Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya perang 80


tahun antara Belanda dan Spanyol (1568 – 1648). Pada awalnya, perang antara Belanda dan
Spanyol bersifat agama, karena Belanda mayoritas beragama Kristen Protestan sedangkan
Spanyol sedangkan beragama Kristen Katholik. Tujuan Belanda ke Indonesia adalah untuk
berdagang rempah-rempah. Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah
dan keuntungan yang besar, Belanda berusaha mengadakan Monopoli perdagangan rempah-
rempah dan menjajah. Untuk melancarkan usahanya Belanda menempuh beberapa cara
seperti pembentukan VOC dan pembentukan pemerintahan koloniah Hindia – Belanda.

Awal kedatangan Belanda pertama kali mendarat ke Indonesia yaitu di Pelabuhan


Banten dengan 4 buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan Cornel De Houtman
pada 23 Juni 1596. Banyak penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan
makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun sambutan ini disalah artikan oleh Cornel
De Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi Banten yang menawarkan keramah
tamahan kepada mereka. Tujuan Belanda ke Indonesia semula murni untuk berdagang
rempah-rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah-rempah yang sangat
dibutuhkan di Eropa.

1.2 Rumusan masalah


1. Siswa diharapkan mengetahui lebih dalam tentang masa Pemerintahan Republik Bataaf
(Batavia) !
2. Apa saja yang terjadi selama masa Pemerintahan Republik Bataaf !
3. Bentuk perlawanan apa saja yang terjadi dari Bangsa Pribumi ke Belanda !

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk\:

1. Untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia yang diberikan Guru


2. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Masa Pemerintahan Belanda di Indonesia
3. Untuk mengetahui sejarah Pemerintahan Republik Bataaf (Batavia)

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masa Pemerintahan Republik Bataaf di Indonesia (1795 – 1806)

Pada periode sekitar tahun 1795 terjadi berbagai konflik di Eropa, dan pada saat itu pula
terjadi perubahan di negara Belanda. Muncul kelompok yang menamakan kaum patriot. Kaum
ini mendapat pengaruh dari Perancis yaitu liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan)
dan fraternite (persaudaraan). Paham tersebut kemudian dikenal dengan Paham Revolusi
Perancis yang menyuarakan adanya negara keatuan di tubuh pemerintahan Belanda. Pada
tahun 1795 terjadi penyerbuan Perancis atas Belanda. Belanda takluk dan Raja Willem V
selaku kepala pemerintahan Belanda melarikan diri ke Inggris. Belanda dikuasai Perancis.

Selanjutnya di Belanda dibentuk pemerintahan baru bernama Republik Bataaf (1795-


1806) yang dipimpin oleh Louis Napoleon saudara Napoleon Bonaparte. Di sisi lain, Raja
Willem V ditempatkan di salah satu kota di Inggris dan mengeluarkan perintah agar Belanda
menyerahkan wilayahnya ke Inggris, bukan kepada Perancis melalui surat – surat kew.

Pihak Inggris kemudian bergerak cepat dengan mengambil alih wilayah – wilayah
jajahan Belanda di Hindia Belanda salah satunya Padang pada tahun 1795, selanjutnya Ambon
dan Banda pada tahun 1796. Inggris juga memperkuat armada laut untu memblokade Batavia.
Pemerintahan Belanda yang ada di Indonesia seakan di dikendalikan oleh Perancis dan semua
kebijakan tidak lepas dari campur tangan Perancis. Untuk mempertahankan wilayah kepulauan
Nusantara, Louis Napoleon memberikan mandat kepada Herman Willem Daendels yang
merupakan salah satu tokoh revolusioner untuk mempertahankan tanah Jawa dari serangan
Inggris.

2
2.2 PEMERINTAHAN HERMAN WILLEM DAENDELS (1808 – 1811)

Daendels memimpin sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda pada periode 1808
hingga 1811. Daendels ditugaskan untuk mempertahankan wilayah Nusantara dari serangan
Inggris. Daendels dituntut memperkuat pertahanan dan memperbaiki administrasi pemerintahan
serta meningkatkan ekonomi khususnya di tanah Jawa. Daendels merupakan seorang tokoh
dari kaum patriot yang dipengaruhi ajaran Revolusi Perancis. Berikut ini adalah kebijakan –
kebijakan yang dikeluarkan Daendels selama memerintah.

2.2.1 Bidang Pertahanan dan Keamanan

Untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, Daendels mengeluarkan


kebijakan diantaranya :

 Membangun benteng – benteng pertahanan


 Membangun angkatan laut di Anyer dan Ujung Kulon. Pada perkembangannya
pembangunan pangkalan di Ujung Kulon tidak berhasil
 Meningkatkan jumlah tentara dengan merekrut pribumi menjadi pasukan Belanda
 Pembangunan jalan Anyer hingga Panarukan

Dengan adanya kebijakan – kebijakan yang dilakukan Daendels, seolah merubah


pandangan dari Daendels yang dikenal sebagai tokoh muda yang demokratis dan menjiwai
panji – panji Revolusi Perancis menjadi seorang yang diktator dan bertangan besi. Daendels
memaksa kerja rodi untuk pembangunan jalan raya yang menyebabkan banyaknya orang –
orang yang jatuh sakit dan meninggal.

Jalan Anyer Panarukan

2.2.2 Bidang Pemerintahan

Pada bidang pemerintahan, Daendels banyak melakukan perubahan dalam tata cara
dan adat istiadat kerajaan – kerajaan di Jawa. Jika sebelumnya VOC ketika menyambangi
Kasunana Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta masih menggunakan tata cara tertentu seperti
memberi hormat, tidak menggunakan payung emas, membuka topi ketika duduk dan duduk di
kursi yang lebih rendah dari raja, Daendels menolak menjalani hal – hal tersebut.

Pakubuwono IV bahkan terpaksa menerima, sedangkan Hamengkubuwono II menolak.


Adanya penolakan dari Hamengkubuwono menyebabkan perseturuan dengan pihak Belanda.

3
Daendels berhasil mempengaruhi Mangkunegara II untuk membentuk pasukan Legiun
Mangkunegara yang sewaktu – waktu dapat membantu Daendels ketika dibutuhkan. Dengan
adanya kekuatan Belanda dan dukungan dari beberapa kerajaan, Daendels bersikap congkak
dan banyak melakukan intervensi dengan ikut campur dalam internal kerajaan seperti pada saat
pergantian raja.

Melihat adanya intervensi dari Daendels, Raden Rangga yang merupakan kepala
pemerintahan Mancanegara dibawah Kesultanan Yogyakarta mulai melakukan perlawanan.
Hamengkubuwono II mendukung sepenuhnya perlawanan Raden Rangga. Namun sayangnya
perlawanan Raden Rangga mampu ditumpas dan Raden Rangga terbunuh dalam
perlawanannya sendiri.

Setelah mampu menumpas perlawanan Raden Rangga, Daendels memberi ultimatum


kepada Hamengkubuwono II untuk mengangkat Danureja II menjadi patih dan
Hamengkubuwono II harus mengganti rugi kepada pemerintah Belanda atas perlawanan Raden
Rangga. Sultan Hamengkubuwono II menolak ultimatum tersebut dan akhirnya terjadi
perseturuan untuk kedua kalinya.

Pada tahun 1810, Daendels membawa 3.200 pasukan ke Yogyakarta. Dengan pasukan
ini, Hamengkubuwono II akhirnya tunduk dan turun tahta digantikan Hamengkubuwono III.
Hamengkubuwono II lebih sering disebut Sultan Raja dan Hamengkubuwono III disebut Sultan
Sepuh (Sepuh / Tua). Hamengkubuwono II masih diizinkan untuk tinggal di keraton.

Selain itu, Daendels menerapkan kebijakan – kebijakan untuk memperkuat


kedudukannya, diantaranya :

 Membatasi kekuasaan raja – raja di Nusantara


 Membagi pulau Jawa menjadi sembilan daerah prefectuur / prefektur.
 Kedudukan bupati yang sebelumnay berdiri sendiri diubah menjadi pegawai
pemerintahan Belanda yang digaji. Sekalipun begitu, bupati masih memiliki hak penuh
dalam mengelola pemerintahannya.
 Kerajaan Banten dan Cirebon dihapus dan daerahnya dinyatakan sebagai wilayah
pemerintahan kolonial Belanda

2.2.3 Bidang Peradilan

Untuk mengatur ketertiban dan keberlangsungan pemerintahan Belanda, Daendels


memberlakukan perbaikan di bidang peradilan diantaranya:

1) Peradilan untuk orang Eropa


2) Peradilan untuk orang Timur Asing
3) Peradilan untuk orang pribumi.

4
Khusus untuk peradilan pribumi dibentuk di setiap prefektur seperti di Batavia, Surabaya
dan Semarang. Peraturan tentang pemberantasan korupsi tanpa memandang kasta baik itu
orang Eropa maupun Timur Asing

2.2.4 Bidang Ekonomi

Sepeninggal VOC dengan segala carut marut keuangan, hutang dan korupsi, Daendels
dituntut memperbaiki sistem dan mengembalikan kestabilan ekonomi Hindia Belanda sembari
mengumpulkan uang untuk biaya perang. Daendels melakukan beberapa kebijakan diantaranya

1) Memaksa para penguasa di Jawa untuk menggabungkan diri ke dalam wilayah


pemerintahan kolonial
2) Melakukan pemungutan pajak
3) Meningkatkan hasil bumi berupa tanaman – tanaman yang laku di pasaran dunia
4) Penyerahan wajib hasil pertanian bagi pribumi
5) Melakuakan penjualan tanah kepada pihak swasta

2.3 PEMERINTAHAN JAN WILLEM JANSSENS (1811)

Pada Bulan Mei tahun 1811, Daendels dipanggil oleh Louis Napoleon untuk kembali ke
negara Belanda. Sepeninggal Daendels sebagai Gubernur Jendral, ia digantikan oleh Jan
Willem Janssens yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Jendral di Tanjung Harapan
(Afrika Selatan) pada tahun 1802 – 1806. Pada tahun 1806, Janssens terusir dari Tanjung
Harapan karena Tanjung Harapan jatuh ke tangan Inggris.

Pada tahun 1810, Janssens ditunjuk menggantikan Daendels untuk memimpin Jawa
dan resmi menjadi Gubernur Jendral di Hindia Belanda pada tahun 1811. Janssens berusaha
memperbaiki keadaan di Hindia Belanda, namun Inggris sebagai musuh dari Belanda pada saat

5
itu telah menguasai beberapa wilayah di Nusantara. Disisi lain, Lord Minto memerintahkan
Thomas Stamford Raffles (pemimpin serangan Inggris) untuk menguasai pulau Jawa. Raffles
pun menyiapkan serangan dan pergi ke Jawa. Pengalaman pahitpun dirasakan Janssens untuk
kedua kalinya karena dalam perkembangannya ia terusir dari tanah jajahannya.

Pada tanggal 4 Agustus 1811, sebanyak 60 kapal Inggris sudah berada di Batavia.
Kemudian pada 26 Agustus 1811, Batavia mampu dikuasai Inggris dibawah kepemimpinan
Raffles. Janssens kemudian lari ke Semarang dan bergabung dengan Legiun Mangkunegara
serta prajurit Yogyakarta dan Surakarta. Pasukan Inggris masih mengejarnya hingga berhasil
dipukul mundur. Janssens kemudian lari ke daerah Salatiga tepatnya di Tuntang. Janssens
kemudian menyerah kepada Inggris dan ditandai dengan adanya perjanjian Kapitulasi Tuntang.

6
BAB III
KESIMPULAN

Masa Pemerintahan Republik Bataaf terjadi pada tahun 1795 yang menyebabkan terjadi
perubahan di Belanda. Muncullah kelompok yang menamakan dirinya kaum patriot. Kaum ini
terpengaruh oleh semboyan Revolusi Perancis: liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan),
dan fraternite(persaudaraan).

Berdasarkan ide dan paham yang digelorakan dalam Revolusi Perancis itu maka kaum
patriot menghendaki perlunya negara kesatuan. Bertepatan dengan keinginan itu pada awal
tahun 1795 pasukan Perancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Dan
Belanda dikuasai Perancis. Dibentuklah pemerintahan baru sebagai bagian dari Perancis yang
dinamakan Republik Bataaf (1795-1806). Sebagai pemimpin Republik Bataaf adalah Louis
Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte. Sementara itu dalam pengasingan, Raja Willem V
oleh pemerintah Inggris ditempatkan di Kota Kew. Raja Willem V kemudian mengeluarkan
perintah yang terkenal dengan “Surat-surat Kew”. Isi perintah itu adalah agar para penguasa di
negeri jajahan dan Belanda menyerahkan wilayahnya kepada Inggris bukan kepada Perancis.

Dengan “Surat-surat Kew” itu pihak Inggris bertindakcepat dengan mengambil alih
beberapa daerah di Hindia seperti Padang pada tahun 1795, kemudian menguasai Ambon dan
Banda tahun 1796. Inggris juga memperkuat armadanya untuk melakukan blokade terhadap
Batavia.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://idsejarah.net/2017/01/masa-pemerintahan-republik-bataaf-di.html

https://brainly.co.id/tugas/674253

Anda mungkin juga menyukai