1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Menurut RUKMANA (1977), kedudukan taksonomi tanaman nangka
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyladonae
Ordo : Morales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus Lamk.
Tanaman nangka ini memiliki daun berbentuk bulat telur dan panjang,
tepinya rata tumbuh secara berselang-seling dan bertangkai pendek, permukaan
atas daun berwarna hijau tua mengkilap, kaku dan permukaan bawah daun
berwarna hijau muda (RUKMANA, 1977). Daun ini memiliki protein kasar (PK)
15,9%, acid detergent fiber (ADF) 38,4%, neuitral detergent fiber (NDF) 49,6%,
dan tanin 6,1% (APRILIA, 2010).
Flavanoid
3
bekerja dengan mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa
dapat diperbaiki lagi (PELCZAR et al., 1998). Dibawah ini terdapat Struktur
Kimia Flavanoid
Tanin
Tanin merupakan senyawa bahan alam yang terdiri dari sejumlah besar
gugus hidroksi fenolik (CHEEKE & SHULL, 1989). Tanin dikenal sebagai
senyawa antinutrisi karena berperan menurunkan kualitas bahan melalui
pembentukkan ikatan kompleks dengan protein. Ikatan antara tanin dan protein
sangat kuat sehingga tidak mampu dicerna oleh tubuh. Pembentukkan ikatan
kompleks ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan
ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut. Keberadaan sejumlah gugus
fungsional pada tanin menyebabkan terjadinya pengendapan protein karena selain
membentuk kompleks dengan protein bahan pangan tanin juga berikatan dengan
protein mukosa sehingga mempengaruhi daa penyerpannya terhadap protein
(MAKKAR, 1993). Dibawah ini terdapat Struktur Kimia Tanin :
4
Ekstraksi
Maserasi
5
Remaserasi merupakan maserasi yang dilakukan beberapa kali. Maserasi
melingkar merupakan maserasi yang cairan pengekstrak selalu bergerak dan
menyebar. Sedangkan maserasi melingkar bertingkat merupakan maserasi yang
bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan yang sempurna.
Evaporasi
6
suatu persamaan linear y = ax + b dimana y = nilai inhibisi , a = slope , x =
konsentrasi ekstrak contoh dan b = intersep.dari persamaan ini dapat diketahui
konsentrasi saat penurunan absorbansi mencapai 50% yang disebut LC – 50.
Uji Toksisitas
Uji toksisitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
bahaya racun suatu contoh yang diduga bersifat toksik terhadap hewan uji.
Berdasarkan waktu yang dibutuhkan senyawa toksik untuk membunuh hewan uji,
maka uji toksisitas dibedakan menjadi dua yaitu uji toksisitas akut bila pengujian
dilakukan selama maksimum 24 jam dan uji toksisitas non akut bila waktu
pengujian lebih dari 24 jam.
Uji toksisitas metode brine shrimp lethality test (BSLT) merupakan uji
toksisitas akut menggunakan hewan uji larva udang Artemia Salina L.dan
termasuk uji bioassay sederhana (MEYER,1982). Semakin banyak larva udang
yang mati maka bahan aktif tersebut semakin toksik.tingkat toksisitas senyawa
aktif pada contoh dinyatakan dalam Lc- 50 yaitu dosis tunggal yang secara
statistik diharapkan dapat membunuh 50% hewan uji.
Uji Antimikroba
7
PERCOBAAN
Bahan uji berupa daun nangka dari pohon nangka daerah bogor, larutan
heksana, akuades. Untuk uji aktivitas antioksidan diperlukkan tambahan bahan
antara lain, metanol (teknis dan p.a) dan larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-
picrylhidrazil) 0,1 mM. Untuk uji aktivitas antimikroba diperlukkan tambahan
bahan antara lain, media Nutrient Broth (NB) cair, media Nutrient Agar (NA),
media Saboraund Dextrose (SD) cair, media Potato Dextrose Agar (PDA),
formalin, Bakteri jenis Bacillus dan jamur jenis Aspergillus niger. Untuk uji
toksisitas diperlukan tambahan bahan yaitu, larva udang Artemia salina L., air
laut, dimethyl sulfoksida (DMSO) 99%.
Alat
8
toksisitas diperlukan tambahan alat yaitu pipet volumetrik 5 mL dan 10 mL serta
laminar (ruangan yang berlampu neon).
Metode Percobaan
Percobaan ini terdiri atas tiga tahap, yaitu : preparasi, pengujian, dan
pengolahan data. Tahap preparasi dimulai dengan membuat simplisia daun nangka
kemudian dimaserasi dan dilajutkan dengan evaporasi dan pelarut yang tersisa
diuapkan menggunakan water bath.
Cara Kerja
Preparasi
Daun nangka yang telah diambil dari pohon nangka kemudian dipisahkan
dari batangnya, selanjutnya daun nangka dirajang menjadi potongan yang kecil
lalu di kering anginkan dan selanjutnya dikeringkan menggunakan pengering
dengan suhu ± 70° C. Setelah itu daun di haluskan dengan cara diremas-remas
hingga halus, kemudian daun yang halus (simplisia) tersebut di timbang 747 g.
Maserasi
9
Simplisia daun nangka yang telah diketahui bobotnya dimasukkan ke
dalam ember kemudian direndam dengan heksan hingga semua daun terendam
sempurna. Setelah itu ember yang berisi rendaman simplisia daun nangka ditutup
dengan menggunakan koran yang diikat dengan tali rapia kemudian dibiarkan
selama ± empat hari. Kemudian simplisia daun nangka yang telah direndam,
disaring menggunakan kain saring lalu filtrat ditampung dalam wadah.
Evaporasi
Pengujian
Ekstrak n-heksan daun nangka yang diperoleh dibuat larutan induk dengan
cara ditimbang sebanyak 0,0125 g kemudian dimasukkan ke labu ukur 25 mL
kemudian dilarutkan dan ditera. Selanjutnya larutan induk dipipet masing-masing
10
(50, 100, 250, 500, dan 1000) µL secara berurutan menggunakan mikropipet ke
tabung reaksi. Setelah itu, larutan metanol ditambahkan ke tabung reaksi sebanyak
(3,95; 3,90; 3,75; 3,50; dan 3,00) mL secara berurutan, kemudian ditambahkan 1
mL larutan DPPH 0,4 Mm (pembuatan larutan DPPH 0,4 mM dapat dilihat pada
lampiran 1) ke masing-masing tabung reaksi lalu ditutup dengan tutup tabung
reaksi dan tinggi cairan ditutup dengan alumunium foil untuk mengindari
terjadinya cahaya lalu divortex. Larutan blanko dibuat dengan cara memipet 4 mL
metanol dan 1,0 mL larutan DPPH 0,4 mM ke tabung reaksi ditutup lalu di
vortex. Disimpan semua larutan (blanko dan contoh) dalam inkubator bersuhu 37°
C selama 30 menit. Setelah 30 menit diukur dengan spektrofotometri UV-VIS
pada λ 516 nm. Kemudian dihitung % inhibisi setiap konsentrasi dan ditentukkan
persamaan linear antara konsentrasi contoh (sumbu x) dan % inhibisi (sumbu y).
Rumus :
Keterangan :
% inhibisi = % peredaman antioksidan terhadap radikal bebas DPPH
Ab = Absorbansi blanko
As = Absorbansi contoh
Selanjutnya dibuat kurva linear antara konsentrasi contoh (Sebagai sumbu x) dan
% inhibisi (sebagai sumbu y) sehingga didapatkan persamaan y = ax + b
11
Uji Aktivitas Antimikroba
Dengan cara aseptik pipet 0,1 mL bakteri uji ke tabung reaksi yang berisi
contoh dengan konsentrasi 50%, 25%, 6,25%, 1,56%, dan 0,39%. Sebagai
pembanding maka dibuat kontrol positif (KP) dan kontrol negatif (KN). KP dibuat
dengan cara memipet 0,1 mL suspensi bakteri uji ke tabung reaksi yang berisi 1
mL media NB cair. KN dibuat dengan cara memipet 1 mL larutan contoh dengan
konsentrasi terkecil ke tabung reaksi berisi 1 mL media NB cair, kemudian
ditambahkan 0,1 mL suspensi bakteri uji dan 0,1 mL formalin. Lalu semua larutan
dihomogenkan dengan vortex. Dan diinkubasikan di inkubator selama 24 jam.
Kemudian diamati pertumbuhan bakteri yaitu tanda (+) apabila larutan menjadi
keruh atau positif ditumbuhi bakteri dan tanda (-) apabila larutan tetap jernih atau
tidak terjadi pertumbuhan bakteri. Lalu dicatat dan ditentukkan nilai KHM yaitu
konsentrasi terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
12
B. Uji Aktivitas Antibakteri (KBM= Kadar Bunuh Minimum)
Dengan cara aseptik pipet 0,1 mL suspensi jamur uji ke tabung reaksi yang
berisi contoh dengan konsentrasi 50%, 25%, 6,25%, 1,56%, dan 0,39%. Sebagai
pembanding maka dibuat kontrol positif (KP) dan kontrol negatif (KN). KP dibuat
dengan cara memipet 0,1 mL suspensi jamur uji ke tabung reaksi yang berisi 1
mL media SD cair. KN dibuat dengan cara memipet 1 mL larutan contoh dengan
konsentrasi terkecil ke tabung reaksi berisi 1 mL media SD cair, kemudian
ditambahkan 0,1 mL suspensi jamur uji dan 0,1 mL formalin. Lalu semua larutan
dihomogenkan dengan vortex. Dan diinkubasikan di inkubator selama 24 jam.
Kemudian diamati pertumbuhan jamur yaitu tanda (+) apabila larutan menjadi
keruh atau positif ditumbuhi jamur dan tanda (-) apabila larutan tetap jernih atau
tidak terjadi pertumbuhan jamur. Lalu dicatat dan ditentukkan nilai KHM yaitu
konsentrasi terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan jamur.
13
2. Uji Aktivitas Antibakteri dan Antijamur pada Ekstrak n-heksan daun
nangkaMenggunakan Metode Difusi Agar Cakram
Uji Toksisitas
14
merata. Setelah ditambahkan DMSO lalu larutan dituangkan ke labu takar 50 mL
kemudian dilarutkan dan ditera (konsentrasi 1000 ppm) dengan air laut dan
dihomogenkan. Setelah itu, dibuat larutan uji dengan konsentrasi 100 ppm dengan
memipet 5 mL larutan induk 1000 ppm ke labu takar 50 mL kemudian ditera dan
dihomogenkan. Lalu dibuat larutan uji 10 ppm dengan memipet 5 mL larutan uji
100 ppm ke labu takar 50 mL kemudian ditera dan dihomogen. Kemudian 10 ekor
Larva udang dimasukkan ke tabung reaksi lalu ditambahkan larutan masing-
masing konsentrasi uji (10,100, dan 1000) ppm hingga volume larutan 10 mL.
Untuk masing-masing konsentrasi uji dilakukan tiga kali ulangan. Lalu dibuat
kontrol dengan memasukkan 10 ekor larva udang pada tabung reaksi kemudian
ditambahkan air laut hingga mencapai volume 10 mL. Tabung reaksi percobaan
kemudian disimpan di bawah pencahayaan neon. Diamati dan dihitung jumlah
larva udang yang mati setelah 24 jam pengujian dan dicatat hasilnya.
Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah Artemia salina L. yang
mati sebanyak 50% dari total larva uji (10 ekor larva udang pada tabung reaksi).
Kemudian nilai Lc-50 dihitung dengan memasukkan nilai probit (50% kematian
larva uji). Efek toksisitas dihitung dari persen kematian larva Artemia salina L.
yang dapat ditentukkan dengan rumus Abbot :
Keterangan :
T= jumlah larva uji yang mati
K=jumlah larva kontrol yang mati
n= jumlah larva uji.
Untuk menghitung Lc-50 berdasarkan metode probit, yaitu dengan
menentukan nilai probit (dari tabel probit pada lampiran 2 ) dari % kematian tiap
konsentrasi, lalu menentukan log tiap konsentrasi dan membuat persamaan regresi
dengan sumbu X (log konsentrasi) dan sumbu Y (nilai probit), Y=mX+b.
kemudian masukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian larva uji) pada persamaan
regreasi, pada nilai Y. Nilai Lc-50 dihitung dari nilai antilogX pada saat Y = 5.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan beberapa uji pada ekstrak n-heksan daun
nangka yaitu uji antioksidan antinikroba dan uji toksisitas. Hasil dari beberapa
pengujian ini dijelaskan di bawah ini.
Aktivitas Antioksidan
%
Konsentrasi Absorbansi Absorbansi Ic-50
inhibisi Persamaan regresi
(µg/mL) blanko (A) contoh (A) (µg/mL)
(%)
5 1,1263 1,67
10 1,1173 2,45
25 1,1454 1,0899 4,85 y = 0,1573x + 1,0864 306,01
50 1,0312 9,97
100 0,9578 16,38
16
KURVA LINEARITAS
18
16 y = 0,1573x + 1,0864
% INHIBISI (%)
14 R² = 0,9911
12
10
8 Series2
6
Linear (Series2)
4
2
0
0 50 100 150
KONSENTRASI CONTOH (µg/mL )
Aktivitas Antimikroba
Metode Dilusi
Pada uji aktivitas antibakteri dan antijamur pada ekstrak n-heksan daun
nangka dengan metode dilusi ini dilakukan dengan menggunakan media cair dan
media padat. Media cair digunakan untuk uji KHM sedangkan media padat untuk
uji KBM. Didapatkan dokumentasi hasil Metode dilusi yang dapat dilihat pada
lampiran 5 dan tabel 2
17
Tabel 2. Data Hasil Uji Aktivitas Antijamur dan Antibakteri Metode Dilusi
Konsentrasi (%)
Jenis uji KP KN
50 25 5,25 1,56 0,39
Aktivitas
antibakteri - - + + + + +
(KHM)
Aktivitas
antibakteri - + + + + + +
(KBM)
Aktivitas
antijamur + + + + + + -
(KHM)
Aktivitas
antijamur + + + + + + -
(KBM)
Pada metode dilusi ini didapatkan hasil aktivitas antibakteri KHM yaitu
pada konsentrasi 25% sedangkan untuk aktivitas antibakteri KBM yaitu pada
yaitu pada konsentrasi 50%, tetapi hasil ini tidak cukup akurat karena kontrol
negatif yang seharusnya tidak terdapat bakteri setelah diinkubasi karena
ditambahkan formalin, malah kontrol negatif ini terdapat bakteri saat setelah
diinkubasi selama 1 hari. Untuk aktivitas antijamur didapatkan hasil yaitu semua
tabung reaksi positif mengandung jamur setelah 4 hari masa inkubasi hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun nangka tidak memiliki aktivitas anti
jamur. Pada uji ini dilakukan tidak kuantitatif karena kesulitan membaca skala
volume dalam tabung reaksi yang tidak berskala.
Pada uji aktivitas antijamur dan antibakteri ekstrak n-heksan daun nangka
konsentrasi 50% menggunakan metode difusi agar cakram didapatkan
dokumentasi hasil metode difusi agar cakram yang dapat dilihat pada lampiran 6
dan tabel 3
18
Tabel 3. Data Hasil Uji Aktivitas Antijamur dan Antibakteri Metode Difusi
Jenis uji DK (mm) DC (mm) DH (mm)
Aktivitas antibakteri (bakteri : 8 5 3
Bacillus sp.)
Aktivitas antijamur (jamur : 0 0 0
Aspergillus niger)
Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun nangka dengan
konsentrasi 50% memiliki zona hambat sebesar 3 mm pada uji aktivitas
antibakteri. Menurut TOKAN (dikutip dalam HIBU (2013)). Bila diameter zona
hambat kurang dari 14 mm maka dikatakan resistensi, bila diameter zona hambat
antara (15-18) mm maka resistensi sedang, sedangkan bila diameter zona hambat
lebih dari 19 mm maka sensitif. Hal ini menuntukkan bahwa ekstrak n-heksan
daun nangka dengan konsentrasi 50% memasuki kategori resistensi dimana
artinya bakteri Bacillus sp. resistensi terhadap ekstrak n-heksan daun nangka
sehingga diperlukan uji lebih lanjut dengan konsentrasi yang lebih tinggi untuk
digunakan sebagai antibakteri. Sedangkan pada uji aktivitas antijamus setelah
dilakukkan inkubasi selama empat hari tidak didapatkan zona hambat yang
menandakan bahwa tidak adanya aktivitas antijamur pada ekstrak n-heksan daun
nangka dengan konsentrasi 50%. Pada uji ini dilakukan tidak kuantitatif karena
kesulitan membaca skala volume dalam tabung reaksi yang tidak berskala.
Toksisitas
Uji toksisitas ini digunakan untuk mengetahui tingkat toksik (racun) dari
suatu contoh yang diduga bersifat toksik terhadap hewan uji. Tingkat toksisitas
ekstrak n-heksan daun nangka dinyatakan dalam Lc-50 yaitu dosis tunggal yang
secara statistik mampu membunuh 50% larva udang. Pengujian ini merupakan
pengujian yang paling pending, karena apabila suatu sampel toksik maka
pengujian tidak perlu dilanjutkan. Dokumentasi saat pengujian toksisitas dapat
dilihat dalam lampiran 7 dan pengolahan data dapat dilihat dalam lampiran 8.
Hasil uji aktivitas antioksidan dapat dilihat dalam tabel 4
19
Tabel 4. Mortalitas Larva Arthemia salina L. dengan ekstrak n-heksan daun
nangka
Ekstrak n-heksan Mortalitas Larva Artemia salina L.
daun nangka
Konsentrasi (ppm) Pengulangan Pengulangan Pengulangan % kematian
I II III
10 0 0 0 0,0
100 3 4 2 30,0
1000 8 10 8 86,7
Kontrol negatif (air 0 0 0
laut)
Tabel 5. Data hasil uji toksisitas Ekstrak n-heksan daun nangka dengan metode
BLST
Konsentrasi Log % Probit X2 Y2 XY
(ppm) Konsentrasi kematian (Y)
(X)
10 1 0,0 0 1 0,0000 0
100 2 30,0 4,4756 4 20,0310 8,9512
1000 3 86,7 6,1123 9 37,3602 18,3369
∑ 6 10,5879 14 57,3712 27,2881
( )
( )
20
Y=3,0562X - 2,5830
5=3,0562X - 2,5830
Antilog
Jadi, Lc-50 pada ekstrak n-heksan daun nangka adalah ppm
4
3 Series2
2 Linear (Series2)
1
0
0 1 2 3 4
log konsentrasi
21
pada ekstrak n- heksan daun nangka yaitu dapat digunakan sebagai pestisida
untuk tanaman.
22
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
APRILIA C. 2010. Kecernaan Nutrien Metode Acid Insoluble Ash dan performa
Domba Lokal yang diberi Moringa oleifera lamk, Grilicidia sepium, dan
Artocapus heterophyllus. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
ANAM, K. Prinsip Kerja Rotary vakum evaporator.
http://khoirulazam89.blogspot.com/2012/01/rotary-vakumevaporator.html.
Diakses pada 14 November 2018.
BEDINO, J. H. 2009. Taxidermy Tannic Acid or Tannins in Emblaming.
http://thermodernembalmer.com. Diakses pada 01 November 2018.
BENNICK, A. 2002. Innteraction of plant polyphenols with salivaery protein.
Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 13 (2) : 184-196.
CHEEKE, P.R. & L.R. SCHULL. 1989. Natural Toxicant in Feeds and
Poisonous Plants. AVI Publishing Company. Inc. Davis. California.
DYTA, P. S. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus) terhadap Bakteri Saphylococcus areus dan
Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
FITRIANA, S. Penapisan Fitokimia dan Uji Aktivitas Anthelmintik Ekstrak
Daun Jarak (Jatropa cusras L.). Terhadap Cacing Ascaridia galli secara
in Vitro. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Tanaman Ternak
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
HARGONO, D., FARAOUQ, S. SUTARNO, S. PRAMONO, T.R. RAHAYU,
U. S. TANUATMADJA, SUMARSONO. 1986. Sediaan Galenik.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
HIBU, Y. C. 2013. Uji Resistensi. yantikristin.blogspot.com. diakses pada 5
Desember 2018.
IRAWAN, C. & HANAFI. 2017. Penuntun Praktik Bioassay. Politeknik AKA
Bogor. Bogor.
PELCZAR, M. J. & E. C. S. CHAN. 1988. Dasardasar Mikrobiologi. Jilid 1. UI
Press. Jakarta
PRAKASH, OM., K. RAJESH., M. ANURAG., & G. RAJIV. 2009.
Artocarpus heterophylus (Jackfuit): An overview, India : Review Article,
3 (6) : 353-358.
RIZQILLAH, N. 2013. Uji Toksisitas Akut Ekstrak n-Heksana Daun Garcinia
bethami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BLST).Skripsi. Program Studi Pendididkan
Kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
RUKMANA, R. 1977. Budi Daya Nangka. Kanisis. Yogyakarta.
SUNARJONO. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta
WAKIRANI, E. K. 2018. Metode
Ekstraksi.http:/www.academia.edu/24271970/Metode_Ekstraksi
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM
Sebanyak 0,0156 g serbuk DPPH (BM= 394,32 g/mol) ditimbang teliti lalu
dilarutkan ke piala gelas menggunakan metanol pro analisis. Setelah itu, larutan
ditera hingga volume akhir 100 Ml dan dihomogenkan lalu dipindahkan ke labu
takar 100 Ml (labu takar telah dibungkus alumunium foil).
26
Lampiran 2. Tabel Probit (Lanjutan)
27
Data hasil pembacaan spektofotometer UV-VIS
pada konsentrasi (5, 10, 25, 50, dan 100) µg/mL
1. Perhitungan % inhibisi
2. Perhitungan Ic-50
28
Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Metode Dilusi
29
2.Uji Antibakteri KBM
Konsentrasi 0,39%
30
Kontrol negatif Kontrol positif
31
4.Uji antijamur KBM setelah inkubasi
32
Lampiran 6. Dokumentasi Metode Difusi Agar Cakram
Bakteri Bacillus sp. dalam media Jamur A. Niger dalam media PDA
NA
33
Ruang pencahayaan uji toksisitas
34