Disusun oleh:
Kelompok 2
TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sekitar 250 juta tahun yang lalu (jtl), tujuh benua yang ada pada saat ini (Asia,
Australia, Afrika, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Antartika) berada
dalam satu benua besar yang disebut Pangea atau Pangaea dan dikelilingi oleh satu
samudera besar yang disebut Samudera Phantalassa. Kata “Pangea” berasal dari
bahasa Yunani Kuno pan (semua, seluruh) dan gaia (daratan, bumi).
Kata “Pangea” muncul pertama kali dalam sebuah buku berjudul Die
Entstehung der Kontinente und Ozeane (Asal Mula Benua dan Samudera) edisi
tahun 1920 oleh Alfred Wegner, seorang ilmuwan geofisika asal Jerman. Dalam
teorinya tentang “Pergeseran / Perpindahan Benua” (Continental Drift), beliau
berpendapat bahwa pada awalnya semua benua yang ada saat ini berasal dari
sebuah benua yang sangat besar, yang dikenal dengan Super Continent (Benua
Super).
4
Gambar 2. Lapisan-lapisan
Bumi (Anonim, Tanpa tahun)
5
Proses pemecahan Pangea menjadi Laurasia dan Gondwana dimulai sekitar 200
juta sampai sekitar 135 juta tahun yang lalu. Para ilmuwan percaya, bahwa pecahnya
Pangea disebabkan oleh adanya arus konveksi di mantel yang menggerakan kerak
bumi di atasnya dan akhirnya memisahkan Laurasia dan Gondwana. Laurasia terdiri
dari Benua Amerika Utara, Asia dan Eropa, serta pulau Greenland yang ada saat ini.
Sementara, Gondwana terdiri dari Benua Amerika Selatan, Australia, Afrika,
Antartika, serta India dan pulau Madagaskar yang ada saat ini.
Gambar 3. Laurasia dan Gondwana 180 Gambar 4. Laurasia dan Gondwana 135
jtl (Anonim, Tanpa tahun) jtl (Anonim, Tanpa tahun)
Daratan bisa berubah karena adanya suatu gaya. Ada 2 jenis gaya yaitu Gaya
Endogen, yaitu suatu gaya yang disebabkan oleh aktivitas dari dalam bumi dan
Gaya Eksogen, yaitu gaya yang disebabkan oleh aktivitas dari luar bumi. Gaya
Endogen dapat membentuk daratan dengan cara:
6
Tumbukkan antara lempeng benua dengan lempeng samudera menyebabkan
lempeng samudera masuk ke lempeng benua, mengakibatkan lempeng benua
tertekan ke arah atas dan dapat menghasilkan pegunungan atau membentuk
pulau-pulau gunung berapi
Adanya letusan gunung berapi dapat memperluas daratan, yaitu dengan cara
magma yang keluar dari gunung berapi akan mrmgeras dan membentuj
daratan baru.
Adanya patahan atau sesar naik di dasar laut juga akan membentuk
pegunungan di dasar laut dan akan membentuk pulau-pulau,
7
B. Sejarah Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Indonesia berasal dari paparan Sunda yang bersatu dengan Asia dan paparan
Sahul yang bersatu dengan Australia. Teori ini ditunjang oleh adanya jenis
Flora/Fauna Asia dan Australia (Sudargo, 2019). Secara geologi, Paparan Sunda
adalah landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di Asia Tenggara.
Massa daratan utama antara lain Semenanjung Malaya, Sumatera,
Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarya dan laut di sekitarnya,
seperti Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam dan bagian selatan
Laut Cina Selatan.
Bukti bahwa pulau-pulau Sunda Besar pernah bersatu dengan benua Asia
adalah sebaran jenis mamalia Asia seperti beberapa
jenis kera, gajah, macan dan harimau yang ditemukan di benua Asia, Sumatera,
Jawa, dan Bali; serta adanya Orangutan patut di Sumatera dan Kalimantan.
Paparan ini terbentuk dampak aktivitas vulkanik beribu-ribu tahun dan erosi massa
benua Asia, serta terbentuknya konsolidasi runtuhan batu di pesisir seiring naik
dan turunnya permukaan laut. Bukti pernah adanya sistem sungai yang
mempersatukan pulau-pulau Sunda Besar dan benua Asia adalah ditemukannya
bebagai spesies ikan air tawar Asia Tenggara di bermacam pulau yang sekarang
terpisah oleh laut, misalnya ikan mas, gurame, dan ikan gabus. (Anonim, 2019)
Paparan Sahul adalah bagian dari lempeng landas kontinen benua
Sahul (benua Australia-Papua) yang terletak di lepas pantai utara Australia dan
lautan selatan pulau Papua. Paparan Sahul adalah dataran terbuka di atas
permukaan laut.
Bukti tepi pantai pada masa ini ditandai dengan lokasi yang sekarang terletak
pada kedalaman antara 100 sampai 140 meter di bawah permukaan laut. Paparan
Sahul juga dinamakan Paparan Arafura, membentuk jembatan daratan antara
Australia dengan pulau Papua, serta Kepulauan Aru. Kawasan ini adalah habitat
penyebaran marsupial (hewan mamalia berkantung), burung darat yang
8
tak mampu terbang seperti emu dan kasuari, serta ikan air tawar yang sama
jenisnya.
Garis Lydekker adalah garis biogeografi yang ditarik di tepi perbatasan
Paparan Sahul dimana landasan laut turun curam di kawasan biogeografi
Wallacea. Wallacea terletak antara celah yang terbentuk antara Paparan Sahul
dengan Paparan Sunda, bagian dari paparan benua Asia Tenggara. (Anonim, 2019)
2. Indonesia sebagian berasal dari Gondwana dan sebagian berasal dari Laurasia.
Sulawesi merupakan daerah peralihan (1980-an)
Secara zoogeografi, Indonesia dipisahkan oleh garis Wallace, garis ini
memisahkan bagian barat (Oriental region; Indo-malayan sub region) dan bagian
timur (Australian region; Austro-malayan subregion). garis ini terletak antara
pulau Bali dan pulau Lombok di selatan dan antara pulau Borneo dan pulau
Sulawesi di Utara.
Gambar 6. Rodinia
Pada 1200 juta tahun lalu, seluruh daratan yang ada di bumi tergabung menjadi
super benua yang dinamakan dengan Rodinia. Rodinia berada pada Era
Neoproterozoic. Rodinia tersusun dari beberapa Craton; Craton Amerika utara, pada
bagian tenggara craton Eropa Timur, craton Amazonia dan craton Afrika barat. Pada
bagian selatan, Rio plato dan San Fransisco, sedangkan pada bagian barat daya; craton
Kongo dan craton Kalahari. Pada bagian timur laut; craton Australia, craton India dan
craton Antartica. Sedangkan untuk craton Siberia, craton china utara dan selatan, para
ahli memiliki perbedaan pendapat untuk rekonstruksi craton ini.
9
Gondwana dan Laurasia (650 Mya)
Pangea adalah super benua yang terbentuk dari bersatunya Gondwana dan
Laurasia. pada era Paleozoic, era setelah Neoproteozoic. Saya ingin membahas dalam
tulisan terpisah mengenai perbedaan Rodinia dan Pangea. Sekitar tahun ini beberapa
pulau dari Indonesia sudah mulai terpisah dari craton China Utara, para ahli
menyebutnya dengan Malaya. Pada era ini craton China Utara dan craton China Selatan
10
masih terpisah.
11
Periode Cretaceous (94 Mya)
Periode Cretaceous termasuk ke dalam Era Mesozoic, pada periode ini China
utara dan China selatan sedah menyatu dan mulai membentuk Benua Asia. Begitu
juga dengan Malaya, juga bersatu ke dalam Benua ini.
Periode ini juga termasuk ke dalam Era Cenozoic, pada periode ini Indonesia
mulai terbentuk. Pulau Sumatra, Jawa dan Borneo masih terpisah jauh dengan pulau
Papua. Bagaimana dengan Sulawesi, berdasarkan pendapat para ahli, Pulau Sulawesi
terbentuk dari pulau-pulau kecil bagian dari daratan Asia, daratan Australia dan
pulau-pulau kecil yang awalnya berada pada samudra Pasifik, yang disebabkan oleh
pergerakan kulit bumi, pulau-pulau ini kemudian membentuk Sulawesi.
Pulau-pulau cikal bakal dari kepulauan Indonesia mulai terbentuk sekitar 50 juta
12
tahun lalu (Mya). Pada Periode Quaternary (sekitar 2 juta tahun yang lalu- sekarang)
itulah proses utama pembentukan kepulauan Indonesia. Asal dari pulau- pulau yang
terdapat di Indonesia berbeda-beda. Pulau Papua yang berasal dari
13
craton Australia dahulunya, dan telah terbentuk beberapa juta tahun lalu, sebelum
terbentuknya pulau lain di Indonesia. Pulau Sumatra, Jawa dan Borneo yang
merupakan bagian dari craton China Utara, yang kemudian akibat pergerakan kulit
bumi membentuk daratan Asia, dan pada Periode Tertiary, pulau Sumatra, Jawa dan
Borneo terpisah. Sedangkan pulau unik Sulawesi yang terbentuk dari gabungan
beberapa daratan Asia, Australia dan beberapa pulau dari Samudara Pasifik,
menyebabkan pulau ini memiliki fauna yang unik dan khas. (Gunawan, 2014)
Alfred Wegener adalah pencetus ide teori Pengapungan Benua yang diajukan pada
tahun 1915 yang menjelaskan bahwa benua-benua di muka bumi ini bergerak secara
perlahan dipermukaan Bumi. Akan tetapi dia tidak dapat menjelaskan mengenai
mekanisme pergerakannya pada saat itu dan sedikitnya bukti-bukti pendukung
sehingga teori ini kurang mendapat tanggapan sampai sekitar tahun 1950 dimana
ditemukannya beberapa bukti-bukti yang dapat menjelaskan teori Pengapungan Benua
(Continental Drift). Teori Pergerakan Benua yang dikemukakan oleh Wegener, masih
terdapat kejanggalan dari teori tersebut yaitu meskipun Wegener mampu menjelaskan
pergerakan dari benua awal hingga sampai pada benua-benua saat ini, dia tidak dapat
menjelaskan penyebab utama dari pergerakan lempeng. Bukti-bukti yang dipaparkan
oleh Alfred Wegener, diantaranya adalah :
1. Kecocokan Benua : Wegener terkesan dengan kemiripan yang dekat antara garis
pantai benua di sisi berlawanan dari Samudera Atlantik, khususnya Amerika
Selatan dan Afrika.
2. Kesamaan Urutan Batuan dan Barisan Pegunungan : Jika benua dalam satu waktu
bergabung, maka batuan dan pegunungan pada waktu yang sama di lokasi yang
berdampingan dan di benua yang berhadapan haruslah cocok.
14
3. Bukti Glasiasi : Selama Era Paleozoikum Akhir, gletser besar menutupi daerah
benua yang besar dari belahan bumi selatan. Bukti untuk glasiasi ini melingkupi
hingga lapisannya (sedimen yang diendapkan oleh gletser) dan tanda goresan di
batuan dasar hingga bagian bawahnya. Fosil dan batuan sedimen yang berumur
sama dari belahan bumi utara, bagaimanapun, tidak memberikan indikasi glasiasi.
Fosil Tanaman ditemukan di batubara menunjukkan bahwa belahan bumi utara
memiliki iklim tropis selama belahan bumi bagian selatan mengalami glasiasi.
4. Bukti Fosil : Beberapa bukti yang paling menarik tentang pergeseran benua
berasal dari catatan fosil. Fosil flora Glossopteris ditemukan di Pennsylvania dan
Permian usia kandungan batubara di semua lima benua Gondwana. Mesosaurus,
reptil air tawar yang fosil ditemukan dalam Permian usia batuan di daerah tertentu
dari Brasil dan Afrika Selatan dan tempat lain di dunia. Karena fisiologi hewan air
tawar dan laut sangat berbeda, sulit untuk membayangkan bagaimana sebuah reptil
air tawar bisa berenang menyeberangi Samudera Atlantik dan menemukan
lingkungan air tawar hampir identik dengan habitat semula. Dan fosil lainnya.
Sepanjang tahun 1960-an, banyak penemuan teknologi yang kemudian
mendorong revisi Hipotesis Apungan Benua ini menjadi Teori Tektonik Lempeng
(Plate Tectonic Theory). Pada teori ini, dijelaskan bahwa permukaan bumi dibentuk
oleh kepingan-kepingan litosfer, yaitu lapisan padat dari kerak bumi dan mantel bumi
bagian atas, yang mengapung di atas astenosfer.
Pergerakan yang dialami benua, juga dipengaruhi oleh pergerakan litosfer karena
kerak benua yang menumpangi litosfer yang berupa lempeng benua yang
15
terus mengalami pergerakan. Pergerakan lempeng menyebabkan interaksi antar
lempeng yang terjadi pada setiap batas lempeng. Terdapat tiga jenis pergerakan
lempeng, yaitu :
1. Konvergensi : Gerakan saling bertumbukan antarlempeng tektonik.
2. Divergensi : Gerakan saling menjauh antar lempeng tektonik.
3. Sesar Mendatar yaitu gerakan saling bergesekan (berlawanan arah)
antarlempeng tektonik. (Rizqy, 2019)
C. Biogeografi
16
di bagian selatan (Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan
17
Antartika). Adanya pergeseran benua yang terus berlangsung akibat tenaga
endogen, kurang lebih 20-50 juta tahun yang lalu Afrika dan Asia selatan
bergabung dengan Eurasia, sedang Australia memisahkan diri dengan Antartika.
Proses pemisahan benua-benua tersebut menyebabkan terpisah pula flora
dan fauna saat itu. Sebagai contoh, para ahli palentologi telah menemukan fosil
reptilia masa Trias di Ghana (Afrika Barat) yang sama persis dengan yang
ditemukan di Brazil. Kedua bagian dunia ini, sekarang dipisahkan oleh lautan
sepanjang 3000 km, merupakan daratan yang menyatu selama awal zaman
Mesozoikum. Pergeseran benua juga menjelaskan banyak mengenai penyebaran
organisme saat ini, seperti mengapa fauna dan flora Australia jauh berbeda dengan
fauna dan flora yang berasal dari bagian dunia yang lain. Keanekaragaman
marsupial (mamalia berkantung) yang sangat tinggi, yang menjadi peran ekologi
analog dengan peran ekologis yang diiisi oleh mamalia berplasenta pada benua
yang lain (Campbell, 2000)
2. Perubahan Iklim
18
flora dan faunanya. Flora dan fauna yang hidup di daerah gurun mempunyai daya
adaptasi yang khusus agar mampu hidup di daerah tersebut.
3. Daratan
Daratan memiliki peranan yang sangat penting bagi penyebaran hewan dan
tumbuhan. Pola distribusi hewan dan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi
benua di masa lampau. Sebagai contoh, pada masa awal terbentuknya daratan di
Indonesia. Wilayah indonesia bagian barat yang disebut juga Dataran Sunda masih
menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian timur yang disebut juga
Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran
Sahul juga masih berupa daratan yang belum dipisahkan oleh laut dan selat.
Keadaan tersebut menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian
Barat seperti Jawa, Bali Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan
kemiripan dengan flora di Benua Asia.
Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian
Jaya dan pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan
flora dan fauna di benua Australia. Jadi Indonesiapada masa itu menjadi jembatan
penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir
zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali.
Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia,
kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya
Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari Semenanjung Malaka dan
terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
1. Persebaran Flora di Permukaan Bumi
a. Bioma Tundra
19
b. Bioma Taiga atau Hutan Boreal
Ciri khas dari bioma hutan iklim sedang adalah warna daun yang
berwarna oranye keemasan. Hal ini disebabkan karena pendeknya hari
sehingga merangsang tanaman menarik klorofil dari daun sehingga diisi
pigment lain. Jenis vegetasi yang tumbuh adalah quercus
(oak), acer (maple), castanea dan lain-lain.Tersebar di Eropa Barat, Eropa
Tengah, Asia Timur (Korea dan Jepang) dan Timur Laut Amerika.
Vegetasi jenis ini hanya dapat ditemui di Benua Eropa serta Asia Timur,
karena vegetasi ini hidup pada kawasan subtropis dengan iklim semi
selama enam bulan serta mengalami musim gugur saat musim kering
sampai musim dingin.
d. Bioma Hutan Hujan Tropis
20
3) Lapisan tertutup kanopi berkisar 4–20 m, merupakan daerah
kelembapan udara relatif konstan.
4) Lapisan vegetasi dengan ketinggian berkisar 1-4 m.
Bioma savana beriklim asosiasi antara iklim tropis basah dan iklim
kering yang terbentang dari kawasan tropika sampai subtropik. Daerah
tropika sampai subtropika dengan curah hujan yang tidak teratur
menyebabkan tanah di daerah tersebut mempunyai tingkat kesuburan
sangat rendah. Vegetasi yang tumbuh adalah rumput- rumputan, seperti
gramineae jenis rumput yang hidup sepanjang tahun dengan
ketinggian rumput mencapai 2,5 m lebih.
Selaingramineae tedapat juga palm savanna, pine savanna dan
acacia savanna. Bioma ini tersebar di Afrika Timur, Amerika Tengah,
Australia, dan Asia Timur.
f. Bioma Gurun
21
2. Persebaran Fauna di Permukaan Bumi
22
Provinsi ini meliputi India, Cina, Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Fauna yang hidup dalam kawasan ini di antaranya harimau sumatra, tapir
malaysia, gajah india, kerbau air, badak, dan lain-lain.
f. Provinsi Zoogeografi Australia
D. GARIS WALLACE
Dalam membahas ilmu geografi tumbuhan dan hewan, kita tidak terlepas dari
seorang ahli ilmu alam dari Inggris, yaitu Alfred Russel Wallace (1823-1913). Dia
mempelopori penyelidikan secara modern tentang Geografi hewan terlepas dari
teori Darwin. Dia mendalilkan suatu garis khayal sebagai pemisah antara dunia
hewan Australis dan Asiatis. Alfred Russel Wallace mengadakan penelitian
mengenai penyebaran hewan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan hewan di Indonesia bagian Barat dengan hewan di Indonesia bagian
Timur.
Menurut istilah, garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan
wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini
berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan
spesies Australia. Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan
Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Kawasan Wallacea:
meliputi wilayah Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Sumba, Sumbawa, Lombok
dan Timor. Memiliki hewan-hewan khas (terutama di Pulau Sulawesi) tidak sama
23
dengan hewan oriental dan hewan Australia, misal: Anoa, burung Mako, kera
hitam.Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan
biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan
Ferdinand Magellan pada 1521. Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur
(daratan pulau Sulawesi) oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia lalu
ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna. Garis ini
lalu dinamakan "Wallace-Weber". Daerah-daerah yang berhubungan dengan garis
Wallace:
1. Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat)
Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental
(Benua Asia) dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu
garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih
timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan
Sulawesi, serta antara Bali dan Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred
Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan bahwa sebaran flora fauna di
Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih mirip dengan yang ada di daratan Benua
Asia.
2. Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur)
Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia
(Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah
garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih
barat Indonesia. Garis ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku
dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti
nama biolog Max Weber yang, sekitar 1902, memperlihatkan bahwa sebaran flora
fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang ada di Benua Australia.
3. Kawasan Wallacea / Laut Dalam (di bagian tengah)
Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan
Garis Weber. Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa
Tenggara), dan Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan
jenis-jenis endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di
bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini memiliki juga unsur-unsur baik
dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia. Wallace berpendapat
bahwa laut tertutup es pada Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan
24
Australia dapat menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Kalaupun jenis Asia
tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis Australia di bagian timur, hal
ini karena Kawasan Wallacea sesungguhnya dulu merupakan palung laut yang
teramat dalam sehingga fauna sukar untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.
E. GARIS WEBER
Garis Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora dan
fauna di paparan sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur dari
utara ke selatan antara kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara
Timur dengan Australia. Garis ini dicetuskan oleh Max Carl Wilhelm Weber atau
Max Wilhelm Carl Weber (lahir di Bonn, 5 Desember 1852 – meninggal di
Berbeek, 7 Februari 1937 pada umur 84 tahun) adalah seorang ilmuwan ahli ilmu
hewan (zoologis) dan biogeografi berkebangsaan Jerman-Belanda.
Weber secara khusus tertarik dengan kedalaman laut di selat Lombok, yaitu
selat yang memisahkan antara Pulau Bali dengan Pulau Lombok, dimana
sebelumnya Wallace menyatakan bahwa selat antara Pulau Bali dan Pulau Lombok
menjadi tanda pemisah bagi fauna yang bercirikan Asia dan fauna yang bercirikan
Australia. Tetapi penemuan Weber mengindikasikan bahwa kedalaman laut di
Selat Lombok hanya sekitar 312 m yang berarti selat Selat Lombok tidak begitu
dalam. Sehingga demikian setelah ditelaah lebih dalam lagi, terutama kondisi fauna
di kepulauan Indonesia Timur khususnya di Celebes dan Maluku, menurut Weber,
garis pemisah yang kuat antara fauna Asia dan Australia tidaklah ada, akan tetapi
semakin menuju ke arah timur dari kepulauan nusantara, maka fauna bercirikan
Asia semakin berkurang, dan sebaliknya, fauna yang bercirikan Australia semakin
banyak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Weber ini oleh sebagian peneliti
dianggap telah memindahkan garis Wallace lebih ke arah timur yang mana
kemudian garis ini dinamakan dengan “Garis Weber”, meski Weber sendiri tidak
begitu menyetujui garis imajiner pemisah sebagaimana garis imajiner Wallace.
Garis imajiner Weber dipopulerkan oleh Paul Pelseneer di tahun 1904. Dalam
pandangan modern secara umum dapat diterima bahwa antara garis Wallace dan
garis Weber merupakan zona transisi yang disebut “Wallacea”. Ilmuwan dapat
memberikan gambaran bahwa garis Wallace antara Borneo dan Celebes merupakan
ujung dari lempengan benua Asia, sedangkan garis Weber antara Celebes dan
Kepulauan Maluku mencerminkan keseimbangan fauna antara fauna yang
25
bercirikan Asia dengan Australia. Sekembalinya Weber dari penjelajahan di Hindia
Timur, ia menerbitkan hasil penelitiannya dalam suatu publikasi ilmiah yang
berjudul “Zoologische Ergebnisse einer Reise in Niederländisch Ost-Indien”.
Secara umum,titik utama penelitian Weber adalah tentang biologi kelautan
yang difokuskan pada jalur migrasi invertebrate laut dan ikan-ikan pelagis (yang
menghuni lapisan laut menengah dan atas). Dalam melakukan penelitia, ia bersama
teman-temannya menemukan cukup banyak ikan-ikan dan hewan laut jenis baru,
contohnya seperti kerang lentera (filum Brachiopoda), yang ditemukan di beberapa
kepualauan di bagian timur nusantara seperti di daerah Banda, Ambon, Seram, Kei,
Sulawesi, Sulu dan Selayar. Sedangkan menurut Tomascik (1997), ekspedisi
Siboga di nusantara berhasil menemukan sebanyak 70 spesies dan 27 genera
karang ahermatypic, termasuk 3000 spesies sponge (rumput laut). Selain itu peta
batimetri (peta konfigurasi dasar laut) yang pertama untuk nusantara dihasilkan
pula dari ekspedisi ini.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemisahan Pangea menjadi Laurasia dan Gondwana terjadi sekitar 250 juta
tahun yang lalu, diduga disebabkan karena adanya pegerseran lempeng atau
kerak bumi yang menggerakan kerak bumi diatasnya sehingga memisahkan
Lauransia dan Gondwana.
2. Daratan terbentuk disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adanya gaya
eksogen yang disebabkan oleh aktivitas di luar bumi dan endogen yang
disebabkan oleh aktivitas di dalam bumi. Selain itu, terjadi penurunan suhu
bumi secara sserempak sehingga dapat menyebabkan daratan retak lalu
terpisah-pisah.
3. Terdapat beberapa teori mengenai terbentuknya Kepulauan Indonesia,
diantaranya Indonesia muncul dari dasar laut (1960-an), Indonesia sebagian
besar berasal dari Gondwana dan sebagian berasal dari Laurasia, serta
Indonesia berasal dari Gondwana.
4. Terjadinya evolusi di permukaan bumi mengakibatkan terjadinya penyebaran
hewan dan tumbuhan atau biasa disebut biogeografi. Selain karena evolusi,
terdapat faktor penting yang berpoeran dalam penyebaran tumbuhan dan
hewan diataranya perubahan iklim dan daratan yang berperan sebagai jembatan
bagi penyebaran tersebut.
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29