Disusun oleh :
Kelompok 2
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT. Atas karinia dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Diversitas Mahluk Hidup Tingkat Rendah.
Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beliaulah sang
motivator bagi umat Islam sepanjang jalan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas
makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami manyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
penulisan makalah maupun tata bahasanya yang masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dimasa yang akan
datang. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan penulisan...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................2
A. Asal Usul Organisme ...........................................................................5
B. Bagaiman Invasi Tumbuhan Ke Daratan..............................................9
C. Bagaimana Asal-Usul Invertebrata.......................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan
hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan
sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi
organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang
merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-
sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih
banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang
menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui
kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini
dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic
Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas
apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan
bereproduksi.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul organisme?
2. Bagaiman Invasi tumbuhan ke daratan?
3. Bagaimana Asal-Usul Invertebrata?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan asal usul organisme
2. Menjelaskan Invasi tumbuhan ke daratan
3. Menjelaskan Asal-Usul Invertebrata
4. Menjelaskan Evolusi Prokariota
5. Menjelaskan Asal-Usul Sel Eukariotik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 1. Teori Biogenesis
4
Gambar 2. percobaan lazzaro spallanzani
Hampir mirip dengan percobaan yang dilakukan oleh Redi,
Spallanzani berusaha membuktikan bahwa munculnya organisme berasal dari
organisme lain yang hidup. Spallanzani melakukan pengujian dengan
memanaskan air kaldu (rebusan daging) di dua tempat yang berbeda.
Setelah dipanaskan, masing-masing wadah diberikan kondisi yang
berbeda: wadah yang pertama diberi penutup, sementara wadah satunya
dibiarkan terbuka.
Setelah didiamkan beberapa hari, terlihat bahwa di wadah yang terbuka,
kondisi air kaldu menjadi keruh dan aromanya busuk. Di sisi lain, kondisi air
kaldu pada wadah yang tertutup tetap jernih. Kok bisa? Ini terjadi karena
adanya aktivitas mikroorganisme yang berasal dari udara bebas.
5
Gamabar 3. Percobaan Louis Pasteur
6
lehernya muncul banyak debu dan kotoran. Sementara pada wadah yang
terbuka, mengandung mikroorganisme. Eksperimen ini pun mematahkan teori
abiogenesis dan menghasilkan teori baru dengan 3 isi sebagai berikut:
Species invasif dikenal sebagai species yang mengancam integritas lingkungan alam
maupun semi alam dan memberikan dampak yang luar biasa pada komunitas flora maupun
fauna alam kita. Species ivasif demikian ini akan menangkarkan diri dan menyebar terus
walaupun tidak ada lagi introduksi dan ekosistem tidak terganggu lagi. Dengan demikian
species invasif sungguh menjadi ancaman nyata pada keanekaragaman hayati, yang hanya
kalah dari kerusakan habitat. Invasi biologi menjadi isu internasional bagi konservasi
keragaman hayati, dimana pengendalian dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat
besar.
Ketika sebagian besar tanaman introduksi di Indonesia berupa tanaman budidaya
seperti karet ( Hevea brasiliensis), kelapa sawit ( Elaeis guineensis), kakao ( Theobrama
cacao), kedelai ( Glysine max), jagung ( Zea mayz), bahkan ubi kayu ( Manihot uyilisima)
dan banyak lagi tanaan budidaya, memang beberapa tanaman yang diintroduksi ternyata
menjadi invasif seperti eceng gondok( Eichhornia crassepes), akasia arabika ( Acacia
nilotica), kirinyu ( Chromolaena odorata), sembung rambat ( Mikania micrantha).
Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan BIOTROP (2003), melaporkan
seidaknya ada 1936 tumbuhan asing, 336 species diantaranya adalah gulma dan beberapa
tumbuhan lainnya mungkin masih dalam kategori gulma yang tidur, karena itu penting untuk
memperhatikan tumbuhan asing seperti diatas untuk mengatasi masalah yang mungkin
timbul agar dapat meminimisasi atau menghilangkan dampak yang merugikan.
Banyak jalur yang dapat dilalui oleh species tumbuhan invasif masuk ke Indonesia,
7
A.nilotica, suatu tumbuhan asing invasif, misalnya, diimpor ke Indonesia pada zaman
kolonial dulu, dengan harapan Acacia arabica ini ( synonim A.nilotica) ditanam agar
menghasilkan getah “asam arabika” semacam getah sebagai bahan baku berbagai macam
obat-obatan. Harapan itu tidak terkabul karena A.nilotica menghasilkan hanya getah
berkualitas rendah dengan jumlah sedikit saja. Ternyata yang menghasilkan getah kulaitas
bagus dalam jumlah yang banyak adalah Acacia senegal bukan A.arabica atau A.nilotica.
Percobaan dengan A.nilotica itu lalu dihentikan tetapi bijinya dikirm ke P.Bali, Sulawesi,
dan sampai sekarang masih ditemukan pohon A.nilotica di kedua pulau itu bahkan juga di
berbagai tempat di P.Jawa dan Indonesia lainnya. Beberapa tumbuhan yang diimpor
dengan tujuan baik, seperti sembung rambat (Mikania micrantha), yang diimpor dan ditanam
dikebun raya Bogor sebagai tanaman obat, bunga kuning (Widelia trilobata), yang diimpor
sebagai tanaman hias, kirinyu besar (Austraeupatorium inulaefolium) untuk nengendalikan
alang-alang, menjadi invasif, sedang Erechtites valerianifolia datang ke Indonesia sebagai
kontaminan pada biji kopi yang diimpor dari Brasil.
Dampak species tumbuhan asing invasif pada habitat konservasi sungguh sangat
dahsyat. A. Nilotica, suatu tumbuhan asing invasif misalnya, sudah menginvasi areal lebih
dari 6000 ha dari total 10.000 ha savana di Taman Nasional Baluran. Jawa Timur.
( Setiabudi et.al 2013). A.nilotica ini merubah savana menjadi semak belukar, bukan saja
menaungi rumput savana sehingga menekan pertumbuhan rumput itu tetapi juga
menyebabkan gulma berdaun lebar banyak yang datang dan makin merubah padang rumput
menjadi semak belukar, yang lebih lanjut menurunkan produksi hijauan rumput makanan
satwa disitu. (Tjitrosoedirdjo et al, 2011). Apabila masalah tumbuhan invasif yang ada di
savanna tidak dikendalikan savana ini bisa hilang menjadi semak belukar. Ini akan
merupakan suatu kehilangan besar karena ekosistem savanna ini adalah satu2nya ekosistem
savanna di P. Jawa yang menjadi rumahnya satwa asli P.Jawa seperti banteng ( Bos
javanicus), ajag, ayam alas, berbagai burung dan merak. Di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, daerah konservasi lainnya juga sedang menderita invasi dari tumbuhan invasif
Merremia peltata (mantangan). Tumbuhan ini sebetulnya tumbuhan lokal dan tidak invasif
sampai ketika hutan itu dibalak begitu rupa dan tidak dipelihara dengan menanam pohon
lagi dan hutan itu terbuka, memaparkan M.peltata pada cahaya yang melimpah. Kondisi ini
8
direspon oleh M.pelata dengan pertumbuhan yang hebat, dengan daun lebar ( sampai lebar
45 cm) memberikan nilai LWR (leaf weight ratio) dan SLA (specific leaf area) tinggi,
yang mendukung pertumbuhan cepat dari M.peltata (Tjitrosoedirdjo et al, 2015), walaupun
berbeda dengan Mikania micrantha, dimana kecepatan pertumbuhan yang tinggi disebabkan
karena laju fotosintesis yang tinggi. ( Dang et al 2004). Invasi M.peltata mendominasi
vegetasi disitu, mengganggu integritas ekosistem, dengan mencegah regenerasi species lokal
karena itu menurunkan keragaman hayati (Master, 2013). Menurunnya keragaman hayati
juga disertai dengan menurunnya populasi makanan satwa asli disitu seperti gajah dan badak
sumatera; sehingga memaksa satwa itu bermigrasi mencari makan ke utara bertemu dengan
pemukiman penduduk dan menciptakan konflik yang buruk.
Invasi M.micrantha misalnya membelit serta mematahkan dan mematikan semai
Shorea leprosula, yang ditanam dalam program Silvikultur Intensif, sehingga meningkatkan
biaya penanaman penyulaman, penyiangan dan pemeliharaan semai tersebut sebelum
menjadi setidak taraf pancang atau tihang. Dalam perkebunan karet dan kelapa sawit
M.micrantha memperpanjang masa sebelum panen karena itu meningkatkan biaya
pemeliharaan tanaman muda sebelum dapat dipanen.
9
didaerah bawah alirannya.
Oleh karena itu sangat penting, untuk mempunyai rencana pengelolaan yang rinci
dan efektif untuk mengelola tumbuhan invasif ini dan mengembalikan fungsi ekosisten
savanna sebagai rumah bagi satwa asli disitu.
C. Asal-Usul Invertebrata
10
Invertebrata (avertebrata). Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu sel
(uniselluler) dimana seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu
sendiri. Sedangkan hewan invertebrata yang tersusun oleh banyak sel
(multiselluler/metazoa) sel selnya mengalami deferensisasi dan spesialisasi
membentuk jaringan dan organ tubuh dan aktivitasnya semakin komplek.
D. Evolusi Prokariota
11
Bahan dasar pembentuk sel purba adalah protobion atau progenot.
Progenot merupakan cikal bakal universal semua jenis sel yang ada sekarang.
Progenot merupakan cikal bakal universal semmua jenis sel yang ada sekarang.
Progenot berkembang menjadi kelompok sel prokariotik purba, seperti:
1. Archaebacteria.
Archaebacteria merupakan bakteri yang beradaptasi terhadap suhu
sekitar 100C, kadar garam tinggi, atau kadar asam tinggi. Bersifat anaerob,
memiliki dinding sel yang tersusun dari berbagai jenis protein, memiliki
pigmen fotosintetik berupa bakteriorodopsin, dan mampu menghasilkan ATP
sendiri.
2. Eubacteria.
Eubacteria merupakan bakteri yang hidup pada kondisi lingkungan yang
tidak seekstrim kondisi tempat hidup Archaebacteria. Ada yang bersifat
anaerob dan aerob, memiliki dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan,
memiliki pigmen fotosintetik berupa bekterioklorofil, dna mampu
menghasilkan ATP secara lebih efisien karena sistem transport elektronnya
lebih berkembang.
Sel prokariotik merupakan sel yang memiliki struktur lebih sederhana
dibandingkan dengan sel eukariotik. Oleh karena itu, para ahli menduga bahwa
makhluk hidup yang pertama kali muncul merupakan prokariot.
12
Kondisi atmosfernya berbeda (misalnya kondisi oksigen yang minimal),
banyak petir, aktivitas gunung berapi, hantaman-hantaman meteor, serta
raidasi UV sangat tinggi dibandingkan dengan keadaan bumi saat ini. Oleh
karenanya, lingkungan pada kondisi dulu memungkinkan bermulanya
kehidupan ini. Namun, masih banyak perdebatan mengenai asal-usul
kehidupan di bumi.
13
endosimbiotik bermakna bahwa sel tunggal yang kompleks berevolusi dari dua
atau lebih sel yang lebih sederhana, yang hidup simbiotik dengan sel inangnya.
Sel eu kariotik sederhana berevolusi menjadi tumbuhan atau hewan. Tahapannya
adalah:
a. Evolusi Tumbuhan
b. Evolusi Hewan
14
darat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak zaman dahulu, beberapa ahli sudah mengeluarkan berbagai pendapat
mengenai asal usul makhluk hidup yang ada di bumi. Kita mulai dari teori yang
tertua ya, yaitu:
1. Teori Abiogenesis (generatio spontanea)
teori yang menyatakan bahwa mahluk hidup berasal dari benda mati.
2. Teori Biogenesis
teori yang menyatakan bahwa mahluk hidup berasal dari mahluk hidup lain.
Kemudian nvasi tumbuhan ke daratan Species invasif dikenal sebagai
species yang mengancam integritas lingkungan alam maupun semi alam dan
memberikan dampak yang luar biasa pada komunitas flora maupun fauna alam
kita. Species ivasif demikian ini akan menangkarkan diri dan menyebar terus
walaupun tidak ada lagi introduksi dan ekosistem tidak terganggu lagi. Dengan
demikian species invasif sungguh menjadi ancaman nyata pada
keanekaragaman hayati, yang hanya kalah dari kerusakan habitat. Invasi biologi
menjadi isu internasional bagi konservasi keragaman hayati, dimana
15
pengendalian dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat besar.
16
Daftar Pustaka
Deng,X., Ye, W.H., Yang, Q.H., Cao, H.L. 2004. Gas exchange characteristics of the
invasive species Mikania micrantha and its endogenous congener M.cordata
(Asteraceae) in South Shina. Bot.Bull Acad Sinica.45 : 213 – 220.
Irnaningtyas. (2018). Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013
Revisi. Jakarta: Erlangga.
Master, J. 2013. Negative impact of Merremia peltata (l.) Merrill invasion on plant
diversity in Bukit Barisan Selatan National Park. Thesis submitted to to the
School of Post Graduate, Bogor Agricultural University, to obtain her Magister
degree.
Zuhri , M. , Z. Mutaqie. 2013. The spread of non - native plant species collection of
cibodas botanical garden into mt. Gede Pangrango National Park. Journal of
Tropical Life Science, 3 (2) : 74-82
17
18