Anda di halaman 1dari 19

GUNUNG SELAWA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

FIKRI RAHMAWAN
SHENDY PRASETYO
ASYA AYUDHIA RAHMAH
MAISURA

DOSEN PENGAMPU:
HUSNA DIAH, S.PD., M.SC.

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR
 
Alhamdulillahirabbil’alamin, tiada kata yang pantas kami ucapkan selain
rasa syukur yang tiada hentinya atas rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
melimpahkan nikmat sehat dan semangat sehingga kami dapat mennyusun
makalah ini hingga selesai tanpa ada halangan yang berarti. Salawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
dan semoga kita tetap menjadi pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen pengampuh mata
kuliah “Geologi Umum” yang telah memberikan kami arahan dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena adanya keterbatasan referensi dan ilmu kami sebagai penyusun.
Oleh karena itu, saran dan tanggapan dari berbagai pihak sangat kami harapkan
demi untuk penyunan makalah yang lebih baik kedepannya. Akhir kata semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Banda Aceh, 7 Nov 2022

Penyusun

1
``
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH...................................................................3
2.1 Letak Astronomis Negara Indonesia..........................................................3
2.2 Klasifikasi Gunung Berapi.........................................................................5
2.3 Bentuk Lahan Asal Proses Vulkanik Yang Terbentuk...............................7
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Gunung Api..................................................10
2.5 Kondisi Sekitar Gunung Api Dan Dampak Jika Terjadi Erupsi.................11
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

2
``
3
``
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia secara geologis berada pada 3 zona lempeng dunia yaitu
lempeng Australia (atau lempeng Indo-Australia), lempeng Eurasia (bagian
kecilnya adalah lempeng benua Asia), lempeng pasifik (atau lempeng dasar
samudera pasifik), lempeng Australia (Hall, 2009). Secara geografisnya,
negara Indonesia terletak pada dua benua, melewati garis khatulistiwa, dan
dua samudera. Letak geologis dan geografis membuat Indonesia memiliki
karakteristik relief yang terdiri dari daratan, perbukitan, dan gunung api, yang
membuat negara indonesia mempunyai banyak potensi-potensi sumber daya
alamnya (Hall, 2009)
Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi
geologi yang menarik. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh
tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar. Tumbukan Lempeng Eurasia dan
Lempeng India-Australia mempengaruhi Indonesia bagian barat, sedangkan pada
Indonesia bagian timur, dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng
Samudra Pasifik dari arah timur. Kondisi ini tentunya berimplikasi banyak
terhadap kehidupan yang berlangsung di atasnya hingga saat ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Deskripsikan letak astronomis negara berada pada pertemuan lempeng apa?
2. Klasifikasi gunung api berdasarkan: aktifitasnya, lokasi pusat kegiatan, tipe
letusan (viskositas, tekanan gas dan kedalaman dapur magma), bentuknya,
sejarah letusan!
3. Uraikan bentuk lahan asal proses vulkanik yang terbentuk!
4. Jelaskan faktor yang mempengaruhi gunung api!

4
``
5. Jelaskan bagaimana kondisi sekitar gunung api ( apakah ada pemukiman,
pertanian, dll) apakah terdampak jika terjadi erupsi?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang
bagiamana kondisi geologi di Indonesia dan juga dapat dijadikan refrensi oleh
pembaca

5
``
6
``
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LETAK ASTRONOMIS NEGARA INDONESIA

Jika bicara tentang lempeng, maka tak bisa dilepaskan dari teori tektonik
lempeng atau terbentuknya bumi yang di mana bumi terbentuk karena adanya
pergerakan di bawah permukaan bumi. Selain itu, teori ini sudah mulai terkenal
sekitar tahun 1960-an. Bahkan teori ini sudah menggantikan ilmu pengetahuan
tentang bumi yang umumnya menggunakan peristiwa geologi, seperti gunung
berapi, pegunungan, hingga gempa bumi.
Kemudian, teori tektonik lempeng ini terdiri dari lapisan terluar dari bumi
atau lapisan litosfer. Dalam hal ini, lapisan litosfer ini terdiri dari kerak dan
mantel bumi yang kemudian terpecah hingga berubah menjadi suatu lempengan
atau batuan-batuan besar.
Selain itu, kelurusan pada suatu lempeng biasanya terletak di atas susunan
batuan pada bagian atas astenosfer. Lalu, faktor penyebab dari terbentuknya
pergeseran lempeng tektonik adalah arus konveksi astenosfer dan litosfer.
Kemudian dari arus itu membentuk lempeng-lempeng yang akan bergerak dengan
kecepatan yang berbeda-beda.
Pergerakan yang terjadi diperkirakan 2 hingga 15 cm per tahun. Sedangkan
keterkaitan antar lempeng tektonik besar yang ada di dunia ini bisa dibilang
memiliki peran yang sangat besar terhadap perubahan geologi yang ada di dunia
ini. Adapun contoh peristiwa yang memiliki pengaruh besar, seperti pegunungan
Himalaya di area Asia, Rifr Afrika Utara, dan Patahan San Andreas di California.
Secara geografis, Indonesia berada di wilayah lingkaran api pasifik atau cincin api
pasifik dimana merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia seperti
Lempeng Indo-Austalia, Lempeng Eurasia dan Lempek Pasifik.

3
``
2.1.1 Lempeng Indo-Australia
Lempeng Indo-Australia ini memiliki luas kurang lebih 58,9 juta kilometer
persegi. Kemudian, lempeng Indo-Australia terbentuk dari penyatuan lempeng
antara lempeng Australia dan lempeng India pada jutaan tahun yang lalu. Lalu,
pada beberapa tahun yang lalu atau ketika lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia saling bertubrukan, maka terjadilah pembentukan pegunungan
Himalaya.
Selain itu, beberapa peneliti yang sudah meriset tentang lempeng Indo-
Australia, meyakini bahwa lempeng India dan juga lempeng Australia
merupakan dua lempeng yang saling terpisah dalam beberapa jutaan tahun lalu.
Di negara Indonesia, lempeng Indo-Australia ini berada pada wilayah bagian
timur, seperti pulau Papua dan juga pulau Nusa Tenggara Timur yang kemudian
saling berhubungan dengan lempeng Eurasia di sebelah barat dan di sebelah
utara terdapat lempeng Pasifik.

2.1.2 Lempeng Eurasia


Lempeng di Indonesia selanjutnya adalah lempeng Eurasia. Lempeng yang
satu ini diperkirakan memiliki luas kurang lebih 67,8 juta km persegi.
Dikarenakan lempeng ini cukup luas, maka lempeng yang satu ini termasuk ke
dalam lempeng ketiga terbesar di dunia. Bahkan, hampir semua wilayah di
benua Eropa dan Asia berada di dalam lempeng yang satu ini.
Selain itu, sudah banyak skema geologi yang terjadi pada lempeng Eurasia.
Bahkan, beberapa skema geologi yang terjadi cukup besar, salah satunya adalah
pada pembentukan pegunungan Himalaya dan juga pembentukan Danau Laut
Kaspia. Danau tersebut menjadi danau terbesar yang ada di dunia.
Sampai saat ini, lempeng Eurasia bisa dibilang sebagai lempeng paling aktif
secara geologis. Oleh karena itu, pada wilayah yang dilewati oleh lempeng ini
biasanya akan terjadi peristiwa gunung berapi hingga peristiwa gempa bumi.
Pada negara Indonesia, wilayah yang dilewati oleh lempeng ini merupakan
pulau-pulau besar, seperti pulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Sulawesi, dan

4
``
pulau Kalimantan. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa lempeng Eurasia
merupakan alas dari Indonesia saat ini.
2.1.3 Lempeng Fasifik
Lempeng ketiga yang mengelilingi Indonesia selanjutnya adalah lempeng
Pasifik. Lempeng pasifik ini diperkirakan memiliki luas kurang lebih 103,3 juta
kilometer persegi. Oleh karena itu, lempeng ini merupakan lempeng terbesar
yang ada di dunia ini. Selain itu, letak lempeng ini ada di bawah Samudera
Pasifik yang dimulai dari bagian utara dari pulau Papua, Indonesia.
Pada umumnya, lempeng Pasifik bisa dibilang sebagai kerak dari Samudera
kecuali di wilayah sekitaran California dan Selandia Baru. Bahkan, lempeng
yang satu ini cukup berperan dalam pembentukan kepulauan Hawaii.
Pada awalnya, kepulauan Hawaii ini merupakan gunung berapi yang ada di
bawah laut, kemudian terdorong ke atas hingga membentuk suatu daratan yang
ada pada jutaan tahun yang lalu. Lalu, pembentukan gunung berapi ini terjadi
melalui beberapa titik di lempeng Pasifik. Kemudian, setiap batas-batas luar dari
lempeng Pasifik ini membentuk Cincin Api di dasar Samudera Pasifik yang di
mana dari Cincin Api tersebut menyebabkan gunung berapi di beberapa wilayah.

2.2 KLASIFIKASI GUNUNG BERAPI


2.2.1 Jenis Gunung Api Berdasarkan Aktivitasnya
1. Gunung api aktif, yakni gunung api yang masih bekerja dan mengeluarkan
asap, letusan, dan gempa.
2. Gunung api mati, yaitu gunung api yang tidak memiliki catatan erupsi sejak
tahun 1600.
3. Gunung api istirahat, yaitu gunung api yang meletus sewaktu-waktu lalu
istirahat. Misalnya Gunung Ceremai dan Kelud.

2.2.3 Jenis Gunung Api Berdasarkan Bentuk dan Terjadinya


1. Gunung api maar
Gunung api ini berbentuk seperti danau kawah. Proses terjadinya berasal dari
letusan besar yang kemudian membentuk lubang besar di puncaknya.Material

5
``
yang dikeluarkan oleh gunung api maar adalah benda padat dan efflata,
misalnya adalah Gunung Lamongan.
2. Gunung api kerucut/strato
Gunung api kerucut adalah jenis gunung api yang paling sering dijumpai.
Bentuk gunung api ini memang seperti kerucut dan punya lapisan lava serta
abu yang berlapis-lapis. Gunung api strato terbentuk karena letusan serta
lelehan batuan panas serta cair. Lelehan yang kerap terjadi inilah yang
menyebabkan lereng berlapis dan disebut strato.Sebagian besar gunung api di
Indonesia juga termasuk dalam gunung api kerucut, misalnya Gunung Merapi.
3. Gunung api perisai/tameng
Gunung api perisai terbentuk karena lelehan yang keluar dari tekanan rendah.
Sehingga, nyaris tidak ada letusan serta terbentuk lereng sangat landai yang
kemiringannya 1 sampai 10 derajat. api, di Indonesia tidak ada gunung api
jenis perisai. Contoh gunung api perisai/tameng adalah Gunung Maona Loa
Hawaii yang ada di Amerika Serikat.

2.2.4 Jenis Gunung Api Berdasarkan Tipe Letusan/Intensitas


1. Hawaiian
Gunung api tipe hawaiian mempunyai tipe letusan dengan beberapa
karakteristik, yaitu pancuran lava ke udara yang ketinggiannya mencapai 200
meter, mengalir secara bebas, dan mudah bergerak.
2. Strombolian
Gunung api strombolian mempunyai ciri letusan yang ketinggiannya mencapai
500 meter dan pijarnya seperti kembang api.
3. Volcanian
Letusan gunung api jenis ini akan membentuk volcano yang disertai awan
panas padat.
4. Pelean
Jenis gunung api tipe pelean memiliki ciri letusan paling merusak karena
magma yang yang keluar berasal dari lereng gunung yang lemah.

6
``
5. Merapi
Ciri letusan gunung api jenis merapi adalah adanya guguran lava pijar saat
kubah lavanya runtuh.
6. St. Vincent
Gunung api jenis st. vincent mempunyai letusan yang dibarengi longsoran
besar serta awan panas yang dapat menutupi area luas.
7. Sursteyan
Tipe letusan gunung api jenis sursteyan sama dengan volcanian, tetapi
kekuatan letusannya lebih besar.
8. Plinian
Gunung api jenis plinian punya letusan eksplosif yang sangat kuat dan tinggi
letusannya bisa lebih dari 55 kilometer.

2.2.5 Jenis Gunung Api Berdasarkan Sejarah Letusannya


1. Gunung api tipe A
Gunung api tipe A punya sejarah letusan sejak tahun 1600 dan di Indonesia
jumlahnya ada 76.
2. Gunung api tipe B
Gunung api tipe B punya sejarah letusan sebelum tahun 1600 dan jumlahnya di
Indonesia ada 30.
3. Gunung api tipe C
Gunung api yang tidak punya catatan sejarah letusan, tapi masih menunjukkan
jejak aktivitas vulkanik, contohnya solfatara atau fumarole.

2.3 BENTUK LAHAN ASAL PROSES VULKANIK YANG TERBENTUK


Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bentuk-
bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif
(aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang
membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng
bahkan kadang sampai kaki lereng. Struktur vulkanik yang besar biasanya
ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini terbentuk

7
``
volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan membentuk
kaldera yang besar. Kekomplekkan terrain vulkanik akan terbentuk bila proses-
proses yang non-vulkanik berinteraksi dengan vulkanisme. Proses patahan yang
aktif akan menghasilkan erupsi linier dan depresi volkano-tektonik. Satuan
bentuklahan vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi satuan-satuan yang lebih
kecil, dan sebagai contoh penyimbulannya antara lain : satuan kepundan (VK),
satuan kerucut parasiter (VKp), satuan lereng vulkan (VL), satuan kakilereng
gunungapi (VLk) dan satuan dataran fluvial gunungapi (VDk).
            Proses erosi vertikal yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar
dan curah hujan yang tinggi membentuk lembah-lembah sungai yang curam dan
rapat serta dibatasi oleh igir-igir yang runcing dengan pola mengikuti aliran
sungai-sungainya. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama menyebabkan
terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi dengan kemiringan
lereng yang curam pada bagian lereng atas, kemudian terdapat tekuk lereng (break
of slope) yang mencirikan munculnya mata air membentuk sabuk mata
air (springbelt).
            Pola aliran sungai terbentuk akibat proses geomorfologi yang bekerja pada
batuan di permukaan, sehingga terbentuk pola yang relatif annular sentrifugal
dengan anak-anak sungai utama relatif sejajar, kemudian bertemu pada tekuk
lereng pertama. Beberapa sungai bertemu kembali pada tekuk lereng kedua, dan
seterusnya. Kerapatan aliran umumnya tinggi pada lereng atas dan tengah, yang
semakin menurun kerapatannya ke arah lereng bawah dan kaki lereng.
            Pola-pola kelurusan yang ada umumnya berupa igir-igir curam di kanan-
kiri sungai, pola kelurusan kontur yang melingkar serta break of slope yang
berasosiasi dengan spring belt. Vegetasi umumnya rapat berupa hutan lindung di
bagian atas, hutan penyangga di tengah dan akhirnya menjadi lahan budidaya
pertanian di bagian kaki lereng sampai dataran fluvialnya. Permukiman dapat
dijumpai mulai pada lereng tengah dengan kerapatan jarang ke arah bawah yang
mempunyai kerapatan semakin padat.
            Kenampakan dari foto udara, tekstur umumnya kasar tetapi seragam pada
ketinggian atau klas lereng sama, semakin ke bawah semakin halus; rona agak

8
``
gelap sampai gelap; pola agak teraturdan umumnya kenampakan fisik mempunyai
pola yang kontinyu. Kenampakan yang khas adalah bahwa pada pusat kepundan
akan terlihat suatu kerucut yang di sekitarnya terdapat hamparan hasil erupsi tanpa
vegetasi penutup sedikitpun. Bekas-bekas aliran lava cair akan tampak berupa
garis-garis aliran di sekitar kepundan dan berhenti membentuk blok-blok dinding
terjal akibat pembekuan di luar. Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi
menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan
bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan
lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar
kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Struktur vulkanik yang besar
biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini
terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan

membentuk kaldera yang besar. Kekomplekkan terrain  vulkanik akan


terbentuk bila proses-proses yang non-vulkanik berinteraksi dengan vulkanisme.
Proses patahan yang aktif akan menghasilkan erupsi linier dan depresi volkano-
tektonik. Satuan bentuklahan vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi satuan-
satuan yang lebih kecil, dan sebagai contoh penyimbulannya antara lain : satuan
kepundan (VK), satuan kerucut parasiter (VKp), satuan lereng vulkan (VL),
satuan kakilereng gunungapi (VLk) dan satuan dataran fluvial gunungapi (VDk).
            Proses erosi vertikal yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar
dan curah hujan yang tinggi membentuk lembah-lembah sungai yang curam dan
rapat serta dibatasi oleh igir-igir yang runcing dengan pola mengikuti aliran
sungai-sungainya. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama menyebabkan
terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi dengan kemiringan
lereng yang curam pada bagian lereng atas, kemudian terdapat tekuk lereng (break
of slope) yang mencirikan munculnya mataair membentuk sabuk
mataair (springbelt).
            Pola aliran sungai terbentuk akibat proses geomorfologi yang bekerja pada
batuan di permukaan, sehingga terbentuk pola yang relatif annular sentrifugal
dengan anak-anak sungai utama relatif sejajar, kemudian bertemu pada tekuk

9
``
lereng pertama. Beberapa sungai bertemu kembali pada tekuk lereng kedua, dan
seterusnya. Kerapatan aliran umumnya tinggi pada lereng atas dan tengah, yang
semakin menurun kerapatannya ke arah lereng bawah dan kaki lereng.
            Pola-pola kelurusan yang ada umumnya berupa igir-igir curam di kanan-
kiri sungai, pola kelurusan kontur yang melingkar serta break of slope yang
berasosiasi dengan spring belt. Vegetasi umumnya rapat berupa hutan lindung di
bagian atas, hutan penyangga di tengah dan akhirnya menjadi lahan budidaya
pertanian di bagian kaki lereng sampai dataran fluvialnya. Permukiman dapat
dijumpai mulai pada lereng tengah dengan kerapatan jarang ke arah bawah yang
mempunyai kerapatan semakin padat.
            Kenampakan dari foto udara, tekstur umumnya kasar tetapi seragam pada
ketinggian atau klas lereng sama, semakin ke bawah semakin halus; rona agak
gelap sampai gelap; pola agak teraturdan umumnya kenampakan fisik mempunyai
pola yang kontinyu. Kenampakan yang khas adalah bahwa pada pusat kepundan
akan terlihat suatu kerucut yang di sekitarnya terdapat hamparan hasil erupsi tanpa
vegetasi penutup sedikitpun. Bekas-bekas aliran lava cair akan tampak berupa
garis-garis aliran di sekitar kepundan dan berhenti membentuk blok-blok dinding
terjal akibat pembekuan di luar. 

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GUNUNG API


Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan erupsi:
1. Viskositas/Kekentalan Magma
Magma yang bertipe kental cenderung akan menghasilkan erupsi bertipe
eksplosif sementara magma yang bertipe cair akan menghasilkan erupsi tipe
efusif. Viskositas magma dipengaruhi oleh kandungan Silikat dan temperatur
magma. 
Semakin tinggi kandungan silikat maka makin tinggi viskositasnya atau
makin kental. Sebaliknya, makin tinggi temperaturnya, makin rendah
viskositasnya. Magma jenis basaltik lebih mudah mengalir daripada magma
andesitik atau riolitik. Contoh magma basaltik adalah erupsi Kilauea di Hawaii.

10
``
2. Kedalaman Dapur Magma
Dapur magma adalah suatu ruangan di bawah tubuh gunung api yang
menjadi tempat magma berkumpul. Kedalaman dapur magma bervariasi di setiap
lokasi gunung api dari mulai 2 - 5 km di bawah permukaan tanah.
Dapur magma terbentuk karena magma berhasil menerobos lapisan batuan
dan berkumpul pada suatu area di litosfer. Semakin dalam dapur magma biasanya
akan menghasilkan letusan yang besar dibandingkan dapur magma yang dangkal. 
3. Tekanan Gas
Magma adalah bahan zat cair kental yang bersifat panas dan mengandung
gas bertekanan tinggi. Jika tekanan gas di dapur magma tinggi maka ledakan
eksplosif akan terbentuk dan menghasilkan erupsi berupa muntahan material
piroklastik.
Sementara itu jika tekanan gas di dapur magma tidak terlalu besar maka
biasanya akan menghasilkan erupsi tipe aliran tanpa adanya letusan besar material
piroklastik.
 4. Luas Dapur Magma
Setiap gunung api memiliki dapur magma masing-masing dan tidak
terkoneksi satu dengan lainnya. Oleh sebab itu kondisi luas dapur magma setiap
gunung api berbeda-beda. Gunung api yang memiliki dapur magma yang luas
maka akan potensial menghasilkan letusan besar karena bahan dasar erupsinya
banyak.
Magma bisa menerobos ke litosfer karena adanya tekanan yang memebuat
kerak bumi terkoyak. Tidak semua lapisan kerak bumi diterobos magma karena
ketebalan dan kekuatan batuan berbeda-beda di setiap wilayah.

2.5 KONDISI SEKITAR GUNUNG API DAN DAMPAK JIKA TERJADI


ERUPSI

Secara geografis, letak Indonesia memang berpotensi memiliki banyak


sekali gunung berapi yang masih aktif. Adanya gunung berapi yang masih aktif

11
``
tersebut memang memberikan bencana sekaligus anugerah bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar lereng gunung. Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, Surono, mengatakan terdapat sekitar 4 juta orang
penduduk yang tinggal di daerah rawan gunung api di Indonesia. Lahar panas
yang menyembur dari dalam gunung, daerah sekitar gunung. Seperti air bah yang
meluap, lahar dingin tersebut melahap segala sesuatu yang dilaluinya. Tak
terkecuali lahan persawahan penduduk yang memang lokasinya berada di lereng
gunung. Bencana tersebut membawa kerugian bagi penduduk, karena tidak hanya
sawah mereka yang habis dilahap tapi rumah mereka juga menjadi korbannya.
Biarpun lahar dingin tersebut membawa kesengsaraan penduduk sekitar lereng,
namun setelahnya justru membawa anugerah. Pasalnya tanah menjadi subur,
cocok untuk sawah para petani yang semula habis terlahap lahar.

12
``
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, daat di simpulkan bahwa:
a) Vulkanisme adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi.
b) Adanya vulkanisme dapat dicirikan oleh adanya mayor, minor, gua lapa, dan
Ekshalasa.
c) Ada beberapa yang mempengaruhi bentuk gunung api dan proses vulkanisme
anatara lain, Sifat magma (komposisi, kekentalan),Tekanan (berhubungan
dengan jumlah kandungan gas), Kedalaman dapur magma,Factor eksternal
(iklim, suhu) dan Klasifikasi gunung api.

13
``
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5842852/jenis-gunung-api-menurut-
sejarah-erupsi-aktivitas-bentuk-dan-tipe-letusan.

Soetoto. 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kurniawan Alva. 2010. Jurnal Ilmu Bumi Indonesia: Studi Karakteristik Aktivitas
Vulkanis Gunungapi Merbabu Berdasarkan Kondisi Geomorfologi,
Distribusi Material Vulkanis, Dan Catatan Aktivitasnya.

https://www.kompasiana.com/www.sumiarrofi.com/
55106343a333117c39ba81ba/kehidupan-masyarakat-di-sekitar-lereng-
gunung-berapi

14
``

Anda mungkin juga menyukai