Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SEJARAH INDONESIA

OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK :

 Moh.Reza Triananda Saputra (24)


 M.Arif Satria Muslim(25)
 Nurul Aulia Maharani(30)
 Putri Nabila(31)

Jl. TGH. Umar No. 17 Selong, Kelayu Selatan, Khusus Kota Selong, Lombok Timur,
Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 83613
KEBIJAKAN HERMAN WILLEM DEANDELS

“DI BIDANG EKONOMI”

1.1  Latar Belakang

Pada tahun 1803, perang kembali berkecamuk di Eropa. Terutama perang antara dua
negara imperialis (modern) besar pada abad tersebut, Inggris dan Perancis, yang membawa
dampak luas pada kondisi di Eropa bahkan di berbagai belahan bumi lain yang menjadi bagian
dari wilayah jajahan/koloni kedua negara imperialis tersebut. Inggris yang lebih kuat di laut
memang merupakan musuh utama Prancis yang lebih kuat di darat. Kedua negara tersebut
mempunyai sejarah rivalitas yang cukup panjang dan saling berlomba untuk menunjukkan
superioritas dan prestise sebagai negara imperialis terkuat. Bahkan dalam hal kepemilikan tanah
jajahan. Kondisi ini membawa dampak bagi negara-negara imperialis Eropa lainnya termasuk
Belanda. Pada tahun 1804, Napoleon Bonaparte menjadi Kaisar, sedangkan saudaranya,
Louis (Lodewijk) Napoleon, menjadi raja Belanda. Dengan demikian, Kerajaan Belanda menjadi
negara vasal Prancis (negara jajahan Prancis). Itu artinya, bahwa semua daerah jajahan Belanda,
secara tidak langsung, menjadi milik Prancis. Termasuk Hindia-Belanda (Nusantara). Dengan
demikian, kecamuk parang di Eropa (rivalitas Prancis-Inggris) juga akan sampai ke kawasan
Asia, khususnya Asia Tenggara, dimana Inggris (dengan nama EIC-nya) yang pada itu sudah
memiliki koloni di India telah sampai hingga kawasan Semenanjung Malaya (Malaysia,
Singapura) dan siap merebut Nusantara. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa apa yang terjadi
di Eropa turut berdampak terhadap nasib Nusantara.

Jadi latar belakang penugasan daendels seperti yang telah dijelaskan di atas, secara
singkat, bahwa perang Eropa yang melibatkan  dua negara imperialis besar tersebut sampai ke
kawasan Asia, terutama Asia Tenggara. Rivalitas antara keduanya tampak ketika Inggris, yang
sudah mempunyai koloni di India, telah berada di kawasan semenanjung malaya. Malaysia serta
Singapura berhasil dijadikan basis kekuatan militer Inggris di kawasan Timur Asia tersebut. Ini
berarti, bahwa jajahan Belanda di Nusantara sangat terancam direbut oleh Inggris. Ancaman
tersebut semakin serius lagi setelah Napoleon Bonaparte melancarkan sistem continental
terhadap Inggris, yakni politik blokade laut terhadap Inggris di Eropa yang memutus hubungan
antara Inggris dengan dunia luar. Dalam keadaan kalut tersebut, hubungan Hindia-Belanda
dengan Eropa terputus pula. Pemerintahan Belanda dan Prancis sadar sekali bahwa mustahil
mengirim bantuan ke Batavia. Yang dapat dilakukan adalah hanyalah mengutus seorang
Gubernur Jenderal yang dapat bertindak lebih, artinya dapat berbuat sesuatu dengan cepat untuk
mengantisipasi kemungkinan serangan Inggris ke Nusantara (terutama Jawa, yang merupakan
pusat pemerintahan kolonial). Maka, dikirimlah Herman Willem Daendels. Seorang Belanda,
bekas advokat, dan seorang patriot, jenderal, serta pengagum Napoleon Bonaparte, untuk
menjalankan tugas yang sulit tersebut. Bahkan, begitu sulitnya, kedatangan Daendels ke
Nusantara pun harus berputar jauh melalui Benua Amerika (New York) dan menggunakan kapal
Amerika untuk sampai ke Jawa. Adapun tujuan utama penugasan daendels di hindia-belanda
cukup jelaslah yaitu karena alasan politik pertama-tama dan tentu kepentingan ekonomi. Tugas-
tugas Daendels berada dibawah perintah langsung serta pengawasan Kementrian
Jajahan (ministerie van kolonien) yang dipimpin oleh Paulus van der Heim.

Sebagai seorang revolusioner, Daendels sangat mendukung perubahan-perubahan liberal.


Beliau juga bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan memajukan pertanian dan
perdagangan. Akan tetapi, dalam melakukan kebijakan-kebijakannya beliau bersikap diktator
sehingga dalam masa pemerintahannya yang singkat, yang diingat rakyat hanyalah
kekejamannya. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan Daendels dalam tiga tahun masa
jabatannya di Indonesia dari berbagai bidang diantaranya dari bidang birokrasi pemerintahan,
bidang hukum dan peradilan, bidang militer dan pertahanan, bidang ekonomi dan keuangan, dan
bidang sosial. Namun disini penulis lebih menekankan pembahasan mengenai kebijakan Herman
Willem Daendels dari bidang ekonomi, sesuai dengan tema tugas yang telah diberikan kepada
penulis.

1.2  Rumusan Masalah

1. Siapakah Herman Willem Daendels?


2. Bagaimanakah kebijakan yang dilakukan Herman Willem Daendels dari bidang ekonomi
di Indonesia?

1.3  Tujuan Penulisan

1. Untuk lebih mengenal siapa sebenarnya Herman Willem Daendels


2. Untuk mengetahui dan memahami kebijakan apasaja yang dilakukan oleh Herman
Willem Daendels dari bidang ekonomi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

Herman Willem Daendels (lahir di Hattem, Gelderland, Republik Belanda, 21


Oktober 1762 – meninggal di Elmina, Belanda Pantai Emas, 2 Mei 1818 pada umur 55 tahun)
adalah seorang politikus Belanda yang merupakan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-
36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis.
Maka setelah perjalanan yang panjang melalui Kepulauan Canaria, Daendels tiba di Batavia pada
tanggal 5 Januari 1808 dan menggantikan Gubernur-Jenderal Albertus Wiese. Daendels diserahi
tugas terutama untuk melindungi pulau Jawa dari serangan tentara Inggris. Jawa adalah satu-
satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris setelah Islede
France dan Mauritius pada tahun 1807. Namun beberapa kali armada Inggris telah muncul di
perairan utara laut Jawa bahkan di dekat Batavia. Pada tahun 1800, armada Inggris telah
memblokade Batavia dan menghancurkan galangan kapal Belanda di Pulau Onrust sehingga
tidak berfungsi lagi. Pada tahun 1806, armada kecil Inggris di bawah laksamana Pellew muncul
di Gresik. Setelah blokade singkat, pimpinan militer Belanda, Von Franquemont memutuskan
untuk tidak mau menyerah kepada Pellew. Ultimatum Pellew untuk mendarat di Surabaya tidak
terwujud, tetapi sebelum meninggalkan Jawa Pellew menuntut Belanda agar membongkar semua
pertahanan meriam di Gresik dan dikabulkan. Ketika mendengar hal ini, Daendels menyadari
bahwa kekuatan Perancis-Belanda yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan
armada Inggris. Maka beliau pun melaksanakan tugasnya dengan segera.

2.2 Kebijakan Herman Willem Daendels Bidang Ekonomi


Herman Willem Daendels, sebagai seorang revolusioner sangat mendukung perubahan-
perubahan liberal. Beliau juga bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan memajukan
pertanian dan perdagangan. Walaupun, pada masanya, rakyat Indonesia mengalami penderitaan
yang sangat hebat. Selain dituntut membayar pajak-pajak pemerintah, mereka juga diharuskan
terlibat dalam kerja paksa (Rodi), pelaksanaan pembangunan Jalan Raya Pos. untuk menutupi
biaya pembangunan, tanah-tanah rakyat dijual kepada orang-orang partikelir Belanda dan
Tionghoa. Penjual tanah juga termasuk penduduk yang mendiami wilayah tersebut, sehingga
penderitaan rakyat kecil semakin bertambah akibat dari tindakan sewenang-wenang para pemilik
tanah. Ribuan rakyat Indonesia meninggal dalam pembuatan Jalan Raya Pos dikarenakan kerja
yang sangat berat sedangkan mereka tidak dibayar dan diberi makan dengan layak.

Deandels telah melakukan banyak pembaharuan di Indonesia. Ada pun pembaharuan-


pembaharuan yang dilakukan daendels dalam tiga tahun masa jabatannya di Indonesia salah
satunya adalah kebijakan dibidang ekonomi dan keuangan,yaitu :

1. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer) dan dilakukan


pemberantasan korupsi dengan keras
2. Mengeluarkan uang kertas.
3. Memperbaiki gaji pegawai.
4. Pajak in natura (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) yang
diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan ditingkatkan.
5. Mengadakan monopoli perdagangan beras.
6. Mengadakan Prianger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk
menanam tanaman ekspoer (seperti kopi) atau lebih jelasnya rakyat Priangan diwajibkan
menanam kopi  yang hasilnya harus diserahkan kepada VOC dengan harga yang telah
ditentukan

Daendels dikenal sebagai seorang pengusaha yang disiplin, keras dan kejam.
Pemerintahan Daendels dikenal sebagai pemerintahan tangan besi. Oleh karena itu Daendels
mendapat sebutan  Marsekl besi, Jenderal Guntur, atau  Mas Kalak. Tindakan Daendels menjual
tanah-tanah negara kepada swasta dianggap telah melanggar undang-undang negara. Kekejaman
yang dilakukan Daendels membuat dirinya dikritik anggota parlemen Belanda. Selain itu, cara
yang digunakan Daendels ternyata tidak mampu mengatasi kesulitan keuangan. Akibat kesalahan
itu ia dipanggil pulang ke negerinya. Penggantinya adalah Gubernur Jenderal Janssens, bekas
gubernur di Tanjung Harapan (Afrika Selatan).

3.1 Kesimpulan

Herman Willem Daendels adalah seorang politikus Belanda yang merupakan Gubernur
Jendral Hindia Belanda yang ke 36. Beliau bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan
memajukan pertanian dan perdagangan. Walaupun, pada masanya, rakyat Indonesia mengalami
penderitaan yang sangat hebat. Deandels telah melakukan banyak pembaharuan di Indonesia.
Ada pun pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan daendels dalam tiga tahun masa jabatannya
di Indonesia salah satunya adalah kebijakan dibidang ekonomi dan keuangan,yaitu :

1. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer) dan dilakukan


pemberantasan korupsi dengan keras
2. Mengeluarkan uang kertas.
3. Memperbaiki gaji pegawai.
4. Pajak in natura (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) yang
diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan ditingkatkan.
5. Mengadakan monopoli perdagangan beras.
6. Mengadakan Prianger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk
menanam tanaman ekspoer (seperti kopi).yaitu rakyat Priangan diwajibkan menanam
kopi  yang hasilnya harus diserahkan kepada VOC dengan harga yang telah ditentukan

walaupun pada akhirnya tindakan Daendels dianggap telah melanggar undang-undang


negara. Kekejaman yang dilakukan Daendels membuat dirinya dikritik anggota parlemen
Belanda. Selain itu, cara yang digunakan Daendels ternyata tidak mampu mengatasi kesulitan
keuangan. Akibat kesalahan itu ia dipanggil pulang ke negerinya. Penggantinya adalah Gubernur
Jenderal Janssens, bekas gubernur di Tanjung Harapan (Afrika Selatan).

KEBIJAKAN HERMAN KAPTEN BENJAMIN RAFFLES

Latar belakang keluarga

Tak banyak diketahui tentang orangtua Raffles. Ayahnya, Kapten Benjamin Raffles, terlibat
dalam perdagangan budak di Kepulauan Karibia, dan meninggal mendadak ketika Thomas baru
berusia 15 tahun, sehingga keluarganya terperangkap utang. Ia langsung mulai bekerja sebagai
seorang pegawai di London untuk Perusahaan Hindia Timur Britania, perusahaan dagang
setengah-pemerintah yang berperan banyak dalam penaklukan Inggris di luar negeri.
Pada 1805 ia dikirim ke pulau yang kini dikenal sebagai Penang, di negara Malaysia, yang saat
itu dinamai Pulau Pangeran Wales. Itulah awal-mula hubungannya dengan Asia Tenggara.
Raffles di Hindia Belanda

Raffles di 1817

Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811, ketika Kerajaan


Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Kerajaan Belanda dan ia tidak lama kemudian
dipromosikan sebagai Gubernur Sumatera, ketika Kerajaan Belanda diduduki oleh Napoleon
Bonaparte dari Perancis.

Sewaktu Raffles menjabat sebagai penguasa Hindia Belanda, ia telah mengusahakan


banyak hal, yang mana antara lain adalah sebagai berikut: beliau mengintroduksi otonomi
terbatas, menghentikan perdagangan budak, mereformasi sistem pertanahan pemerintah kolonial
Belanda, menyelidiki flora dan fauna Indonesia, meneliti peninggalan-peninggalan kuno
seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Sastra Jawa serta banyak hal lainnya. Tidak
hanya itu, demi meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu yang mengilhami pencarian Raffles
akan Candi Borobudur, ia pun kemudian belajar sendiri Bahasa Melayu. Hasil penelitiannya di
pulau Jawa dituliskannya pada sebuah buku berjudul: History of Java, yang menceritakan
mengenai sejarah pulau Jawa. Dalam melakukan penelitiannya, Raffles dibantu oleh dua orang
asistennya yaitu: James Crawfurd dan Kolonel Colin Mackenzie.

Istri Raffles, Olivia Mariamne, wafat pada tanggal 26 November 1814 di Buitenzorg dan


dimakamkan di Batavia, tepatnya di tempat yang sekarang menjadi Museum Prasasti. Di Kebun
Raya Bogor dibangun monumen peringatan untuk mengenang kematian sang istri.

Kebijakan-Kebijakan Raffles di Bidang Ekonomi dan Keuangan:

Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya
berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling
menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib
(verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Menetapkan sistem sewa tanah
(landrent) yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pemungutan pajak secara
perorangan.

5 kebijakan raffles dalam bidang ekonomi dan keuangan dalam rangka memerintah
indonesia, sebelum membahas mengenai kebijakan apa saja yang dilakukan oleh Raffles di
Indonesia, mari kita berkenalan terlebih dengan Raffles. Raffles memiliki nama lengkap Thomas
Stamford Raffles, Raffless merupakan orang Inggris. Raffles pernah menduduki posisis yang
penting di Indonesia ketika Indonesia jatuh ke dalam jajahan Inggris.

Beberapa kebijakan Raffles dalam bidang ekonomi dan keuangan pada saat memerintah
Indonesia adalah sebagai berikut

1. Raffles melakukan penghapusan terhadap pajak hasil bumi dan sistem pungutan wajib
yang sebelumnya dilakukan oleh VOC.
2. Petani yang sebelumnya diatur dalam proses pemilihan tanaman yang ditanam, pada era
Raffles diberi kebebasan dalam penanaman tanaman eksport.
3. Melakukan monopoli dagang untuk komoditas garam dan minuman keras.
4. Menerapkan sistem pajak secara perorangan.
5. Melakukan pembagian pajak berdasarkan sistem sewa tanah, sewa tanah pada jaman
Raffles terbagi menjadi 3 jenis yaitu Kelas I, Kelas II dan Kelas III.

Demikian pembahasan mengenai kebijakan-kebijakan yang dilakukan Raffles di


Indonesia pada saat memerintah di Indonesia, berbagai macam kebijakan tersebut masih
membuat penduduk Indonesia menderita karena masih dalam keadaan terjajah dan belum
merdeka.

Anda mungkin juga menyukai