Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG TEORI ASAL USUL

KEHIDUPAN

Disusun Oleh:
Nama: Achmad Dzikir C.R
NPM: 10521002
Kelas: 1PA02
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang dengan ini kami panjatkan puji dan syukur dengan kehadiratnya, yang
telah melimpahkan rahmat-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang kami beri judul “ Teori Asal-Usul Kehidupan”.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk penyusunan makalah
ini dengan senang hati saya sebagai penulis akan menerima apabila ada kritikan
dan saran dsri berbagai pihak demi kesempurnaan dimasa mendatang.

Depok, Oktober 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................4

Latar Belakang......................................................................................................4

Rumusan Masalah................................................................................................4

Tujuan Masalah....................................................................................................4

Asal mula kehidupan dibumi................................................................................5

TEORI ABIOGENESIS…………………………………………………………………………………………………….6

TEORI BIOGENESIS................................................................................................7

BAB III.....................................................................................................................12

PENUTUP................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejak lama manusia selalu mempertanyakan asal-usul kehidupan


dan dirinya. Jawaban pertanyaan tersebut ada tiga altenatif, yaitu
penciptaan, transformasi, atau evolusi biologi.
Definisi evolusi biologi sangat banyak sekali tergantung dari aspek
biologi yang dikaji. Beberapa definisi yang umum dijumpai di buku-buku
biologi, antara lain: evolusi pada makhluk hidup adalah perubahan yang
dialami makhluk hidup secara perlahan-lahan dalam waktu yang tidak
sebentar dan diturunkan, sehingga dapat terbentuk species baru:
evolusi juga dapat diartikan sebagai perubahan frekuensi genetik pada
populasi dari masa hingga masa, dan evolusi adalah perubahan karakter
pada populasi dari masa hingga masa. Evolusi juga telah
mempersatukan seluruh cabang ilmu biologi.
Ide tentang terjadinya evolusi biologis sudah lama menjadi
pemikiran manusia. Untuk mengkaji kebenaran teori ini Lazzaro
Spallanzani tentang asal usul kehidupan, maka kami melakukan
percobaan seperti yang dia lakukan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori asal usul kehidupan menurut teori abiogenesis dan
biogenesis?.

Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui asal mula kehidupan di bumi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal mula kehidupan dibumi

Dahulu bumi ini terbentuk dalam keadaan yang sangat panas dan
dalam keadaan pijar secara berlahan – lahan bumi menjadi lebih dingin
sehingga terjadi terbentuknya kerak bumi. Bagian bumi yang berbentuk
cair membentuk samudra atau hidrosfer , bagian yang bertugas disebut
atmosfer , dan bagian yang berbentuk padat disebut litosfer. Pada saat
ini kulit bumi dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup. Maka
pertanyaan yang timbul di bumi adalah darimana dan kapan kah
mahluk-makhluk hidup itu datang di bumi ini? Bagaimana pula ia
dapat menjadi begitu banyak dan beraneka ragam?. Bahkan pertanyaan
sampai kepada asal usul manusia, yang berasal dari monyet?.

Sejak berabad-abad yang lalu hingga sekarang asal mula


kehidupan di bumi menjadi bahan perdebatan, sehingga menimbulkan
beberapa pertanyaan. Misalnya seperti pertanyaan manakah diantara
telur ayam yang lebih dulu ada. Pertanyaan ini sepele tetapi sangat sulit
untuk dijawab. Jika ayam lebih dulu ada, berarti kehidupan dimulai dari
tahap dewasa kemudian ayam harus menemukan pasangan hidup agar
mampu bertelur. Jika telur lebih dulu ada, berarti semua makhluk hidup
berasal dari telur atau semacamnya kemudian tumbuh dan
dewasa.Namun, dari manakah telur berasal jika tidak ada ayam?.
Bagaimana tercipta ayam jika tidak berasal dari telur?. Kedua
pertanyaan ini sama dengan pertanyaan “ Dari manakah asal usul
kehidupan dan bagaimanakah kehidupan terjadi?”. Banyak juga teori
yang dikatakan oleh para ahli biologi tentang asal usul kehidupan, akan
tetapi hingga saat ini belum ada jawaban yang memuaskan.

1. Teori Abiogenesis

Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia


adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori
Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali
menghuni bumi ini berasal dari benda mati.

Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila


menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-
telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan.
Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal
dari Lumpur.

Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut?. Menurut


pengzanut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu
saja atau secara spontan. Maka dari itu, teori abiogenesis disebut juga
paham generation spontaneae.

Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita


gabungkan, maka pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup
yang pertama kali di bumi dari benda mati / tidak hidup yang terjadi
secara spontan, misalnya :
a. Ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b. Cacing berasal dari tanah.
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman
Yunani Kuno (Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan
abad ke-17.

Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek


menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk
mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada
setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis,
hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah
memperkuat pendapat mereka.

TEORI BIOGENESIS

Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua


orang membenarkan paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu
terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan
penelitian memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-
orang yang tidak puas terhadap pandangan abiogenesis itu antara lain
Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia,
1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil
penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis /
generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

a) Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)


Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis,
Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi
menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.

Stoples II :diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap


terbuka.

Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.


Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang
aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples
tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
Stoples I: daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan
jentik / larva atau belatung lalat.

Stoples II: daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan


banyak larva atau belatung lalat.

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco Redi


menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging
busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk,
tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat
tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat
keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa
penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya
yang membusuk belatung relative sedikit.

b) Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)


Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan
kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan
percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco
Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.

Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu


atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang
yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut :
Labu I: diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama
beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.

Labu II: diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat


gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi
paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.
Selanjutnya, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya
diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan
orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan
terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
Labu I: air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi
bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti
ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.

Labu II: air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya
tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung
mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi,
ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi
lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani


menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan
berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan
diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi
mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.

Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap


hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut mereka untuk
terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan
udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation
spontanea.

c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)


Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis.
Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan
Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan
air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Langkah I: labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat
dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan
paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca
berbentuk leher angsa. Lalu labu dipanaskan atau disterilkan.

Langkah II: selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat


yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata
air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.

Langkah III: labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih


dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa
hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali
pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air
kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan
banyak mengandung mikroorganisme.

Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh


mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping
itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa
kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut
didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang
pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan
menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan
diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap
jernihnya air kaldu pada labu tadi.

Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat


berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk
bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepermukaan
pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini
terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan
keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk.
Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu
menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme
tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham
Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.

Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur


tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah
paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan
teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari
telur.

b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup,


dan

c. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari


makhluk hidup sebelumnya.

Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil


menumbangkan paham Abiogenesis atau generation spontanea dan
sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa
masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali
terjawab.

Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi


beberapa teori tentang asal usul kehidupan yang dikembangkan pleh
beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan
oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.

b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di


planet ini berasal dari mana saja.

c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini


muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.

d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal


usu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


masing-masing ahli ilmu pengetahuan alam memiliki pandangan yang
berbeda-beda mengenai asal usul kehidupan sesuai dengan
eksperimen-eksperimen yang telah dikerjakannya.

Masing-masing pendapat tersebut didasarkan oleh percobaan


yang telah dibuktikan sendiri oleh para ahli tersebut. Dan berdasarkan
percobaan yang telah dikerjakan tersebut masing-masing memiliki
kelemahan sehingga masing-masing teori yang dijelaskan saling
melengkapi satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

American Chemical Society (2005, April 7). DNA With Three Base Pairs
– A Step Towards Expanding The Genetic Code. ScienceDaily. Retrieved
May 17, 2011, from http://www.sciencedaily.com
/releases/2005/03/050328145139.htm.
Cairns-Smith, A.G. 1985. Seven Clues to the Origin of Life: A Scientific
Detective Story. Cambridge: Cambridge UP.
David E. Bryant, Katie E. R. Marriott, Stuart A. Macgregor, Colin Kilner,
Matthew A. Pasek, Terence P. Kee. On the prebiotic potential of reduced
oxidation state phosphorus: the H-phosphinate-pyruvate system. Chemical
Communications, 2010; 46 (21): 3726 DOI: 10.1039/c002689a.
Doi et al. Artificial DNA Made Exclusively of Nonnatural C-Nucleosides
with Four Types of Nonnatural Bases. Journal of the American Chemical
Society, 2008; 130 (27): 8762 DOI: 10.1021/ja801058h.
Sudarno.1994.Biologi.Surakarta:PT Pabelan Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai