Anda di halaman 1dari 4

1.

Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Pada tahun 1795 terjadi perubahan di Belanda. Munculah kelompok yang menamakan dirinya
kaum patriot. Kau mini terpengaruh oleh semboyan Revolusi Prancis : liberte (kemerdekaan),
egalite (persamaan), dan fraternite (persaudaraan). Berdasarkan ide dan paham yang
digelorakan dalam Revolusi Prancis itu, maka kaum patriot menghendaki perlunya negara
kesatuan. Bertepatan dengan keinginan itu pada awal tahun 1795 pasukan Prancis menyerbu
Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Belanda dikuasai Perancis. Dibentuklah
pemerintahan baru sebagai bagian dari Prancis yang dinamakan Republik Bataaf (1795 – 1811).
Republik Bataaf dipimpin oleh Louis Napoleon yang merupakan saudara dari Napoleon
Bonaparte.
Sementara itu, Raja Willem van Orange (Raja Willem V) oleh pemerintah Ingrris ditempatkan di
Kota Kew. Raja Willem V kemudian mengeluarkan perintah yang terkenal dengan “Surat – Surat
Kew”. Isi perintah itu adalah agar para penguasa di negeri jajahan Belanda menyerahkan
wilayahnya kepada Inggris bukan Prancis.

a) Pemerintahan Herman Willem Daendels (1808 – 1811)


Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal memerintah di Nusantara pada tahun
1808 – 1811. Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai Inggris.
Daendels adalah kaum patriot dan berpandangan liberal. Ia kaum muda yang berasal dari
Belanda yang sangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi Perancis. Di dalam berbagai pidatonya,
Daendels tidak lupa mengutip semboyan Revolusi Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa
kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di lingkungan masyarakat Hindia. Oleh karena itu,
ia ingin memberantas praktik – praktik yang dinilai feodalistik. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat lebih dinamis dan produktif untuk kepentingan negeri induk (Republik Bataaf).
Dalam rangka mengemban tugas sebagai Gubernur Jenderal dan memenuhi pesan dari
pemerintah induk (Republik Bataaf), Daendels melakukan beberapa langkah strategis, terutama
menyangkut bidang pertahanan-keamanan, administrasi pemerintahan, dan social ekonomi.

1) Bidang pertahanan dan Keamanan


Dalam rangka melaksanakan tugas mempertahankan Jawa dari serangan Inggris, Daendels
melakukan langkah – langkah :
(a) membangun benteng – benteng pertahanan baru,seperti benteng Meester Cornelis;
(b) membangun pangkalan Angkatan laut di Anyer dan Ujungkulon. Namun pembangunan
pangkalan di Ujungkulon boleh dikatakan berhasil;
(c) meningkatkan jumlah tantara, dengan mengambil orang – orang pribumi karena pada
waktu perg ke Nusantara, Daendels tidak membawa pasukan. Oleh karena itu, Daendels
segera menambah jumlah pasukan yang diambil dari orang – orang pribumi, yakni dari
4.000 orang menjadi 18.000 orang (baca Ricklefs, 2005); dan
(d) membangun jalan raya dari Anyer (Jawa Barat, sekarang Provinsi Banten) sampai
Panarukan (ujung timur Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur) sepanjang kurang lebih 1.100
km. Jalan ini dinamakan jalan De Groote Postweg yang oleh masyarakat sering disebut
dengan jalan Daendels.

2) Bidang Politik dan Pemerintahan


Daendels juga melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkuat kedudukannya di
Nusantara. Beberapa tindakan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
(a) membatasi secara ketat kekuasaan raja – raja di Nusantara;
(b) Daendels memerintah secara sentralistik yang kuat dengan membagi Pulau Jawa
menjadi 23 wilayah besar (hoofdafdeeling) yang kemudian dikenal dengan keresidenan
(residentie). Tiap keresidenan dapat dibagi menjadi beberapa kabupaten (regentschap)
(Suhartono, “Dampak Politik Hindia Belanda (1800 – 1830)”, dalam buku Indonesia
dalam Arus Sejarah, 2012).
(c) berdasarkan Dekrit 18 Agustus 1808, Daendels juga telah merombak Provinsi Jawa
Pantai Timur Laut menjadi 5 prefektur. (wilayah yang memiliki otoritas) dan 38
kabupaten. Terkait dengan ini maka Kerajaan Banten dan Cirebon dihapuskan dan
daerahnya dinyatakan sebagai wilayah pemerintah kolonial;
(d) kedudukan bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai pemerintah
(kolonial) yang digaji. Sekalipun demikian para bupati masih memiliki hak – hak feudal
tertentu.

Jumlah Keresidenan di Pulau Jawa pada masa pemerintahan Daendels.


1. Tegal
2. Bagelen
3. Banyumas
4. Cirebon
5. Priangan
6. Karawang
7. Buitenzorg (Bogor)
8. Banten
9. Batavia (Jakarta)
10. Surakarta
11. Yogyakarta
12. Banyuwangi
13. Besuki
14. Pasuruan
15. Kediri
16. Surabaya
17. Rembang
18. Madiun
19. Pacitan
20. Jepara
21. Semarang
22. Kedu
23. Pekalongan

3) Bidang Peradilan
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan dan mengatur ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat, Daendels juga melakukan perbaikan di bidang peradilan. Daendels berusaha
memberantas berbagai penyelewengan dengan mengeluarkan berbagai peraturan.
(a) Daendels membentuk tiga jenis peradilan : (1) untuk orang Eropa, (2) peradilan untuk
orang-orang pribumi. Peradilan Untuk kaum pribumi dibentuk di setiap prefektur,
misalnya di Batavia, Surabaya, dan Semarang; dan
(b) Peraturan untuk pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Pemberantasan korupsi
diberlakukan terhadap siapa saja termasuk orang-orang Eropa, dan Timur Asing

4) Bidang Sosial Ekonomi


Daendels juga diberi tugas untuk memperbaiki keadaan di Tanah Hindia, sembari
mengumpulkan dana untuk biaya perang. Oleh karena itu, Daendels melakukan berbagai
tindakan yang dapat mendatangkan keuntungan bagi pemerintah kolonial. Beberapa kebijakan
dan tindakan Daendels itu misalnya :
(a) Daendels memaksakan berbagai perjanjian dengan penguasa Surakarta dan Yogyakarta
yang intinya melakukan penggabungan banyak daerah ke dalam wilayah pemerintahan
kolonial, misalnya daerah Cirebon;
(b) Meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak dan penjualan
tanah kepada swasta;
(c) Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia;
(d) Rakyat diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya;
(e) Melakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta;

b) Pemerintahan Janssen (1811)

Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia digantikan oleh Jan
Willem Jannsen. Jannsen dikenal seorang politikus berkebangsaan Belanda. Sebelumnya
Janssen menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) tahun
1802-1806. Pada tahun 1806 itu Janssen terusir dari Tanjung Harapan karena daerah itu
jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1810 Jannsen diperintahkan untuk pergi ke Jawa
dan akhirnya menggantikan Daendels pada tahun 1811. Janssen mencoba memperbaiki
keadaan yang telah ditinggalkan Daendels.

Namun harus diingat bahwa beberapa daerah di Hindia Belanda sudah jatuh ke tangan
Inggris. Sebetulnya pihak Belanda bawahan Perancis berusaha untuk mempertahankan
koloni-koloni Belanda dari ancaman Inggris. Tetapi armada Inggris ternyata lebih kuat
dan unggul. Jan Willem Janssen yang menggantikan Daendels tidak bisa berbuat banyak.
Penguasa Inggris di India, Lord Minto kemudia memerintahlkan Thomas Stamford
Raffles yang berkedudukan di Pulau Penang untuk segera menguasai Pulau Jawa. Pada
Tanggal 4 Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles telah
muncul di perairan sekitar Batavia. Beberapa minggu berikutnya, tepatnya pada tanggal
26 Agustus 1811 Batavia jatuh ke tangan Inggris. Jannsen berusaha menyingkir ke
Semarang bergabung dengan Legiun Mangkunegara dan prajurit-prajurit dari
Yogyakarta serta Surakarta. Namun, pasukan Inggris lebih kuat sehingga berhasil
memukul mundur Janssen beserta pasukannya. Jannsen kemudian mundur ke Salatiga
dan akhirnya menyerah di Tuntang. Penyerahan Jannsen secara resmi ke pihak Inggris
ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang yang ditandatangani pada tanggal 18
September 1811.

Anda mungkin juga menyukai