Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH PARASITOLOGI II

“KELAS SPOROZOA SUBKELAS COCCIDIA”

Disusun oleh:

Adetia Prayoga (51121002)


Cut Nur’azimah Putri R (51121007)
Musaddad Holil (51121015)
Pegy Pirma Anggini (51121018
Rezi Febriansyah (51121020)

Dosen Pengampu :

Indah Sari, S. Si. T., M. Si

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS FAKULTAS SAINS &
TEKNOLOGI IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, guna
memenuhi tugas Parasitologi II. Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen
pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi para pembaca, kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan atau kekeliruan yang ada.

Palembang, April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 2
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 2
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………... 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………… 4
2.1 Subkelas Coccidia ……………………………………………………. 4
2.2 Morfologi dan Lingkungan Hidup …………………………………… 6
2.3 Klasifikasi Sporozoa Subkelas Coccidia …………………………….. 7
2.4 Siklus Hidup dan Reproduksi Sporozoa Subkelas Coccidia ……….. 14
BAB III PENUTUP…………………………………………………………… 18
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 18
3.2 Saran …………………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 19
LAMPIRAN …………………………………………………………………... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang organisme (jasad hidup),
yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain dapat bersifat
sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau
seluruh fasilitas hidupnya organisme lain tersebut. Hingga organisme lain tersebut
dirugikan.Organisme atau makhluk hidup yang menumpang disebut dengan
parasite. Organismeatau makhluk hidup yang di tumpangi biasanya lebih besar
daripada parasite disebut host atau hospes, yang memberi makanan dan
perlindungan fisik kepada parasite (Pratama, Yoga. 2016)
Parasit yang termasuk sporozoa berkembangbiak secar Parasit yang
termasuk sporozoa berkembangbiak secara seksual (skizogoni) dan aseksual
seksual (skizogoni) dan aseksual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara
berkemban (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembangbiak ini dapat
berlangsung dalam satu hospes: ha ini dapat berlangsung dalam satu hospes hal ini
ditemukan pada coccida. Pada haemosporidia ( plasmodium) diperlukan dua
hospes yang berlainan jenis. Parasite hidup di luar maupun di dalam sel
bermacam-macam organ vertebrata dan invertebrata. Spesies sporozoa yang dapat
menghinggapi manusia spesies sporozoa yang dapat menghinggapi manusia
termasuk coccdia genus eimeria imeria, genus Isopora, dan genus Toxoplasma
haemosporidia genus Plasmodium.
Berdasarkan habitatnya coccidia yang menginfeksi manusia adalah coccidia
intestinal yang terdiri dari dua spesies Elimeria (Elimeria clupearum dan E.
sardinae), dua spesies isospropa ( Isospropa hominis dan I. belli). Coccidia
Jaringan yang terdiri dari Toxoplasma gondii yang berhabitat pada semua sel yang
berinti dan Sarcocystis lindemanni, yang berhabitat pada otot.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kelas sporozoa subkelas coccidia?
2. Bagaimana morfologi sporozoa subkelas coccidia?

2
3. Bagaimana klasifikasi sporozoa subkelas coccidia?
4. Bagaimana siklus hidup dan reproduksi sporozoa subkelas coccidia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kelas sporozoa subkelas coccidia
2. Untuk mengetahui morfologi sporozoa subkelas coccidia
3. Untuk mengetahui klasifikasi sporozoa subkelas coccidia
4. Untuk mengetahui siklus hidup dan reproduksi sporozoa subkelas coccidia

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Subkelas Coccidia
Coccidia merupakan protozoa pembentuk sporon yang termasuk ke dalam
filum Apicomplexa dan kelas Conoidasida. Parasit ini hidup pada berbagai
mamalia, burung, ikan, termasuk manusia. Penyakit yang disebabkannya disebut
Coccidiosis. Secara histopatologi, dapat dilihat vili usus mengalami penumpulan.
Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada penyerapan, sehingga dapat

mengakibatkan diare hebat. (Robbie, 2020)

Coccidia terdiri dari genus Eimeria, Isospora, Toxoplasma,


Cryptosporadium dan Sarcocycstis. Pada pemeriksaan tinja ditemukan bentuk
kista yang dikenal sebagai ookista. Ookista berisi satu, dua, empat atau banyak
sporokista (atau tanpa sporokista sama sekali) tergantung dari genusnya dan setiap

sporokista berisi satu atau lebih sporozoit, juga tergantung dari genusnya.

(Robbie, 2020).
Coccidia dapat menyebabkan berbagai penyakit pada hewan tergantung
genusnya, misalnya pada kucing dapat menyebabkan diare yang jika dibiarkan
dapat menyebabkan kematian, begitu pula dengan hewan liar lainnya. Berbeda
dengan Sarcocystis spp. merupakan protozoa yang menyerang kucing lokal
maupun ras. Identifikasi tentatif pada Sarcocysts spp. dilakukan pada jaringan
otot. Sarcocysts spp. yang menempel pada otot mencapai 1 cm. Tanah merupakan
komponen yang terbentuk secara alamiah sebagai media pertumbuhan mahluk
hidup, dari jenis tanaman hingga mikroba dan protozoa- protozoa lainya . Tanah
disekitar tempat pembuangan sampah bisa menjadi sebagai tempat atau media

tumbuhnya parasit seperti protozoa (Ekawasti, 2019)

Parasit ini terdapat hampir diseluruh dunia tetapi lebih banyak di daerah
beriklim panas. Coccidia digolongkan berdasarkan bentuk ookista, jumlah
sporoblas di dalam kista, dan jumlah sporozoit didalam sporoblas. Ookista
mempunyai dinding didalam sitoplasmanya dan terdapat satu inti. Inti ookista ini
akan membelah dan membentuk sporoblas. Selanjutnya sporoblas membentuk

4
dinding dan menjadi sporokista didalam sporokista ini dibentuk sporozoit. Pada
genus eimeria, setiap ookista matang berisi empat sporokista yang mengandung
dua sporozoit. Pada genus Isopropa, setiap ookista matang berisi dua sporokista
yang mengandung empat sporozoit. (Abdisa, 2019)
Coccidia intestinal hidup didalan epitel usus kecil. Di dalam sel ini,
dihasilkan ookista, dan proses pembenukannya disebut sporogoni. Ookista yang
berisi sporokista ditemukan didalam feses. Apabila sporokista matang tertelan
oleh hospes, dinding kista akan pecah di rongga usus kecil keluarlah sporozoit
yang kecil dan berbentuk lonjong. Sporozoit ini akan masuk ke epitel usus kecil
dan membentuk trofozoit. Trofozoit ini akan membesar dan mengisi hampir
seluruh sel kemudian intinya akan membelah menjadi banyak (skizon) diikuti oleh
pembagian protoplasma hingga terbentuk merozoit. (El-Ghany, 2020)
Apabila skizon matang pecah, merozoit akan memasuki hospes lain, tumbuh
menjadi trofozoit, dan Mulai lagi dengan skizogoni hingga beberapa kali. Sebagai
merozoit, setelah menjadi trofozoit memulai proses sporogoni . Pada proses ini
dibentuk gametosit dalam sel epitel usus kecil. Sebagian trofozoit membentuk
makrogametosis dan sebagian membentuk mikrogametosis. Satu makrogametosis
berkembang menjadi satu makrogamet sedangkan satu mikrogametosis
berkembang menjadi beberapa mikrogamet. Setelah makrogamet dibuahi
mikrogamet, terbentuk zigot yang kemudia setelah pembentukan dinding yang
disebut ookista. Di dalam ookista, dibentuk sporoblas yang pada perkembangan
selanjutnya menjadi sporokista. Di dalam sporokista dibentuk sporozoit.
Dalam beberapa dekade terakhir dikemukakan penemuan Dalam beberapa
dekade terakhir dikemukakan penemuan baru, sehinnga beberapa coccidian baru,
sehinnga beberapa coccidian menjadi jelas sebagai patogen pada manusia.
Penemua menjadi jelas sebagai patogen pada manusia. Penemuan pertama pada
tahun 1970 menjelaskan n pertama pada tahun 1970 menjelaskan taksonomi
parasit yang sudah dikenal sebagai patoge taksonomi parasit yang sudah dikenal
sebagai patogen pada manusia selama setengah abad, yaitu n pada manusia selama
setengah abad, yaitu Toxoplasma gondii Toxoplasma gondii adalah Coccidia dan

5
kucing adalah hospes definitifnya. Penemuan lain pada tahun 1980 adalah parasit
yang menyebabkan penyakit tahun 1980 adalah parasit yang menyebabkan
penyakit pada hewan peliharaan yaitu pada hewan peliharaan yaitu
Cryptosporidium, juga patogen pada manusia dan menyebabkan infeksi , juga
patogen pada manusia dan menyebabkan infeksi oportunistik disertai diare
oportunistik disertai diare pada penderita AIDS.

2.2 Morfologi dan Lingkaran Hidup


Coccidia digolongkan berdasarkan bentuk ookista yang khas da
digolongkan berdasarkan bentuk ookista yang khas dan ukuran besarnya yang n
ukuran besarnya yang bervariasi, bentuk dan jumlah sporoblas serta sporo
bervariasi, bentuk dan jumlah sporoblas serta sporozoit yang berbeda. zoit yang
berbeda. Ookista mempunyai dinding, sitoplasmanya terdapat s Ookista
mempunyai dinding, sitoplasmanya terdapat satu inti. Inti ookista membelah dan
atu inti. Inti ookista membelah dan membentuk sporoblas. Pada perkembangan
selanjutnya membentuk sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya sporoblas
membentuk dinding dan sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.
Di dalam sporokista dibentuk sp menjadi sporokista. Di dalam sporokista
dibentuk sporozoit. orozoit. Coccidia hidup dalam sel epitel usus, disini terjadi
siklus hidup dalam sel epitel usus, disini terjadi siklus aseksual yaitu skizogoni.
Ookista aseksual yaitu skizogoni. Ookista yang berisi sporokista ditemukan dalam
tinja. Bila yang berisi sporokista ditemukan dalam tinja. Bila sporokista matang
tertelan oleh hospes, sporokista matang tertelan oleh hospes, dirongga usu halus
dindingnya akan pecah dan keluar dirongga usu halus dindingnya akan pecah dan
keluarlah sporozoit. Sporozoit akan masuk ke sel lah sporozoit. Sporozoit akan
masuk ke sel epitel usus halus dan menjadi trofozoit, trofozoit epitel usus halus
dan menjadi trofozoit, trofozoit akan membesar kemudian intinya membelah akan
membesar kemudian intinya membelah menjadi banyak sehingga terbentuk
merozoit. Bila sk menjadi banyak sehingga terbentuk merozoit. Bila skizon
matang pecah, merozoit memasuki sel izon matang pecah, merozoit memasuki sel

6
hospes lain, tumbuh menjadi trofozoit dan mulai lag hospes lain, tumbuh menjadi
trofozoit dan mulai lagi dengan skizogoni sampai beberapa kali. i dengan
skizogoni sampai beberapa kali. Sebagian merozoit setelah menjadi trofozoit
membent Sebagian merozoit setelah menjadi trofozoit membentuk
makrogametosit dan sebagian uk makrogametosit dan sebagian membentuk
mikrogametosit. Setelah makrogamet dibuah membentuk mikrogametosit. Setelah
makrogamet dibuahi mikrogamet akan terbentuk zigot yang i mikrogamet akan
terbentuk zigot yang disebut ookista .di dalam ookista dibentuk sporobla disebut
ookista .di dalam ookista dibentuk sporoblas, yang pada perkembangan
selanjutnya s, yang pada perkembangan selanjutnya menjadi sporokista. Didalam
sporokista dibentuk spo menjadi sporokista. Didalam sporokista dibentuk
sporozoit. rozoit. Pada genus Isospora, ookista matang berisi 2 sporokista yang
masing-ma , ookista matang berisi 2 sporokista yang masing-masing mengandung
sing mengandung 4 trofozoit. Pada genus Eimeria, ookista matang berisi
$sporokista yang masing-masin ookista matang berisi $sporokista yang masing-
masingg mengandung 2 sporosoit. (Abdisa, 2019)

2.3 Klasifikasi Sporozoa Subkelas Coccidia


Subkelas coccidia dibagi menjadi 2 Coccidia intestinal dan Coccidia
Jaringan
A. Coccidia Intestinal (Eimeria)
Infeksi oleh parasit ini telah dilaporkan diberbagai dunia pada banyak
spesies vertebrata yang meliputi mamalia, burung, reptilia, dan ikan.
Kebanyakan coccidia demikian juga Eimeria merupakan parasit yang sangat
spesifik hospes dan hanya menginfeksi spesies hospes tunggal (oioxenous).
Meskipun demikian beberapa spesies pada burung dan reptilia dapat
menginfeksi hospes-hospes yang berkerabat (stenoxenous) dan beberapa
spesies pada ikan dapat menginfeksi hospes-hospes yang tidak berkerabat
(euryxenous). (El-Ghany, 2020)

7
Dua belas spesies eimeria spp. telah ditemukan pada sapi, 11 spesies
dari kambing dan tujuh dari ayam. Kebanyakan spesies itu tidak patogen
dan hanya menyebabkan penyakit ringan atau tanpa gejala. Gejala klinis
biasanya tidak muncul hingga terjadi akumulasi kerusakan jaringan oleh
skizogoni generasi kedua atau ketiga.
Hospes parasit ini adalah binatang. Misalnya Eimeria clupearum
hidup dalam hati ikan haring dan Eimeria sardinae dalam ikan sardin. Pada
manusia kedua parasit ini dalam ikan sardin. Pada manusia kedua parasit ini
hanya sebagai passant. Banyak spesies Eimeria Eimeria lain yang patogen
bagi binatang peliharaan seperti lain yang patogen bagi binatang peliharaan
seperti ayam, burung, ayam, burung, kambing, sapi, dan babi. E.perforans

terdapat dalam epitel usus kelinci. (Abdisa, 2019)

Gambar 2.1 Siklus Hidup Coccidia Pada Isospora Belli

Hospes Isospora kebanyakan pada burung, pada Isospora belli adalah


manusia.Penyakitnya disebut isosporiasis. Hospes Isospora kebanyakan
pada burung, pada Isospora belli adalah manusia. Penyakitnya disebut
isosporiasis. Parasit ini mempunyai penyebaran luas, walaupun jar Parasit
ini mempunyai penyebaran luas, walaupun jarang ditemukan. Daerah
8
endemic ang ditemukan. Daerah endemic ditemukan di Afrika Selatan,
Amerika Selatan, RRC, ditemukan di Afrika Selatan, Amerika Selatan,
RRC, India, Jepang, Filipina, Indonesia dan India, Jepang, Filipina,
Indonesia dan pulau-pulau di Pasifik Selatan.

Ookista I.belli berukuran 25-33 mikron. Dindingnya berlapis dua, ra


berukuran 25-33 mikron. Dindingnya berlapis dua, rata dan tidak berwarna,
ta dan tidak berwarna, sitoplasma bergranula dan mempunyai satu inti. Pada
sitoplasma bergranula dan mempunyai satu inti. Pada tinja segar ookista
tinja segar ookista I.belli terdapat dalam semua stadium. Ookista matang
dalam waktu 1-5 hari. semua stadium. Ookista matang dalam waktu 1-5
hari. Sporokista menghasilkan 4 sporozoit Sporokista menghasilkan 4
sporozoit yang bentuknya memanjang dan mempunyai satu inti. Sporozoit
masuk ke sel usus dan berkembang biak sec Sporozoit masuk ke sel usus
dan berkembang biak secara endodiogeni membentuk 2 ara endodiogeni
membentuk 2 merozoit sel anak. Pembelahan aseksual dapat terjad merozoit
sel anak. Pembelahan aseksual dapat terjadi berulang-ulang. Parasit hidup di
vili usus i berulang-ulang. Parasit hidup di vili usus halus dan jarang pada
usus besar.
Masa inkubasi kurang dari 1 minggu. Infeksi biasany Masa inkubasi
kurang dari 1 minggu. Infeksi biasanya berlangsung tanpa gejala atau a
berlangsung tanpa gejala atau dengan gejala usus ringan. Infeksi berat dapat
meni dengan gejala usus ringan. Infeksi berat dapat menimbulkan diare.
mbulkan diare. Infeksi I.belli dapat menyebabkan penyakit yang ser Infeksi
I.belli dapat menyebabkan penyakit yang serius dan fatal. Gejala dapat
berupa ius dan fatal. Gejala dapat berupa diare, steatore, sakit kepala,
demam, malaise, nyer diare, steatore, sakit kepala, demam, malaise, nyeri
abdomen, muntah, dehidrasi dan berat badan i abdomen, muntah, dehidrasi
dan berat badan menurun.

Diagnosis dibuat dengan menemukan ookista dalam tin Diagnosis dibuat


dengan menemukan ookista dalam tinja. Metode flotasi lebih baik untuk ja.
Metode flotasi lebih baik untuk sediaan tinja langsung dan metode kosentrasi
sedime sediaan tinja langsung dan metode kosentrasi sedimentasi lebih
sensitive daripada sediaan ntasi lebih sensitive daripada sediaan langsung.
9
Dengan pewarnaan modified acid-fast , ookista akan berwarna merah
muda dengan sporoblast atau sporont berwarna merah terang, akan
sporoblast atau sporont berwarna merah terang, akan berwana biru pucat
apabila menggunakan berwana biru pucat apabila menggunakan. (Matthew,
2022)
Pewarnaan Giemsa, dan berwana merah jingga bila men pewarnaan
Giemsa, dan berwana merah jingga bila menggunakan teknik ggunakan
teknik safarin-methylen blue. Pada kasus yang dicurigai tetapi tidak
ditemukan oo Pada kasus yang dicurigai tetapi tidak ditemukan ookista pada
tinja maka dilakukan aspirasi kista pada tinja maka dilakukan aspirasi
duodenum, duodenal string test dan biopsy usus halu duodenum, duodenal
string test dan biopsy usus halus. (Yesica, 2021)

B. Coccidia Jaringan
Parasit ini tersebar luas secara kosmopolit, terutama di daerah
beriklim panas dan lembap. Hospes definitif T. gondii adalah kucing dan
hewan famili Felidae. Hospes perantaranya adalah mamalia bukan Felidae,
burung, dan manusia. Parasit ini habitat di semua sel yang berinti. Penyakit
yang ditimbulkannya disebut tiksoplasmosis kongenital atau toksoplasmosis
akuisita. (Rani, 2022)
Toxoplasma gondii adalah spesies anggota Coccidia yang mirip
dengan Isospora, aim ookistanya mengandung dua sporokista, dan setiap
sporokista mengandung empat sporozoit. Pada epitel usus halus kucing yang
merupakan hospes definitifnya, berlangsung siklus hidup aseksual
(skizogoni) dan siklus seksual ametogoni, sporogoni) yang menghasilkan
ookista yang keluar bersama feses. Ookista ini berbentuk lonjong dengan
ukuran 12,5 µ.
Apabila ookista ini tertelan oleh mamalia bukan Felidae atau burung
atau manusia, sporozoit akan memasuki sel epitel usus, dan terjadi
perkembangan aseksual (skizogoni) yang menghasilkan merozoit. Merozoit
hasil perkembangbiakan aseksual ini akan masuk ke dalam limfe dan
peredaran darah serta membentuk pseudokista di dalam berbagai alat dalam

10
tubuh manusia. Pada infeksi akut, pseudokista ini mengandung stadium
takizoit sebagai hasil perkembangan secara cepat. Akan tetapi, pada infeksi
kronis, yang dikandung adalah bradizoit sebagai hasil perkembangbiakan
secara lambat. Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi secara
langsung melalui plasenta, yaitu toxoplasmosis kongenital. Infeksi secara
akuisita dapat terjadi dengan cara memakan daging mamalia bukan Felidae
atau burung yang mengandung bradinit di dalam kista, atau takizoit di
dalam pseudokista, atau dapat juga dengan menelan ookista dari feses
kucing. (Wisnu, 2018)
Terdapat tiga macam stadium Toxoplasma gond , yaitu:
1. Stadium takizoit, yang menyerupai bulan sabit dengan ujung runcing
din ujung lain membulat. Ukurannya 4-8 u. Inti terletak ke arah
kutub yang membulat. Stadium ini merupakan hasil
perkembangbiakan secara belah pasang endodiogeni yang terdapat di
dalam pseudokista pada kasus infeksi akut.
2. Stadium bradizoit, yaitu ketika stadium takizoit yang membelah
dalam sel makrofag telah membentuk dinding sehingga terbentuk
kista. Hal ini terjadi apabila tubuh telah membentuk zat anti atau
infeksi menjadi kronis.
3. Stadium ookista, yaitu hasil perkembangan secara seksual di dalam
epitel usus kucing.
Cara infeksi (Rudy, 2018)
Infeksi T.gondii dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu kongenital dan
akuisita.
1. Kongenital
Penularan T. gondii didalam uterus melalui plasenta ibu hamil yang
mengalami infeksi.
2. Akuisita
a. Secara oral, karena menelan:
1) Stadium ookista dari feses kucing.

11
2) Stadium takizoit pada daging burung atau mamalia yang tidak
dimasak dengan sempurna.
3) Stadium bradizoit pada daging yang berasal dari otot atrau
otak mamalia yang tidak dimasak dengan sempurna.
b. Secara parenteral, melalui:
1) Pemakaian jarum suntik secara tidak disengaja atau alat-alat
laboratorium yang terkontaminasi dengan T. gondii.
2) Transfuse darah lengkap
3) Transplantasi dari donor yang menderita toxoplasmosis laten
Gejala klinis yang disebabkan oleh infeksi parasite ini tergantung pada
kerusakan jaringan dalam tubuh. Kerusakan ini tergantung pada beberapa
hal, yaitu : (Tian, 2023)
1. Umur, umumnya kerusakan pada bayi lebih berat dari pada orang
dewasa.
2. Virulensi strain Toxoplasma
3. Jumlah parasite
4. Organ tubuh yang diserang.
Lesi pada susunan saraf pusat biasanya lebih berat dan permanen, karena
jaringan ini tidak mampu beregenerasi. Kelainan susunan saraf pusat berupa
nekrosis dengan klasifikasi. Pada infeksi retina, penyembuhan
meninggalkan sikatrik dengan atrofi retina dan koroid disertai pigmentasi.
Diotot jantung dan otot lurik lainnya, dapat ditemukan T. gondii tanpa
adanya peradangan.
Toksoplasmosis dapat dibagi menjadi dua, yaitu: toksoplasmosis
genital, dan toksoplasmosis akuisita. (Kurniawan, 2019)
1. Toksoplamosis genital
Berat/ringannya infeksi bergantung pada usia janin saat
terjadinya infeksi. Makin muda usia janin saat terjadi infeksi, makin
berat kerusakan pada organ tubuh. Infeksi yang terjadi pada waktu ibu
hamil muda menyebabkan keguguran atau anak lahir mati. Kadang

12
kadang, bayi lahir normal, tetapi gejala klinis baru timbul setelah
beberapa minggu atau hingga beberapa tahun.
Pada toksoplasmosis kongenital ini terlihat gambaran
eritroblastosis, hidrops feralis, dan triad klasik yang meliputi
hidrosefalus, retinokoroiditis dan pengapuran intrakranial atau tetrade
Sabin yang disertai kelainan psikomotorik. Gejala susunan saraf pusar
sering meninggalkan gejala sisa, seperti retardasi mental dan motorik.
Apabila dijumpai gejala retinokoroiditis pada remaja, hal ini jarang
sekali disebabkan oleh infekci toksoplasmosis akuisita, melainkan oleh
infeksi kongenital. Pada anak dengan infeksi toksoplasma yang lahir
prematur, biasanya gejala disertai dengan hepatomegali, ikterus
limfadenopati, kelainan susunan saraf pusat, dan lesi mata, atau lebih
berat dari gejala pada anak yang lahir cukup bulan.
2. Takplasmosis akuisita.
Infeksi T. gondii pada orang dewasa biasanya tanpa gejala. Apabila
ada gejala, biasanya ringan, seperti mononukleosis infeksiosa.
limfadenopati, lelah, demam, sakit kepala, dan kadang-kadang terdapat
eksantem. Jika wanita hamil menderita toksoplasmosis akuisita, kadang
kadang ia dapat melahirkan bayi dengan toksoplasmosis kongenital.
Apabila dijumpai retinokoroiditis pada usia remaja, biasanya hal ini
merupakan reaksi laten dari toksoplasmosis kongenital. Hal ini sering
dihubungkan dengan Toxoplama penyebab infeksi oportunistik yang
diakibatkan oleh imunosupresan, misalnya karena pemakaian obat
sitostatik atau transplantasi organ Ensefalitis toksoplasmik muncul
sebagai penyakit parasitik yang paling sering dijumpai pada penderita
AIDS.
Diagnosis
1. Menemukan bentuk takizoit pada cairan serebrospinal dan ventrikel
atau biopsi otak atau sumsum tulang.
2. Tes serologi, yaitu Sabin-Feldman dye test.

13
3. PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeteksi DNA parasit.
Dengan teknik ini, dapat ditegakkan diagnosis dini yang cepat dan
tepat terhadap toksoplasmosis kongenital prenatal dan post-natal serta
infeksi toksoplasmosis akut pada wanita hamil dan penderita
gangguan imunitas.

2.4 Siklus Hidup dan Reproduksi Sporozoa Subkelas Coccidia

Gambar 2.2 Siklus Hidup Coccidia

Siklus hidup Coccidia, contoh pada Isospora belli.


(1) Pada waktu dikeluarkan melalui feses, ookista belum matang biasanya
mengandung hanya satu (kadang-kadang dua) sporoblas.
(2) Selama masa pematangan, sporoblas membelah menjadi dua sporoblas,
sporoblas mengeluarkan secret dinding kista sehingga berubah menjadi
sporokista, lalu sporokista membelah dua kali menghasilkan empat
sporozoit di dalam dua sporokista.
(3) Infeksi terjadi dengan cara menelan ookista matang (sempurna bersporulasi
atau mengandung sporozoit): di dalam usus halus, sporokista keluar dari

14
ookista dan melepaskan sporozoit, lalu menyerang sel-sel epitel usus dan
memulai proses skizogoni.
(4) Sesudah pecah, merozoit metozoit dilepaskan dan menyerang sel-sel epitel
usus, serta melanjutkan perbanyakan aseksual.
(5) Trofozoit berkembang menjadi skizon sehingga skizon mengandung
banyak merozoit setelah paling tidak satu minggu, stadium seksual mulai
melalui pembentukan gametosit jantan dan betina hasil fertilisasi yang
berupa kista dikeluarkan melalui feses.
Dalam siklus hidupnya, sporozoa membentuk spora dalam tubuh inang. Selain
itu, pada siklus hidup juga terjadi sporulasi, yaitu pembelahan setiap sel secara
berulang-ulang sehingga dihasilkan banyak inti yang masing-masing dikelilingi
oleh sitoplasma dan terbentuklah individu baru. (Neyder, 2019)

Reproduksi sporozoa
Sporozoa melakukan reproduksi secara aseksual. Pergiliran reproduksi
aseksual dan seksualnya komplek, dengan beberapa perubahan bentuk serta
membutuhkan dua atau lebih inang. Reproduksi seksual dilakukan dengan
pembelahan biner. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan
dilanjutkna dengan penyatuan gamet jantan dan betina. (Kurniawan, 2019)
1. Reproduksi Aseksual
Sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam
darah manusia pada saat nyamuk menghisap darah, yang selanjutnya masuk
dalam system retikuloendotelial. Setelah beberapa hari berada dalam system
retikuloendotelial, barulah sporozoit ini menyerang eritrosit dan berubah
menjadi trofozoit yang mempunyai bentuk seperti cincin. Selanjutnya,
trofozoit berubah menjadi schizont, yang kemudian membelah diri
berulang-ulang menjadi 6-36 merozoit yang akan tumbuh menjadi sporozoit
baru, pembentukan merozoit-merozoit ini disebut sporulasi.
Sporozoit yang terbentuk akan menyerang eritrosit baru sehingga
terulang pembiakan vegetative in. Diantara sporozoit yang terdapat dalam

15
eritrosit yang membentuk gametosit. Gametosit jantan disebut mikrogamet,
sedangkan gametosit betina disebut makrogamet.
2. Reproduksi Seksual
Gametosit yang terisap ketika nyamuk menghisap darah penderita
malaria, akan berubha menjadi mikrogamet dan makrogamet. Perkawinan
antara mikrogamet dan makrogamet menghasilkan zigot. Selanjutnya zigot
akan berubah menjadi ookinet di dalam dinidng usus nyamuk. Inti ookinet
membelah beurlang-ulang, kemudian masing-masing inti baru membungkus
diri dengan sedikit protoplasma dan berubah menjadi sporozoit baru.
Selanjutnya sporozoit menyebar didalam alat pencernaan nyamuk, sebagian
ada yang sampai di kelenjar ludah dan siap untuk dikeluarkan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Parasit yang termasuk sporozoa berkembangbiak secar Parasit yang
termasuk sporozoa berkembangbiak secara seksual (skizogoni) dan aseksual
seksual (skizogoni) dan aseksual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara
berkemban (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembangbiak ini dapat
berlangsung dalam satu hospes: ha ini dapat berlangsung dalam satu hospes hal ini
ditemukan pada coccida. Pada haemosporidia ( plasmodium) diperlukan dua
hospes yang berlainan jenis. Parasite hidup di luar maupun di dalam sel
bermacam-macam organ vertebrata dan invertebrata. Spesies sporozoa yang dapat
menghinggapi manusia spesies sporozoa yang dapat menghinggapi manusia
termasuk coccdia genus eimeria imeria, genus Isopora, dan genus Toxoplasma
haemosporidia genus Plasmodium.
Berdasarkan habitatnya coccidia yang menginfeksi manusia adalah
coccidia intestinal yang terdiri dari dua spesies Elimeria (Elimeria clupearum dan
E. sardinae), dua spesies isospropa ( Isospropa hominis dan I. belli). Coccidia
Jaringan yang terdiri dari Toxoplasma gondii yang berhabitat pada semua sel yang
berinti dan Sarcocystis lindemanni, yang berhabitat pada otot.

3.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Robbie, Muhammad habbibie, dkk. 2020. Protozoa gastrointinal : helmintiasis dan


kokdianosis pada kucing domestik. Malang. Unniversitas brawijaya.

Rani Yunus, Setiawan Rani, Dkk. 2022. Parasitologi medik dasar. Jawa tengah.
Penerbit eureka media aksara

Rudy Rewandra. 2018. Kupas tunas penyakit unggas, malang. Media nusa creativ

Kurniawan, hendra, dan Herlambang Ramadhani. 2019. Buku ajaran parasitologi.


Yogyakarta. Deepublish cv budi utama

Wisnu Nurcahayo, 2018. Parasit pada ikan. Yogyakarta. Gadjah mada unniversity press

Tian, Febriani Lestari. 2023. Riwayat penyakit malaria bagi pertumbuhan dan
perkembangan balita. Journal keperawatan silampari.

Ekawasti, Fitrine. 2019. Penyakit koksidiosis pada sapi diinonesia dan perkembangan
teknik diagnosisnya. Bogor

Yesica, Reza dan Kusmariani. 2021. Prevalence, Identification and Geographical


Distribution of Eimeria spp. in Wild Rodents in Malang, East Java

Mathew, S. tucker, et all. 2022. Hastening Progress in Cyclospora Requires Studying


Eimeria Surrogates.

El-Ghany, Wafaa. 2020. Coccidiosis: A Parasitic Disease of Significant Importance in


Rabbit. Poultry Diseases Department, Faculty of Veterinary Medicine, Cairo
University, 12211 Giza, Egypt

18
LAMPIRAN

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Anda mungkin juga menyukai