Herman Willem Daendels merupakan gubernur jendral pertama Belanda di Hindia Belanda.
Daendels di tunjuk oleh Louis Napoleon sebagai gubernur jendral pada tahun 1808. Ia bertugas
menjalankan kekuasaan dan pemerintahan Kerajaan Belanda di Hindia Belanda. Herman Willem
Daendels merupakan salah satu patriot Belanda yang sangat terpengaruh semangat Revolusi Prancis.
Kebijakan-kebijakan Daendels selama di Hindia Belanda mencakup bidang-bidang berikut.
b. Membangun pelabuhan militer (pangkalan Angkatan Laut) di Ujung Kulon, Merak, dan Surabaya.
d. Membangun jalan raya dari Anyer-Panarukan sepanjang 1.100 km yang di kenal dengan nama
Groote Post-weg atau jalan raya Pos Daendels.
d. Mengganti raja-raja yang di anggap menghalangi kepentingan Belanda dan mengangkat raja-raja
baru yang sesuai dengan keinginan Belanda, misalnya di Kesunanan Surakarta dan Kesultanan
Yogyakarta.
e. Merombak sistem feudal dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat modern.
3. Bidang Peradilan
a. Membagi tiga jenis peradilan, yaitu peradilan untuk orang-orang Belanda dan Eropa; peradilan
untuk orang-orang Timur Asing; serta peradilan untuk orang-orang pribumi.
4. Bidang Ekonomi
Setelah Daendels ditarik dari jabatannya, Louis Napoleon menunjuk Jan Willem Janssens. Jassens
pernah menjabat sebagai gubernur jendral di wilayah Tanjung Harapan pada tahun 1802-1806.
Pada 28 Agustus 1811 Inggris berhasil menduduki Batavia. Janssens melarikan diri ke Semarang
tetapi akhirnya menyerah pada Inggris. Pengakuan kekalahan Belanda kepada Inggris ini terjadi di
Tuntang,Salatiga, pada tanggal 18 September 1811 yang ditandai dengan penandatanganan
Kapitulasi Tuntang. Isi Kapitulasi Tuntang sebagai berikut.
1. Pulau Jawa dan sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan kepada Inggris.
Inggris mulai menduduki Indonesia sejak keberhasilannya mengalahkan pasukan Gubernur Jendral
Jassens pada 1811. Setelah berhasil mengalahkan Belanda, Gubernur Jendral EIC wilayah Asia yang
berkedudukan di Kalkuta,India,Lord Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai letnan
gubernur untuk menjalankan pemerintah di Indonesia.
Sebagai tokoh dari golongan liberal Raffles menginginkan adanya perubahan dalam berbagai bidang.
Perubahan tersebut diwujudkan Raffles melalui kebijakan berikut.
1. Bidang Pemerintahan
a. Menjalin hubungan baik dengan penguasa-penguasa local yang anti terhadap Belanda
c. Mengangkat para Bupati sebagai pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dalam
bentuk uang.
2. Bidang Ekonomi
d. Melaksanakan monopoli
f. Menjual tanah kepada pihak swasta dan melanjutkan usaha penanaman kopi.
g. Memberi kebebasan dalam usaha perdagangan dengan member kesempatan rakyat untuk
menanam tanaman-tanaman yang laku dipasar internasional.
b. Istri Raffles yang bernama Olivia Marianne merintis Kebun Raya Bogor.
Kekuasaan Belanda di Indonesia pada periode tersebut dijalankan oleh Komisaris Jendral.
Pembentukan Komisaris Jendral dilakukan atas saran dari Pangeran Willem VI. Komisaris Jendral
terdiri atas tiga orang, yaitu Cornelis Theodorus Elout, Alexander Gerard Philip Baron van der
Capellen, dan Arnold Ardiaan Buyskes.
Pada masa pemerintahan komisaris jendral ini nama Nederlandsch Oost Indie menjadi Nederlandsch
Indie atau Hindia Belanda. Tugas pokok komisaris jendral adalah membangun daerah koloni untuk
memberikan keuntungan bagi negri Belanda. Ketiga pemimpin komisaris jendral mulai menjalankan
tugasnya pada tanggal 27 April 1816.
Penerapan kebijakan tanam paksa tidak terlepas dari kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah
pada masa pemerintahan komisaris jendral. Kegagalan tersebut mendorong Johannes van den Bosch
mencetuskan ide tanam paksa untuk menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan. Gubernur Jendral
Johannes van den Bosch memusatkan kebijakan tanam paksa pada peningkatan produksi tanaman
yang laku dipasar internasional. Tujuan sistem tanam paksa adalah mendapatkan komoditas-
komoditas ekspor yang laku dipasaran dunia.
Tanam paksa dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Staatsblad Nomor
22 Tahun 1834. Ketentuan tanam paksa sebagai berikut.
e. Penggarapan tanah untuk tanaman wajib diawasi oleh kepala pribumi atau pegawai Belanda.
Sistem tanam paksa menyebabkan terjadinya penderitaan rakyat. Para petani hidup dalam
kemiskinan dan kelaparan. Sistem tanam paksa memberikan keuntungan melimpah bagi pemerintah
Kolonial Belanda. Keadaan ini terbukti ketika pada tahun 1832-1867 jumlah keuntungan yang di
peroleh pemerintah Belanda mencapai angka sekira 967 juta gulden, jumlah yang cukup besar pada
masa itu.
Pelaksanaan tanam paksa tidak dapat dilepaskan dari berbagai kritikan. Beberapa tokoh seperti
Douwes Dekker, Baron van Hoevel, dan Fransen van der Putte mengutarakan kritik kepada
pemerintah Belanda. Douwes Dekker menyampaikan kritik melalui bukunya yang berjudul Max
Havelaar, Fransen van der Putte mengkritik melalui buku Suiker Contracten, dan Baron van Hoevel
menyampaikan langsung melalui pidato-pidatonya di depan parlemen Belanda.
Golongan liberal Belanda menganggap bahwa cultuurstelsel merupakan sistem tanam wajib yang
sangat memberatkan rakyat. Golongan liberal juga menuntut pemerintah agat bertindak sebagai
pengawas, pelindung, dan penyedia fasilitas bagi para penanam modal.
Pada perkembanganya politik liberal di Indonesia disebut Politik Pintu Terbuka (Open Door Policy).
Disebut Politik Pintu Terbuka karena ditandai dengan adanya kebebasan usaha berupa penanaman
modal swasta dibidang perkebunan dan pertambangan.
Sistem ekonomi liberal tidak lebih baik dari sistem tanam paksa karena tidak dapat membawa
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Pada masa tanam paksa rakyat hanya ditekan dari dua pihak,
yaitu pemerintah dan swasta. Penekanan dari dua pihak ini menimbulkan penderitaan rakyat lebih
besar.
Agama Katolik di Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis. Portugis menyebarkan agama Katolik di
Maluku. Selain bangsa Portugis, bangsa Spanyol berperan dalam penyebaran agama Katolik di
Kepulauan Maluku. Seorang misionaris Spanyol bernama St.Fransiscus Xaverius (1506-1552)
mengunjungi Ambon, Ternate, dan Halmahera antara tahun 1546 hingga 1547. Diperkirakan pada
tahun 1560-an terdapat 10.000 pemeluk agama Katolik di Kepulauan Maluku. Pada tahun 1590-an
jumlah tersebut meningkat sekira 50.000 hingga 60.000 orang.
Sementara itu, bangsa Belanda menyebarkan agama Kristen Protestan di Indonesia. Penyebaran
agama Kristen Protestan dilakukan diluar kegiatan. Misionaris Kristen Protestan memusatkan
aktivitas penyebaran agamanya ke daerah-daerah pedalaman yang belum tentu Islam. Tokoh
penyebar agama Kristen Protestan adalah misionaris Jerman bernama Ludwig I.Nommensen. Ia
berhasil melakukan Kristenisasi di Sumatra Utara.
Agama Kristen juga berkembang di Pulau Jawa. Perkembangan agama Kristen di Pulau Jawa ini
ditandai dengan terjadinya sinkretisme (praktik percampuran agama Kristen dengan kepercayaan
local). Tokoh yang menyebarkan sinkretisme agama Kristen antara lain C.Coolen, Kiai Tanggul
Wulung, dan Kiai Sadrach.