Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

Oleh :
Kelompok 3
Aja Lakmana (213020209016)
Evi Widya Sembiring (213020209024)
Diwy Tamara (213020209014)
Melda Andani (213020209019)
Rizka Isa Mulaini (213020209007)
Sonia Apriliony (213020209004)

Dosen Pengampu : Shanty Savitri, S.Si, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahma tdan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Morfologi Tumbuhan ini yang berjudul “Sporozoa”. Dalam proses penyusunan
makalah ini pasti ada hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung dan tidak langsung akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Untuk dukungan yang telah diberikan, kami mengucapakan terimakasih.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami
sendiri dan juga teman-teman Mahasiswa Universitas Palangka Raya. Khususnya
Mahasiswa Pendidikan Biologi. Kami menyadari bahwa dalam penyususnan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritikan yang membangun agar makalah ini jauh lebih baik.

Palangka Raya, 14 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
2.1 Pengertian Sporozoa......................................................................
2.2 Ciri – ciri Sporozoa......................................................................
2.3 Klasifikasi Sporozoa.....................................................................
2.4 Morfologi Sporozoa.......................................................................
2.5 Struktur Tubuh Sporozoa............................................................
2.6 Warna Sporozoa...........................................................................
2.7 Habitat Sporozoa..........................................................................
2.8 Fisiologi Sporozoa.........................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................


3.1 Kesimpulan..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista uniseluler
atau bersel satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat membentuk
sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia. Siklus hidup
sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari satu inang.
Dalam siklus hidupnya, sporozoa membentuk spora dalam tubuh inang. Selain itu,
pada siklus hidup juga terjadi sporulasi, yaitu pembelahan setiap inti sel secara berulang –
ulang sehingga dihasilkan banyak inti yang masing – masing dikelilingi oleh sitoplasma dan
terbentuklah individu baru.
Pergerakannya dilakukan dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya.
Tubuh berbentuk bulat panjang atau lonjong. Pada umumnya bersifat farasit dan
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Respirasi dan ekskresi
dilakukan dengan cara difusi. Makanan diperoleh dengan cara menyerap zat makanan
dari hospesnya. Reproduksi dapat secara vegetative dan generative. Beberapa contoh
spesies dari Sporozoa yaitu Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale
danToxoplasma gondii.
Vektor dari Plasmodium penyebab penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles
betina. Plasmodium hidup sebagai parasit pada sel-sel darah merah manusia atau
vertebrata lainnya. selama hidupnya, Palsmodium tersebut mengalami dua fase, yakni
fase sporogoni dan fase skizogoni. Fase sporogoni terjadi didalam tubuh nyamuk
Anopheles betina, sedangkan fase skizogoni berlangsung didalam tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sporozoa ?
2. Apa saja ciri- ciri sporozoa ?
3. Apa saja klasifikasi sporozoa ?
4. Bagaimana morfologi sporozoa ?
5. Bagaimana struktur anatomi sporozoa ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sporozoa
2. Mengetahui apa saja ciri- ciri sporozoa
3. Mengetahui apa saja klasifikasi sporozoa
4. Mengetahui bagaimana morfologi sporozoa
5. Mengetahui bagaimana struktur anatomi sporozoa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sporozoa


Istilah Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu spora yang berarti “benih”
dan zoa yang berarti “hewan”. Sporozoa merupakan satu-satunya anggota protozoa yang
tidak memiliki alat gerak dan bergerak dengan cara meluncurkan tubuhnya dalam medium
tempat hidupnya. Sesuai dengan namanya, Sporozoa memiliki ciri khas yaitu dapat
membentuk spora dalam salah satu tahapan siklus hidupnya.
Terdapat 4.000 jenis Sporozoa yang sebagian besar hidup sebagai parasit pada hewan
dan juga manusia. Tubuh Sporozoa berbentuk bulat atau oval, memiliki nukleus tetapi tidak
memiliki vakuola kontraktil. Bentuk dewasanya tidak mempunyai alat untuk bergerak.
Banyak Sporozoa yang mempunyai daur hidup yang rumit, pada fase tertentu hidup pada
suatu inang dan pada fase yang lain hidup pada inang yang berbeda.
Dalam daur hidupnya, Sporozoa menunjukkan adanya pergiliran keturunan antara
fase vegetatif dan generatif. Sporozoa yang belum dewasa disebutsporosit yang mudah
berpindah-pindah mengikuti aliran darah. Semua Sporozoa membentuk spora berdinding
tebal ketika berada pada tahap zigot. Spora ini merupakan struktur yang tetap yang
penyebarannya melalui makanan, air, atau gigitan serangga.
Meskipun Sporozoa tidak memiliki alat gerak, namun ia mengandung organel
kompleks yang membantunya menempel dan menyerang inang. Banyak anggotanya yang
memiliki siklus hidup yang kompleks. Oleh karena itu, kelas Sporozoa disebut juga dengan
Apicomplexa. Salah satu contoh Sporozoa yang terkenal adalah penyebab penyakit malaria,
yaitu Plamodium.

2.2 Ciri- ciri Protozoa


Sporozoa atau Apicomplexa memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang
membedakannya dengan ketiga jenis protozoa lainnya.
■ Tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga Sporozoa bergerak dengan cara meluncur atau
mengubah-ubah posisi tubuhnya.
■ Merupakan organisme bersel tunggal (uniseluler).
■ Kebanyakan bersifat parasit, baik pada hewan maupun manusia.
■ Dapat membentuk spora pada suatu saat dalam daur hidupnya.
■ Mempunyai spora berbentuk lonjong.
■ Ukuran spora sekitar 8 – 11 mikron pada dinding kitin.
■ Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan dengan bentuk seperti labu,
berukuran sama, terletak pada  sudut sumbu longitudinal dengan ujung posterior.
■ Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior.
■ Dinding katub tidak jelas.
■ Daur hidup Sporozoa menunjukkan pergiliran generasi/keturunan antara bentuk seksual
(fase generatif) dan aseksual (fase vegetatif).
■ Tubuh berbentuk bulat atau oval.
■ Memiliki nukleus (inti sel) tetapi tidak memiliki vakuola kontraktil.
■ Memiliki organel-organel kompleks khusus pada salah satu ujung sel (apeks) yang
berfungsi untuk menembus sel dan jaringan tubuh inang.
■ Proses penyerapan makanan, pernafasan (respirasi) dan pengeluaran (ekskresi) terjadi
secara langsung melalui permukaan tubuh.
■ Sebagian besar spesies Sporozoa menyebabkan penyakit pada hospes (inang) yang
ditumpanginya.

2.3 Klasifikasi Sprozoa


Kelas sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu dengan
genus yang lain, perbedaan itu antara lain:
■ Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor biologis, sifat
ini terdapat pada Genus Plasmodium.
■ Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor biologis, sifat
ini terdapat pada Genus Isospora dan Genus Eimerie.
■ Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mononukleus, cairan tubuh, sel jaringan
tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang terdapat pada
genus toxoplasma. 
Parasit yang termasuk dalam kelas sporozoa berkembangbiak secara aseksual
(skizogoni) dan seksual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembang biak ini dapat
berlangsung dalam satu hospes, seperti yang terjadi pada subkelas Coccidia. Sedangkan yang
berlangsung dalam dua hospes yang berbeda terdapat pada sub kelas haemosporidia
(plasmodium). Kelas sporozoa tersebut dapat diklasifikasikan sebagaimana diperlihatkan
pada diagram berikut.

2.4 Morfologi Sprozoa


Sama halnya dengan spesies lain, sporozoa juga memiliki beberapa morfologi.
Adapun morfologi dari sporozoa antara lain sebagai berikut :
 Tubuh sporozoa tidak mempunyai alat untuk gerak secara khusus, oleh karena itu
sporozoa bergerak dengan cara melakukan perubahan – perubahan kedudukan pada
tubuhnya.

 Sporozoa mempunyai spora yang bentuknya lonjong.


 Sporozoa memiliki ukuran spora kurang lebih sebesar 8 hingga 11 mikron yang mana
spora tersebut berada pada dinding kitin.
 Sporozoa memiliki dinding katub yang tidak jelas.
 Terdapat dua kapsul pada sporozoa yang bersifat polar yang berada di anterior yang
tersusun berpasangan dengan bentuk labu, memiliki ukuran yang sama, dan terletak di
sebuah sudut sumbu longitudinal dan ujung posterior.
 Anterior yang ada pada bagian depan dan di ujung memiliki lebar yang sama dengan
bagian posterior.

2. 5 Struktur Anatomi Protozoa


Sporozoa bertubuh bulat dan memanjang serta memiliki rentang ukuran yang cukup
kecil hanya beberapa mikron. Namun, di dalam usus hewan dan juga manusia tubuhnya dapat
memanjang hingga mencapai 10 mm.
Ketika tubuh dari sekumpulan tropozoid memanjang dan juga pada bagian anteriornya
seringkali didapati pengikat atau sebuah filamen yang sederhana yang digunakan sebagai
pelekat diri dengan tubuh inangnya.
Sporozoa memiliki struktur tubuh sebagai berikut :
 Sistem Pencernaan
Dalam mendapatkan kebutuhan makanannya, sporozoa biasanya mengumpulkan
makanan dengan cara menyerap zat maupun sari – sari makanan yang berasal dari tubuh
hopesnya.
 Sistem Respirasi dan Sistem Ekskresi
Sporozoa memiliki sistem respirasi dan sistem ekskresi yang unik. Biasanya sporozoa
melakukan difusi untuk respirasi maupun ekskresinya.
 Sistem Reproduksi sporozoa
Cara perkembangbiakan pada Sporozoa (ex. Plasmodium) pertama kali ditemukan oleh
Ronald Ross dan Grassi. Reproduksi pada Sporozoa ini dapat terjadi melalui dua cara, yaitu:
■ Reproduksi aseksual (vegetatif) yang terjadi di dalam tubuh manusia
secara skizogoni (pembelahan diri dalam tubuh inang tetap) dan pada tubuh nyamuk
Anopheles betina secara sporogoni (pembentukan spora pada inang sementara).
■ Reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan makrogamet dan mikrogamet di
dalam tubuh nyamuk Anopheles.

2. 6 Warna Sporozoa
Sporozoa tidak berwarna

2.7 Habitat Sporozoa


Habitat sporozoa adalah pada tanah yang lembab. Ada juga yang hidup di tubuh
manusia atau makhluk hidup melalui perantara nyamuk Anopheles betina, yaitu
Plasmodium.

2.8 Klasifikasi Sporozoa


1. Genus Plasmodium
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh
genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam
siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh
spesies menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung,
reptilia dan hewan pengerat. Plasmodium

dibagi menjadi 4 bagian. Ciri-ciri dari plasmodium itu sendiri yaitu :


1. Tidak memiliki alat gerak
2. Tidak mampu hidup bebas di lingkungan
3. Hanya bisa hidup di dalam tubuh inangnya
4. Fase reproduksi seksual terjadi di dalam tubuh manusia, fase reproduksi
aseksual di tubuh nyamuk Anopheles betina
5. Pada fase merozoit menyerang sel darah manusia
6. Menyebabkan penyakit malaria
Plasmodium dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Plasmodium vivax
Plasmodium vivax adalah protozoa parasit dan patogen manusia. P. vivax
adalah salah satu dari empat spesies parasit malaria yang umumnya menyerang
manusia. P. vivax dibawa oleh nyamuk Anopheles betina. Plasmodium ini
tersebar di daerah tropis dan sub-tropis seluruh dunia. Hidup pada sel darah
merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam. Menyebabkan penyakit tertian yang
ringan dimana demam terjadi setiap tiga hari. Parasit ini bisa dorman di hati
manusia “hipnozoid” dan dapat kambuh setelah beberapa bulan bahkan tahun.

2. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale banyak ditemukan di Afrika terutama Afrika Barat dan
pulau pulau di Pasifik Barat, morfologi mirip Plasmodium vivax. Menyebabkan
malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale, dapat dorman dihati manusia.

3. Plasmodium malariae
Plasmodium malariae memiliki ciri khas, yakni deposit kompleks imun di
ginjal yang bisa menyebabkannefritis. Manifestasi berat pada Plasmodium
knowlesi berupa hipotensi, distres pernapasan, gagal ginjal akut,
hiperbilirubinemia, dan syok. Koma tidak selalu terjadi pada infeksi Plasmodium
knowlesi. Siklus hidup Plasmodium ditemukan oleh Ronald Ross dan Grassi.
Reproduksi secara aseksual terjadi di dalam tubuh
manusia secara skizogoni (pembelahan diri dalam tubuh inang tetap) dan
pada tubuh nyamuk Anopheles betina secara sporogoni (pembentukan spora pada
inang sementara). Sedangkan reproduksi secara seksual terjadi melalui peleburan
gamet.

Gambar siklus hidup Plasmodium malariae

Ketika nyamuk Anopheles betina menggigit manusia, maka air liur


nyamuk tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia. Dalam air liur tersebut
terkandung zat anti pembekuan darah dan sel-sel Plasmodium yang disebut
sporozoit. Sporozoit selanjutnya akan ikut dalam aliran darah menuju ke sel
hati. Dalam sel hati, sporozoit melakukan pembelahan berkalikali membentuk
merozoit. Merozoit selanjutnya akan menginfeksi sel darah merah hingga
rusak dan pecah. Merozoit-merozoit tersebut sebagian akan menginfeksi sel
darah merah lainnya, dan sebagian lagi akan membentuk gametosit.
Ketika berada dalam dinding usus nyamuk Anopheles betina, gametosit akan
menghasilkan gamet jantan (makrogametosit) dan gametosit betina
(mikrogametosit). Jadi, gametosit akan masuk kembali ke dalam tubuh nyamuk
ketika nyamuk tersebut menghisap darah manusia yang telah terinfeksi. Setelah
terjadi pembuahan, maka terbentuklah zigot yang selanjutnya tumbuh menjadi
oosit, dan oosit akan tumbuh membentuk sporozoit kembali.
4. Plasmodium falciparum
Plasmodium falsiparum merupakan jenis yang paling berbahaya karena siklus
perkembangan yang cepat merusak sel darah merah dan dapat menyumbat aliran
darah sehingga dapat mengakibatkan anemia dan cerebral. Malaria ini dapat
berkembang dengan baik di daerah tropis dan sub tropis, dan mendominasi di
beberapa negara seperti Afrika dan Indonesia
2. Genus Isosporadan
Isospora adalah genus parasit yang diklasifikasikan di bawah Coccidia.
Isospora dapat menyebabkan penyakit isosporiasis

3. Genus Eimire
Eimeria adalah genus parasit aplicomplexa yang termasuk berbagai spesies
yang menyebapkan penyakit koksidiosis pada unggas. Nama genus ini diambil dari
ahli zoologi Jerman Theodor Eimer. Ookista Eimeria steidai pertama kali dilihat oleh
Antoni van Leeuwenhoek di dalam empedu kelinci pada tahun 1674.

Siklus hidup Eimeria spp. terdiri atas 2 stadium yaitu aseksual dan seksual.
Stadium aseksual terdiri atas sporogoni dan skizogoni, sedangkan stadium seksual
yaitu gametogoni. Ookista yang belum bersporulasi dikeluarkan bersama feses jika
kondisi oksigen sesuai, kelembaban tinggi dan suhu optimal sekitar 27 C nukleus
membelah diri berubah menjadi bulat untuk membentuk sporoblas. Sporoblas akan
mensekresikan bahan pembentuk dinding menjadi sporokista. Ookista matang terdiri
dari 4 sporokista dan masing-masing sporokista berisi 2 sporozoit, selanjutnya
menjadi ookista bersporulasi yang merupakan stadium infektif dari Eimena spp
(Levine 1985; Cox 1993).
Ookista bersporulasi tertelan oleh sapi dan sporozoit akan keluar dari
sporokista. Sporozoit akan menembus sel epitel saluran pencernaan menjadi tropozoit.
Tropozoit matang menjadi skizon melalui proses skizogoni. Skizon yang telah matang
akan pecah dan merozoit akan terlepas kemudian masuk ke dalam sel-sel epitel usus
yang baru untuk membentuk generasi kedua dari skizon. Tahapan ini dapat berulang
dua atau tiga kali. Merozoit yang dihasilkan akan berkembang menjadi salah satu
gamet jantan dan gamet betina. Nukleus dari mikrogamet (gametosit jantan) membagi
diri menjadi banyak dan memproduksi mikrogamet yang memiliki flagela.
Mikrogamet yang memiliki flagela kemudian akan menuju ke makrogamet (gametosit
betina) untuk menghasilkan zigot. Zigot mengelilingi dirinya sendiri dengan sebuah
dinding, kesatuan zigot dan dinding yang mengelilinginya disebut ookista. Ookista
kemudian dikeluarkan bersama feses dalam bentuk belum bersporulasi (Levine 1985;
Cox 1993).

2.9 Fisiologi Protozoa


Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat
hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan
ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk
metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan
atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa
organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul
kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat
berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui
saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang
berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel,
selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma.
Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat
amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian
membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh
vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami
pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk
mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan
didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan
dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok
Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat
digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam
vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang
terletak disamping sitosom
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista
uniseluler atau bersel satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat
membentuk sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan
manusia. Siklus hidup sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari satu
inang.
Sporozoa atau Apicomplexa memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang
membedakannya dengan ketiga jenis protozoa lainnya.
■ Tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga Sporozoa bergerak dengan cara
meluncur atau mengubah-ubah posisi tubuhnya.
■ Merupakan organisme bersel tunggal (uniseluler).
■ Kebanyakan bersifat parasit, baik pada hewan maupun manusia.
■ Dapat membentuk spora pada suatu saat dalam daur hidupnya.
■ Mempunyai spora berbentuk lonjong.
■ Ukuran spora sekitar 8 – 11 mikron pada dinding kitin.
■ Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan dengan bentuk seperti
labu, berukuran sama, terletak pada  sudut sumbu longitudinal dengan ujung
posterior.
■ Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior.
■ Dinding katub tidak jelas.
■ Daur hidup Sporozoa menunjukkan pergiliran generasi/keturunan antara bentuk
seksual (fase generatif) dan aseksual (fase vegetatif).
■ Tubuh berbentuk bulat atau oval.
■ Memiliki nukleus (inti sel) tetapi tidak memiliki vakuola kontraktil.
■ Memiliki organel-organel kompleks khusus pada salah satu ujung sel (apeks)
yang berfungsi untuk menembus sel dan jaringan tubuh inang.
■ Proses penyerapan makanan, pernafasan (respirasi) dan pengeluaran (ekskresi)
terjadi secara langsung melalui permukaan tubuh.
■ Sebagian besar spesies Sporozoa menyebabkan penyakit pada hospes (inang)
yang ditumpanginya.
Kelas sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu
dengan genus yang lain, perbedaan itu antara lain:
■ Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor
biologis, sifat ini terdapat pada Genus Plasmodium.
■ Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor
biologis, sifat ini terdapat pada Genus Isospora dan Genus Eimerie.
■ Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mononukleus, cairan tubuh, sel
jaringan tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang terdapat
pada genus toxoplasma. 
DAFTAR PUSTAKA

Wiser, Mark F. "Biochemistry of Plasmodium". The Wiser Page. Retrieved 2018-03-


22.

Nishitani, Goh; Nagai, Satoshi; Baba, Katsuhisa; Kiyokawa, Susumu; Kosaka, Yuki;
Miyamura, Kazuyoshi; Nishikawa, Tetsuya; Sakurada, Kiyonari; Shinada, Akiyoshi
(May 2010). "High-Level Congruence of Myrionecta rubra Prey and Dinophysis
Species Plastid Identities as Revealed by Genetic Analyses of Isolates from Japanese
Coastal Waters". Applied and Environmental Microbiology. 76 (9): 2791–2798.
doi:10.1128/AEM.02566-09. PMC 2863437. PMID 20305031

Bartel, Rebecca; Oberhauser, Karen; De Roode, Jacob; Atizer, Sonya (February


2011). "Monarch butterfly migration and parasite transmission in eastern North
America". Ecology. 92 (2): 342–351. doi:10.1890/10-0489.1. PMC 7163749. PMID
21618914

Anda mungkin juga menyukai