Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN PROYEK PERTANIAN BERKELANJUTAN

BUDIDAYA TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L)


DI PT. BISI INTERNATIONAL. TBK

OLEH :

Cindy Alnamira
NIRM. 01.01.18.007

PERENCANAAN PROYEK PERTANIAN BERKELANJUTAN


BUDIDAYA TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L)
DI PT. BISI INTERNATIONAL. TBK

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
MEDAN 2020
A. Struktur OrganisasiProyek

Setiap karyawan memiliki tupoksi kerjanya masing-masing sesuai dengan


pembagian tugas kerja. Adapun tupoksi kerja tersebut antara lain:

N Jabat Fun
o an gsi
1 Pemegang saham Pemilik dari perusahaan PT. BISI International.
Tbk.
2 Dewan Komisaris Pengawas dan pemberi nasihat kepada direktur PT.
BISI International. Tbk.
3 Direktur Utama Sebagai kordinator, komunikator, pengelola dan
pemimpin PT. BISI International. Tbk.
4 Komite Audit Pemberi pendapat professional dan independent
kepada dewan komisaris.
5 Audit Internal Penguji dan pengevaluasi berbagai kegiatan yang
di
laksanakan organisasi pada PT. BISI International.
Tbk.
6 Direktur Kordinator pengelola keuangan pada PT. BISI
Keuangan International. Tbk.
7 Direktur riset dan Menyiapkan perumusan kebijakan dalam PT. BISI
pengembangan International. Tbk.
8 Direktur Merencanakan, mengarahkan dan
pemasaran mengawasi
kegiatan pemasaran di PT. BISI International. Tbk.
9 Direktur produksi Bertanggung jawa untuk sumberdaya manusia dan
material yang meliputi kegiatan manajemen.
1 VP Produksi Memprediksikan permintaan produk dalamjumlah
0 produksi.
1 GM Centr Meengkordina kegiat da sa at lebi
1 Regiona al si an ri tu au h
l departemen
1 GMHC HRD Merekrut dan melatih sumberdaya manusia
2
1 GM Controller Mengontrol dalam kegiatan manajemen
3

B. Work BreakdownStructure

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan


salah satu kelompok sayuran daun yang penting
dikonsumsi di seluruh dunia. Umumnya selada
daun ada dua macam, yaitu selada hijau dan merah.
Selada merah mengandung zat antosianin cukup tinggi
yang berfungsi sebagai antioksidan, oleh karena itu
sangat baik untuk kesehatan. Antosianin berperan untuk
mencegah penyakit hati (hepatitis), kanker usus, stroke,
diabetes, sangat esensial bagi fungsi otak.
Meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap
asupan gizi yang dikonsumsi mendorong untuk
dilakukan tindakan pengembangan. Pengembangan
varietas selada merah perlu diimbangi dengan perbaikan
kualitas gizi dan hortikultura (Mou, 2008). Perbaikan
kualitas tersebut dapat ditempuh dengan program
pemuliaan tanaman, salah satunya yaitu dengan
perakitan varietas unggul yang berkualitas dan berdaya
hasil tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan, daya hasil dan kandungan antosianin
tanaman selada di dataran tinggi. Hipotesis yang
diajukan yaitu diduga calon varietas uji memiliki
pertumbuhan, daya hasil dan kandungan antosianin
lebih tinggi dari pada varietas pembanding. Penelitian
dilaksanakan di Kebun Percobaan PT. BISI
International Tbk. Farm Pujon yang terletak di Desa
Gesingan, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Maret
sampai Mei 2017. Bahan yang digunakan adalah selada
merah calon varietas uji LTL 170001 dengan varietas
pembanding selada hijau varietas lettuce dan selada
merah varietas red rapid, new red fire dan LTL 170010.
Metode yang digunakan yaitu Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan masing-
masing diulang sebanyak 4 ulangan. Parameter
pengamatan meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif.
Karakter kuantitatif meliputi tinggi tanaman, lebar
tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun,
diameter batang, berat segar per tanaman, berat segar
per plot, produksi per hektar dan kandungan antosianin.
Sedangkan karakter kualitatif meliputi warna benih,
bentuk daun dan rasa. Analisis data karakter kuantitatif
dilakukan menggunakan aplikasi PKBT STAT 2.1 dan
diuji lanjut dengan uji lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur)
pada taraf 5 dan 1%, sedangkan karakter kualitatif
dilakukan secara deskriptif dengan panduan deskripsi
IPGRI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon
varietas uji selada merah LTL 170001 memiliki
pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kandungan
antosianin dalam kisaran varietas perbanding. Pada
hasil calon varietas uji LTL 170001 memiliki
pertumbuhan dan hasil lebih rendah dari selada hijau
varietas lettuce, akan tetapi lebih tinggi dari tiga
varietas pembanding selada merah. Kandungan
antosianin calon varietas uji lebih rendah dari varietas
pembanding LTL 170010, akan tetapi berat segar per
tanaman, berat segar per plot dan produksi per hektar
lebih tinggi. Karakter kualitatif menunjukkan adanya
perbedaan warna benih calon varietas uji dibandingkan
dengan varietas pembanding dapat menjadi penciri
utama dari calon varietas uji.

1. PersiapanBibit
Siapkan bedengan dengan lebar satu meter dan tinggi
sekitar 15 cm, panjang bedengan disesuaikan dengan
kebutuhan. Posisi bedengan harus ditempat terbuka dan jauh
dari gangguan binatang. Campurkan pupuk kandang, tanah dan
arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Pupuk kandang yang
digunakan harus sudah betul-betul matang untuk menghindari
tumbuhnya mikroorganisme yangn tidakdiharapkan.
Siram media penyemaian dengan air untuk memberikan
kelembaban pada benih yang akan ditabur. Usahakan jangan sampai basah
menggenang karena bisa membusukan tanaman. Tebarkan benih selada
secara merata diatas bedengan. Padat penebaran benih adalah 100 gram
per 10 meter persegi bedengsemai.
Buatlah naungan diatas bedengan tersebut. Gunanya, pada musim
hujan untuk melindungi bibit yang baru tumbuh dari limpahan air hujan
secara langsung. Pada musim kemarau, untuk menaungi bibt dari sengata
matahari yang terlalu terik. Tutupan bedengan bisa menggunakan paranet,
karung plastik atau plastik bening. Upayakan membuat tutupan yang bisa
ditutup buka, sehingga pada pagi dan sore hari tutup bisa dibuka agar
mendapat penyinaran maksimal.
2. PersiapanLahan
Pengolahan lahan untuk budidaya selada keriting tergantung pada
jenis, struktur dan tekstur tanahnya. Jika pada lahan yang akan digunakan
ditemukan adanya tanaman pengganggu, maka lakukan sanitasi terlebig
dahulu.
Selanjutnya melakukan pengolahan lahan, apabila tanah yang akan
dipakai sangat keras, lakukan penggarpuan terlebih dahulu, setelah itu baru
dilakukan penggemburan dengan cara dicangkul. Kemudian bentuk
bedengan dengan ukuran lebar 1 meter tinggi 15 cm dan panjang kurang
lebih 10 meter atau tergantung kondisi lahan. Setelah itu tambahkan pupuk
kandang 20 ton untuk lahan satu hektar, lalu aduk dan ratakan kembali
bedengan.
3. Penanaman
Setelah lahan siap pindahkan bibit selada keriting dari tempat
penyemaian. Dalam memindahkan tanaman, sebaiknya angkat dengan
tanah yang menyangga zona perakaran. Penanaman dilakukan dengan cara
ditugal atau dilubangi dengan tangan saja. Besar dan dalam lubang tanam
disesuaikan dengan perakaran bibit selada keriting yang akan dipindahkan.
Atur jarak tanam sebesar 10 x 15 cm.
4. Perawatan
Perawatan yang dilakukan dalam budidaya selada kriting
diantaranya penyiraman, pemupukan, penyiangan serta pengendalian HPT.
Penyiraman dilakukan sesuai dengan cuaca yang ada. Jika tidak ada hujan
lakukan 2 kali penyiraman dalam satu hari setiap pagi dan sore.
Setelah bibit yang ditanam berumur 2 minggu, apabila tanaman
kurang subur yang ditandai dengan warna hijau yang pudar, lakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk urea dengan dosis yang tepat,
pemupukan dapat dilakukan dengan cara kocoran atau ditabur lansung..
Dalam budidaya selada keriting biasanya diperlukan minimal satu
kali penyiangan gulma selama masa budidaya. Penyiangan dilakukan
dengan cara mencabut gulma yang ada pada lahan budidaya.
Untuk pengendalian HPT Dapat dilakan secara fisik dan kimia,
yaitu dengan menangkap hama dan lansung menbunuhnya sarta dengan
cara kimia yaitu dengan cara melakukan penyemprotan dengan pestisida
yang di anjurkan.
5. Panen
Budidaya selada keriting bisa dipanen 20-30 hari setelah bibit
ditanam. Jadi, bila dihitung mulai dari penyemaian sampai panen, kira-kira
dibutuhkan 40-60 hari. Produktiivitas tanaman selada keriting bisa
mencapai 15-20 ton per hektar.
Panen dilakukan dengan mencabut tanaman sampai keakar-akarnya.
6. Pasca Panen
Setelah dipanen, bagian akar selada kriting dicuci dan daun-daun
yang rusak dibuang. Kelompokkan daun selada keriting berdasarkan
ukuran. Pengerjaan pasca panen harus dilakukan dengan cepat dan segera
karena tanaman selada keriting tak tahan panas dan penguapan. Apabila
pengangkutan ke pasar ada jeda waktu yang lama, simpanlah sayuran
tersebut di tempat yang lembab dekat dengan air atau secara rutin diciprati
air.

  Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan teknik


budidaya yang memiliki efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Teknik
budidaya sayuran hidroponik merupakan salah satu upaya intensifikasi
yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
penggunaan lahan dan pupuk. Penanaman dengan metode hidroponik
semakin digemari, terutama untuk masyarakat perkotaan dan sekitarnya.
Bertanam dengan metode hidroponik menjadi pilihan karena tidak
memerlukan lahan yang luas, salah satunya adalah bertanaman tanaman
selada hijau. Selada hijau merupakan komoditas sayuran yang adaptasinya
cukup luas, sehingga banyak diusahakan oleh petani di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Selada hijau merupakan salah satu komoditas
sayuran yang cepat panen, sehingga perputaran modal relatif cepat. Tujuan
dari Tugas Akhir ini adalah untuk memahami dan terampil melakukan
penyemaian untuk budidaya secara hidroponik NFT selada hijau,
memahami dan terampil mengelola larutan nutrisi untuk budidaya secara
hidroponik NFT selada hijau, memahami dan terampil melakukan
budidaya secara hidroponik NFT selada hijau dan memahami dan terampil
melakukan analisis usaha tani budidaya seacara hidroponik NFT selada
hijau.
C. JadwalProyek

Waktu Kegiatan
N Kegiatan Janua Februa Mare April Mei Juni
o ri ri t
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan
Bibit

2 Persiapan
Lahan

3 Penanaman

4 Perawatan

5 Panen

6 Pasca Panen

D. ResikoProyek
Beberapa resiko yang di prioritaskan :
1. Tidak kompetennya tenaga kerja sehingga kegiatan budidaya dapat
terlampat dari jadwal yangditemtukan
2. Rusaknya bibit pada saat permindahan dari penyemaian ke mediatanam
3. Pengendalian HPT yang tidak tepat sehingga menyebabkan gagal panen
atau kurangnyaproduktifitas
4. Produk rusak pada saat pengangkutan setelahpanen
5. Pasar yang tidak menentu sehingga diperlukan tempat penyimpanan yang
layak agar produk tetapawet

Anda mungkin juga menyukai