OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK :
Jl. TGH. Umar No. 17 Selong, Kelayu Selatan, Khusus Kota Selong, Lombok Timur,
Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 83613
KEBIJAKAN HERMAN WILLEM DEANDELS
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1803, perang kembali berkecamuk di Eropa. Terutama perang antara dua
negara imperialis (modern) besar pada abad tersebut, Inggris dan Perancis, yang membawa
dampak luas pada kondisi di Eropa bahkan di berbagai belahan bumi lain yang menjadi bagian
dari wilayah jajahan/koloni kedua negara imperialis tersebut. Inggris yang lebih kuat di laut
memang merupakan musuh utama Prancis yang lebih kuat di darat. Kedua negara tersebut
mempunyai sejarah rivalitas yang cukup panjang dan saling berlomba untuk menunjukkan
superioritas dan prestise sebagai negara imperialis terkuat. Bahkan dalam hal kepemilikan tanah
jajahan. Kondisi ini membawa dampak bagi negara-negara imperialis Eropa lainnya termasuk
Belanda. Pada tahun 1804, Napoleon Bonaparte menjadi Kaisar, sedangkan saudaranya,
Louis (Lodewijk) Napoleon, menjadi raja Belanda. Dengan demikian, Kerajaan Belanda menjadi
negara vasal Prancis (negara jajahan Prancis). Itu artinya, bahwa semua daerah jajahan Belanda,
secara tidak langsung, menjadi milik Prancis. Termasuk Hindia-Belanda (Nusantara). Dengan
demikian, kecamuk parang di Eropa (rivalitas Prancis-Inggris) juga akan sampai ke kawasan
Asia, khususnya Asia Tenggara, dimana Inggris (dengan nama EIC-nya) yang pada itu sudah
memiliki koloni di India telah sampai hingga kawasan Semenanjung Malaya (Malaysia,
Singapura) dan siap merebut Nusantara. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa apa yang terjadi
di Eropa turut berdampak terhadap nasib Nusantara.
Jadi latar belakang penugasan daendels seperti yang telah dijelaskan di atas, secara
singkat, bahwa perang Eropa yang melibatkan dua negara imperialis besar tersebut sampai ke
kawasan Asia, terutama Asia Tenggara. Rivalitas antara keduanya tampak ketika Inggris, yang
sudah mempunyai koloni di India, telah berada di kawasan semenanjung malaya. Malaysia serta
Singapura berhasil dijadikan basis kekuatan militer Inggris di kawasan Timur Asia tersebut. Ini
berarti, bahwa jajahan Belanda di Nusantara sangat terancam direbut oleh Inggris. Ancaman
tersebut semakin serius lagi setelah Napoleon Bonaparte melancarkan sistem continental
terhadap Inggris, yakni politik blokade laut terhadap Inggris di Eropa yang memutus hubungan
antara Inggris dengan dunia luar. Dalam keadaan kalut tersebut, hubungan Hindia-Belanda
dengan Eropa terputus pula. Pemerintahan Belanda dan Prancis sadar sekali bahwa mustahil
mengirim bantuan ke Batavia. Yang dapat dilakukan adalah hanyalah mengutus seorang
Gubernur Jenderal yang dapat bertindak lebih, artinya dapat berbuat sesuatu dengan cepat untuk
mengantisipasi kemungkinan serangan Inggris ke Nusantara (terutama Jawa, yang merupakan
pusat pemerintahan kolonial). Maka, dikirimlah Herman Willem Daendels. Seorang Belanda,
bekas advokat, dan seorang patriot, jenderal, serta pengagum Napoleon Bonaparte, untuk
menjalankan tugas yang sulit tersebut. Bahkan, begitu sulitnya, kedatangan Daendels ke
Nusantara pun harus berputar jauh melalui Benua Amerika (New York) dan menggunakan kapal
Amerika untuk sampai ke Jawa. Adapun tujuan utama penugasan daendels di hindia-belanda
cukup jelaslah yaitu karena alasan politik pertama-tama dan tentu kepentingan ekonomi. Tugas-
tugas Daendels berada dibawah perintah langsung serta pengawasan Kementrian
Jajahan (ministerie van kolonien) yang dipimpin oleh Paulus van der Heim.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Daendels dikenal sebagai seorang pengusaha yang disiplin, keras dan kejam.
Pemerintahan Daendels dikenal sebagai pemerintahan tangan besi. Oleh karena itu Daendels
mendapat sebutan Marsekl besi, Jenderal Guntur, atau Mas Kalak. Tindakan Daendels menjual
tanah-tanah negara kepada swasta dianggap telah melanggar undang-undang negara. Kekejaman
yang dilakukan Daendels membuat dirinya dikritik anggota parlemen Belanda. Selain itu, cara
yang digunakan Daendels ternyata tidak mampu mengatasi kesulitan keuangan. Akibat kesalahan
itu ia dipanggil pulang ke negerinya. Penggantinya adalah Gubernur Jenderal Janssens, bekas
gubernur di Tanjung Harapan (Afrika Selatan).
3.1 Kesimpulan
Herman Willem Daendels adalah seorang politikus Belanda yang merupakan Gubernur
Jendral Hindia Belanda yang ke 36. Beliau bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan
memajukan pertanian dan perdagangan. Walaupun, pada masanya, rakyat Indonesia mengalami
penderitaan yang sangat hebat. Deandels telah melakukan banyak pembaharuan di Indonesia.
Ada pun pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan daendels dalam tiga tahun masa jabatannya
di Indonesia salah satunya adalah kebijakan dibidang ekonomi dan keuangan,yaitu :
Tak banyak diketahui tentang orangtua Raffles. Ayahnya, Kapten Benjamin Raffles, terlibat
dalam perdagangan budak di Kepulauan Karibia, dan meninggal mendadak ketika Thomas baru
berusia 15 tahun, sehingga keluarganya terperangkap utang. Ia langsung mulai bekerja sebagai
seorang pegawai di London untuk Perusahaan Hindia Timur Britania, perusahaan dagang
setengah-pemerintah yang berperan banyak dalam penaklukan Inggris di luar negeri.
Pada 1805 ia dikirim ke pulau yang kini dikenal sebagai Penang, di negara Malaysia, yang saat
itu dinamai Pulau Pangeran Wales. Itulah awal-mula hubungannya dengan Asia Tenggara.
Raffles di Hindia Belanda
Raffles di 1817
Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya
berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling
menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib
(verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Menetapkan sistem sewa tanah
(landrent) yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pemungutan pajak secara
perorangan.
5 kebijakan raffles dalam bidang ekonomi dan keuangan dalam rangka memerintah
indonesia, sebelum membahas mengenai kebijakan apa saja yang dilakukan oleh Raffles di
Indonesia, mari kita berkenalan terlebih dengan Raffles. Raffles memiliki nama lengkap Thomas
Stamford Raffles, Raffless merupakan orang Inggris. Raffles pernah menduduki posisis yang
penting di Indonesia ketika Indonesia jatuh ke dalam jajahan Inggris.
Beberapa kebijakan Raffles dalam bidang ekonomi dan keuangan pada saat memerintah
Indonesia adalah sebagai berikut
1. Raffles melakukan penghapusan terhadap pajak hasil bumi dan sistem pungutan wajib
yang sebelumnya dilakukan oleh VOC.
2. Petani yang sebelumnya diatur dalam proses pemilihan tanaman yang ditanam, pada era
Raffles diberi kebebasan dalam penanaman tanaman eksport.
3. Melakukan monopoli dagang untuk komoditas garam dan minuman keras.
4. Menerapkan sistem pajak secara perorangan.
5. Melakukan pembagian pajak berdasarkan sistem sewa tanah, sewa tanah pada jaman
Raffles terbagi menjadi 3 jenis yaitu Kelas I, Kelas II dan Kelas III.