Makalah
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Parasitologi II
dosen pengampu Fitri Rahmi Fadhilah, S.Si.,M.Biomed., Ni’matul Murtafi’ah,
S.Pd.,M.Sc., dan Lisa Hidayati, S.KM., M.Si.
Oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayahnya kami diberi kesehatan dan kelancaran untuk menyusun makalah
ini.
Makalah ini telah kami rangkum sehingga mudah dimengerti, dan dipahami
oleh pembaca. Selain itu informasi dalam makalah ini berisi pengetahuan-
pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kita, karena dengan mengetahui isi dari
makalah ini kita dapat mengetahui dan lebih mengenali bagaimana bentuk,
morfologi, dan penyakit yang disebabkan nyamuk serta upaya pencegahan dan
pengobatannya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu kita semua untuk
lebih memahami materi ini secara mendalam dan mendapatkan ilmu pengetahuan
yang berguna dikemudian hari, Aamiin.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat dan kami sangat mengharapkan
kritik serta saran agar kedepannya lebih baik lagi.
Hormat Kami,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB 2 .............................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
BAB 3 ............................................................................................................ 13
PENUTUP...................................................................................................... 13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak serangga yang dapat menularkan penyakit-penyakit yang
merupakan masalah kesehatan dunia. Filariasis, malaria, demam berdarah, pes,
demam tifoid, dan berbagai penyakit lainnya ditularkan oleh serangga. Artropoda
dapat menjadi vektor penular yang aktif menyebarkan penyakit, atau sebagai
hospes perantara (intermediate host ) yang bertindak secara pasif menularkan
penyakit.
Artropoda yang bertindak sebagai vektor penular penyakit secara aktif
akan memindahkan mikroorganisme penyebab penyakit dari penderita pada orang
lain yang sehat. Cara penularan penyakit dapat terjadi secara mekanis atau secara
biologis. Jika penularan terjadi secara mekanis, artropoda disebut sebagai vektor
mekanis. Mikroorganisme yang ditularkan secara mekanis selama berada di dalam
tubuh vektor tidak bertambah jumlahnya dan tidak berubah bentuk morfologinya.
Sedangkan pada penularan penyakit secara biologis oleh artropoda yang
bertindak selaku vektor biologis, di dalam tubuh artropoda mikroorganisme yang
ditularkan berubah bentuknya atau bertambah jumlahnya (karena berkembang
biak dalam tubuh artropoda), atau mengalami perubahan bentuk maupun
jumlahnya.
Pada makalah ini, penyusun hanya akan membahas mengenai vektor
nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Keluarga nyamuk
merupakan serangga yang penyebarannya sangat luas, mulai dari daerah kutub
yang dingin sampai daerah tropis yang panas. Nyamuk juga mampu hidup di
daerah dengan ketinggian 5000 meter di atas permukaan laut, sampai di dalam
tambang yang letaknya 1500 meter di bawah permukaan tanah. Tiga subfamili
nyamuk yang penting dalam bidang kesehatan yaitu subfamili Culicinae,
subfamili Anopheline dan subfamili Toxorrhynchitinae. Namun yang akan
dibahas dalam makalah ini hanya subfamili Culicinae dan subfamili Anopheline.
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ini.
1. Mendeskripsikan morfologi dan daur hidup nyamuk Anopheles, Aedes, dan
Culex.
2. Menjelaskan cara pengendalian dan pemberantasan vektor nyamuk.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita dalam mempelajari Parasitologi II khususnya mengenai vektor
nyamuk Anopheles, Aedes,dan Culex sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi
penyakit dari ketiga nyamuk tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Culicinae
Dua genus yang penting dalam subfamili ini adalah genus Aedes dan genus
Culex karena dapat menularkan berbagai penyakit yang menjadi masalah
kesehatan dunia, misalnya demam berdarah dengue, yellow fever, filariasis dan
ensefalitis.
Subfamili Culicinae mempunyai bentuk scutellum yang trilobi sedangkan
abdomennya tertutup oleh sisik-sisik lebar yang mendatar. Kepala nyamuk
Culicinae betina mempunyai palpus yang lebih pendek dari pada probosis dan
palpus yang panjang pada nyamuk jantan.
Di tempat berkembang biaknya telur nyamuk Culicinae tidak mempunyai
pelampung, diletakkan berderet-deret seperti rakit atau diletakkan satu demi satu
di permukaan air atau dilekatkan pada dinding bejana (container) sedikit di atas
batas antara permukaan air dan kontiner.
Larva nyamuk mempunyai siphon dengan pekten berbentuk sempurna, dan
umumnya mempunyai lebih dari satu kelompok hair tufts.
3
4
aegypti dewasa terutama hidup dan mencari mangsa di dalam rumah atau
bangunan beratap lainnya.
Aedes albopictus lebih menyukai wadah alami ( potongan bambu pagar,
lipatan daun, pelepah pohon pisang atau kelapa, dan lubang-lubang pohon) yang
terdapat di luar rumah sebagai tempat kembang biaknya. Nyamuk dewasa hidup
dan mencari mangsa di luar rumah atau bangunan, yaitu di kebun yang teduh dan
rimbun dengan pepohonan.
Abdomen nyamuk Aedes betina mempunyai ujung yang lancip dan terdapat
cercus yang panjang. Telur diletakkan satu-satu pada permukaan air atau pada
perbatasan air dan container. Larva Aedes mempunyai siphon yang gemuk, yang
mempunyai satu pasang hair tuft dan pecten yang tumbuh tidak sempurna.
Aedes aegypti dewasa tubuhnya berwarna hitam mempunyai bercak putih
keperakan atau putih kekuningan. Pada toraks bagian dorsal terdapat bercak putih
yang khas bentuknya, berupa 2 garis sejajar di bagian tengah toraks dan 2 garis
lengkung di tepi toraks.
Aedes albopictus dewasa mudah dibedakan dari Aedes aegypti karena garis
yang terdapat pada toraks dorsal hanya berupa 2 garis lurus yang terdapat di
tengah toraks.
Gambar 1. Ciri khas garis toraks (a) Aedes albopictus dan (b) Aedes aegypti
(URL: http://www.mosquito-va.org/- http://www.mosquitaire.com)
5
2.2 Anopheline
Anopheles adalah genus nyamuk yang terpenting dalam subfamili ini karena
merupakan satu-satunya vektor penular malaria pada manusia. Terdapat sekitar 30
spesies Anopheles yang dapat menjadi vektor penular malaria. Penular malaria
pada manusia adalah nyamuk Anopheles yang spesiesnya berbeda antara satu
tempat dengan tempat lainnya. Anopheles penular malaria di Indonesia antara lain
adalah Anopheles sundaicus, An.aconitus, An. barbirostris, dan An.subpictus.
Selain menularkan malaria, Anopheles juga dapat menularkan filariasis pada
manusia. Cacing filaria manusia yang dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles
adalah Wuchereria bancrofti yang nocturnal periodic.
Nyamuk jantan Anopheles mempunyai palpus yang ujungnya membesar
(club-shaped). Berbeda dengan Aedes dan Culex, nyamuk ini baik nyamuk jantan
maupun nyamuk betinanya mempunyai palpus yang sama panjang dengan
probosis. Scutellum toraks nyamuk dewasa ujungnya membulat, tidak
mempunyai lobus. Kaki-kaki Anopheles panjang dan langsing. sedangkan
abdomennya tidak mempunyai bercak-bercak sisik.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nyamuk dapat menularkan berbagai penyakit infeksi virus maupun parasit
yang ditularkan secara aktif saat menghisap darah manusia. Aedes Aegepty
adalah nyamuk yang menularkan penyakit DBD dan Chikungunya, Anopheles
merupakan nyamuk yang menularkan penyakit Malaria, dan Chulex merupakan
nyamuk penular penyakit filariasis (kaki gajah). Ketiga spesies nyamuk ini
wajib untuk diwaspadai keberadaannya, sehingga dapat dilakukan
pengendalian dan pemberantasannya melalui cara pengendalian secara kimia
dan biologis.
3.2 Saran
‘Lebih baik mencegah daripada mengobati”, maka dari itu penyusun
menyarankan agar sebaiknya kita semua menjaga kebersihan lingkungan
sekitar terutama pada tempat-tempat yang bisa menjadi perindukan nyamuk.
Selain itu, sebagai upaya pencegahan disarankan untuk memakai pakaian yang
tertutup dan lotion anti-nyamuk saat hendak tidur dan beraktifitas di luar
rumah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bangs MJ, Larasati RP, Corwin AL, Wuryadi S. 2006. Climatic factors associated
with epidemic dengue in palembang, Indonesia: Implications of short-
term meteorological events on virus transmission. Southeast Asian J
Trop Med Public Health. 37:11031116.
Boesri H, Heriyanto B, Susanti L, Handayani SW. 2015. Uji repelen (daya tolak)
beberapa ekstrak tumbuhan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti
vektor demam berdarah dengue. Vektora J Vektor Reserv Penyakit.
7:79-84.
Fidayanto R, Susanto H, Yohanan A, Yudhastuti R. 2013. Model pengendalian
demam berdarah dengue. J Kesehatan Masyarakat Nasional. 7:522-
528
Kardinan A. 2007. Potensi selasih sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes
aegypti. J Penelitian Pertanian Tanaman Indonesia. 13:39-42
Kasfili JS, Gamaiwarivoni, Kermelita D. 2014. Perbedaan efektivitas ikan Mujair
(Oreochromis mossambicus) dan Nila (Oreochromis niloticus) sebagai
predator alami larva nyamuk Aedes sp instar III. J Kesehatan
Lingkungan [Internet]. Available from: http://
keslingbengkulu.blogspot.co.id/2014/08/v-behaviorur
ldefaultvmlo_81.html
Nurmaini. 2003. Mentifikasi vektor dan Pengendalian nyamuk Anopheles
aconitus secara sederhana. Medan (Indonesia): USU Digital Library.
Ochieng
Setiyaningsih R, Agustini M, Rahayu A. 2015. Pengaruh pelepasan nyamuk
jantan mandul terhadap fertilitas dan perubahan morfologi telur.
Penyakit, Vektora J Vektor Reserv. 7:71-78.
Sholichah Z. 2009. Ancaman dari nyamuk Culex sp yang terabaikan. Balaba.
5:21–23.
Soedarto, D. P. (2011). Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.
14