Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BIODIVERSITAS FUNGI DAN PROTISTA


PROTISTA MIRIP HEWAN (PROTOZOA) SPOROZOA

Dosen Pengampu:
Nur Kusmiyati,M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 2

Maulidia Rintan Adisa (19620001)

Lilis Nurhalimah (19620006)

Alifia Amalia Panda (19620038)

Alifia Syahira Ramadani (19620043)

Annisa Safari Putri (19620045)

Gunawan Aliansyah (19620081)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala puji syukur dan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan KaruniaNya kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Biodiversitas Fungi
dan Protista yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah yang berjudul
SPOROZOA. Tidak ada kata dalam yang sempurna, sehingga kami sebagai penyusun dari
makalah ini menyadari bahwa dalam penulisannya masih jauh dari kata sempurna baik dari sisi
materi maupun penulisannya. Untuk itu, dengan kerendahan hati dan dengan tangan terbuka kami
menerima segala kritikan dan saran sebagai masukan yang bersifat membangun dan diharapkan
dapat berguna bagi seluruh pembaca.

Malang, 14 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...2

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...3

Latar Belakang…………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………7

Definisi Sporozoa…………………………………………………………7

Klasifikasi Sporozoa………………………………………………………7

Ciri-ciri Sporozoa…………………………………………………………14

Reproduksi Sporozoa……………………………………………………...15

Proses Pencernaan dan Ekskresi Sporozoa………………………………..17

Manfaat dan Kerugian Sporozoa…………………………………………..19

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protozoa merupakan mikroorganisme bersel tunggal yang banyak terdapat di dalam air
laut, air tawar, tanah lembab, dan dalam tubuh organisme lain. Meskipun hanya terdiri dari satu
sel dengan satu atau beberapa inti, ternyata protozoa memiliki susunan anatomi, fisiologi dan
tingkah laku yang sangat kompleks. Sifat hidup Protozoa kebanyakan adalah bebas di alam
namun sebagian kecil bersifat parasite. Protozoa yang hidup bebas disebut juga sebagai Protozoa
nonpatogenik sedangkan yang parasit disebut Protozoa patogenik. Protozoa nonpatogenik tidak
akan merugikan organisme lain justru beberapa diantaranya bermanfaat. Habitat Protozoa
menyebar luas dan banyak ditemukan di perairan tawar, sungai kecil dan kolam. Kolam menjadi
salah satu tempat hidup berbagai Protozoa. Populasi Protozoa di air kolam lebih tinggi dari pada
di sungai karena kondisi kolam yang cenderung lebih stabil dalam hal suhu, instensitas cahaya,
tekanan air, besarnya arus, dan ketersediaan makanan.1

Nama protozoa tidak di gunakan lagi sebagai nama suatu takso kelompok-kelompok
taksonomi yang tadinya di bawah protozoa tingkatannya banyak yang berubah dan banyak yang
dinaikan sebagai Phylum, sebagai contoh saat ini kinetoplastida yang dalam klasifikasi lama
adalah nama salah satu familia anggota dari Mastiigophora sekarang menjadi salah satu Phylum
tersendiri. Banyak perubahan posisi klasifikasi dari anggota-anggota protozoa, perubahan ini
pada prinsipnya dilakukan setelah ada bukti dan anilisis yang dapat menyimpulkan tentang posisi
kekerabatan dari takson-takson tersebut. Klasifikasi protozoa berdasarkan alat geraknya, yaitu
rhizopoda, flagellata, ciliata, dan sporozoa.1

Sporozoa adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Semua jenis sporozoa hidup
sebagai parasit di tubuh hewan dan manusia. Contoh sporozoa adalah Plasmodium sp. Berikut
adalah ciri-ciri sporozoa yaitu tidak memiliki alat gerak, pembelahan ganda, tidak memiliki

1
Astuti.2007. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II. Inventarisasi Protozoa Di Objek Wisata Umbul Cokro Tulung
Klaten. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4
vakuola kontraktil, memiliki daur hidup kompleks, dan dapat bereproduksi secara seksual
maupun aseksual, serta memiliki spora.2

Berdasarkan hal yang sudah disampaikan diatas, protozoa merupakan salah satu makhluk
hidup berupa mikroorganisme yang bersel tunggal dan dapat ditemukan di beberapa habitat.
Melalui latar belakang ini, mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang
mikroorganisme protozoa. Anjuran untuk belajar menganai makhluk hidup yang telah allah
ciptakan telah difirmankan dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 10 yang artinya :

“ Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-
gunung (dipermukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang
biakkan padanya segala macam jenis binatang.”

Berdasarkan ayat diatas dapat dikembangkan pemahaman bahwa Allah telah menciptakan
langit yang dapat manusia amati dengan begitu tinggi dan besarya tanpa tiang, kemudian Allah
meletakan dipermukaan bumi yang menjadi tempat hunian manusia. Terdapat juga gunung-
gunung yang berdiri kokoh, tertancap kuat dan tak hanya itu, Allah juga menciptakan serta
mengembangbiakan segala jenis binatang yang dalam artian salah makhluk hidupnya allah
(termasuk menusia dan tumbuhan). Sehingga sebagai makhluk yang berakal manusia harus bisa
mengkaji fenomena penciptaan hewan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Selain itu, terdapat ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang penciptaan sesuatu semuanya
merupakan kehendak dari Allah begitu pula penciptaan Protozoa yang berukuran kecil. Hal ini
tercantum pada surat Al-Furqan ayat 2 yang berbunyi :

“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan
tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”

Allah yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan Allah tidak mengambil anak, dan
Allah tidak mengambil sekutu dalam kerajaanNya, dan Dia-lah Yang menciptakan segala sesuatu
dan menyempurnakannya sesuai dengan bentuk ciptaan yang tepat dengan tuntutan hikmahNya
tanpa adanya kekurangan dan kekeliruan. Pada potongan surat Al-Furqan ayat 2 yang artinya
2
Dahliani.2006. Segmentasi Citra Parasit Malaria Plasmodium Vivax Dengan MenggunakanMetode Haar Cascade. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika.
5
“dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya)”, memiliki tafsir yaitu Dia juga
menciptakan setiap sesuatu, yaitu makhluk-makhluk yang ada, lalu menentukan takdirnya
dengan terperinci dan penuh hikmah. Hal ini menjelaskan bahwa, segala hal yang telah
diciptakan oleh Allah memiliki peran dan fungsinya tersendiri, baik itu yang berukuran kecil atau
besar.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Sporozoa adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak hewan ini
dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetative (aseksual) disebut
juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni. Tidak memiliki alat gerak
khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara perkembang biakannya. Sporozoid
memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk
menembus sel dan jaringan inang.3

Habitat sporozoa adalah pada tanah yang lembab. Sporozoa kurang begitu dikenal
dibandingkan dengan protozoa lainnya, karena habitat sporozoa ini tidak terdapat di perairan.
Semua sporozoa hidup sebagai parasit pada satu atau lebih spesies hewan.2 Bentuk-bentuk
dewasanya tidak mempunyai organ untuk pergerakan tetap. Mungkin pada satu stadium, bergerak
dengan cara meluncur. Sporozoa ini tidak dapat menelan partikel-partikel padat, tetapi hidup dari
sel atau zat alir tubuh inangnya. Ada juga yang hidup di tubuh manusia atau makhluk hidup
melalui perantara nyamuk Anopheles betina, yaitu Plasmodium.Hidupnya parasit pada manusia
dan hewan. Contoh : Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax.3

2.2 Klasifikasi Sporozoa


Kelas Sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu dengan genus yang
lain, perbedaan itu berupa :

1. Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor biologis, sifat
ini terdapat pada Genus Plasmodium.
2. Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor biologis, sifat
ini terdapat pada Genus Isospora dan Genus Eimerie.

3
Sari, Melda Yunita. 2020. Makalah Protozoa. Universitas Andalas
7
(Gambar Isosprosa suis. Sumber : Koudela dan Kucerova, 2020)

3. Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mononukleus, cairan tubuh, sel jaringan
tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang terdapat pada genus
toxoplasma.

Yang termasuk kelas sporozoa penting :

a. Toxoplasma gondii
Hospes definitif : kucing dan binatang sejenisnya. Hospes perantara : manusia, burung dan
mammalia lain. Menyebabkan toksoplasmosis kongenital dan toksoplasmosis akuisitas.
 Patologi dan gejala klinik.
Invasi biasanya terjadi di usus. T. gondii menyerang semua organ dan jaringan tubuh
hospes kecuali sel darah merah. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh, tergantung
pada umur (pada bayi lebih berat daripada dewasa), virulensi strain toxoplasma, jumlah
parasit dan organ yang diserang.
 Epidemiologi
Di Indonesia , pada manusia berkisar 2 – 63 %. Keadaan toksoplasmosis dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti kebiasaan makan daging kurang matang, adanya kucing yang
dipelihara, tikus dan burubf sebagai hospes perantara, vektor seperti lalat, lipas.

8
b. Plasmodium
Sporozoa yang paling penting ialah yang menimbulkan malaria. Malaria adalah penyakit
asal nyamuk pada manusia yang disebabkan oleh sporozoa yang tergolong genus
Plasmodium yang menginfeksi hati dan sel-sel darah merah, Inang akhir bagi parasit tersebut
ialah nyamuk anofelin betina; reproduksi seksual parasitnya terjadi dalam inang ini. Hospes
perantara adalah manusia, hospes definitif ; nyamuk Anopheles betina. Siklus hidup
berlangsung secara seksual (sporogoni) di dalam tubuh nyamuk anopheles betina, dan secara
aseksual (schizogoni) di dalam tubuh manusia. Cara infeksi dari malaria adalah dengan 2
cara:
1. Kongenital, melalui plasenta ibu hamil yang mengandung plasmodium yang di tularkan
kepada janin dalam kandungan.
2. Akuisita, yang dapat melalui beberapa cara, yaitu:
a. Secara alami melalui tusukan nyamuk anopheles betina yang mengandung stadium
sporozoit,
b. Secara induced, bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tak sengaja masuk dalam
badan manusia melalui darah, seperti transfuse atau suntikan.

(Gambar dari segmentasi citra parasit malaria Plasmodium vivax dengan menggunakan metode
Haar Cascade. Sumber : Astini, 2018).

9
Parasit yang termasuk dalam kelas sporozoa berkembangbiak secara aseksual (skizogoni) dan
seksual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembang biak ini dapat berlangsung dalam
satu hospes, seperti yang terjadi pada subkelas Coccidia, sedangkan berlangsung dalam dua
hospes yang berbeda terdapat pada sub kelas haemosporidia (plasmodium).3

 Sub class Telesporidia


Menurut Sari dan Yunita (2020) Sub class Telesporidia terbagi dalam 3 ordo yaitu :
1. Ordo Hoemosporidia, misalnya Plasmodium yang hidup di dalam darah, jaringan
parenkim pada burung dan mamalia.
2. Ordo Gregarinida, misalnya Gregarina yaitu parasit intra dan ekstra pada inver lain,
monocytst spec hidup dalam kencing cacing tanah.

(Gambar dari salah satu ordo gregarinida yaitu


Psylloides cupreus. Sumber : Yaman, et.al., 2008)

10
3. Ordo Coccidia, misalnya Coccidium yang hidup di sel epitel hewan vertebrate dan
beberapa Myriaphoda atau invertebrata.

(Gambar Coccidium sp. Sumber : Robie, et, al., 2000)


 Sub class Acnidosporidia
Terbagi dalam 2 ordo yaitu :
1. Ordo Haplosporidia, misalnya Haplosproridium.

(Gambar dari Haplosporidium. Sumber : Azevedo,dkk, 2006)

11
2. Ordo Sarcosporidia, misalnya Sarcocystis.

(Gambar Saecocyctis spp. Sumber : Ronald, 2004)

 Sub class Cnidosporidia


Terbagi dalam 4 ordo yaitu :
1. Ordo Myxosporidia, misalnya Sphaeromyxa

(Gambar Sphaeromyxa. Sumber : Gracia, et.al., 1997)

12
2. Ordo Actinomyxidia , misalnya Triactinomyxon

(Gambar Triactinomixon. Sumber : Hoffman, 2005)


3. Ordo Microsporidia , misalnya Nosamabombycis

(Gambar Nosamabombycis. Sumber : Qiang, et.al., 2020)

13
4. Ordo Helicosporidia , misalnya Heliosporidium.

2.3 Ciri-ciri Sporozoa


1) Tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga Sprozoa bergerak dengan cara meluncur atau
mengubah-ubah posisi tubuhnya.
2) Merupakan organisme bersel tunggal (uniseluler).
3) Kebayakan bersifat parasit, baik pada hewan maupun manusia.
4) Dapat membentuk spora pada suatu saat dalam daur hidupnya.
5) Mempunyai spora berbentuk lonjong.
6) Ukuran spora sekitar 8 – 11 mikron pada dinding kitin.
7) Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan dengan bentuk seperti labu,
berukuran sama, terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung posterior.
8) Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior.
9) Dinding katub tidak jelas.
10) Daur hidup Sporozoa menunjukkan pergiliran generasi/keturunan antara bentuk seksual
(fase generatif) dan aseksual (fase vegetatif).
11) Tubuh berbentuk bulat atau oval.
12) Memiliki nukleus (inti sel) tetapi tidak memiliki vakuola kontraktil.
13) Memiliki organel-organel kompleks khusus pada salah satu ujung sel (apeks) yang
berfungsi untuk menembus sel dan jaringan tubuh inang.
14) Proses penyerapan makanan, pernafasan (respirasi) dan pengeluaran (ekskresi) terjadi
secara langsung melalui permukaan tubuh.
15) Sebagian besar spesies Sporozoa menyebabkan penyakit pada hospes (inang) yang
ditumpanginya.

14
2.4 Reproduksi Sporozoa
Sporozoa mengalami reproduksi aseksual dan seksual. Berikut beberapa penjelasan mengenai
reproduksi aseksual dan seksual pada sporozoa.

 Reproduksi aseksual (vegetatif)


Reproduksi aseksual yang terjadi di dalam tubuh manusia secara skizogoni (pembelahan diri
dalam tubuh inang tetap) dan pada tubuh nyamuk Anopheles betina
secara sporogoni (pembentukan spora pada inang sementara). Terdapat dua fase yang terjadi pada
reproduksi aseksual yaitu fase sporogony dan fase skizogoni.
1) Fase sporogony (fase didalam tubuh nyamuk)
Di dalam tubuh nyamuk ini terlihat Plasmodium melakukan reproduksi secara
seksual. Pada tubuh nyamuk, spora berubah menjadi makrogamet dan mikrogamet,
kemudian bersatu dan membentuk zigot yang menembus dinding usus nyamuk. Di
dalam dinding usus tersebut zigot akan berubah menjadi ookinet ookista sporozoit,
kemudian bergerak menuju kelenjar liur nyamuk. Sporozoit ini akan menghasilkan
spora seksual yang akan masuk dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk.

2) Fase skizogoni (fase diluar tubuh nyamuk).


a. Tahap Skizogoni preeritrositik
Sporozoit plasmodium yang masuk bersama gigitan nyamuk Anopheles
mulamula kan memasuki jaringan sel-sel parenkim hati dan berkembang biak di
sana. Pada Plasmodium vivax tahap skizogoni preeritrositik berlangsung selama
8 hari, pada Plasmodium falciparum berlangsung selama 6 hari, dan pada
Plasmodium ovale tahap ini berlangsung selam 9 hari. Lamanya tahap
skizogoni preeritrositik pada Plasmodium malariae sukar ditentukan. Di dalam
jaringan hati siklus preeritrositik pada Plasmodium falciparum hanya
berlangsung satu kali, sedangkan pada spesies lainnya siklus ini dapat
berlangsung berulang kali.

15
b. Tahap Skizogoni eksoeritrositik
Siklus ini terjadi di dalam sel darah merah ini berlangsung selama 48 jam
pada Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, dan Plasmodium ovale
sedangkan pada Plasmodium malariae berlangsung setiap 72 jam. Pada tahap
skizogoni eritrositik ini akan terjadi bentuk-bentuk trofozoit, skizon dan
merozoit yang mulai dijumpai 12 hari sesudah terinfeksi Plasmodium vivax,
dan 9 hari sesudah terinfeksi Plasmodium falciparum. Meningkatnya jumlah
parasit malaria karena multiplikasi pada tahap skizogoni eritrositik
mengakibatkan pecahnya sel retrosit yang menyababkan terjadinya demam
yang khas pada gejala klinis malaria.

c. Tahap gametogoni.
Sebagian dari merozoit yang terbentuk sesudah tahap skizogoni
eritrositik berlangsung beberapa kali, akan berkembang menjadi bentuk
gametosit. Pembentukan gametosit terjadi di dalam eritrosit yang terdapat di
dalam kapiler kapiler limpa dan sumsum tulang. Tahap gametogoni ini
berlangsung selama 96 jam dan hanya gametosit yang sudah matang dapat
ditemukan di dalam darah tepi. Gametosit tidak menyebabkan gangguan klinik
pada penderita malaria, sehingga penderita dapat bertindak sebagai karier
malaria.4

 Reproduksi Seksual (Generatif)

Reproduksi seksual pada Sporozoa diambil dari sporozoa yang terdapat pada
nyamuk Anopheles saat terjadinya peleburan antara makrogamet dan mikrogamet. Berikut
proses dari reproduksi seksual protozoa pada nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles
adalah hospes definitif plasmodium karena di dalam badan nyamuk berlangsung daur
hidup seksual atau siklus sporogoni. Gametosit, baik mikrogametosit maupun
makrogametosit yang terhisap bersama darah manusia di dalam badan nyamuk akan
berkembang menjadi bentuk gamet dan akhirnya menjadi bentuk sporozoit yang infeksi

4
Soedarto. 2017. Malaria. Jakarta : Sagung seto

16
bagi manusia. Untuk dapat menginfeksi seekor nyamuk Anopheles sedikitnya dibutuhkan
12 parasit gametosit plasmodium per mililiter darah.

Proses awal pematangan parasit terjadi di dalam lambung nyamuk dengan


terbentuknya 4 sampai 8 mikrogamet dari satu mikrogametosit, perkembangan dari satu
makrogametosit menjadi satu makrogamet. Sesudah terjadi fusi antara mikrogamet
dengan makrogamet menjadi zigot, dalam waktu 24 jam zigot akan berkembang menjadi
ookinet. Sesudah menembus dinding lambung nyamuk ookinet akan memasuki jaringan
yang terdapat di antara lapisan epitel dan membran basal dinding lambung, lalu berubah
bentuk menjadi ookista. Di dalam ookista yang bulat bentuknya akan terbentuk ribuan
sporozoit. Ookista yang telah matang akan pecah dindingnya adan sporozoit akan keluar
meninggalkan ookista yang pecah lalu memasuki hemokel tubuh nyamuk. Sporozoit
kemudian menyebar ke berbagai organ nyamuk, sebagian besar sporozoit memasuki
kelenjar ludah nyamuk sehingga nyamuk. menjadi vektor yang infektif dalam penularan
malaria. Di dalam tubuh seekor nyamuk Anopheles betina, dapat hidup lebih dari satu
spesies plasmodium secara bersama sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi
campuran.4

2.5 Proses Pencernaan dan Ekskresi

Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista uniseluler
atau bersel satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat membentuk
sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia sehingga
Sporozoa mendapatkan makanan dengan cara menyerap makanan dari tubuh hopesnya
(inang). Protozoa yang tidak memiliki mulut, yaitu dengan menelan secara utuh
mangsanya melalui permukaan selnya. Sisa-sisa makanan akan dibuang melalui lubang
pada ektoplasma. Proses ekskresi sporozoa dilakukan secara difusi.

Sporozoa tidak memiliki vakuola kontraktil. Sporozoa yang bersifat parasit akan
menyerap makanan (berupa cairan tubuh inangnya) melalui seluruh permukaan tubuhnya.
Salah stu spesies sporozoa: tachyzoites dapat bergerak dengan cara meluncur,
melenturkan, bergelombang, dan berputar, mereka tidak memiliki alat penggerak yang
terlihat seperti silia, flagela, atau pseudopodia. Fungsi konoid, rhoptries, mikropori, dan
mikronem tidak sepenuhnya diketahui tetapi mungkin terkait dengan penetrasi sel inang

17
dan penciptaan lingkungan intraseluler yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan parasit. Konoid dapat berputar, memiringkan, memperpanjang, dan
menarik kembali saat parasit menyelidiki plasmalemma sel inang segera sebelum
penetrasi. Rhoptri memiliki fungsi sekretori yang terkait dengan penetrasi sel inang,
mensekresi isinya melalui plasmalemma tepat di atas konoid ke luar. Mereka mengandung
enzim proteolitik. Mikropori adalah struktur mirip sitosom yang dibentuk oleh invaginasi
membran luar pelikel.5

Tachyzoites memasuki sel inang dengan aktif menembus melalui plasmalemma


sel inang atau dengan fagositosis. Setelah memasuki sel inang, tachyzoite menjadi bulat
telur dan dikelilingi oleh vakuola parasitoforous (PV), yang tampaknya berasal dari
parasit dan sel inang. Segera setelah penetrasi, jaringan membranous tubulovesikuler
(TMN) berkembang di dalam PV. Beberapa membran TMN terhubung ke membran
vakuolar parasitoforous. TMN tampaknya diturunkan dari ujung posterior tachyzoite.
Namun, tubulus berbelit-belit, secara struktural mirip dengan TMN, diamati pada ujung
tachyzoites oleh Nichols et al., dan kami juga telah mengamati struktur serupa pada
tachyzoites yang dibudidayakan secara in vivo.5

Parasit protozoa Toxoplasma gondii berada dalam vakuola nonfusogenik selama


replikasi intraseluler. Meskipun membran pembatas vakuola ini menyediakan penghalang
pelindung untuk pengasaman dan degradasi oleh hidrolase lisosom, ia juga secara fisik
memisahkan parasit dari sitosol inang. Dengan demikian, T. gondii memperoleh bahan
dari inang melalui saluran membran atau transporter. Kemampuan parasit untuk
menginternalisasi makromolekul melalui endositosis selama replikasi intraseluler belum
diuji.6

Di sini, kami menunjukkan bahwa Toxoplasma mencerna protein sitosol inang dan
mencernanya menggunakan cathepsin L dan protease lain dalam sistem
endolysosomalnya. Penelanan berkurang pada parasit mutan yang tidak memiliki jaringan
intravacuolar dari membran tubular, yang mengimplikasikan peralatan ini sebagai saluran
yang mungkin untuk diperdagangkan ke parasit. Ablasi genetik protein yang terlibat
dalam jalur dikaitkan dengan berkurangnya replikasi parasit dan atenuasi virulensi. Kami

5
Dubey, et.al,.1998. Structures of Toxoplasma gondii tachyzoites, bradyzoites, and sporozoites and biology and development of
tissue cysts.hal.266.
18
menunjukkan bahwa parasit galur tipe I yang ganas dan galur avirulen tipe II mencerna
dan mencerna protein yang diturunkan dari inang, menunjukkan bahwa jalur tersebut
tidak terbatas pada galur yang sangat ganas. Temuan ini memberikan bukti definitif
pertama bahwa T. gondii menginternalisasi protein dari inang selama tinggal intraseluler
dan menunjukkan bahwa pencernaan protein dalam sistem endolysosomal parasit
berkontribusi pada toksoplasmosis. Studi ini mengungkapkan bahwa T. gondii
menginternalisasi protein dari sitoplasma sel yang diinfeksinya dan mendegradasi protein
tersebut di dalam kompartemen pencernaan di dalam parasit. Gangguan protein yang
terlibat dalam jalur mengurangi replikasi parasit dan mengurangi keparahan penyakit.
Identifikasi jalur konsumsi parasit baru membuka peluang untuk mengganggu proses ini
dan meningkatkan hasil infeksi.6

2.6 Manfaat dan Kerugian Sporozoa

Sporozoa bersifat parasit baik pada hewan maupun manusia dan sebagian besar
menyebabkan penyakit. Oleh karena itu banyak ditemukan peranan yang merugikan
dibanding peranan menguntungkan dari Sporozoa.

Empat spesies Plasmodium menimbulkan bentuk-bentuk malaria pada manusia


sebagai berikut:

1) Plasmodium vivax
Nama penyakit : malaria vivaks/ malaria tersiana. Plasmodium vivax mengacu pada
parasit malaria patogen yang ditandai dengan perkembangan
gangguan pernapasan akut, anemia berat, malnutrisi, syok, koma,
gagal multi-organ, dan cedera ginjal. Parasit juga diketahui
menjadi penyebab utama anemia pada ibu, malaria kongenital,
berat badan lahir rendah, dan kemungkinan keguguran pada ibu
hamil.
Distribusi geografik : terdapat di daerah sub stropik, daerah dingin (Rusia). Di
Indonesia, spesies menyebar di seluruh kepulauan dan pada
umumnya daerah endemic mempunyai frekuensi tertinggi
diantara spesies lain.

6
Dou, et.al.2014. Toxoplasma gondii ingests and digests host cytosolic proteins.hal:4.
19
2) Plasmodium malariae
Nama penyakit : malaria malariae/ malaria kuartana karena serangan demam berulang
pada tiap hari keempat. Distribusi geografik : terdapat di daerah
tropic dan sub stropik, tetapi frekuensi cenderung rendah di
beberapa daerah.
Epidemiologi ; frekuensinya di suatu daerah di Indonesia sangat rendah

3) Plasmodium ovale
Nama penyakit : malaria ovale. Parasit memiliki dua subspesies berbeda yang dikenal
sebagai Plasmodium ovale wallikeri dan Plasmodium ovale curtisi.
Parasit ditularkan dari inang definitif nyamuk anopheles betina
melalui gigitan. Namun, parasit juga ditularkan dari satu manusia ke
manusia lain melalui transfusi dengan darah yang terinfeksi. Infeksi
Plasmodium ovale ditandai dengan perkembangan edema, mual,
demam, kelelahan abnormal, menggigil, diare, dan gejala mirip flu.
Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic Afrika Barat, Pasifik Barat dan di
beberapa bagian lan di dunia. Di Indonesia terdapat di Pulau
Owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan di Pulau Timor.
Epidemiologi : frekuensinya sangat rendah dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.

4) Plasmodium falciparum
Nama penyakit : malaria falsiparum. Reproduksi berlebihan merozoit dalam sel darah
merah menyebabkan perkembangan gejala dan penyakit yang
berhubungan dengan malaria seperti nyeri otot dan perut, kelelahan,
demam, keringat malam, muntah, mual, diare, sakit kepala, detak
jantung cepat, dan mental, serta kebingungan.
Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic terutama Afrika dan Asia Tenggara. Di
Indonesia menyebar di seluruh kepulauan.7

7
Bahan ajar. https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/BAB_VI_PROTOZOA.pdf .

20
Selain itu juga ditemukan kerugian lainnya, seperti :
1) Babesia bigemina merupakan spesies penyebab penyakit demam Texas.
2) Theileria parva merupakan spesies penyebab penyakit demam Pantai Timur (Afrika).
3) Toxoplasma gondii merupakan spesies Sporozoa penyebab penyakit Toksoplasmosis yang
menyebabkan meningitis, hepatitis dan infeksi janin. Organisme ini masuk ke dalam tubuh
manusia melalui makanan, misalnya daging yang tercemar kista toxoplasma dari kotoran
kucing atau burung. Infeksi Toxoplasma gondii membahayakan bagi ibu hamil karena dapat
mengakibatkan bayi yang lahir cacat mental, kebutaan, serta terjadinya pembengkakan hati.8

8
BiologiIJK. 2017. Sporozoa: Pengertian, Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh dan Peranan dalam Kehidupan.
https://www.biologijk.com/2017/10/pengertian-ciri-klasifikasi-reproduksi-contoh-dan-peranan-sporozoa.html.

21
BAB III

KESIMPULAN

Sporozoa merupakan protozoa yang tidak memiliki alat gerak sehingga protozoa dapat
mengubah kedudukan tubuhnya. Sporozoa diklasifikasikan menjadi 3 genus dengan sifat yang
berbeda yaitu sporozoa yang hidup didalam sel darah merah, sporozia yang hidup di dalam
intestinal dan sporozoa yang hidup di dalam sel endotel. Sprozoa dapat bereproduksi secara
aseksual yang terjadi di dalam tubuh manusia secara skizogoni dan sporogoni. Sedangkan umtuk
reproduksi seksual diambil dari sporozoa yang terdapat pada nyamuk Anopheles. Untuk
pencernaannya sporozoa menelean secara utuh mangsanya melalui permukaan sel dan untuk
proses ekskresi dilakukan secara difusi. Kebanyakan sporozoa bersifat parasit baik untuk hewan
maupun manusia sehingga mikroorganisme sporozoa lebih banyak menyebabkan penyakit
daripada menguntungkannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astini. 2018. Segmentasi Citra Parasit Malaria Plasmodium Vivax Dengan MenggunakanMetode

Haar Cascade. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika.

Astuti Dwi Setyo. 2017. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II. Inventarisasi

Protozoa Di Objek Wisata Umbul Cokro Tulung Klaten. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Azevedo, Carlos. dan Balseiro, Pablo.2006. Ultrastructural and moleculer characterization of

Haplosporidium montforti n. Sp., parasite of the European abalone Haliostis tuberculata.

Journal of invertebrata pathology.92.

Bahan ajar. https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/BAB_VI_PROTOZOA.pdf . Diakses pada 9

Maret 2021.

BiologiIJK. 2017. Sporozoa: Pengertian, Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh dan Peranan

dalam Kehidupan. https://www.biologijk.com/2017/10/pengertian-ciri-klasifikasi-

reproduksi-contoh-dan-peranan-sporozoa.html . Diakses pada 9 Maret 2021.

Dahliani Devi. 2016. Skripsi. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Bahan Ajar

Peta Konsep Bergambar Pada Konsep Protista. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Pasundan. Jawa Barat.

Dou, Z., McGovern, O. L., Di Cristina, M., dan Carruthers, V. B.2014. Toxoplasma gondii

ingests and digests host cytosolic proteins. mBio.5(4).

23
Dubey, J. P., Lindsay, D. S., dan Speer, C. A. 1998. Structures of Toxoplasma gondii tachyzoites,

bradyzoites, and sporozoites and biology and development of tissue cysts. Clinical

microbiology reviews.11(2): 267–299.

Fayer, Ronald. 2004. Sacrocystis spp. In Human Infections. Clinical Microbiology Riviews. Vol

17.(4).

He, Qiang. Luo, Jiang. et.al., 2020. Morphology and Transcriptome Analysis of Nosema

Bombycis Sporoplasm and Insight into the Initial Infection of Microsporidia. Molecular

Biology adn Physiology.5.

Koudela dan Kucerova. 2000. Immunity againts Isospora suis in nursing piglets. Parasitol Res..

No. 86.

Maria Pilar Gracia, Pedro andres maillo, Josep maria Amigo, dan Humbert

Salvado.1997.Ultrastructural Study of Sphaeromyxa balbianii, Thelohan 1892 (Myxozoa,

Myxosporea: Bivalvulida), a parasite of cepola mecrophthalma, Linnaeus 1758. Acta

Protozoologica.36 : 171-179.

Prof. Dr. Dr. M. El-Matbouli.2005.Construction and screening of an Expression cDNA Library

from the Triactinomyxon Spores of Myxobolus cerebralis, the causative agent of salmonid

Whirling Diseases. A Thesis Submitted for the doctor degree in veterinary Medicine

Faculty of Veterinary Medicine Ludwig-Maximilians-University Munich.

Robie, et, al. 2020. Protozoa Gastrointestinal: Helmintiasis dan Koksidiosis pada Kucing

Domestik.Jurnal MKH.97.(110).

Sari, dan Melda Yunita. 2020. Makalah Protozoa. Universitas Andalas.

24
Soedarto. 2017. Malaria. Jakarta : Sagung seto.

Yaman, Mustafa. Tosun, Onur. Aslan, dan Irfan. 2008. On the occurrence of a Gregarine Parasite

from Psylloides cupreus Koch 1803 (Coleoptera : Chrysomelidae) of Turkey. North

Western Journal of Zoology. 4 (1).

25

Anda mungkin juga menyukai