Anda di halaman 1dari 14

VIRUS HEPATITIS B

MAKALAH

ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas harian mata kuliah virologi
yang diampu oleh dosen Fitri Rahmi Fadilah, S.Si, M Biomed

Oleh :
Lista Dewi
Nurul Azmi

KOMPETENSI KEAHLIAN DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES RAJAWALI BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan
sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun
dalam tubuh seperti alkohol, menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi
dari darah dan bertindak sebagai semacam pengaruh bagian tubuh yang menjamin
terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem itu.
Salah satu penyakit yang menyerang hati adalah penyakit hapatitis. Istilah
” Hepatitis ” dipakai untuk semua jenis peradangan hati (liver) disebabkan mulai
dari virus atau obat-obatan. Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam
cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan keorang lain. Salah satu
diantranya adalah virus Hepatitis B.
Hepatitis B yang merupakan peradangan hati yang bisa berpotensi fatal,
disebabkan infeksi virus hepatitis B, ibarat fenomena gunung es. Hanya 20-30
persen yang terdeteksi. Lebih dari 70 persen tidak diketahui. Padahal, 75 persen
kasus hepatitis B berada di kawasan Asia Pasifik.
Mengingat hepatitis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), maka imunisasi Hepatitis B merupakan awal dimulainya upaya
pengendalian hepatitis di Indonesia. Imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir
atau birth dose menggunakan prefilled injection device sudah dilakukan sejak
1997.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Penyakit Hepatitis B?
2. Bagaimana Patogenitas Virus Hepatitis B?
3. Bagaimana Siklus Hidup Virus Hepatitis B?
4. Apa Gejala Penyakit Hepatitis B?
5. Bagaimana Cara Penularan Hepatitis B?
6. Bagaiman Pemeriksaan terhadap penderita Hepatitis B?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Penyakit Hepatitis B?
2. Untuk Mengetahui Patogenitas Virus Hepatitis B
3. Untuk Mengetahui Siklus Hidup Virus Hepatitis B
4. Untuk Mengetahui Gejala Penyakit Hepatitis B
5. Untuk Mengetahui Cara Penularan Hepatitis B
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan terhadap penderita Hepatitis B
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Hepatitis B


Hepatitis B merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV). Keadaan ini mengakibatkan perdangan dan pembengkakan
hati, dan kadang-kadang kerusakan hati yang nyata. Sering terjadi bahwa
penderita sama sekali tidak merasakan dan menyadari bahwa dirinya sedang
terinfeksin oleh virus, karena keluhan yang khas yaitu keluhan seperti flu tidak
berkembang segera, bahkan yidak muncul sama sekali. Seseorang bisa terkena
infeksi jika ia tidak imun terhadap virusb dan terpapar dengan darah atau cairan
tubuh dari penderita atau pengidap HBV.

B. Patogenesis Virus Hepatitis B

Infeksi VHB berlangsung dalam dua fase. Selama fase proliferatif, DNA
VHB terdapat dalam bentuk episomal, dengan pembentukan virion lengkap dan
semua antigen terkait. Ekspresi gen HBsAg dan HBcAg di permukaan sel disertai
dengan molekul MHC kelas I menyebabkan pengaktifan limfosit T CD8+
sitotoksik. Selama fase integratif, DNA virus meyatu kedalam genom pejamu.
Seiring dengan berhentinya replikasi virus dan munculnya antibodi virus,
infektivitas berhenti dan kerusakan hati mereda. Namun risiko terjadinya
karsinoma hepatoselular menetap. Hal ini sebagian disebabkan oleh disregulasi
pertumbuhan yang diperantarai protein X VHB. Kerusakan hepatosit terjadi akibat
kerusakan sel yang terinfeksi virus oleh sel sitotoksik CD8+ (Kumar et al, 2012).

Proses replikasi VHB berlangsung cepat, sekitar 1010 -1012 virion


dihasilkan setiap hari. Siklus hidup VHB dimulai dengan menempelnya virion
pada reseptor di permukaan sel hati (Gambar 3). Setelah terjadi fusi membran,
partikel core kemudian ditransfer ke sitosol dan selanjutnya dilepaskan ke dalam
nucleus (genom release), selanjutnya DNA VHB yang masuk ke dalam nukleus
mula-mula berupa untai DNA yang tidak sama panjang yang kemudian akan
terjadi proses DNA repair berupa memanjangnya rantai DNA yang pendek
sehingga menjadi dua untai DNA yang sama panjang atau covalently closed circle
DNA (cccDNA). Proses selanjutnya adalah transkripsi cccDNA menjadi pre-
genom RNA dan beberapa messenger RNA (mRNA) yaitu mRNA LHBs, MHBs,
dan mRNA SHBs (Hardjoeno, 2007).

Semua RNA VHB kemudian ditransfer ke sitoplasma dimana proses


translasi menghasilkan protein envelope, core, polimerase, polipeptida X dan pre-
C, sedangkan translasi mRNA LHBs, MHBs, dan mRNA SHBs akan
menghasilkan protein LHBs, MHBs, dan SHBs. Proses selanjutnya adalah
pembuatan nukleokapsid di sitosol yang melibatkan proses encapsidation yaitu
penggabungan molekul RNA ke dalam HBsAg. Proses reverse transcription
dimulai, DNA virus dibentuk kembali dari molekul RNA. Beberapa core yang
mengandung genom matang ditransfer kembali ke nukleus yang dapat dikonversi
kembali menjadi cccDNA untuk mempertahankan cadangan template transkripsi
intranukleus. Akan tetapi, sebagian dari protein core ini bergabung ke kompleks
golgi yang membawa protein envelope virus. Protein core memperoleh envelope
lipoprotein yang mengandung antigen surface L, M, dan S, yang selanjutnya
ditransfer ke luar sel (Hardjoeno, 2007).

C. Siklus Hidup

Berikut adalah tahapan-tahapan siklus replikasi virus Hepatitis B:


1. Penempelan (attachment) virus Hepatitis B pada sel hepatosit. Penempelan
tersebut dapat terjadi dengan perantaraan protein pre-S1, protein pre-S2, dan
poly HSA (Polymerized Human Serum Albumin) serta dengan perantaraan
SHBs( small HB)
2. VHB (virus hepatitis B) mauk (penetrasi) ke dalam hepatosit dengan
mekanisme endositosis
3. Pelepasan partikel core yang terdiri dari HbcAg, enzim polimerase dan DNA
VHB ke dalam sitoplasma. Partikel core tersebut selanjutnya
ditransportasikan menuju nukleus hepatosit
4. Karena ukuran lubang pada dinding nukleus lebih kecil dari partikel core,
sebelum masuk nukleus akan terjadi genom uncoating (lepasnya HbcAg), dan
selanjutnya genom VHB yang masih berbentuk partially double stranded
masuk ke dalam nukleus
5. Selanjutnya partially double stranded DNA tersebut akan mengalami proses
DNA repair menjadi double stranded covalently close circle DNA (cccDNA)
6. Transkripsi cccDNA menjadi pregenom RNA dan beberapa messenger RNA
(mRNA, LHBs, mRNA MHBs, dan mRNA SHBs)
7. Pregenom RNA dan messenger RNA akan keluar dari nukleus melalui
nucleus pore. Translasi pregenom RNA dan messenger RNA akan
menghasilkan protein core (HbcAg), HbeAg, dan enzim polimerase,
sedangkan translasi mRNA LHBs, mRNA MHBs, dan mRNA SHBs akan
menghasilkan komponen protein HbsAg, yaitu large protein (LHBs), middle
protein (MHBs), dan small (SHBs)
8. Enkapsidasi pregenom RNA, HbcAg dan enzim polimerase menjadi partikel
core. proses ini disebut juga assembly dan terjadi di dalam sitoplasma
9. Proses maturasi genom di dalam partikel core dengan bantuan enzim
polymerase berupa proses transkripsi balik pregenom RNA. Proses ini
dimulai dengan proses priming sintesis untai DNA (-) yang terjadi bersamaan
dengan degradasi pregenom RNA, dan akhirnya sintesa untai DNA (+)
10. Selanjutnya terjadi proses coating partikel core yang telah mengalami
maturasi genom oleh protein HbsAg. Proses coating tersebut terjadi di dalam
retikulum endoplasmik. Di samping itu di dalam retikulum endoplasmik juga
terjadi sintesa partikel VHB lainnya yaitu partikel tubuler dan partikel sferik
yang hanya mengandung LHBs, MHBs, SHBs (tidak mengandung partikel
core)
11. Selanjutnya melalui apparatus golgi disekresi partikel-partikel VHB yaitu
partikel Dane, partikel tubuler, dan partikel sferik. Hepatosit juga akan
mensekresikan HbeAg langsung ke dalam sirkulasi darah karena HbeAg
bukan merupakan bagian struktural partikel VHB.

D. Gejala Penyakit
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat
berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata
tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti
teh.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi Virus Hepatitis B persisten. Hepatituis B kronis ditandai
dengan HBsAg positif (>6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan
berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif
diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan
Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
peningkatan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas normal (BANN).

E. Cara Penularan
Penularan virus Hepatitis B bisa melalui berbagai cara, sebagai berikut :
a) Melalui darah : Virus hepatitis B ditemukan terutama dalam darah, dan
ditularkan melalui darah yang tercemar. Tidak seperti hepatitis A, virus hepatitis
B tidak ditemukan dalam air seni, keringat atau kotoran, meskipun virus hepatitis
B terdapat dalam cairan tubuh lainnya seperti air mani dan air liur. Pada umumnya
hepatitis B menular melalui transfusi darah yang terkontaminasi. Kini semua
darah yang akan dipakai untuk transfusi diteliti untuk menyaring virus hepatitis B.
b) Melalui jarum suntik : Virus tersebut juga disebarkan melalui jarum suntik yang
terkontaminasi dengan darah. Para pekerja kesehatan yang memakai jarum suntik
dalam tugas mereka dan secara tidak sengaja tertusuk jarum adalah mereka yang
beresiko, sebagaimana juga pemakaian obat bius yang memakai jarum suntik
secara bersama-sama.
c) Jarum tato atau akupuntur yang terkontaminasi juga merupakan sumber
penularan.
d) Melalaui hubungan seksual : Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui
hubungan seks. Orang heteroseksual yang memiliki banyak pasangan dan lelaki
homoseksual memiliki risiko terbesar.
e) Melalui kelahiran : Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayi pada saat atau sekitar
waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini merupakan hal umum di
negara-negara seperti Cina atau banyak negara di Asia Tenggara dimana
penularan hepatitis B amatlah lazim.
Mereka yang hidup atau bekerja dengan pembawa virus hepatitis B
menahun memiliki risiko penularan yang kecil, kecuali melalui hubungan seksual.

F. Pemeriksaan
Ada tiga pemeriksaan standar yang biasa digunakan untuk menegakkan
diagnosa infeksi hepatitis B yaitu:
1. HBsAg (hepatitis B surface antigen) adalah satu dari penanda yang muncul
dalam serum selama infeksi dan dapat dideteksi 2-8 minggu sebelum munculnya
kelainan kimiawi dalam hati atau terjadinya jaundice (penyakit kuning). Jika
HBsAg berada dalam darah lebih dari 6 bulan berarti terjadi infeksi kronis.
Pemeriksaan HBsAg bisa mendeteksi 90% infeksi akut.
Fungsi dari pemeriksaan HBsAg diantaranya :
 indikator paling penting adanya infeksi virus hepatitis B
 mendiagnosa infeksi hepatitis akut dan kronik
 tes penapisan (skrining) darah dan produk darah (serum, platelet, dll)
 skrining kehamilan
2. Anti HBs (antobodi terhadap hepatitis B surface antigen): jika hasilnya
“reaktif/positif” menunjukkan adanya kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis
B yang berasal dari vaksinasi ataupun proses penyembuhan masa lampau.
3. Anti HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B), terdiri dari 2 tipe yaitu Anti
HBc IgM dan anti HBc IgG.
Anti HBc IgM :
 muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi dan bertahan hingga 6
bulan
 berperan pada core window (fase jendela yaitu saat dimana HBsAg sudah
hilang tetapi anti –HBs belum muncul.
Anti HBc IgG :
 muncul sebelum anti Hbc IgM hilang
 terdeteksi pada hepatitis akut dan kronik
 tidak mempunyai efek protektif Interpretasi hasil positif anti-HBc tergantung
hasil pemeriksaan HBsAg dan Anti HBs.
4. HbeAG

HBeAG adalah antigen “e” Hepatitis yang merupakan protein dari virus dan
menunjukkan bahwa virus secara aktif mereplikasi dalam hati dan bahwa darah
seseorang dan cairan tubuhnya sangat menular. Hasil positif (reaktif)
mengindikasikan adanya virus yang bisa ditularkan pada orang lain. Hasil negatif
berarti virus tidak bisa ditularkan pada orang lain, kecuali di belahan dunia di
mana strain virus tidak memproduksi protein e-antigen adalah hal yang umum.

5. SGPT

SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase): merupakan suatu enzim yang


terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati mengalami kerusakan, akan terjadi
pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel hati ke sirkulasi darah dan akan terukur
melalui pemeriksaan laboratorium.

6. SGOT
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) : seperti halnya SGPT,
SGOT merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati.
SGOT akan meningkat kadanya di dalam darah jika terdapat kerusakan sel hati.
Namun SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga dapat
ditemukan di sel darah, sel jantung dan sel otot, karena itu peningkatan
SGOT tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel hati.

7. LDH (Laktat Dehidrogenase)

Laktat dehidrogenase (LDH) adalah enzim intraseluler yang terdapat pada hampir
semua sel rmetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi yang ditemukan di jantung,
otot rangak, hati, ginjal, otak dan sel darah merah.

8. Amonia serum
Amonia serum merupakan indicator yang sensitive untuk menunjukkan cedera
selhati sangat membantu dalam pendeteksian penyakit hati yang akut seperti
hepatitis.
G. Komplikasi
Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang menjadi awal mula
timbulnya penyakit yang mengganggu fungsi organ hati. Hepatitis merupakan
jenis penyakit yang dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Sebenarnya
penyakit hepatitis ini tidak cukup berbahaya apabila mendapat penangganan
secara cepat dan sesuai dengan standar prosedur pengobatan yakni dengan cara
pemberian vaksinasi.
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hepatitis. Berikut akan
diulas beberapa faktor kompilikasi lainnya yang dapat menyebabkan hepatitis itu
dapat terjadi, diantaranya:

1. Hepatitis yang diakibat mengkonsumsi alcohol


Telah diketahui bahawa minuman beralkohol dengan segala jenis dan merk
mengandung bahan atau zat kimia yang tentunya dapat merusak fungsi organ
tubuh salah satunya organ hati. Dengan kandungan bahan atau zat kimia yang
terkandung dalam alkohol dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi organ hati.
Zat kimia yang tertelan dan mengendap dalam tubuh akan terurai dan zat kimia
kemudian akan menyebar dan masuk ke seluruh jaringan tubuh yang bersifat
racun dan merusak sel-sel dari fungsi kerja organ hati. Untuk itulah disarankan
untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dengan segala jenis yang hanya
menyebabkan kerusakan dan menjadi sebuah sumber penyakit.

2. Hepatitis akibat dari konsumsi obat-obatan atau zat kimia


Zat kimia yang terkandung dalam obat dapat menyebabkan timbulnya masalah
yang cukup serius yang kemudian akan mengakibatkan reaksi kimia yang dapat
melukai dan menjadi infeksi virus hepatitis. Reaksi yang timbul dari obat-obat
kimia akan berlangsung secara bertahap dan terdeteksi dalam kurun waktu 2-6
minggu setelah pemakaian obat. Namun gejala dan reaksi kimia dari konsumsi
obat akan menghilang apabila konsumsi atau pembrian obat dihentikan. Namun
adapula yang sudah mengakibatkan kerusakan fungsi dari organ hati yang cukup
serius dan sudah terlanjur parah.
Berikut ini ada beberapa jenis obat yang berhubungan langsung dan memberi
pengaruh pada fungsi organ hati dan sel-sel hati (liver) antara lain :
a. Haloten, merupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai obat bius.
b. Isoniasid, merupakan jenis obat antibiotik untuk penyakit TBC.
c. Metildopa, merupakan jenis obat anti hipertensi
d. Fenitoin dan Asam Valproat, merupakan jenis obat yang biasa digunakan
sebagai obat anti epilepsi atau ayan.
e. Parasetamol, merupakan jenis obat yang biasa diberikan dalam resep dokter
sebagai pereda dan penurun demam. Parasetamol adalah jenis obat yang aman,
jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat. Namun jika berlebihan akan
menyebabkan sirosis (kerusakan hati) yang cukup parah bahkan sampai
menyebabkan kematian.
f. Selain jenis obat diatas adapula jenis obat lainnya yang dapat merusak fungsi
hati, seperti alfatoksin, arsen, karboijn tetraklorida, tembaga dan vinil klorida.

3. Hepatitis akibat komplikasi penyakit lain


Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh juga dapat
menyebabkan komplikasi pada hati (liver), seperti diabetes mellitus,
hiperlipidemia (kelebihan kadar lemak dalam darah) dan obesitas (kegemukan)
juga memberi dampak pada timbulnya penyakit hati (liver).
Ketiga penyebab tersebut dapat memberi beban pada fungsi dan kinerja hati
untuk memproses metabolisme lemak. Kemudian akan timbul gangguan pada
fungsi organ hati misalnya kebocoran sel-sel hati yang kemudian berlanjut pada
kerusakan dan terjadi peradagan hati yang disebut dengan Steathepatitis.
Steathepatitis ini umumnya disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup yang
salah menjadi penyebab awal dari steathepatitis.
Penyebab penyakit hati atau liver ini harus segera ditangani dimulai dari
penangganan terhadap dari 3 penyakit yang dapat menyertai penyebab timbulnya
penyakit gangguan fungsi hati seperti yang disebutkan. Langkah pertama adalah
mengatasi penyakit diabetes mellitus dengan melakukan pengobatan diet rendah
gula, pemberian insulin atau obat anti diabetes.
Bagi penderita hiperlipidemia atau kelebihan kadar lemak dalam darah dapat
melakukan pengobatan dengan mengikuti diet makanan rendah lemak dan
konsumsi obat penurun kadar lemak (hipolipidemik). Terakhir untuk obesitas
dengan mengikuti program penurunan berat badan dengan cara yang sehat secara
bertahap.
Apabila ketiga penyakit tersebut dapat ditangani, mengecilkan kemungkinan
dari resiko terserang penyakit gangguan pada fungsi organ hati.

4. Hepatitis autoimun (sistem kekebalan tubuh yang karena kelainan genetik)


Sistem kekebalan tubuh karena kelainan genetik yang dapat beresiko
menyerang sel atau jaringan organ hati (liver). Selain karena faktor kelainan
genetik dapat pula diakibatkan karena adanya virus ataupun zat kimia tertentu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut world heath organization (WHO) dalam Depkes RI (2010)
memperkirakan lebih dari dua miliar penduduk dunia terinfeksi hepatitis B dengan
angka kematian 250 ribu orang per tahun dan 170 juta penduduk dunia mengidap
hepatitis C dengan tingkat kematian 350 ribu orang per tahun. Indonesia,
merupakan negara dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat endemisitas
tinggi, yaitu lebih dari 8 persen dimana 1,5 juta orang Indonesia berpotensi
mengidap kanker hati (liver cancer).
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang merusak hati. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan
pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan
menimbulkan kematian. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala.
Cara pencegahan:
 Imunisasi
 Usaha untuk memberikan kekebalan aktif pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu dengan cara pemberian vaksin yaitu kuman penyebab
penyakit yang telah dilemahkan.
 Hindari aktivitas sex dengan berganti-ganti pasangan.
 Hindari mendapat donor darah yang tidak resmi.
 Hindari menggunakan jarum suntik bekas.

B. Saran
Dari uraian diatas, penulis menyarankan kepada masyarakat untuk selalu
menjaga kesehatan kebersihan sanitasi lingkungan serta memberikan imunisasi
Vaksin Hepatitis B Rekombinan dan Vaksin DPT-HB.tepat sesuai rekomendasi
jadwal yang diberikan agar pemberantasan penyakit yang ditularkan lewat
parenteral (darah) khususnya penyakit Hepatitis B bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala


Sesuatu tentang Hepatitis. Jakarta: Arcar.

Sulaiman, Andri Sanityoso, dkk. (2010). Pendekatan Terkini Hepatitis B dan


C dalam Praktik Klinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto.

Syahrurachman, Agus, dkk. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai