Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) merupakan kabupaten pemekaran


baru di wilayah Provinsi Papua Barat. Justifikasi pemekaran daerah otonomi ini
selain dari jumlah penduduk, potensi sumberdaya alam, juga karena kelancaran
pelayanan administrasi publik mengingat letak geografis pegunungan arfak yang
sukar di akses dari pusat Provinsi. Sebagai daerah otonomi baru tentu banyak yang
harus dibenahi dan dilakukan untuk dapat menyamai perkembangan di daerah
induk maupun Kabupaten lain yang telah lebih dulu ada. Untuk mendukung
pembangunan di Kabupaten Pegunungan Arfak salah satu hal penting adalah
terjaminnya ketersediaannya energi listrik. Kondisi pada saat ini listrik di
Kabupaten
Pegunungan Arfak bersumber pada Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, itupun cakupannya terbatas
ditinjau dari daerah layanan dan waktu layanan yang hanya 12 saja [3]. Terlebih
dengan perkembangan jumlah penduduk dan pembangunan pada sektor pertanian,
pariwisata dan industri dimasa depan maka perlu melihat pula sumber-sumber
energi listrik baru sebagai alternatif yang sudah ada.
Mengandalkan energi listrik dari bahan bakar fosil bukan merupakan hal
yang bijak, untuk itu perlu kiranya melihat potensi energi baru terbarukan sebagai
solusi sumber energi listrik di Kabupaten Pegunungan Arfak. Salah satu potensi
sumber energi yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Pegunungan Arfak sebagai
pembangkit listrik adalah sumber energi panas bumi . Berdasarkan survei
pendahuluan pada tahun 2009 oleh Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kabupaten Pegunungan Arfak
memiliki potensi panasbumi di sekitar Duibey, Distrik Miyambow.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui potensi panas
bumi di daerah Papua, khususnya Papua Barat
Sedangkan tujuannya antara lain :
- Dapat menjelaskan keberadaan panas bumi di Papua Barat
- Dapat menjelaskan system panas bumi di Papua Barat

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Geologi Regional


2.1.1 Fisiografi Papua Barat
Pulau Papua secara administratif terletak pada posisi 1300 19 BT 1500 48
BT dan 00 19 LS 100 43 LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Irian
Jaya (sekarang Papua) merupakan ekspresi permukaan dari batas utara deformasi
blok kontinen Australia dan Lempeng Pasifik. Secara fisiografi, van Bemmelen
(1949) telah membagi Papua menjadi 3 bagian utama (Gambar 2.1), yaitu:

KEPALA
BADAN
EKOR

Gambar 2.1 Peta lokasi Papua dan lokasi daerah penelitian


(http://en.wikipedia.org/wiki/New_Guinea).
Pada peta diatas, tampak pembagian dari fisiografis regional dari Pulau
Papua yang tampak seperti seekor burung. Pulau ini terbagi menjadi bagian-bagian
seperti bagian kepala, badan dan ekor. Wilayah yang berada di dalam lingkaran
merupakan lokasi penelitian yag terletak pada bagian badan dari pulau tersebut.

3
Bagian Kepala Burung, yaitu bagian semenanjung di sebelah utara yang
terhubung dengan bagian badan utama oleh bagian leher yang menyempit.
Bagian ini terletak pada koordinat 1300 BT 1350 BT.
Bagian Tubuh Burung, merupakan bagian daratan utama Pulau Papua yang
didominasi oleh struktur berarah barat-baratlaut pada daerah Central Range.
Bagian ini terletak pada koordinat 1350 BT 143,50 BT.
Bagian Ekor Burung, terletak pada bagian timur New Guinea Island. Bagian
ini terletak pada koordinat 143,50 BT 1510 BT.

Kenampakan Pulau Papua digambarkan sebagai seekor burung yang


terbang ke arah barat dengan mulut terbuka. Pulau Papua merupakan daerah yang
sangat kompleks secara geologi yang melibatkan interaksi antara 2 lempeng, yaitu
Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. Struktur tertua di Papua berasal dari
pergerakan bumi pada Zaman Paleozoikum dan hanya terdapat sedikit data yang
terekam dan dapat menjelaskan fasa tektonik pulau tersebut. Geologi Papua
dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang saling bertumbukan dan serentak aktif
pada Zaman Kenozoikum. Adanya aktifitas tektonik pada Miosen Akhir ini yang
menyebabkan pola struktur pada pulau ini menjadi sangat rumit dan khas. Fasa
tektonik pada zaman ini menyebabkan terjadinya orogenesa Melanesia dan telah
membentuk fisiografi Papua yang ada sekarang ini (Dow dan Sukamto, 1984 dalam
Darman dan Sidi, 2000).
Daerah Sorong yang termasuk ke dalam fisiografi Bagian Kepala Burung
memiliki enam jenis bentang alam sebagai hasil dari proses geologi yang komplek.
Keenam bentang alam yang didefinisikan secara luas sebagai fisiografi daerah
Sorong antara lain:

- Perbukitan Kasar
Daerah perbukitan kasar yang berarah timur timurlaut berkembang di
bagian pantai utara daratan Papua, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati dengan
puncak tertinggi di utara Pulau Salawati yaitu setinggi 931. Sungai Warsamson
yang memiliki lembah yang lebar terbentang sejajar dengan perbukitan kasar
tersebut dan memotong di daerah Papua Timur.

4
- Lembah Antargunung
Lembah antargunung mempunyai dua lembah yang dipengaruhi oleh
sesar-sesar di bagian timurlaut Papua, yaitu lembah Warsamson dan Dore Hum.
Lembah Warsamson berdampingan dengan Sistem Sesar Sorong yang
membentuknya. Di atasnya ditutupi oleh endapan danau, yaitu lumpur, pasir,
kerikil, dan gambut. Lembah Dore Hum dibatasi di utara dan selatan oleh sesar dan
bertemu pada ujung barat dan ditutupi oleh rawa.

- Perbukitan dan Pegunungan Kars


Fisiografi ini berkembang pada batugamping yang tersingkap di
Pegunungan Morait dan di baratdayanya, Pulau Batanta bagian tengah dan barat,
dan di Pulau Mansuar. Daerah itu berbentuk tonjolan dengan lekukan sempit yang
memanjang yang merupakan pola khas terumbu yang terangkat.

- Daerah Perbukitan Rendah


Fisiografi ini meluas kearah barat meliputi Pulau Salawati. Daerah
perbukitan ini menempati jalur yang berarah barat - baratdaya yang meliputi bagian
tengah dari Papua yaitu di sekitar daerah Klasaman dan Klamogun. Di sekitar
Klasaman daerah itu terdiri dari daerah perbukitan yang menyerupai kars.

- Dataran Aluvium
Fisiografi terletak pada elevasi 0-50 mdpl menutup bagian selatan daerah
Papua, bagian timur, selatan, dan baratdaya, Pulau Salawati, dan sejumlah Pulau di
Selat Sele.

- Terumbu Koral Terangkat


Fisiografi ini membentuk seluruh atau bagian tertentu pulau yang termasuk
ke dalam Kepulauan Schildpad, Mainsfield, Boo, Fam, Kofiau, dan Doif.

5
2.1.2 Stratigrafi Regional
Susunan litologi Kepala Burung periode pra-tumbukan dianggap sebagai
bagian dari Benua Indo-Australia, sehingga susunan endapan sedimen periode ini
dapat diilustrasikan melalui perkembangan tektonik dan stratigrafi cekungan Benua
Indo-Australia bagian utara (Peck dan Soulhol, 1986; dan Henage, 1993). Dua
kecenderungan arah cekungan ditemui pada bagian utara kerak benua ini,
yaitu cekungan Paleozoikum (600 400 jtl) dan cekungan Mesozoikum (sekitar
200 jtl). Hal ini menunjukkan adanya dua periode pemekaran (rifting). Pemekaran
Paleozoikum, pemekaran ini tidak diikuti oleh suatu break-up, tetapi oleh
penurunan umum dan transgresi laut, membentuk pengendapan sistem rift.
Pemekaran Mesozoikum ditunjukkan oleh Formasi Tipuma sebagai endapan syn-
rift pada Trias-Jura, diikuti oleh break-up benua dan bergesernya benua India serta
pembentukan pengendapan lingkungan pasif margin.
Daerah Sorong dapat dibedakan menjadi empat mandala geologi utama.
Dari selatan ke utara, mandala itu adalah: Bongkah Kemum, Sistem Sesar Sorong,
Bongkah Tamrau, dan Mandala Batanta-Waigeo (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Mandala geologi dan unsur tektonik utama daerah Sorong (Amri
dkk., 1990).

6
Gambar di atas merupakan pembagian mandala-mandala geologi utama di
daerah penelitian. Dari selatan ke utara terdiri dari Blok Kemum, Sistem Sesar
Sorong, Bongkah Tamrau, dan Mandala Batanta-Waigeo. Daerah penelitian
termasuk ke dalam 3 mandala yang terkait, yaitu: Blok Kemum, Sistem Sesar
Sorong, dan Blok Tamrau.

Gambar 2.3 Stratigrafi daerah Kepala Burung Papua Barat (PPG, 1990, dalam
Lemigas, 2009)

7
Pada gambar di atas tampak bahwa daerah Sorong dipengaruhi oleh
mandala-mandala geologi yang mempunyai urutan-urutan stratigrafi yang berbeda.
Batas dari setiap mandala adalah batas tektonik. Hal ini menggambarkan
kompleknya proses geologi yang terjadi di daerah Sorong.
Stratigrafi daerah Kepala Burung khususnya daerah Sorong termasuk kedalam
empat mandala diatas. Setiap mandala geologi mempunyai stratigrafi yang berbeda
(gambar 2.3). Hal ini diakibatkan karena proses geologi yang terjadi di daerah ini.

1. Blok Kemum
Batuan dasar Blok Kemum terdiri dari metasedimen Paleozoikum yang
diterobos oleh granit Perm. Batuan dasar ini tersingkap di daerah Tinggian Kemum.
Sedimen klastik Mesozoikum dan suksesi karbonat Tersier menutupi batuan dasar
ini. Formasi Kemum berumur Silur-Devon terdiri dari batusabak, filit greywacke,
batupasir dan kuarsit yang mengalami metamorfosa derajat rendah selama Devon
atau selama awal atau pertengahan Karbon.
Di atas Formasi Kemum diendapkan secara tidak selaras Kelompok Aifam,
yang terdiri dari Formasi Aimau, Formasi Aifat, dan Formasi Ainim. Karbonat
masif, serpih, batulanau, dan batupasir kuarsitan merupakan ciri endapan Karbon-
Perm di daerah Kepala Burung dan sekitarnya. Formasi Aimau diendapkan pada
umur Karbon, endapannya berupa batupasir sisipan serpih. Formasi Aifat
diendapkan di atas Formasi Aimau, terdiri dari serpih dan napal. Formasi ini
memiliki kisaran umur Karbon Perm. Jenis litologi ini menunjukkan peristiwa
transgresi dari laut dangkal menjadi laut dalam, tetapi endapan regeresi ditemukan
di bagian atas formasi ini. Formasi Ainim berumur Perm, diendapkan secara tidak
selaras di atas Formasi Aifat dengan batuannya berupa perlapisan serpih hitam dan
batu pasir, terdapat pula lapisan batubara. Formasi ini mengindikasikan
pengendapan pada lingkungan fluviatil non marin lakustrin.
Formasi Tipuma diendapkan di atas Formasi Ainim pada umur Trias Jura.
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras dengan batuannya meliputi perlapisan
antara batupasir dan serpih. Diendapkan pada lingkungan alluvial-kontinental
dengan regresi laut. Formasi ini tersingkap di daerah barat Papua, dibatasi oleh
tinggian-tinggian tua, dan mengisi graben-graben yang ada.

8
Kembelangan diendapkan di atas Formasi Tipuma. Kelompok ini terdiri
dari Formasi Kembelangan Bawah dan Formasi Jass. Formasi Kembelangan Bawah
diendapkan pada umur Jura Kapur, berupa endapan pasir laut dangkal yang 12
berlapis dengan serpih. Formasi Jass diendapkan di atas Formasi Kembelangan
Bawah pada umur Kapur, terdiri dari perlapisan batulempung dan serpih lanauan.
Formasi Ekmai memiliki umur Kapur endapannya terdiri dari endapan batupasir
dan serpih, ditemukan di daerah Badan Burung bagian Central Range. Di atas
formasi berumur Kapur ini diendapkan Kelompok Batugamping New Guinea yang
terdiri dari Formasi Waripi, Formasi Fumai, Formasi Sirga, dan Formasi Kais.
Formasi Faumai diendapkan pada umur Eosen dengan batuannya berupa
batugamping. Formasi Sirga memiliki umur Oligosen Akhir Miosen Awal,
formasi ini diendapkan di atas Formasi Fumai. Formasi Sirga terdiri dari endapan
batugamping. Formasi Kais terendapkan pada umur Miosen Awal Miosen
Tengah, dengan litologinya berupa batugamping dengan banyak dijumpai pecahan
koral.
Formasi Klasafet diendapkan di atas Formasi Kais yaitu diendapkan pada
umur Miosen Akhir. Formasi Steenkool mulai diendapkan pada umur Pliosen,
terdiri dari perlapisan antara serpih dan batupasir. Formasi Sele diendapkan secara
tidak selaras di atas Formasi Steenkool pada umur Pleistosen. Endapan Formasi
Sele terdiri dari konglomerat, batupasir, dan batulempung.

2. Sistem Sesar Sorong


Sesar Sorong merupakan jalur bancuh yang mencakup fragmen-fragmen
batuan sedimen, batuan karbonat, granit, ultramafik dan batuan gunungapi dengan
ukuran yang berkisar dari kerakal sampai bongkah dengan panjang beberapa
kilometer. Penyebaran fragmen-fragmen tersebut dipengaruhi oleh Sesar Sorong
antara Miosen Akhir dan Kuarter. Fragmen-fragmen yang terdapat pada sistem
sesar sorong terdiri dari fragmen batuan dari Formasi Kemum, Formasi Tamrau,
Formasi Waiyaar, Batugamping Faumai, Formasi Klasafet, Formasi Klasaman,
Batuan Gunungapi Dore, dan Batugamping Sagewin. Fragmen-fragmen daru
Sistem Sesar Sorong yang tidak homogen yang tidak dapat dipetakan disebut
sebagai bancuh tak terpisahkan. Konglomerat Asbakin tersusun dari fragmen yang

9
berasal dari bancuh dan diendapkan antara Miosen Akhir dan Plistosen di sekitar
daerah Asbakin, Konglomerat Sele di Lembah Warsamson dan endapan aluvial. 13

3. Bongkah Tamrau
Satuan tertua adalah Formasi Tamrau yang berumur Jura Tengah sampai
Kapur Atas yang tersusun oleh batuan metamorf derajat rendah. Diatas satuan ini
diendapkan secara tidak selaras oleh Batugamping Formasi Koor. Batugamping
Sagewin diendapkan diatas batuan gunungapi Dore yang berumur Miosen. Batuan
gunungapi di Pulau Salawati menutupi Formasi Waiyaar yang pembentukannya
sama dengan Formasi Tamrau yang tersingkap di sekitar Sistem Sesar Sorong.
Endapan sungai, litoral dan pantai Kuarter diendapkan diatas batuan yang lebih tua.

4. Mandala Batanta-Waigeo
Mandala ini mencakup pulau-pulau di utara dan barat dari Pulau Salawati
dengan batuan dasarnya berupa batuan gunungapi Tersier dan batuan ultramafik
sampai mafik yang berumur mesozoikum. Batuan yang berumur Mesozoikum itu
berupa batuan ofiolit di Kepulauan Fam. Batuan yang berumur lebih muda
termasuk ke dalam Formasi Saranami, batuan metamorf derajat rendah dan batuan
gunungapi andesit. Batuan-batuan tersebut mempunyai batas sesar dengan batuan
Gunungapi Batanta. Batuan Gunungapi Batanta mempunyai hubungan menjemari
dengan Formasi Yarifi dan batugamping Dayang yang berumur Oligo-Miosen, lalu
diatasnya diendapakan secara tak selaras batugamping Formasi Waigeo yang
berumur Miosen Atas sampai Pliosen. Batuan sedimen Formasi Marchesa di
Batanta Timur yang berumur Plio-Pleistosen diendapkan diatas Formasi yarifi dan
batuan Gunungapi Batanta. Batuan yang berumur paling muda adalah terumbu
karang yang terangkat dan endapan pantai dan sungai.

2.2.3 Tatanan Tektonik Dan Struktur Regional


Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling
bertumbukan dan serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline
bergerak ke barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng
Benua Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan

10
yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan struktur kompleks
terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagian besar dilandasi kerak Benua Indo-
Australia.
Kompresi ini hasil dari interaksi yang bersifat konvergen miring (oblique
convergence) antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera
Pasifik-Caroline (Dow dan Sukamto, 1984) (Gambar 2.4).. Konvergensi tersebut
diikuti oleh peristiwa tumbukan yang bersifat kolisi akibat interaksi pergerakan
antara busur kepulauan dengan lempeng benua yang terjadi selama Zaman
Kenozoikum (Dewey & Bird, 1970; Abers & McCafferey, 1988 dalam Sapiie,
1998). Interaksi kolisi ini pergerakannya hampir membentuk sudut 2460 terhadap
Lempeng Australia (Quarles van Ufford, 1996 dalam Sapiie, 1998).

Gambar 2.4 Kondisi tektonik Pulau Papua (Nillandaroe dan Barraclough, 2003).

Pada gambar di atas tampak struktur sesar geser mengiri hadir sebagai zona-
zona sesar utama. Pada bagian utara Pulau New Guinea terdapat Zona Sesar Sorong
yang menerus berarah barat-timur. Pada bagian selatan terdapat Zona Sesar Tarera-
Aiduna yang memiliki pola mirip dengan Zona Sesar Sorong.

11
Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
Badan Burung atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian barat.
Kedua bagian ini menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan oleh
Tinggian Kemum di Kepala Burung dan Central Range di Badan Burung, kedua
pola ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-
tenggara di daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk Cenderawasih.
Para ahli berpendapat mengenai kejadian utama kolisi yang terjadi
berdasarkan data-data penentuan umur kelompok batuan. Visser dan Hermes
(1966) berpendapat bahwa kejadian kolisi terjadi pada Oligosen setelah
pengendapan sedimen karbonat yang berubah menjadi pengendapan sedimen
klastik akibat proses pengangkatan. Batuan metamorf yang hadir di kawasan ini
memberikan umur proses kolisi terjadi pada Miosen (Pigram dkk., 1989 dalam
Darman dan Sidi, 2000). Dari kedua fakta terjadinya umur batuan tersebut, maka
Dow dkk (1988 dalam Darman dan Sidi, 2000) menyimpulkan bahwa Irian Jaya
dan Papua Nugini merupakan produk dari dua kolisi utama yang terjadi pada Kala
Oligosen (Orogenesa Peninsula) dan diikuti oleh proses kolisi yang terjadi pada
Miosen (Orogenesa Melanesia).
Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen
sampai Resen. Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum
Plateu Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan Lengguru dan
Cekungan Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin Misool-
Onin-Kumawa dan Cekungan Berau di selatan dan baratdaya. Cekungan-cekungan
Bintuni, Berau dan Salawati diketahui sebagai cekungan-cekungan Tersier.
Sistem Sesar Sorong memanjang dari daratan Irian Jaya bagian utara yang
mengikuti garis pantai melewati Selat Sele dan bagian utara Pulau Salawati.
Lebarnya sampai 10 km dan berarah barat-baratdaya. Sistem sesar itu berkembang
sebagai hasil proses yang sangat rumit. Strike-slip dan sesar normal berkembang di
sepanjang bidang sesar yang terputus-putus. Sungai Warsamson yang berarah
timur-barat dan perbukitan sempit yang memanjang di utaranya dipengaruhi oleh
sesar dan merupakan batas selatan struktur tersebut.
Sistem Sesar Sorong merupakan strike-slip bergerak mengiri sebagai hasil
interaksi antara Lempeng Australia-India di selatan dan lempeng-lempeng di

12
sebelah utara (Visser & Hermes, 1962; Hamilton, 1979; Dow & Sukamto, 1984;
Pieters dkk, 1983). Pergerakan Sesar Sorong ditunjukkan oleh kehadiran struktur
yang relatif 16 tegak dan menyamping dan jenis batuan yang memiliki sejarah
geologi yang berbeda-beda. Pergerakan Sesar Sorong yang terjadi di sepanjang
Sistem Sesar Sorong itu kemungkinan berlangsung dari Miosen Akhir sampai
Pliosen dan setelah itu terjadi pensesaran disertai pengangkatan wilayah bagian
utara dan timur Kepala Burung pada kala Pliosen dan Kuarter.
Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi oleh Sesar
Sorong di utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, pada
beberapa tempat diintrusi oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya dicirikan oleh
kehadiran sedimen klastik tidak termetamorfosakan berumur Paleozoikum-
Mesozoikum dan batugamping-batugamping Tersier (Pigram dan Sukanta, 1981;
Pieters dkk., 1983). Blok Kemum terangkat pada masa Kenozoikum Akhir dan
merupakan daerah sumber sedimentasi utama pengisian sedimen klastik di utara
Cekungan Bintuni.
Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di
bagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru. Cekungan ini
dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan
Berau oleh Perbukitan Sekak (Gambar 2.5).
Plateu Ayamaru dan Pematang Sekak merupakan tinggian di tengah Kepala
Burung, dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier. Kedua
tinggian ini memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and Hermes,
1962; Pigram and Sukanta, 1981).
Antiklin Misol-Onin-Kumawa merupakan bagian antiklinorium bawah laut
yang memanjang dari Peninsula Kumawa sampai ke Pulau Misool (Pigram dkk.,
1982).
Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara diperlihatkan
oleh suatu seri bentukan ramps dan thrust. Di bagian selatannya, jalur ini terpotong
oleh Zona Sesar Tarera-Aiduna (Hobson, 1997).

13
Tanjung Wandaman pada arah selatan-tenggara, merupakan jalur sesar yang
dibatasi oleh batuan metamorf. Daerah ini dapat dibagi menjadi zona metamorfisme
derajat tinggi di utara dan derajat rendah di selatan (Pigram dkk., 1982).
Zona Sesar Tarera-Aiduna merupakan zona sesar mendatar mengiri di
daerah selatan Leher Burung. Jalur Lipatan Anjakan Lengguru secara tiba-tiba
berakhir di zona berarah barat-timur ini. Sesar ini digambarkan (Hamilton, 1979
dalam Pigram dkk., 1982) memotong Palung Aru dan semakin ke barat menjadi
satu dengan zona subduksi di Palung Seram.

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Eenergi Panas Bumi

Panasbumi merupakan pemanfaatan energi panas yang dihasilkan oleh


Bumi yang dapat digunakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara
langsung sumber energi panasbumi dimanfaatkanuntuk memanaskan ruangan,
rumah kaca di daerah dingin, dan sarana rekreasi. Secara tidak langsung panasbumi
dapat dirubahmmenjadi energi listrik.

3.2 Klasifikasi Panasbumi

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai potensi panasbumi


suatu daerah maka perlu di lakukan upaya penggolongan/klasifikasi panasbumi.
Secara umum dasar yang digunakan untuk klasifikasi panasbumi adalah suhu
reservoir dan sifat kimia fluida panasbumi. Sedangkan untuk di Indonesia telah
diterbitkan standart klasifikasi panasbumi yaitu SNI no 13-5012-1998 ICS 73.020.
Berdasarkan suhu reservoir, sumber energi panasbumi dapat diklasifikasikan
sebagai: Suhu Tinggi/Entalpi Tinggi > 225oC Suhu Menengah/Entalpi Menengah
125oC - 225oC Suhu Rendah/Entalpi Rendah< 125oC.

Menurut sifat kimia fluida panasbuminya, sumber energi panasbumi dapat


dibedakan menjadi sistem vulkanik atau sistem hidrotermal vulkanik dan sistem
non vulkanik. Di Indonesia klasifikasi potensi panasbumi berdasarkan pada hasil
survei panasbumi yang di l akukan ol eh pemerintah berdasarkan pada UU
No.27/2003 tentang Panas Bumi. Detil klasifikasi potensi dan perhitunganpotensi
panasbumi berdasarkan pada SNI No. 13-5012-1998 CS 73.020. Berdasarkan SNI
No.13-5012-1998 ICS 73.020, potensi sumberdaya panasbumi di Indonesia
diklasifikasikan sebagai:

- Sumber Daya Spekulatif


- Sumber Daya Hipotetis
- Cadangan Terduga
- Cadangan Mungkin
- Cadangan Terbukti (Siap Dikembangkan)

15
3.3 Penentuan Klasifikasi Panas Bumi

Berdasarkan SNI No. 13-5012-1998 ICS 73.020 upaya penentuan


klasifikasi panasbumi dilakukan melalui hasil survei geologi panasbumi yang
dilakukan oleh pemerintah sesuai amanat UU No.27/2003 tentang Panas Bumi.

Gambar 3.1 Penentuan Klasifikasi Panas Bumi

Menurut SNI No. 13-5012-1998 ICS 73.020 upaya penentuan klasifikasi


panasbumi diawali dengan penyelidikan pendahuluan, di l anjutkan dengan
penyelidikan pendahuluan lanjutan, penyelidikan rinci, pengeboran eksplorasi,
prastudi kelayakan, pengeboran deliniasi, studi kelayakan , pengeboran
pengembangan, dan diakhiri dengan eksploistasi/pemanfaatan panasbumi. Dalam
tiap tahapan ada hasil yang dapat dijadikan acuan untuk penentuan klasifikasi

16
panasbumi. Pada penyelidikan pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah studi
literatur, survei lapangan, analisa data, menentukan daerah prospek, spekulasi besar
potensi listrik , menentukan jenis survei selanjutnya. Selanjutnya penyelidikan
rinci, yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan geofisika.

Penyelidikan rinci bertujuan untuk memperoleh informasi detil geologi


permukaan dan bawah permukaan serta identifikasi zona panasbumi serta
pemodelan sistem panasbumi. Jika dari hasil penyelidikan rinci diperoleh data
apakah potensi panasbumi layak untuk dikembangkan atau tidak. Jika dianggap
layak maka dilakukan pengeboran eksplorasi pada zona panas untuk membuktikan
hasi penyelidikan rinci sekaligus menguji model sistem panasbumi. Setelah
pengeboran eksplorasi dilanjutkan dengan pengujian untuk memperoleh informasi
detil sistem panasbumi terutama batuan reservoir dan fluida reservoir. Selanjutnya
jika dianggap hasi pengeboran eksplorasi dianggap menarik untuk dikembangkan
maka dilanjutkan dengan prastudi kelayakan. Prastudi kelayakan diikuti dengan
penambahan sumur eksplorasi dengan sumur deliniasi untuk mendapatkan
gambaran lebih jelas lagi mengenai sistem panasbumi prospek.

Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan studi kelayakan. Studi kelayakan


dilakukan untuk menghitung nilai keekonomian lapangan panasbumi yang akan
dikembangkan. Setelah studi kelayakan memebrikan hasil yang baik dari sisi
keekonomian maka dapat dilanjutkan dengan pengeboran pengembangan untuk
mendapatkan harga keekonomian dan kemudian tahap pamanfaatan panas bumi.

3.4 Pembangkit Listrik Panas Bumi Entalpi Rendah

Pembangkit listrik panasbumi entalpi rendah adalah jenis pembangkit listrik


panasbumi yang menggunakan binary cycle (siklus binari) untuk membangkitkan
listrik. Siklus binari adalah metode yang menggunakan fluida kedua untuk
menggerakkan turbin dibanding langsung menggunakan panas/uap dari panasbumi
untuk menggerakkan turbin seperti pada pembangkit listrik panasbumi jenis
lainnya. Keuntungan dari binary cycles adalah potensi panas bumi yang
digolongkan suhu rendah/entalpi rendah yang biasanya tidak digunakan sebagai
pembangkit listrik dapat digunakan untuk pembangkit listrik.

17
Gambar 3.2 Generator Listrik Siklus Binari

18
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Potensi Panasbumi Kabupaten Pegunungan Arfak

Di Kabupaten Pegunungan Arfak kenampakan panasbumi ditemukan di


Distrik Minyambouw, daerah Duibey. Manifestasi ini disebut sebagai mata air
panas Ibor. Mata air panas Ibor merupakan manifestasi panasbumi berupa air
hangat dipinggir Kali Meuni.

Gambar 4.1 Peta Geologi Tinjau Mata Air Panas Ibor

Berdasarkan survei pendahuluan pada tahun 2009 yang dilakukan oleh


Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, mata air panas Ibor memiliki suhu 31,7oC pada suhu udara 26,7oC dengan
pH 7,2 dengan debit 1L/detik. Manifestasi mata air panas Ibor berwarna jernih,
tidak berasa, tidak terdapat bualan gas, tidak tercium bau belerang dan tidak
terdapat endapan travertin (sinter karbonat). Hasil perhitungan total kehilangan
energi panas terhadap mata air panas Demini adalah 21kW. Dengan menggunakan
metode perhitungan Fournier diperoleh pendekatan terhadap suhu reservoir adalah
86oC.

19
Pembentukan sistem panas bumi di Menyambo diperkirakan berkaitan
dengan aktivitas tektonik pada patahan-patahan berumur Miosen Atas, dengan
sumber panas berupa retas-retas (dike) diorit berumur Miosen Atas kemungkinan
telah mengalami pendinginan (cooling down). Air meteorik yang masuk ke bawah
permukaan terpanasi oleh sumber panas, kemudian naik ke permukaan melalui
celah-celah (rekahan) struktur membentuk mata air hangat Ibor.
Aktivitas tektonik diperkirakan telah terjadi sejak zaman Pra-Tersier hingga
sekarang, menyebabkan banyak ditemukan struktur sesar berupa sesar normal
berarah baratlaut-tenggara, barat-timur, utara-selatan sangat dipengaruhi dua sistem
sesar besar yaitu sistem sesar sinistral Sorong dan sistem sesar dekstral Ransiki.
Pada Kala Miosen Atas aktivitas tektonik memicu terjadinya terobosan magma ke
permukaan melalui zona lemah menghasilkan batuan terobosan berkomposisi
diorit.
Panas bumi Menyambo ini diperkirakan sangat berkaitan dengan aktivitas
tektonik yang aktivitasnya masih berlangsung sampai sekarang, berupa mata air
hangat tidak ada gelembung gas, tidak ada gas yang cukup untuk sampling gas, pH
air netral dengan temperatur rendah (31.7 oC). Pada air hangat terdapat sinter
karbonat, air tidak berasa, daya hantar listrik agak tinggi, konsentrasi SiO2 rendah,
sedangkan Na, Ca, Mg, dan Cl relatif tinggi, tipe air klorida, terletak pada zona
immature water (sangat dipengaruhi air permukaan). Terletak pada zona Cl (Cl-Li-
B), sebagai indikasi pengaruh sedimen laut, Aliran fluida panas secara vertikal
permukaan, terjadi pada temperatur bawah permukaan dan reservoir panas bumi
hanya sekitar 86 oC dari geotermometer SiO2, dengan konsentrasi Hg tanah relatif
rendah, paling tinggi hanya 65 ppb, dan titik amat lainnya dibawah 60 ppb.
Air hangat Ibor (AHI), pH netral (pH = 7,20), debit 1 l/detik di pinggir
sungai Meuni, 2 km ke arah utara dari Kp. Duibey, distrik Menyambo, debit 1
l/detik , air panas keluar dari celah batuan diorit, air jernih, tidak berasa, tidak ada
gelembung gas, terdapat sinter karbonat, temperatur air hangat 31,7 oC, pada
temperatur udara 26,7 oC, daya hantar listrik 1100 ?s/cm. ion balance (IB = 0.34%),
konsentrasi unsur dan senyawa kimia (mg/l), antara lain: SiO2 = 20.87; Ca = 99.70;
Na = 88.70; K = 0.32; Mg = 3.29; Li = 0.02; SO4 = 20.00; Cl = 274.34; F=2.00;

20
HCO3= 49.29; Al=0.12; B=0.36; Fe=0.01, sedangkan As, CO3, dan NH4 , tidak
terdeteksi.

4.2 Pengembangan Pembangkit Listrik Panasbumi Entalpi Rendah di


Kabupaten Pegunungan Arfak

Manifestasi panasbumi mata air panas Ibor digolongkan pada sumber energi
panasbumi suhurendah/entalpi rendah dan merupakan sistem panasbumi non
vulkanik.

Gambar 4.2 Skema Tentatif Sistem Panasbumi Ibor

Berdasarkan klasifikasi pertama mata air panas Ibor sulit untuk digunakan
sebagai pembangkit listrik secara langsung, namun demikian dengan suhu reservoir
sebesar 86oC sumber panasbumi ini dapat dikembangkan menjadi sistem
pembangkit listrik menggunakan metode siklus binari. Tantangan yang mungkin
muncul pada penerapan sistem pembangkit ini adalah pada pemilihan fluida
pemanas turbin.

21
BAB V
KESIMPULAN
Pembahasan bahwasanya panas bumi pada daerah pegunungan arfak
merupakan pansa bumi sangat dipengaruhi oleh tipe geothermal Tectonic System
yang dimana panas berasal dari batuan yang berumur Miosen Atas. Secara tektonik
manifestasi permukaan berhubungan aktivitas tektonik pada patahan-patahan
berumur Miosen Atas, dengan sumber panas berupa retas-retas (dike) diorit
berumur Miosen Atas kemungkinan telah mengalami pendinginan (cooling down).
Air meteorik yang masuk ke bawah permukaan terpanasi oleh sumber panas,
kemudian naik ke permukaan melalui celah-celah (rekahan) struktur membentuk
mata air hangat Ibor.
Aktivitas tektonik diperkirakan telah terjadi sejak zaman Pra-Tersier hingga
sekarang, menyebabkan banyak ditemukan struktur sesar berupa sesar normal
berarah baratlaut-tenggara, barat-timur, utara-selatan sangat dipengaruhi dua sistem
sesar besar yaitu sistem sesar sinistral Sorong dan sistem sesar dekstral Ransiki.
Pada Kala Miosen Atas aktivitas tektonik memicu terjadinya terobosan magma ke
permukaan melalui zona lemah menghasilkan batuan terobosan berkomposisi
diorit.
Secara pengamatan geokimia manifestasi Air hangat Ibor, pH netral (pH =
7,20), debit 1 l/detik di pinggir sungai Meuni, 2 km ke arah utara dari Kp. Duibey,
distrik Menyambo, debit 1 l/detik , air panas keluar dari celah batuan diorit, air
jernih, tidak berasa, tidak ada gelembung gas, terdapat sinter karbonat, temperatur
air hangat 31,7 oC, pada temperatur udara 26,7 oC, daya hantar listrik 1100 ?s/cm.
ion balance (IB = 0.34%), konsentrasi unsur dan senyawa kimia (mg/l), antara lain:
SiO2 = 20.87; Ca = 99.70; Na = 88.70; K = 0.32; Mg = 3.29; Li = 0.02; SO4 =
20.00; Cl = 274.34; F=2.00; HCO3= 49.29; Al=0.12; B=0.36; Fe=0.01, sedangkan
As, CO3, dan NH4 , tidak terdeteksi.
Berdasarkan data yang didapatkan bahwasanya geothermal daerah Gunung
Arfak merupakan geothermal dengan entalphy suhu dengan suhu reservoir 86oC
,tipe manifestasi berupa air panas (bikarbonat) dan panasbumi ini tidak bisa
dimanfaatkan secara langsung. Namun dapat dimanfaatkan dengan system Siklus.

22
DAFTAR PUSTAKA

2009. SURVEI PENDAHULUAN POTENSI PANAS BUMI MANOKWARI


(RASNSIKI), PROVINSI PAPUA BARAT. BANDUNG. PUSAT SUMBER
DAYA GEOLOGI
Raharjo, A. D. U 2014. POTENSI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK
PANASBUMI SUHU RENDAH DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK
PROVINSI PAPUA BARAT.
http://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/01/administrasi-pegunungan-arfak1.jpg
http://pegafkab.go.id/
http://dchandra.geosydicate.com/

23

Anda mungkin juga menyukai