Anda di halaman 1dari 21

Makalah

TEKTONIK PULAU PAPUA DAN SEBELAH UTARA


AUSTRALIA



Oleh
NAMA : FAUZIAH NURAINI
NIM : H22112281

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
2014




KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji syukur
penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Tektonik Pulau Papua dan Sebelah Utara
Australia.
Pada kesempatan ini penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan karena adanya bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
izinkanlah penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
geodinamika serta kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan dan
temen-teman yang berpatisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran pada semua
pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan bagi rekan-
rekan mahasiswa yang lainnya pada umumnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.




Makassar , 16 April 2014










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
I.1 Latar Belakang .............................................................................................................
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................
I.3 Tujuan ..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
II.1 Pendahuluan ................................................................................................................
II.2 Struktur Regional Papua ..............................................................................................
II.3 Kondisi Fisiografi ........................................................................................................
III.3.1 Tektonik Setting Pulau Papua .........................................................................
III.3.2 Stratigrafi Pulau Papua ....................................................................................
III.3.3 Mandala Struktur Pulau Papua ........................................................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................














BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keadaan geologi/ geomorfologi Indonesia sangat kompleks yang ditandai oleh
pengangkatan yang aktif dengan bentukan lahan yang sangat beragam. Keadaan tersebut
disebabkan oleh proses endogen (pengangkatan dan penurunan) serta proses eksogen. Salah satu
proses eksogen yang berpengaruh adalah iklim tropis basah yang mempercepat terjadinya proses
erosi, pelapukan, gerakan masa batuan maupun denudasi. Dengan adanya kedua faktor tersebut
(proses endogen dan eksogen) yang terjadi di Indonesia maka geomorfologinya relatif konstan..
Salah satu wilayah yang menjadi kajian dalam geologi Indonesia yang sangat kompleks
ini adalah Papua. Papua adalah salah satu pulau terbesar di indonesia yang memiliki ciri khas
tersendiri. Mulai dari kenampakan yang ada di pulau tersebut sehingga menghasilkan potensi-
potensi daerah yang sangat beragam. Melihat keadaan tersebut maka disini akan dijabarkan
mengenai keadaan geologi yang membentuk pulau irian dari berjuta-juta tahun yang lalu hingga
saat ini sehingga dapat dilihat sumberdaya alam yang sangat kaya yang berada di pulau Papua
ini.Bahasannya mengenai Sistem Melanesia yang merupakan dasar pembentukan pulau Papua
yang berbentuk burung dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Makalah ini berisi mengenai
pembahasan yang mendalam mengenai keadaan geologi pulau Papua mulai dari proses
pembentukan pulau Papua, perlapisan batuan yang ada di irian hingga mendala struktur yang ada
di pulau Papua.

I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tektonik setting yang membentuk Pulau Papua?
2. Bagaimanakah mendala struktur yang ada di Pulau Papua?
3. Bagaimanakah perlapisan batuan yang ada di Pulau Papua?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tektonik setting yang membentuk Pulau Papua.
2. Untuk mengetahui mendala struktur yang ada di Pulau Papua.
3. Untuk mengetahui perlapisan batuan yang ada di Pulau Papua.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pendahuluan
Pada mulanya pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang paling dalam dan juga
merupakan lempeng Australia (lempeng Sahul) yang berada di bawah dasar lautan Pasifik tetapi
akibat adanya pertemuan/tumbukan lempeng (tektonik lempeng) antara lempeng benua Australia
(Lempeng Sahul) dan lempeng Samudera Pasifik sehingga terangkatnya lempeng Australia
menjadi pulau di bagian Utara Australia.
Pertemuan atau tumbukkan lempeng ini sehingga menyebabkan terbentuknya gugusan
pegunungan Tengah dan gugusan pegunungan di wilayah Kepala Burung.
Papua merupakan lempeng Australia sehingga dapat ditemukan berbagai jenis bebatuan
yang mirip antara Australia dan Papua.
Proses pengangkatan pulau Papua dari Dasar lautan Pasifik sehingga kini telah ditemukan
berbagai kerang (bia) dan pasir laut di berbagai wilayah pegunungan Tengah dan Pegunungan
Kepala Burung. Akibat pengangkatan ini akhirnya pulau Papua mulai terhubung dengan benua
Australia sehingga mulai terjadi migrasi Hewan dan Manusia dari daratan Australia ke wilayah
Papua sebelum terjadinya pencairan es di kutub akibat adanya pemanasan global.
Proses geologi Papua ini baru terjadi sekitar 60an jutaan tahun silam sehingga masih bisa
ditemukan kerang di wilayah daratan Papua.
II.2 Struktur Regional Papua

Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan
serentak aktif (Gambar II.1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke
barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia
bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini
membentuk suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagian besar
dilandasi kerak Benua Indo-Australia.

Periode tektonik utama daerah Papua dan bagian utara Benua Indo-Australia dijelaskan
dalam empat episode (Henage, 1993), yaitu (1) periode rifting awal Jura di sepanjang batas utara
Lempeng Benua Indo-Australia, (2) periode rifting awal Jura di Paparan Baratlaut Indo-Australia
(sekitar Palung Aru), (3) periode tumbukan Tersier antara Lempeng Samudera Pasifik-Caroline
dan Indo-Australia, zona subduksi berada di Palung New Guinea, dan (4) periode tumbukan
Tersier antara Busur Banda dan Lempeng Benua Indo-Australia. Periode tektonik Tersier ini
menghasilkan kompleks-kompleks struktur seperti Jalur Lipatan Anjakan Papua dan Lengguru,
serta Antiklin Misool-Onin-Kumawa

Gambar II.1 Elemen tektonik Indonesia dan pergerakan lempeng-lempeng tektonik
Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Badan Burung
atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian barat. Kedua bagian ini
menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan oleh Tinggian Kemum di Kepala
Burung dan Central Range di Badan Burung, kedua pola ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan
Anjakan Lengguru berarah barat daya tenggara di daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk
Cenderawasih (Gambar II.2).

Gambar II.2 Struktur Regional Papua
II.3 Kondisi Fisiografi
Dalam mengkaji kondisi geologi Papua, ada beberapa sub pokok bahasan yang meliputi
kondisi tektonik setting daerah papua, mendala srtruktur dan stratigrafi batuan yang ada di pulau
Papua. Berikut ini adalah gambaran umum mengenai lempeng lempeng yang mendasari benua
dan lautan yang ada di dunia dan salah satunya adalah Papua.
Berikut ini jabaran terperinci mengenai kondisi geologi Papua:
II.3.1 Tektonik Setting Pulau Papua
Setting Lempeng Tektonik Papua telah diulas oleh beberapa ahli geologi seperti Dow dkk
(1985), Smith (1990) dan Mark Closs (1990) dapat dijadikan sebagai kerangka dalam
menerangkan posisi dan sejarah tektonik. Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada
pada bagian tepi utara Lempeng Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara
Lempeng Australia yang bergerak keutara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua
lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi yeng berkaitan erat dengan
perkembangan sari proses magmatik dan pembentukan busur gunung api yang berasoisasi
dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal. Menurut Smith (1990), perkembangan
Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut:

Gambar II.3 Tektonik Pulau Papua
a. Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35-5 JT)


Gambar II.4 Keadaan Pulau Papua Pada 30 ma Midle Oligocene
Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental Australia terjadi pemekaran yang
mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping New Guinea selama Oligosen Awal
Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk
perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44 24 Juta
Tahun yang lampau (JT). Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang
terjadi pada Oligosen Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir
West Delta Kali Sute di Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi
pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian
utara dan Timur Laut Lempeng Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan
pada bagian kepala Burung Papua diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.
Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah
utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Australia membentuk
busur Kontinen Calc Alkali Moon Utawa dan busur Maramuni di New Guinea.

b. Periode Miosen Akhir Sampai Plistosen (15 2 JTL)

Gambar II.5 Keadaan Pulau Papua pada 15 ma Midle Miocene
Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Australia di New Guinea sangat
dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini
mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18
7 Juta Tahun. Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida
ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara,
Lempeng Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya
penciutan ukuran selama Miosen Akhir.
Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan
pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di
perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal
busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian Landasan Sayap
Miosen seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api
Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur
Melanesia
dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan
Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan
penunjaman dan perkembangan dari busur Moon Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan
dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu
Zona Patahan Markam.

Gambar II.6 Keadaan Pulau Papua Pada 5 ma Early Pliocene
Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong,
Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala
Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng
Australia. Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan
bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur.
Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur. Akibat
tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan paparan di
bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona
Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar searah kemiringan konvergensi antara
pergerakan ke utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan
terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi
tektonik Papua cenderung ke arah Utara Barat sampai sekarang.

Gambar II.7 Keadaan Pulau Papua Pada Zaman Recen (Sekarang)
Kejadian tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang diakibatkan
oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambarkan oleh irisan stratigrafi di
bagian mulai dari batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari bagian sisi utara Lempeng
Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini
dibatasi oleh batuan metamorf dan teras ophilite yang menandai kejadian pada Miosen Awal.
Perbatasan bagian selatan dari sesar naik ini ditandai oleh adanya batuan dasar Precambrian yang
terpotong di sepanjang jalur Sesar Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa
terjadi peristiwa pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada 4 3,5 juta tahun yang lalu
(Weyland, 1993). Selama Pliosen (7 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi
oleh tipe magma I suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang
menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Okeitadi.
Selama pliosen (3,5 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada
bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari
peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya
pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari
Blok Kemum.
Menurut (Smith 1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah
terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen
diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu
selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan
emas dan perak. Tempat tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan
terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg,
Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa Dawagu, Mogo-Mogo
Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-
Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.
Sementara itu dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri
dari :Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Island (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak
Volc), Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), memungkinkan
terdapatnya logam emas.

II.3.2 Stratigrafi Pulau Papua
Geologi Pulau Papua secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan
utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan (c) batuan campuran
dari kedua lempeng .Litologi yang terakhir ini batuan bentukan dari orogenesa Melanesia.
Batuan yang berasal dari kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan malihan
berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan
ini berumur palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen paparan mesozoikum dan
batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan malihan hingga tersier akhir.
(dow, drr,1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati sepanjang daerah batas tepi.
Utara dan pegunungan tengah.
Batuan lempeng pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa,
tuf berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura batuan mesozoikum
lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan ultramafik (kompleks ofiolit) dan batuan
plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini tersungkupkan dan terakrasikan di atas kerak
kontinen Australia karena bertumbukan dengan lempeng pasifik. Keadaan ini membentuk pola
pegunungan kasar di daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit membantang kearah
timur barat sejauh 400 km dan lebih dari 50 km lebar.

II. 3. 3 Mendala struktur Pulau Papua
A. Pulau Papua bagian timur
Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)
(JSNNG) merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah
tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur
New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur sesar naik pegunungan tengah
(JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik.
Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan
dari kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo.
Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar naik foreland. Sesar terakhir
yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen melanesia.
Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT)
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km,
menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang
terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm,
batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier
awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang
paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat
dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis
antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses
ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak
yang diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini
juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the
mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
Jalur sesar naik mamberamo
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser
(shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak pasifik
yang ada di bawahnya. William, drr (1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur tak
teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale
diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton
lumpur ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung
terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen beberapa
milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan membentuk teras-
teras sungai.
B. Pulau Papua bagian barat
Zona sesar sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang dikenal
dengan sistem sesar Sorong-Yapen . Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran
diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan
sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat
dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen
tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di
utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif
tinggi.
Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima
kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri dari lava
bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Perederan beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal
oleh Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah.
Kejadian ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-
Kapur yang telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang ada disebelah timurnya (lihat
pergeseran sesar Wandamen dibagian Timur) dan hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat
(allochtonous) yang berumur Miosen Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau
Salawati (Visser & Hermes, 1962)
Zona Sesar Wandamen
Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara
dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai
sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah Zona
Sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan
dan batuan sediment yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona
dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona
perlipatan isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya
sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang
tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas satuan ini diendapkan kelompok batu
gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan
bagian dari barat laut JSNPT.
Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)
Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah
jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh
pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu
gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung
dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian
utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara
selaras ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah
mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas
perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan meningkat kearah
timur laut yang berbatasan dengan zona Sesar Wandemen (Dow, drr.,1984)
JLL adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah barat daya
diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique subduction). Jalur ini telah
mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat
sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr (1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal
shortening) ini sebesar 40-60 km. diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung
hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar
Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa
jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang melibatkan batuan alas akibat
gaya berat memampat

Secara umum struktur regional Papua dapat dibagi menjadi 3 zona struktur, yaitu:
1. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-baratlaut sepanjang Central Range.
Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh pegunungan tengah masif dan
central range. Daratan di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang dinamakan
Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme
dengan relief yang sedang.
Central range: berupa plateau dengan lebar sampai dengan 100 km yang memanjang dari
danau Paniai di barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat dari peta geologi,
terlihat bahwa sebagian besar terdiri dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini.
Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak ditemui
moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di sayap selatan tetapi
sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah yang terjal.
Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang perlengkungan yang
membendung air dari sungai Jawee.
Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte berkomposisi batuan
plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km.
Meervlakte: merupakan cekungan intramountain dan dataran aluvial sepanjang 300 km dan
lebar 50 km yang mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah sampai sekarang, dengan
kecepatan subsiden lebih cepat daripada sedimentasi Umumnya berupa swamp yang
disalurkan oleh sungai Idenburg dan meander Ruffaef.
2. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah struktur dari barat timur (tubuh) menjadi N-
NW (leher).
Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk yang umumnya tersesarkan dan
berupa antiklin.
Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat punggungan batuan metamorf.
Punggungan memiliki sistem drainase tertutup mengikuti sayap punggungan.
Weyland Range: berupa pegunungan masif yang menghubungkan bagian leher dengan
tubuh burung.
3. Kepala burung: terdiri dari batuan metamorf dan batuan granit. Bagian batuan metamorf
terpotong di bagian utara dan NE oleh lembah linier bidang erosi di Sorong dan sesar
Ransiki. struktur sesar berarah barat-timur
Secara geomorfologi di bagi menjadi:
Satuan morfologi perbukitan: daerah tengah dan utara, penampakan morfologi: bagian
yang bergelombang.
Satuan morfologi perbukitan dengan pola kelurusan dan gua-gua: bagian tengah peta,
berupa karst.
Satuan morfologi dataran: daerah datar hingga agak bergelombang lemah dengan
ketinggian kurang dari 100 m dpl.

Geologi Papua dibagi menjadi 3 mandala geologi utama, yaitu Kontinental, Oceanik dan
Transisional.
Mandala Kontinental tersusun atas sedimen kraton Australia
Mandala Oceanik tersusun atas batuan ofiolit dan kompleks volkanik busur kepulauan
sebagai bagian dari Lempeng Pasifik.
Mandala Transisional merupakan daerah yang mengandung batuan metamorf regional
dan terdeformasi kuat, sebagai produk interaksi antara dua lempeng.

Secara litotektonik, Papua dapat dibagi menjadi 4 mandala, yaitu:
New Guinea foreland/foreland basin (Arafura Platform): mencakup Laut Arafura dan
dataran pantai selatan yang terletak pada Lempeng Australia. Terdiri dari sedimen
Pliosen marin dan non-marin yang tidak termetamorfkan dan sedimen Holosen
silisiklastik yang menutupi karbonat Kenozoikum dan batuan silisiklastik Mesozoikum.
Jalur perlipatan dan sesar naik Central Range: tersusun atas jalur orogenik yang
memanjang Barat-Timur. Jalur perlipatan dan sesar naik melibatkan batuan Paleozoikum
sampai Tersier yang berasal dari benua Australia.
Jalur metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit: jalur ofiolit Irian Jaya dan jalur metamorfik
Ruffaer dipisahkan oleh jalur sesar, jalur ofiolit Irian Jaya ditutupi oleh aluvium yang
berasal dari Depresi Meervlakte.
Kompleks busur kepulauan Melanesia. (Depresi Meervlakte/cekungan pantai utara dan
Jalur sesar naik Mamberamo).

Ada 3 model struktur dan tektonisme yang diajukan untuk menjelaskan tentang Papua:
Model pembalikan polaritas subduksi (pembalikan busur) (Dewey and Bird, 1970;
Hamilton, 1979; Milsom, 1985; Dow et al. 1988; Katili, 1991)yang menyatakan bahwa
lempeng benua Australia menunjam ke arah utara, diikuti tumbukan (collision) dan
penunjaman Lempeng Pasifik ke arah selatan pada Palung New Guinea.
Model Zippering (Ripper and McCue, 1983; Cooper and Taylor, 1987)yang menyatakan
bahwa di bagian timur pulau Irian, terdapat dua subduksi lempeng samudera yang
merupakan kemenerusan ke arah barat dari subduksi lempeng Solomon.
Model perubahan sudut penunjaman yang menyatakan bahwa subduksi Lempeng
Australia berubah sudut penunjaman menjadi vertikal tanpa pembalikan arah subduksi.
Persamaan ketiga model tersebut di atas adalah bahwa semua menyatakan bahwa bagian
selatan dari Pulau Papua disusupi oleh batas lempeng pasif utara dari benua Australia yang
mengandung sedimen tebal dari sedimen silisiklastik Mesozoikum berubah secara berangsur
menjadi lapisan karbonat Kenozoikum.
Sedangkan perbedaan utama yang terjadi adalah peristiwa tumbukan dengan busur
kepulauan.
Berdasarkan perubahan dari sedimentasi karbonat menjadi sedimentasi klastik yang luas
akibat pengangkatan orogenesis, tumbukan berawal sejak Miosen Akhir. (Visser and
Hermes, 1966; Dow and Sukamto, 1984; Dow et al., 1988)
Berdasarkan umur batuan metamorf pada Papua Nugini, tumbukan berawal sejak Oligosen
Awal (Pigram et al., 1989; Davies, 1990)
Untuk menjelaskan hal ini, Dow et al., 1988; mengajukan kemungkinan bahwa Papua
merupakan hasil dari dua tumbukan yang berbeda antara kontinen dan busur kepulauan, yaitu
selama Oligosen dan selama Miosen (Orogenesis Melanesia)
Quarles van Ufford, 1996 mengajukan kemungkinan bahwa pada Pulau Papua terjadi dua
peristiwa orogenesis yang berbeda secara ruang dan waktu.

Orogenesis Kepulauan pada Eosen-Oligosen terjadi pada daerah Ekor Burung pada bagian
paling Timur dari Pulau Papua (Nugini). Pembentukan dan erosi yang tercatat selama Oligosen
dan sedimen klastik yang lebih muda pada Aure Trough.

Orogenesis Central Range dimulai pada Miosen Tengah dan menyebabkan penyebaran
sedimen klastik yang luas. Orogenesis ini dibagi menjadi tahap sebelum tumbukan dan tahap
tumbukan. Tahap sebelum tumbukan berkaitan dengan metamorfisme pada sedimen batas pasif,
sedangkan tahap tumbukan terjadi ketika pengapungan (buoyancy) litosfer Australia
menghentikan subduksi, deformasi melibatkan basement kristalin dari lempeng benua Australia.
Dilaminasi tumbukan terjadi antara 7-3 juta tahun yang lalu, menyebabkan aktivitas magma
tahap akhir dan pengangkatan pegunungan sebanyak 1-2 km. Proses ini memicu pergerakan
sesar mendatar mengiri dengan arah Barat-Timur yang mendominasi tektonik resen pada Pulau
Papua bagian Barat.















BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng
Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang
bergerak keutara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng utama
ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi yeng berkaitan erat dengan
perkembangan sari proses magmatik dan pembentukan busur gunung api yang berasoisasi
dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal.
2. Mendala struktur Pulau Papua
Papua bagian timur : Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG), Jalur sesar naik
pegunungan tengah (JSNPT), Jalur sesar naik Mamberamo.
Papua bagian barat : Zona sesar sorong, Zona Sesar Wandamen, Jalur Lipatan Lengguru
(Lengguru Fold Belt).
3. Geologi Papua secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan
utama yaitu: (a) batuan kraton Australia, (b) batuan lempeng pasifik, dan (c) batuan
campuran dari kedua lempeng.











DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi Papuawww.deptamben.go.idcopyright 2004
dinas pertambangan dan energi provinsi papualast modified: desember 11, 2004.
Dow, D.B., dan Sukamto, R. (1984) : Western Irian Jaya: the end-product ofoblique plate
convergence in the Late Tertiary, Tectonophysics, 106, p.109-139.
Hamilton, W.R. (1979) : Tectonics of the Indonesian Region, US Geological Survey
Professional Paper 1078, 345 pp.
Pigram, C.J., Robinson, G.P., dan Tobring, S.L. (1982) : Late Cainozic Origin forthe Bintuni
Basin and Adjacent Lengguru Fold Belt, Irian Jaya, Proceedings Indonesian Petroleum
Association, 11th Annual Convention, p. 109-126

Anda mungkin juga menyukai