REG E 2021 TUGAS LAPORAN BACAAN MATKUL SEJARAH KOLONIAL(KOLONIAL PRANCIS DI INDONESIA)
A. Penyebab Penjajahan Prancis di Indonesia
Penjajahan Prancis di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di Eropa pada akhir abad ke-18 pengaruhnya terhadap jajahan Belanda di Indonesia. Pada tahun 1795. Prancis yang berada di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte menguasai Belanda dan mendirikan Republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Pada tahun yang sama Partai Patriot Belanda yang anti-raja, atas bantuan Prancis, raja Belanda Willem V digulingkan dari tahtanya oleh kaum Republikan Republik baru ini menjadi semacam negeri bawahan (vassal) dari Prancis. Letak geografis Belanda yang berdekatan dengan Inggris menyebabkan Napoleon Bonaparte merasa penting untuk menguasai negeri Belanda. Pada tahun 1806 Napoleon Bonaparte membubarkan Republik Bataaf dan membentuk Koninkrijk Holland. Sejak Belanda berhasil dikuasai oleh Prancis maka Kaisar Napoleon yang memimpin Prancis mengangkat adiknya Louis Napoleon pada tahun 1806 menjadi penguasa di negen Belanda. Dengan perubahan perubahan itu, Hindia Belanda berada di bawah kekuasaan. Kerajaan Belanda tetapi di bawah kekuasaan Pranos untuk menangani Hindia Belanda yang dekat dengan ancaman Inggris yang menguasai India, Louis Napoleon kemudian menunjuk Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Herman Willem Daendels mulai menjalankan tugasnya pada tahun 1808 dengan tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. B. Jalannya Penjajahan Prancis di Indonesia Pada tahun 1806 Perancis meguasai pemerintahan Belanda yang ada di Eropa dan berimbas kepada pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1808, Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia untuk menjadi Gubernur yang menjabat di Batavia dengan tugas utama yaitu mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Selama tiga tahun yakni dari 1808-1811, Daendels menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Pemerintahan Belanda mengamanahkan Daendels dalam sektor pertahanan dan ketentaraan. Seperti untuk menambah kekuatan militernya, Daendels melatih orang-orang pribumi menjadi tentaranya, sabab tidak mungkin Daendels merekrut orang-orang dari negara Belanda yang kemudian didatangkan ke Hindia Belanda. Kegiatan memperkuat militer Perancis juga sejalan dengan pembangunan tangsi-tangsi atau benteng-benteng, pabrik mesiu dan juga rumah sakit tentara. Selain itu, guna mempertahankan pemerintahan di pulau Jawa, Daendels mendirikan jalan Grote Postweg atau sekarang dikenal dengan Pantura dari Anyer, Jawa Barat hingga Panarukan, Jawa Timur. Pembangunan jalan anyer- panarukan (Grote Postweg) bertujuan untuk mempercepat tibanya surat. Pembuatan jalan ini membuat jaringan transportasi di Jawa meningkat pesat. Pembuatan jalan ini memakan korban yang tidak sedikit. Pembangunan jalan Grote Postweg menggunakan sistem kerja paksa atau kerja rodi yang dilakukan rakyat pribumi secara paksa dan tanpa upah. Keberhasilan pembangunan jalan pos ini merupakan pencapaian yang gemilang oleh pemerintahan Daendels, namun bagi orang-orang Indonesia jalan pantura tersebut merupakan rintihan jiwa orang yang mati dari pribumi akibat sistem kerja paksa. Kemudian setelah pembuatan Grote Post Weg selesai, Daendels memerintahkan untuk melakukan pembuatan perahu -perahu kecil serta membuat pelabuhan-pelabuhan untuk tempat bersandarnya kapal perang, yang mana pelabuhan ini dibangun di daerah Banten Selatan. Pembangunan pelabuhan ini mengorban jiwa yang tidak sedikit bagi Banten diakibatkan adanya penyakit malaria yang menyerang para pekerja paksa. Hal ini membuat pembangunan pelabuhan tidak terselesaikan. Akan tetapi Daendels berusaha untuk tetap menyelesaikan pembangunan pelabuhan akan tetapi Sultan Banten menentangnya. Sehingga mangakibatkan pecahnya perang antara pemerintahan Daendels melawan Kerajaan Banten. Selain itu, pembangunan pelabuhan di Merak ternyata mengalami kegagalan dan hanya usaha perluasan di Surabaya yang cukup memuaskan. Pada 1810, Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Louis Napoleon dihapuskan oleh Napoleon menjadi kekuasaan Perancis. Otomatis Indonesia berganti dari pemerintahan Belanda beralih ke pemerintahan Perancis. Disamping itu masa kepemimpinan Daendels, rakyat dan penguasa-penguasa setempat diperlakukan dengan sewenang-wenang. Bahkan seluruh raja-raja di Jawa dipaksa mengabdi kepada Belanda. Pada masa pemerintahan Daendels, pemerintah kolonial menjual tanah-tanah milik pemerintah kepada pihak partikelir atau pihak swasta. Yang mana mulanya, Daendels hanya menjual tanah rampasan dari Kesultanan Banten di Jasinga. Akan tetapi beliau juga menjual tanah- tanah di sekitar Batavia (Jakarta) yang disebut Ommelandene. Daendels juga memberantas sistem feodal yang sebelumnya digunakan oleh VOC. Selain itu Daendels juga membatasi hak – hak bupati terutama dalam hal penguasaan tanag serta pemakaian tenaga rakyat. Pemerintahan Daendels dianggap sebagai pemerintahan bertangan besi atau otoriter. Ia menerapkan disiplin, kerja keras dan kejam. Bagi yang membangkang, Daendels tidak segan untuk memberi hukuman. Hal ini dapat dilihat ketika pembangunan jalan pantura yaitu dengan menerpakan kerja paksa tanpa upah atau makanan sehingga sebagian melarikan diri akan ditangkap dan sisiksa. Akibat dari prilakunya yang otoriter, pada 1811 Daendels di panggil kembali oleh Napoleon untuk kembali ke Eropa dan digantikan Gubernur Jansens. Langkah ini diambil Daendels setelah Belanda mengalami kesulitan keuangan akibat perang melawan Inggris. Selain itu penarikan Daendels ini dikarenakan salah satunya yaitu Daendels diangkat oleh Napoleon untuk memimpin tentara Wurtenmberg dalam upaya menyerah Rusia. Daendels awalnya seorang liberal, berubah menjadi dictator yang bertindak sewenang-wenang setelah sampai Indonesia. Hal ini memunculkan kritik, oleh karena itu Louis Napoleon memutuskan untuk menarik Daendels dan digantikan Janssens. Jansen merupakan seorang Gubernur yang menggantikan Daendels pada bulan Mei 1811, ia tiba di istana Bogor pada tanggal 15 Mei 1811. Hingga pada 4 Agustus 1811, 60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia, pusat kekuatan Belanda. Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811. Pemerintahan Jansen tidak berlangsung lama ,kemudian beliau menyerah kepada Raffles yang tertuang dalam Kapitulasi Tuntan. Yang berisi • Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkutta (India) • Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris • Orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris Jansen merupakan seorang Gubernur yang menggantikan Daendels pada bulan Mei 1811, ia tiba di istana Bogor pada tanggal 15 Mei 1811. Pemerintahan Jansen tidak berlangsung lama yaitu hanya sampai 18 September 1811 yang kemudian menyerah kepada Raffles yang tertuang dalam Kapitulasi Tuntang.Isi Kapitulasi Tuntang diantaranya : 1. Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkutta (India) 2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris 3. Orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris 4. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris Singkatnya pemerintahan Jansen hingga dianggap pada periode pemerintahannya tidak meninggalkan apa – apa dan seolah hanya ditugaskan mempertahankan bendera Perancis di Hindia Belanda selama enam bulan
C. Dampak Penjajahan Prancis
1. Dampak positif • Meninggalkan peraturan perundang-undangan • Terdapat beberapa bangunan peninggalan yang masih dapat kita rasakan seperti; benteng, jalan raya, rel kereta api, dan lainnya. • Adanya reformasi dalam bidang pendidikan lokal yang disebabkan adanya interaksi antar sarjana-sarjana Belanda yang memiliki kepentingan dengan penjajah. • Terbangunnya konektivitas pulau Jawa dengan pendirian jalan raya pos. • Memperkenalkan uang kertas pada pribumi. 2. Dampak negatif • Banyak tanah milik warga diambil secara paksa • Kedudukan pribumi semakin merosot • Munculnya kemerosotan dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya • Mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Indonesia terutama karena adanya sistem kerja rodi. • Membiarkan praktik perbudakan terus berjalan. D. Perlawanan Rakyat Indonesia Semasa Kepemimpinan Prancis (Deandles) 1. Perlawanan Raden Ronggo Pemberontakan Raden Ronggo merupakan peristiwa pertempuran yang terjadi antara tanggal 20 November hingga 17 Desember 1810 antara pasukan yang dipimpin Raden Ronggo Prawirodirjo III melawan tentara Belanda di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels. Pemberontakan berlangsung singkat dan dapat segera dipadamkan oleh Daendels dengan bantuan pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sultan Hamengkubuwana II tidak dapat berbuat banyak selain berpura-pura mendukung Belanda akibat tuduhan yang diarahkan Sunan Pakubuwana IV kepadanya. 2. Perlawanan Rakyat Indramayu (semasa pemerintahan Deandles) Di Indramayu, sejumlah penduduk desa Pamayahan, Bantarjadi, Celeng, dan Cikedung melakukan perlawanan atas Belanda. Di desa Cikedung, perlawanan terhadap kolonialisme berlangsung cukup lama (1802-1812), bahkan sebelumnya sudah ada sikap anti kolonial Perlawanan yang dilakukan oleh penduduk Indramayu pada masa Daendels dengan berbagai macam cara, termasuk dengan peperangan antara masyarakat dengan para pasukan militer Batavia. Kelompok antikolonia itu juga pernah mengirim surat pernyataan tantangan perang terhadap kelompok yang dianggap menghalanginya. Perlawanan yang bersifat sporadis itu dipimpin oleh Ki bagus rangin, Ki Bagus Serit, Ki Bagus Urang, dan Ki Bagus Kandar. Mereka semua tercatat dalam sumber kolonial sebagai pemberontak. Adanya kebijakan pengangkatan kembali Bupati Indramayu oleh pihak kolonial juga tidak dapat menghentikan aksi perlawanan. Malah sebaliknya perlawanan justru semakin keras yang tidak hanya ditujukan kepada pemerintah kolonial melainkan semua lembaga yang berkoalisi dengan Belanda, termasuk etnis Tionghoa. Pada saat melakukan penyerangan terhadap pemberontak, jumlah pasukan dari Indramayu 1200. Namun penyerangan itu pasukan Indramayu mengalami kekalahan, dan Patih astrasutra gugur. Jenazahnya dimakamkan di Jatitujuh.
E. Akhir Dari Kolonialisme Prancis
Sebelum kedatangan Daendels, pasukan Inggris (dalam rangka perang melawan Napoleon) sebenarnya telah menguasai beberapa wilayah Hindia Timur. Pada tahun 1795, pasukan Inggris menduduki Padang dan Malaka dan tahun berikutnya, pasukan Inggris merebut Ambon. Selain itu, armada laut Inggris juga memblokade Batavia sehingga mengacaukan pendapatan pemerintah Belanda. Ancaman pasukan Inggris terhadap Pulau Jawa sendiri semakin kuat setelah pangkalan Perancis di Mauritius jatuh ke pihak mereka pada tahun 1810. Politik Daendels pada dasarnya hanya memprioritaskan pertahanan di pulau Jawa. Untuk keperluan mobilitas pasukannya, dia membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan, yang terkenal sebagai jalan pos besar (het grote postweg). Namun sebelum serangan Inggris tiba, Daendels ditarik ke Eropa dan kedudukannya sebagai gubernur jenderal digantikan oleh Jan Willem Janssens, yang sebenarnya mempunyai reputasi buruk dalam peperangan. Ia telah dikalahkan Inggris di Tanjung Harapan pada tahun 1806. Pemerintahan Janssens di Hindia hanya bertahan beberapa bulan saja. Pada Agustus 1811, armada Inggris mendaratkan pasukan di Batavia. Janssens mundur ke Semarang dan bergabung dengan Legium Mangkunegara dan prajurit-prajurit Yogyakarta dan Surakarta. Akhirnya, seperti di Tanjung Harapan, pada 18 September 1811, Janssens menyerah kepada pihak Inggris di Kalituntang, Salatiga. Pemerintahan Raffles. Setelah Janssens menyerah, Gubernur Jenderal Inggris di India, Lord Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur Jawa (1811-1816). Pada awalnya, raja-raja Jawa menaruh harapan dan merasa senang atas perubahan pemerintahan dari Belanda ke Inggris. Peninggalan Kolonialisme Prancis di Indonesia 1. Gedung Daendels / AA Maramis 2. Jalan Raya Anyer Panurukan 3. Benteng Lodewijk