PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA: PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA DAN JEPANG A. PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA ABAD 19 DAN 20 1. Pemerintahan Kolonial Belanda a. Gubernur Jenderal Daendels Bataafsche Republiek dihapus oleh Kaisar Napoleon Bonaparte,1807,dan diganti bentuknya menjadi Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda) di bawah pim-pinan Louis Napoleon Bonaparte, adik kaisar Napo-leon. Louis Napoleon mengirim Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan tugas utama mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Daendels sampai di Batavia pada tahun 1808, dan antara lain melakukan tindakan- tindakan sebagai berikut: 1) Daendels menambah tentaranya dengan orang orang pribumi, membangun tangsi-tangsi, benteng-benteng,pabrik mesiu dan rumah sakit tentara. 2) Daendels membuat jalan pos dari Anyer di Ban ten sampai Panarukan di Banyuwangi dengan sistem bekerja rodi paksaan. 3) Daendels membuat perahu-perahu perang kecil sebanyak 40 buah; merencanakan pembangunan pelabuhan perang di Banten Selatan dan Merak, tetapi tidak pernah selesai.Yang berhasil adalah memperkuat pelabuhan Surabaya. 4) Daendels menyusun aturan-aturan baru tentang sopan-santun hubungan orang Belanda dengan raja-raja di Jawa Tengah. Aturan ini ditentang Sultan Yogyakarta. 5) Daendels menjual tanah kepada orang-orang swasta bangsa Belanda,Cina,dan Arab.Di sam-ping itu, dengan alasan kesehatan, ia memperluas kota Batavia dengan Weltevreden dan Meester Cornelis. b. Penjajahan oleh Inggris Daendels dipanggil dan digantikan oleh Gubernur Jen-deral Jansens.Tentara Inggris menyerang pemerintah kolonial Belanda, dan Belanda menyerah, 1811.Aki-batnya Indonesia menjadi jajahan East Indian Com-pany,Inggris, yang dikepalai oleh Letnan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles(1811-1816). Tindakan-tindakan yang dilakukan Raffles selama berkuasa, antara lain: 1) Membagi pulau Jawa menjadi 16 daerah keresi-denan, sehingga memudahkan untuk mengadakan susunan bar tentang pengadilan.berdasarkan pengadilan Inggris. 2) Mengadakan pajak tanah (landrente), Pajak hasil bumi yang dijalankan oleh VOC diganti dengan pajak tanah. 3) Meletakkan batu pertama dalam membangun pengetahuan di Indonesia.Penyelidikanmya,yang dibantu orang-orang Indonesia,dikumpulkan dalam buku "History of Java". Di samping itu ia juga membantu dan menyokong perkumpulan kebudayaan dan pengetahuan seperti Batavia. asch Genootschap dan sebagainya. 4) Menjual tanah kepada pihak-pihak swasta,dan yang terkenal adalah tanah di Pamanukan, Ciasem dan Tegalwaru,Jawa Barat. 5) Mengadakan penggantian dan pengawasan ter-hadap raja-raja di Jawa. Komisi Jenderal Komisi Jenderal yang terdiri atas Van der Capellen, Elout.dan Buyskes datang ke Jawa dengan tugas: 1) Mengurus pengembalian Indonesia dari Inggris kepada Belanda; 2) Mengurus perbaikan pemerintahan Hindia Be-landa; 3) Mengurus perbaikan perekonomian yang pada waktu itu sudah merosot. Usaha pertamanya dilakukan dengan mendirikan Nederlandsche Handel Maatschapij sebagai perkumpulan para kapitalis Belanda, pada tahun 1824,dengan tujuan memperoleh keuntungan sebesar- besarnya.Pada awalnya bermaksud menjalankan perekonomian liberal, tetapi karena kekurangan modal dan mendapat persaingan ketat dari kapitalis-kapitalis Inggris,akhirnya menjalankan monopoli. d. Tanam Paksa,1830-1865 Gubernur Jenderal Van den Bosch,yang mulai men jalankan tugas 1830, menjalankan Culturstelsel (Tanam Paksa). Penduduk di beberapa daerah di Indone-sia diwajibkan menanam sebagian tanahnya dengan tanaman yang laku dijual di Eropa, misalnya kopi, tebu,kapas, tarum, dan sebagainya. Hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah. Menurut Van den Bosch, Tanam Paksa didasarkan pada hukum adat, yang menyatakan bahwa:“Barangsiapa berkuasa, memiliki tanah dan penduduknya.” Tanam Paksa membuat negeri Belanda kaya, tetapi sebaliknya menyebabkan rakyat bumi putera menjadi mende-rita. Selama pelaksanaan Tanam Paksa di Jawa antara 1830-1878,negeri Belanda mendapat keuntungan bersih 800 juta gulden. e. Liberalisasi Perekonomian Setelah kaum liberal di negeri Belanda memperoleh kemenangan di parlemen, maka diusulkan agar di-adakan liberalisasi di Hindia Belanda. Upaya-upaya tersebut antara lain berupa: 1) Penghapusan Tanam Paksa sejak tahun 1865 secara berangsur-angsur, dan baru 1915 Tanam Paksa kopi yang terakhir dihapuskan. 2) Diterimanya Undang-Undang Komtabilitas (Comptabilitietswet) pada tahun 1860. Hal ini berarti bahwa anggaran belanja Hindia Belanda disusun bersama-sama antara pemerintah di negeri Belanda dengan pemerintah kolonial Belanda di Hindia Belanda. 3) Diterimanya Undang-undang Agraria (hak atas tanah) atau Agrarische wet,pada tahun 1870. Akibatnya: a) Para kapitalis Belanda diperbolehkan menanamkan modalnya di Indonesia dengan menyewa tanah-tanah yang belum pernah diusahakan oleh orang Indonesia selama 75 tahun. Dengan demikian timbullah perkebunan - perkebunan besar yang diusahakan oleh para kapitalis Belanda. b) Menjaga hak milik bangsa Indonesia, tanah Indonesia tidak boleh dijual kepada bangsa asing; dan hanya dapat dijual kepada bangsa Indonesia sendiri. Perubahan Tanam Paksa menjadi perusahaan perkebunan swasta ti. daklah mengubah nasib rakyat, karena para kapitalis Belanda dengan bantuan pemerintah Belanda yang dibantu Pamong Praja me-maksa pekerja dengan upah yang serendah-rendahnya, enam sen sehari. f.Perang Perlawanan Perlakuan yang tidak adil, sewenang-wenang dari pe-merintah Hindia Belanda terhadap para raja dan rakyat bumi putera mengakibatkan perang perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda.Perang-perang perlawanan tersebut antara lain,yaitu: 1) Perang Diponegoro (1825-1830). 2) Perang Padri(1821-1830). 3) Perang Aceh(1837-1904). 4) Perang Batak (1878-1907). 5) Perang Bali(1814-1849). g. Politik Etis 1) Douwes Dekker Ia adalah seorang kontrolir perkebunan,dengan kesucian hati membela nasib rakyat Banten yang ditindas, baik oleh pemerintah Belanda maupun oleh orang-orang Pamong Praja yang menjadi alat pemerintah kolonial Belanda. Ia mengirimkan surat kepada Gubernur Jenderal agar pemerintah Hindia Belanda memperbaiki nasib rakyat Ban-ten,ketika suratnya ditolak, maka ia keluar dari pegawai pemerintah Belanda, dan pulang ke negeri Belanda. Disini ia mengarang buku Max Havelaar dengan nama samaran Multatuli, yang artinya saya sangat menderita. Buku ini meng-gugah orang- orang Belanda akan keburukan pe-merintah Hindia Belanda,dan mendorong lahirnya politik etis atau politik balas budi. 2) Baron van Hoevell Ia adalah seorang pendeta Protestan,yang secara berapi-api membela kebenaran dan minta per-baikan nasib rakyat Hindia Belanda di dalam sidang Parlemen Belanda. 3) Theodoor Conradt van Deventer Ia menulis dalam majalah De Gids pada tahun 1899 dengan judul:"Een Eereschuld"(Hutang Budi).Di dalam tulisan tersebut, ia menunjukkan bahwa sesudah Belanda dalam waktu yang sulit diberi bantuan berjuta-juta gulden darijerih payah rakyat HindiaBelanda,maka sudah sepatutnya jika uang tersebut dianggap sebagai hutang,yang harus dikembalikan lagi kepada rakyat Hindia Belanda dengan jalan: a)Memperkecil dan meringankan beban rakyat Hindia Belanda; b) Memberantas hal-hal yang menghambat kemajuan rakyat Hindia Belanda; c) Memajukan pengajaran di Hindia Belanda. Sehubungan dengan hal tersebut, Van Deventer mengusulkan trilogi memajukan rakyat Hindia Belanda,yang terdiri atas: a) Irigasi atau Pengairan, b) Emigrasi atau Pemindahan Penduduk,dan c) Edukasi atau Pendidikan 4) Komisi Visman Tugas komisi ini adalah mempelajari kemung-kinan pembaharuan tata negara di Hindia Belanda. 5) Volksraad Pada tahun 1917,Hindia Belanda diberi Volksraad atau Dewan Perwakilan Rakyat. 6) November Belofte Ratu Wilhelmina memberikan janji tentang pem-baharuan tata negara di Hindia Belanda, yang di-sebut Janji November atau November Belopte. Pelaksanaan janji tersebut hanya dengan menga-dakan Undang-undang Pembaharuan pemerintah, yang disebut Bestuurshervormingswet,yang dikeluarkan pada tahun 1922. 7) Janji Ratu Wilhelmina 1942 Untuk dapat bantuan dari rakyat Hindia Belanda dalam menghadapi Perang DuniaII,Ratu Wil-helmina,pada tahun 1942 sekali lagi memberi janji tentang pembaharuan-pembaharuan pemerintah Hindia Belanda. h. Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada bala ten-tara Jepang di Kalijati, 10 Maret 1942. 2. Kecenderungan Umum Penyelenggaraan Pendidikan Pemerintah Kolonial Belanda kelihatannya mem-biarkan perkembangan pendidikan Islam di nusantara. Perkembangan Pendidikan Islam di nusantara selama abad ke-19 sampai zaman penjajahan Jepang, seku-rang-kurangnya menunjukkan tiga arah sebagai berikut: 1) Melanjutkan sistem lama atau Pendidikan Islam Tradisional dalam bentuk Pengajian Quran dan Pengajian Kitab; 2) Mengadakan pembaharuan dalam sistem lama, terutama dalam bentuk Pesantren Modern,mi-salnya,Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, yang didirikan 1899; Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, yang didirikan 1926; dan sebagainya. 3) Mendirikan madrasah atau sekolah agama dalam beberapa jenjang, seperti halnya dengan sekolah umum.Menurut Mahmud Junus, madrasah yang pertama adalah Sekolah Adabiah atau Madrasah Adabiah, yang didirikan di Padang, 1909; madrasah pertama di Aceh adalah madrasah Sa'adah Abadiah yang didirikan oleh Teuku Daud Berueh,1930;madrasah yang tertua di Medan adalah madrasah Maktab Islamiyah,yang di-dirikan 1918,oleh masyarakat Tapanuli Medan; dan sebagainya. b. Pemerintah Kolonial Belanda dalam penyelenggaran peadidikan untuk bumiplanda didasarkan pada kecen-derungan-kecenderungan: 1) Aliran Liberalisme yang berkembang di negeri Belanda,yang menghendaki bersifat netral dalam hal agama, sehingga pendidikan agama tidak di-berikan di sekolah. 2) Politik diskriminasi antara pribumi dengan orang Eropa, yang ditegaskan dalam Algemene Be-palingen van Wetgeving, 1848.Kemudian ditetap-kan dalam pasal 163 Indische Staatsregeling 1 Januari 1926,yang menyatakan bahwa rakyat In-donesia dibedakan dalam tiga golongan: a) Orang Eropa, b) Bumiputera, c) Orang Timur Asing Yang dimaksud golongan Eropa ialah: a) Semua orang Belanda. b) Semua orang, tidak termasuk a, yang asalnya dari Eropa. c) Semua orang Jepang. d) Semua orang yang berasal dari tempat lain, tidak termasuk a dan b, yang negerinya akan tunduk kepada hukum kekeluargaan,yang pada pokoknya berdasarkan asas-asas yang sama dengan hukum Belanda. e) Anak sah atau yang diakui menurut undang-undang dan keturunan selanjutnya dari orang yang dimaksudkan dalam b, c, dan d, yang lahir di Hindia Belanda. Bumi putera ialah semua orang yang termasuk rakyat Indonesia asli dari "Hindia Belanda" dan tidak beralih masuk golongan rakyat lain dari mereka yang mula-mula termasuk golongan rakyat lain, lantas mencampurkan diri dengan rakyat Indonesia asli. Orang Timur Asing ialah semua orang yang bukan orang Eropa atau“Bumiputera.” Sistem diskriminasi ini diterapkan dalam bentuk penggunaan bahasa pengantar di sekolah, yaitu antara yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda dengan bahasa pengantar bahasa Melayu atau daerah. 3) Pembukaan sekolah dan perluasannya lebihba-nyak didorong oleh kebutuhan praktis, yang ber-kaitan dengan pekerjaan di berbagai bidang dan kejuruan,serta pemenuhan pegawai negeri me-nengah dan rendah. c. Penyelenggaraan Pendidikan 1) Sejak 1816,ketika Jawa kembali lagi dikuasai Be-landa, segera tampak bahwa pengaturan tentang persekolahan dan sekolah dasar lebih ditujukan pada pendidikan untuk orang-orang Belanda saja. Peraturan pemerintah yang dikeluarkan pada tahun 1818, sama sekali tidak menyinggung tentang pendidikan untuk anak-anak bumiputera. 2)Baru dalam 1848 ditetapkan untuk pertama kali-nya adanya anggaran belanja untuk pendidikan orang-orang Indonesia,terutama anak-anak pe-gawai Indonesia,yang berjumlah 25 ribu gulden. Kira-kira tahun 1880biayapendidikan menjadi seperempat juta gulden. 3) Baru dalam tahun 1863 diputuskan melaksanakan pendidikan untuk semua anak-anak bumiputera,dan orang pertama yang menjadi inspektur urus-an pendidikan bumiputera adalah J.A. van der Chijs. 4) Karakteristik sistem penyelenggaraan pendidikan kolonial Belanda: a) Dualistik diskriminatif, yaitu membedakan pendidikan untuk orang-orang Eropa dengan pendidikan untuk orang-orang bumiputera, yang secara yuridis berakar pada pasal 163, Indische Staatsregeling, dan secara aktual dalam bentuk perbedaan penggunaan bahasa pengantar.Sekolah-sekolah Eropa berbahasa pengantar bahasa Belanda, sedangkan seko-lah- sekolah bumiputera berbahasa pengantar bahasa Melayu atau bahasa daerah. b) Sentralistik Pemerintah Kolonial Belanda mempunyai wewenang mengatur penyelenggaraan pen- didikan, baik pendidikan untuk orang-orang Eropa maupun untuk orang-orang bumi-putera. c) Tujuan pendidikan Pendidikan bumiputera bertujuan menghasil-kan tamatan yang dapat menjadi warganegara Belanda kelas dua,yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai negari atau pegawai perusahaan swasta Belanda,tingkat menengah dan rendah. 3. Pendidikan Zaman Kolonial Belanda dalam Abad ke-19 a. Pelayanan pendidikan zaman kolonial Belanda sebelum tahun 1900 dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Sekolah dasar dan lanjutan untuk golongan pen-duduk Eropa, 2) Sekolah dasar negeri dan sekolah raja untukgo-longan penduduk bumiputera, dan 3) Sekolah kejuruan yang dapat diikuti oleh golong-an Eropa dan bumiputera. b. Sekolah Dasar dan Lanjutan Eropa 1) Sekolah dasar Eropa(Europeesche Logere School atau ELS) pertama didirikan oleh Batavia,1817. Pada tahun 1820,berkembang menjadi tujuh buah, yaitu: dua di Batavia (Weltevreden dan Molen-vliet),dan masing-masing satu di Cirebon, Sema- rang,Surakarta,Surabaya,dan Gresik. Pada tahun 1833 bertambah menjadi 19 buah; tahun 1845 menjadi 25 buah; tahun 1858 menjadi 57 buah; dan tahun 1902 menjadi 173 buah. Hampir semua anak-anak penduduk golongan Eropa dapat menikmati pendidikan dasar, meskipun dirasakan masih belum memenuhi mutu yang diharapkan. Di samping sekolah negeri, terdapat pula dua sekolah dasar Eropa swasta yang terdapat di Bata-via, khusus untuk murid laki-laki dan murid-mu-rid perempuan. Ada pula sekolah dasar Eropa khu-sus untuk anak-anak militer pada tahun 1828. 2) Gymnasium (sekolah lanjutan) Willem III yang merupakan sekolah lanjutan pertama untuk orang-orang Eropa didirikan di Batavia,1860.Pada tahun 1867 sekolah ini yang semula lama bela-jarnya tiga tahun dibagi menjadi dua bagian. Bagian (afdelling) A dengan lama belajar lima tahun dan lulusannya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Bagian (afdelling)B dengan lama belajar tiga tahun dan lulusannya dapat melanjutkan ke pendidikan perwira,pendidikan pegawai negeri, atau akademi perdagangan dan kerajinan tangan di Delft, negeri Belanda. Gym-nasium ini kemudian diubah menjadi Hogere Burger School(HBS) dlengan lama belajar lima tahun.HBS didirikan di Surabaya dan Semarang pada tahun 1875 dan 1877. c. Pendidikan Khusus untuk Bumiputera 1) Van den Bosch mengeluarkan surat edaran dan kemudian angket tentang pendirian sekolah dasar negeri di tiap-tiap keresidenan atas biaya Perse-kutuan Injil, tahun 1831. Tetapi hal ini berten-tangan dengan kebijaksanaan pokok pemerintah Belanda yang ingin bersifat netral dalam hal agama. 2) Keputusan Raja memberikan wewenang kepada gubernur jenderal untuk menyediakan biaya 25 ribu gulden setahun bagi pendirian sekolah-seko-lah bumiputera di Jawa, dengan tujuan mendidik pegawai negeri. Sebagai langkahpertamadidi-rikan 20 sekolah dasar negeri, setiap keresidenan satu sekolah dasar bumiputera(1848).Sekolah dasar bumiputera bertambah menjadi186 buah pada tahun 1864; dan menjadi 512 buah di selurulh Hindia Belanda, pada tahun 1882. 3) Pada tahun 1892,berdasarkanKeputusan Raja, sekolah dasar bumiputera dibagi menjadi doa kategori,yaitu: a) Sekolah Dasar Kelas Pertama (de schoolen der eerste klasse), yaitu sekolah dasar negeri bumiputera untuk tokoh terkemuka bumi-putera,bangsawan, dan penduduk yang kaya. Jenis ini didirikan di ibukota keresidenan, kabupaten, kewedanaan atau sederajat, dan kota-kota yang menjadi pusat perdagangan atau kerajinan atau di tempat-tempat yang dipandang perlu. Sekolah ini ditujukan un-tuk memenuhi kebutuhan administrasi pe-merintahan,perdagangan, dan perusahaan. Berdasarkan Keputusan Raja, Sekolah Dasar Kelas I diubah menjadi Hollandsche Inlans-che School(HIS),tahun 1915. b) Sekolah Dasar Kelas Dua (de schoolen der tweede klasse),yaitu sekolah dasar negeri bagi anak-anak masyarakat bumiputera pada umumnya. c) Sekolah Raja(Hoofdenschool) Sekolah Raja didirikan untuk memperoleh tenaga terdidik dari golongan bangsawan bumiputera yang akan disiapkan dalam pe-kerjaan administrasi pemerintah kolonial. Sekolah ini didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1875, kemudian di Bandung, Ma-gelang, dan Probolinggo pada tahun 1875. Bahasa pengantarnya bahasa Melayu dan Belanda.Sekolah Raja kemudian berubah nama menjadi Opleiding School voor Inland-sche Ambtenaren(OSVIA),yang berarti Sekolah Pendidikan Pegawai Bumiputera. Sekolah ini kemudian ditingkatkan menjadi sekolah menengah atau lanjutan, yang dise. but Middelbaar Opleiding Schoo1 voor In. landsche Ambtenaaren (MOSVIA). 4) Sekolah Kejuruan a) Sekolah kejuruan pertama di Hindia Belanda diusahakan oleh swasta dan dibuka pada ta. hun 1856 di Batavia. Sekolah ini merupakan sekolah Kristen yang bercorak sekolah dasar dengan ciri-ciri pertukangan yang bertujuan membantu golongan peranakan Indo-Belanda agar dapat mencari penghidupan yang layak. b) Sekolah Pertukangan (Ambachtsschool) per-tama yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dibuka di Surabaya,1860.Sekolah ini untuk golongan Eropa. c) Sekolah Guru (Kweekschool) Sekolah guru pertama didirikan di Surakarta, kemudian di Bukit tinggi, pada tahun 1856. Kemudian didirikan di: Tanah Batu (Tapa-nuli), 1864 dan ditutup 1874; Ambon, 1874; Probolinggo, 1875; Banjarmasin, 1875; Makassar,1876;Padang Sidempuan, 1879; dan sebagainya. d) Sekolah Kejuruan untuk Gadis Golongan Eropa Pemerintah membuka Institut voor de Oplei-ding van Jonge Juffrouwen (Institutuntuk pendidikan wanita-wanita muda)di Molen-cliet,Batavia,1824,tetapi hanya dapat ber langsung sampai 1832.Sekolah Dasar Eropa untuk wanita yang pertama didirikan di Batavia, 1876, dan pada tahun 1882,didirikan HBS wanita di Batavia, dan sejak 1891 semua HBS diperkenankan menerima siswa wanita. e) Sekolah Dokter Pemerintah Kolonial mendirikan sekolah ahli kesehatan, pada tahun 1849. Kemudian didirikan Sekolah Dokter Jawa pada tahun 1851,dengan lama belajar dua tahun setelah SD lima tahun. 4. Pendidikan Zaman Kolonial Belanda Abad ke-20 a. Penyelenggaraan pendidikan berlandaskan liberalisme kapitalistik, yaitu perluasan pendidikan bumiputera yang diselaraskan dengan kepentingan penanaman modal terutama para kapitalis Belanda. b. Tujuan pendidikan adalah sama seperti masa sebe-lumnya,dengan lebih menonjolkan kepentingan ekonomi, yaitu pemenuhan kebutuhan tenaga kerja atau buruh bagi pemilik modal Belanda. C. Hasil studi Komisi Pendidikan Hindia Belanda (Hol-landsch Inlandsche Onderwijs Commissie) yang dibentuk 1928-1929,menunjukkan bahwa: 1) Dua persen dari orang Indonesia yang mempero-leh pendidikan Barat dapat berdiri sendiri; 2)Lebih dari 83% menjadi pekerja bayaran, dan sisanya 15% adalah menganggur; 3) Di antara 83% tersebut,45% bekerja sebagai pe-gawai negeri,meskipun untukjenis pekerjaan yang sama pada umumnya gajipegawai negeri bumiputera jauh lebih rendah daripada gaji orang Eropa. d. Sistem Persekolahan Zaman Kolonial Belanda Abad ke-20 1) Sistem Persekolahan terdiri atas tiga jenjang pen. didikan,yaitu: a) Pendidikan Rendah (Lagere Onderwijs). b) Pendidikan Lanjutan (Middelbaar Onder. wijs). c) Pendidikan Tinggi(Hooger Onderwijs). 2) Pendidikan rendah terdiri atas: a) Sekolah Eropa,yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. b) Sekolah Bumiputera,yang berbahasa pengan-tar bahasa Melayu atau Daerah. B. PENDIDIKAN KOLONIAL JEPANG 1. Pemerintahan Kolonial Jepang a. Pendudukan atau penjajahan Jepang terhadap Indo-nesia,1942-1945,berada dalam suasana Perang Dunia II,sehingga pemerintahannya adalah pemerintahan militer. b. Penjajah Jepang ke Indonesia dengan membawa sem-boyan: “Kemakmuran Bersama, Asia untuk Asia. Jepang mengumumkan rencana mendirikan ling-kungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya pada tahun 1940. Menurut rencana,Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas delapan daerah:Man churia,Daratan Cina,Kepulauan Muangthai,Malay sia, Indocina, dan Asia Rusia.Lingkungankemak-muran bersama ini disebut Hakko Ichi-U (delapan benang di bawah satu atap). c. Pada awalnya kedatangan Jepang disambut dengan gembira dan rakyat Indonesia berusaha membantu Jepang dalam memenangkan perang Asia Timur Raya, antara lain dengan jalan: 1) Dibentuk gerakan Tiga A, yaitu:Nippon Pelin-dung Asia,Nippon Cahaya Asia, dan Nippon Pemimpin Asia di bawah Mr. Samsudin beserta barisan Pemuda Asia Raya,yang kemudian dihapus dan dibentuk Jawa Seinendan (1943). Disamping itu dibentuk pula “Keibodan” (polisi pembantu), Heiho (tentara pembantu),Fujinkai (sukarelawan wanita), dan Pusat Tenaga Rakyat (Putera), yang kemudian dilebur dalam Jawa Hoko Kai(Himpunan Kebaktian Rakyat). 2) Pengembangan bahasa Jepang dan bahasa Indo-nesia. Dibentuk Komisi Bahasa Indonesia (1942) yang bertugas memperkaya pembendaharaan bahasa Indonesia oleh para ahli.Demikianlah nama-nama kata dalam bahasa Belanda menjadi nama-nama Indonesia. Disamping itu terjadi pula pen-Jepang-an nama-nama jawatan/institusi. 3) Pergerakan tenaga rakyat dan sumber bukan ma-nusia secara paksa, misalnya rakyat dipaksa jadi romusha (kuli), mahasiswa menjadi kinrohosji. Akibatnya terjadi pemberontakan, misalnya di Blitar,Tasikmalaya, Cirebon dan Kalimantan Barat. 2. Penyelenggaraan Pendidikan a. Pendidikan zaman Jepang dilaksanakan atas dasar idiil Hakko-Ichi-U. Hal ini mengandungarti bahwa pendidikan adalah alat untuk mencapai Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya,yang dalam arti dekat membantu memenangkan perang Asia Ti- mur.Oleh karena itu secara praktisnya, pendidikan bertujuan menghasilkan tenaga yang terampil dan prajurit yang siap membantu memenangkan pepe-rangan bagi Jepang. b. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa pengantar res-mi, baik di kantor maupun di sekolah. Pemakaian bahasa Belanda dilarang sama sekali. Bahasa Jepang menjadi bahasa kedua, dan diajarkan di sekolah. c. Penyelenggaraan pendidikan zaman penjajahan Je-pang banyak mengalami perubahan- perubahan. Pem-bedaan pelayanan pendidikan didasarkan pada bangsa dan status sosial dihapus. Dualistis-diskriminatif da-lam sistem pendidikan dihilangkan, dengan demikian terjadi pengintegrasian terhadap macam-macam sekolah sejenis. Sejak zaman Jepang bahasa Indone-sia dan istilah-istilah Indonesia dipergunakan di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan. d. Jenis Persekolahan Sekolah-sekolah yang ada dalam zaman Penjajahan Jepang,yaitu: 1) Sekolah Rendah atau Lagere Oriderwijs diganti menjadi Sekolah Rakyat (Kokumin Gakho),yang terbuka bagi semua golongan penduduk dengan lama pendidikan enam tahun. 2) SekolahMenengah Pertama (Shoto Chu Gakho); Sekolah Menengah Tinggi(Koto Chu Gakho); (Kogyo Gakho);Sekolah Sekolah Pertukangan (Kogyo Semmon Gakho); Teknik Menengah Sekolah Hukum dan Mosvia dihilangkan, sebaliknya didirikan Sekolah Pelajaran dan Se. kolah Pelayanan Tinggi;Sekolah terdiri atas tiga macam, yaitu: (1) Sekolah Guru Dua Tahun (Syoto Sikan Gakho),(2) Sekolah Guru Empat Tahun (Guto Sihan Gakho),dan(3) Sekolah Guru Enam Tahun (Koto Sihan Gakho).Disamping itu masih terdapat Sekolah Pertanian (Nogyo Gakho) di Tasikmalaya dan Malang dengan lama pendidik-an tiga tahun sesudah Sekolah Rakyat. 3) Perguruan tinggi zaman Jepang hampir semua-nya ditutup,yang masih ada adalah Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakho) di Jakarta, dan Sekolah Teknik Tinggi (Kagyo Dai Gakho) di Bandung. Pemerintah Jepang membuka Sekolah Tinggi Pamong Praja(Kenkoku Gakuin) di Jakarta, dan Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan di Bogor. e. Sistem Persekolahan Terdiri atas tiga tingkatan atau jenjang, yaitu: 1) Pendidikan Dasar 6 tahun. 2) Pendidikan Menengah 6 tahun. 3) Pendidikan Tinggi. f.Pembinaan Guru Pemerintah Jepang mengadakan latihan bagi guru di Jakarta. Setiap wilayah/daerah mengirim beberapa orang guru untuk dilatih. Setelah selesai dilatih mereka memberikan latihan kepada guru-guru lain di daerah-nya.Bahan-bahan yang diperoleh dari latihan yaitu: 1)Indoktrinasi mental ideologis mengenai Hakko Ichi-U dalam rangka Kemakmuran Bersama Asia Raya; 2) Latiban kemiliteran dan semangat Jepang (Nip-pon Seisyin); 3) Sejarah dan bahasa Jepang dengan adat-isti-adatnya; 4) Ilmu bumi ditinjau dari segi geopolitik,dan 5) Olahraga,lagu-lagu,dan nyanyian Jepang. g. Pembinaan Siswa 1) Setiap pagi harus menyanyikan lagu kebangsa-an Jepang; 2) Setiap pagi harus mengibarkan bendera Jepang Hinomaru dan menghormat kepada Kaisar Je-pang(Tenno Heika); 3) Setiap pagi harus sumpah setia kepada cita-cita Indonesia dalam rangka Asia Raya (Dai Too); 4) Setiap pagi harus senam (taiso) untuk memelihara semangat Jepang; 5) Melakukan latihan fisik dan militer; 6) Pelajar-pelajar, dalam waktu-waktu ditentukan, melakukan kerja bakti (Kinrohhosyi)member-sihkan asrama militer, jalan raya, menanam pohon jarak, dan mengumpulkan bahan-bahan untuk keperluan militer, dan 7) Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa pengantar dan bahasa Jepang merupakan bahasa wajib,sedangkan bahasa daerah diberikan di Sekolah Rakyat,kelas I dan II. h. Perkembangan Pendidikan Perkembangan pendidikan dalam zaman Jepang nan pak Jebih mundur,apabila dibandingkan dengan zaman Hindia Belanda. 1) Sekolah Rakyat jumlahnya menurun dari 21.500 buah menjadi 13.500 buah; jumlah muridaya menurun 30%; dan jumlah gurunya menurun 35%; 2) Sekolah Menengah menurun dari 850 buah menjadi 20 buah; jumlah muridnya 90%; dan jumlah gurunya menurun 95%.