Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Penjajahan Prancis di Indonesia (Republik Bataaf),


Sejarah dan Kebijakannya

Disusun oleh:
1. Rasya
2. Zakiyah
3. Alula
4. Ferdiansyah

Kelas 8B

SMP MUHAMMADIYAH 4
Jalan Dewi Sartika No.316A Cawang Jakarta Timur
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Masa kolonial Perancis di Hindia Belanda (kini Indonesia) dilatar belakangi oleh
jatuhnya kekuasaan Kerajaan Belanda di Eropa oleh Kekaisaran Perancis. Napoleon yang
berhasil menguasai Kerajaan Belanda menunjuk keponakannya Lodewijk Napoleon untuk
menjadi Raja Belanda yang kemudia diganti menjadi Republik Bataaf.
Prancis dalam usahanya mengekspansi seluruh Eropa memanfaatkan koloni - koloni
negara - negara Eropa yang telah ditaklukan. Hal ini dilakukan karena Perancis membutuhkan
SDM untuk membiayai Perang Napoelon yang tengah masifnya.
Dan jejak kolonial Prancis di Nusantara yang memerintah antara tahun 1806 dan 1811.
Setelah itu, Inggris (Britania) mengambil alih kekuasaan dari tahun 1811 sampai 1815. Inggris
kemudian mengembalikan kekuasaan kepada Belanda pada tahun 1815.
Jatuhnya Belanda ke tangan Imperium Prancis dan pembubaran Perusahaan Hindia Timur
Belanda menyebabkan beberapa perubahan besar dalam pemerintahan kolonial Eropa di
Hindia Belanda, ketika salah satu babak peperangan era Napoleon juga terjadi di Jawa.
Periode ini, yang berlangsung selama hampir satu dekade, menyaksikan perubahan yang
luar biasa di Jawa, karena proyek infrastruktur dan pertahanan yang agresif terjadi, diikuti
oleh pertempuran, reformasi, dan perubahan besar pemerintahan di koloni tersebut.
Pada 1800, Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie/VOC) dinyatakan bangkrut dan dinasionalisasi oleh pemerintah Belanda.
Akibatnya, aset-asetnya yang meliputi pelabuhan laut, gudang, benteng, permukiman, tanah,
dan perkebunan di Hindia Timur dinasionalisasi sebagai koloni Belanda, yakni Hindia
Belanda.
Koloni terssebut berpusat di Batavia (kini Jakarta), Belanda menguasai sebagian besar
Jawa (kecuali wilayah pedalaman negeri Vorstenlanden Mataram dan Banten), menaklukkan
pesisir Sumatra Barat, menggulingkan bekas koloni Portugis di Malaka, Maluku, Sulawesi
Selatan dan Utara, juga di Timor Barat. Di antara penguasaan Belanda ini, Jawa adalah yang
paling penting, karena produksi tanaman keras dan perkebunan yang dikuasai Belanda berada
di sana.
Di sisi lain dunia, Eropa hancur karena Peperangan era Napoleon. Sebuah penaklukan
dan revolusi yang menggeser politik, hubungan, dan dinamika di antara kekaisaran dan negara
Eropa, yang berdampak pada koloni mereka di Timur Jauh. Belanda di bawah Napoleon
Bonaparte pada 1806, mengawasi Republik Batavia menjadi Persemakmuran Batavia dan
kemudian dibubarkan dan digantikan oleh Kerajaan Hollandia, sebuah kerajaan boneka
Prancis yang diperintah oleh saudara laki-laki ketiga Napoleon, Louis Bonaparte (Lodewijk
Napoleon). Akibatnya Hindia Timur selama masa tersebut diperlakukan sebagai koloni
Prancis proksi, diperintah melalui perantara Belanda.
BAB II

ISI

I. Indonesia dibawah Pemerintahan Daendels

VOC di bubarkan pada tahun 1799 dengan segala permasalahan yang ada. Setelah
VOC di bubarkan, tanggung jawab kongsi dagang di Indonesia diambil alih oleh Hindia
Belanda (Nederlands Indies). Pengambilan kekuasaan ini bertujuan agar wilayah
Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda. Pemerintahan Belanda hanya bertahan
sampai 1806, saat itu Belanda yang menggantikan VOC harus menanggung hutang -
hutang VOC. Pada akhir abad 18 dan awal abad 19, Belanda di Eropa mengalami
peperangan melawan Perancis. Akhirnya pada tahun 1806 Perancis meguasai
pemerintahan Belanda yang ada di Eropa dan berimbas kepada pemerintahan Hindia
Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda diambil alih oleh Perancis pada tahun 1808.
Herman Willem Daendels diutus oleh Lodewijk (Louis) Napoleon untuk menjadi
Gubernur yang menjabat di Batavia dengan tugas utama yaitu mempertahankan pulau
Jawa dari serangan Inggris. Tuntutan pemerintahan Belanda kepada Daendels hanyalah
pada sektor pertahanan dan ketentaraan.
Untuk menambah kekuatan militernya, Daendels melatih orang - orang pribumi
menjadi tentaranya, sabab tidak mungkin Daendels merekrut orang - orang dari negara
Belanda yang kemudian didatangkan ke Hindia Belanda. Kegiatan memperkuat militer
Perancis juga sejalan dengan pembangunan tangsi - tangsi atau benteng - benteng, pabrik
mesiu dan juga rumah sakit tentara. Selain itu, guna mempertahankan pemerintahan di
pulau Jawa, Daendels mendirikan jalan Grote Postweg atau sekarang dikenal dengan
Pantura dari Anyer, Jawa Barat hingga Panarukan, Jawa Timur.
Pembangunan jalan Grote Postweg menggunakan sistem kerja paksa atau kerja rodi
yang dilakukan rakyat pribumi secara paksa dan tanpa upah. Keberhasilan pembangunan
jalan pos ini merupakan pencapaian yang gemilang oleh pemerintahan Daendels, namun
disisi lain bagi orang -orang Indonesia setiap jengkal jalan pantura merupakan rintihan
jiwa orang yang mati dari pribumi yang dipekerjakan secara paksa.
Setelah pembuatan Grote Post Weg selesai, Daendels memerintahkan untuk
membuat perahu -perahu kecil dan kemudian membuat pelabuhan - pelabuhan untuk
tempat bersandarnya kapal perang, rencana pembuatan pelabuhan ini akan dibangun di
daerah Banten Selatan. Pembangunan pelabuhan juga memakan korban jiwa yang tidak
sedikit bagi Banten yang diakibatkan dari penyakit malaria yang menyerang para pekerja
paksa. Akhirnya pembangunan pelabuhan tidak terselesaikan. Meskipun demikian,
Daendels bersikeras untuk tetap menyelesaikan pembangunan pelabuhan dan disisi lain
Sultan Banten menentangnya. Daendels menganggap jiwa para pekerja paksa orang -
orang Banten tidak ada harganya, sehingga mangakibatkan pecahnya perang antara
pemerintahan Daendels melawan Kerajaan Banten.
Di samping itu, pembanguna pelabuhan yang ada di Merak juga mengalami
kegagalan dan hanya usaha perluasan di Surabaya yang cukup memuaskan. Pada 1810,
Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Louis Napoleon dihapuskan oleh Napoleon
menjadi kekuasaan Perancis. Otomatis Indonesia berganti dari pemerintahan Belanda
beralih ke pemerintahan Perancis. Akibat tindakannya yang otoriter, pada 1811 Daendels
di panggil kembali oleh Napoleon untuk kembali ke Eropa dan digantikan Gubernur
Jansens.

II. Kebijakan - Kebijakan Daendels

Berikut ini adalah kebijakan -kebijakan yang dilakukan Daendels selama Dendels
menjabat di Indonesia terutama di Jawa:

A. Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan


 Membangun benteng pertahanan
 Membangun pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujung Kulon
 Mengangkat pribumi sebagai tentara Daendels
 Membangun Grote Postweg dari Anyer hingga Panarukan
B. Bidang Pemerintahan
 Membatasi kekuasaan raja -raja di Jawa
 Membagi Jawa menjadi 9 daerah prefectur yang masing -masing prefectur
dipimpin oleh seorang Gubernur
 Bupati sebagai penguasa diubah menjadi pegawai pemerintahan yang kemudian
digaji
 Wilayah Kerajaan Banten dan Cirebon di hapuskan dan dinyatakan sebagai
wilayah pemerintahan kolonial.

C. Bidang Sosial dan Ekonomi


 Memaksakan perjanjian kepada penguasa Surakarta dan Yogyakarta untuk
melebur ke dalam pemerintahan kolonial
 Meningkatan pemasukan dari pajak
 Meningkatkan kegiatan penanaman paksa
 Penyerahan wajib hasil bumi
 Melakukan penjualan tanah kepada pihak swasta

Daendels juga memberantas sistem feodal yang sebelumnya digunakan oleh VOC.
Selain itu Daendels juga membatasi hak -hak bupati terutama dalam hal penguasaan
tanag serta pemakaian tenaga rakyat. Pemerintahan Daendels dianggap sebagai
pemerintahan bertangan besi atau otoriter. Ia menerapkan disiplin, kerja keras dan kejam.
Bagi yang membangkang, Daendels tidak segan untuk memberi hukuman. Hal ini dapat
dilihat ketika pembangunan jalan pantura yaitu dengan menerpakan kerja paksa tanpa
upah atau makanan sehingga sebagian melarikan diri akan ditangkap dan sisiksa.
III. Jan Willem Jansenn (1811)

Jansen merupakan seorang Gubernur yang menggantikan Daendels pada bulan Mei
1811, ia tiba di istana Bogor pada tanggal 15 Mei 1811. Pemerintahan Jansen tidak
berlangsung lama yaitu hanya sampai 18 September 1811 yang kemudian menyerah
kepada Raffles yang tertuang dalam Kapitulasi Tuntang.Isi Kapitulasi Tuntang
diantaranya:

1. Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkutta (India)


2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris
3. Orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris
4. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris

Singkatnya pemerintahan Jansen hingga dianggap pada periode pemerintahannya


tidak meninggalkan apa - apa dan seolah hanya ditugaskan mempertahankan bendera
Perancis di Hindia Belanda selama enam bulan.

IV. Sejarah Jalan Pantura

Jalan pantura atau bisa dinamakan Jalan Daendels dan Grote Postweg merupakan
jalan yang dibangun oleh pemerintahan Daendels yang berkuasa di Hindia Belanda dari
tahun 1808 sampai 1811. Jalan ini membentang dengan jarak 1000 km dari Jawa Barat
hingga Jawa Timur menyusuri pantai utara Jawa. Karena itulah jalan ini juga disebut
dengan nama Pantura atau jalan pantai utara. Jalur ini menjadi urat nadi perekonomian
Jawa hingga saat ini dan dianggap sangat penting. Jalur ini menjadi jalur terpendek
apabila ingin mengitari pulau Jawa serta menjadikan jalur ini favorit bagi lalu lintas
barang maupun manusia di Jawa. Letaknya yang ada di pantai utara Jawa menambah nilai
strategis yang tidak sedikit pelabuhan – pelabuhan besar pada zaman dahulu berada tak
jauh dari pantura dari Tanjung Priok, Tanjung Perak, hingga pelauhan kecil seperti yang
ada di Tuban dan Panarukan.
Tujuan awal dibangunnya Jalan Daendels ini adalah untuk mobilisasi tentara antara
Batavia dan Surabaya dalam rangka pertahanan terhadap serangan laut Inggris. Selain itu
jalur ini juga digunakan sebagai jalur pos dan penumpang. Ada catatan yang
menyebutkan bahwa pada 1810 Daendels memerintahkan untuk membeli kuda sebanyak
200 ekor untuk keperluan pos dan penumpang sepanjang jalur pantura. Namun
keberhasilan Daendels dalam membangun jalur pantura juga mendapat kecaman terutama
oleh para aktivis intelektual yang menganggap pembangunan jalur ini tidak manusiawi
karena mengorbankan rakyat Jawa.
Daendels memaksa penguasa Jawa untuk membangun serta memperlebar jalan yang
sudah ada dalam kurun waktu setahun harus sudah selesai. Apabila gagal memenuhi
target tersebut, penguasa serta pekerjanya akan dibunuh serta kepalanya di gantung di
tepian pantura. Akibatnya, para penguasa lokal mengerahkan rakyatnya untuk bekerja
keras tanpa adanya imbalan hingga terjadi kelaparan. Selain itu, pekerja paksa juga
terserang penyakit malaria yang menjadi faktor kedua kematian pribumi selain kelaparan.
Data dari Inggris mencatat sebanyak 12.000 orang tewas dalam proyek ini.
Mulai 1809 jalur ini sudah beroprasi menjadi jalur utama yang strategis dan tidak
tergantikan.Pada pelaksanaan pembangunan jalan pantura ini tidak sepenuhnya membuat
jalan baru, melainkan melakukan pelebaran jalan yang sudah ada di kota - kota pesisir
utara pulau Jawa serta membuat jalan penghubung antar satu kota dengan kota lain. Tak
jarang candi -candi baik Buddha maupun Hindu dikorbankan untuk “nguruk” jalan Grote
Postweg ini.
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Pada tahun 1796 Perancis berhasil menguasai Belanda di bawah pimpinan Napoleon
Bonaparte setelah itu Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya Louis Napoleon sebagai
penguasa di Belanda pada tahun 1806 kemudian Louis Napoleon mengirim Herman
Willem Daendels ke Hindia-Belanda pada tahun 1808 sebagai Gubernur Jenderal Hindia-
Belanda selama 3 tahun yaitu 1808-1811. Dibawah pimpinan Daendels rakyat dan
penguasa-penguasa setempat diperlakukan dengan sewenang-wenang. Pada Mei 1811,
Daendels dicopot dari jabatannya dengan alasan tak bisa membangun hubungan dengan
penguasa tanah Jawa. Daendels juga dituduh memperkaya diri sendiri dengan menjual
tanah-tanah pemerintah. Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens namun sayangnya
Janssens tak bertahan lama karena terus diserang Inggris. Dan pada akhirnya Batavia dan
daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811. Janssens mundur ke
Jawa Tengah dan menyerah di dekat Salatiga dan berakhirlah masa kekuasaan Perancis di
Indonesia dan di gantikan oleh kekuasaan Inggris.

Anda mungkin juga menyukai