sebanyak 1,5 juta populasi di dunia
meninggal setiap tahunnya akibat resistensi antibiotik.
Resistensi terhadap antibiotik mulai menjadi perhatian serius pemerintah
dikarenakan kasusnya yang semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2013,
WHO mencatat total kematian akibat antibiotik sebanyak 700 ribu jiwa. WHO
memprediksi di tahun 2050 mendatang diperkirakan 10 juta jiwa per tahun.
Beberapa organisasi dunia seperti Centers for Disease Crontol and Prevention
(CDC), Infectious Disease Society of America, World Economic Forum dan WHO
mendeklarasikan permasalahan resistensi antibiotik sebagai masalah kesehatan
global. Di UK, masyarakat meminta pemerintah memberikan hadiah senilai 10
Miliar dolar untuk yang berhasil menemukan solusi untuk melawan resistensi
terhadap antibiotik.
Dari segi ekonomi, masalah resistensi terhadap antibiotik ini menjadi beban
ekonomi bagi seluruh dunia. Di Amerika saja, penyakit infeksi di RS yang resisten
terhadap antibiotik menyebabkan 99.000 kematian setiap tahunnya. Pasien yang
resisten terhadap antibiotik membutuhkan perawatan di RS rata-rata selama 13
hari, menambah jumlah rawatan sebanyak 8 juta hari setiap tahunnya. Sebanyak
29.000 USD dilaporkan untuk biaya perawatan pasien yang resisten terhadap
antibiotik. Totalnya, Amerika mengalami kerugian di bidang ekonomi sebanyak 20
miliar dan sebanyak 35 miliar USD setiap tahunnya akibat hilangnya produktifitas
pelayanan kesehatan akibat resistensi antibiotik.
Dampak besar resistensi obat adalah angka morbiditas (angka kesakitan)
dan angka mortalitas (angka kematian) semakin meningkat karena risiko
penyebaran infeksi akibat bakteri yang resisten serta biaya pengobatan yang lebih
mahal seperti terlihat pada kasus resistensi terhadap obat tuberkulosis (TBC),
malaria dan gonorrhea. Tambahannya, carbapenem sebagai antibiotik terakhir
untuk mengatasi penyakit yang resisten terhadap antibiotik sekarang menjadi faktor
utama penyebab resistensi terhadap antibiotik.
Resistensi terhadap antibiotik menjadi masalah kesehatan global yang
memiliki arti bahwa apa yang terjadi di suatu negara dapat meberikan efek terhadap
negara lainnya juga. Sehingga dibutuhkan usaha dari semua pemimpin negara
dengan melibatkan peran serta berbagai sektor. Perdana Menteri Inggris, David
Cameron menyampaikan bahwa usaha untuk mengatasi resistensi terhadap
antibiotik adalah contoh sempurna yang membutuhkan tindakan internasional.

4. Intervensi dan solusi


Butuh usaha yang beragam dalam mengatasi masalah resistensi ini
diantaranya, aktif melakukan tindakan preventif dan kontrol terhadap usaha
preventif yang dilakukan, mengembangkan antibiotik baru dan rapid diagnostic,
dan menghentikan penggunaan yang tidak perlu. Hal ini dilakukan dengan
meningkatkan keadaran terhadap resistensi antibiotik melalui kampanye, preventif
lebih diutamakan daripada kuratif, mempelajari dosis dan pola untuk meningkatkan
keakuratan peresepan antibiotik, memperkuat sistem kesehatan dan pengawasan,
dan melibatkan pemerintah, produsen dan perusahaan retail dalam menurunkan
penggunaan antibiotik.
Dana yang dibutuhkan untuk melakukan intervensi ini bisa diperoleh dari
berbagi sumber dana, termasuk pemerintah, organisasi multilateral, industri farmasi
dan pajak. Sangat penting untuk melakukan investasi terhadap penelitian dan
pengembangan antibiotik baru dan tentunya butuh dana yang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA

Arrang, Sherly, Fonny C. Erlia AS. 2019. Penggunaan Antibiotika yang


Rasional Pada Masyarakat Awam di Jakarta. Jurnal Mitra. 3 (1) : 73 -82

Aslam, Dkk. 2018. Antibiotic resistance: a rundown of a global crisis. Open


Access. 11 : 1645 – 1658

Bhuiyan, Mohammad, Md. Abdullah Yusuf. Zubair Ahmed Ratan. 2017. A


Review of Superbug: A Global Threat in Health Care System. Open Access. 4 (1) : 25 -
28

Anda mungkin juga menyukai