DOSEN PEMBIMBING
Drs. Sumargana, M.Si
DISUSUN OLEH
Octa Marga Mustofa (1912100004)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha
penyayang, Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Drs.
Sumargana, M.Si selaku dosen yang telah membimbing dalam menyelesaikan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga kami dapat melakukan perbaikan
terhadap makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Daftar Isi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Papua secara administratif terletak pada posisi 130° 19’BT – 150° 48’
BT dan 10° 19’ LS – 10° 43’ LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Irian
Jaya merupakan ekspresi permukaan dari batas utara deformasi blok Kontinen
Australia dan Lempeng Pasifik.
Kenampakan Pulau Papua digambarkan sebagai seekor burung yang terbang
ke arah barat dengan mulut terbuka. Pulau papua merupakan daerah yang sangat
kompleks secara geologi yang melibatkan interaksi antara 2 lempeng, yaitu lempeng
Australia dan lempeng Pasifik. Struktur tertua di Papua berasal dari pergerakan
lempeng pada Zaman Paleozoikum dan hanya terdapat sedikit data yang terekam
yang dapat menjelaskna fase tektonik pulau tersebut.
Geologi Papua dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang saling
bertumbukan dan serentak aktif pada zaman Kenozoikum. Adanya aktivitas tektonik
pada zaman Miosen Akhir menyebabkan pola struktur pada pulau ini menjadi sangat
rumit dan khas. Fase tektonik pada zaman tersebut menyebabkan terjadinya
orogenesa melanesia dan telah membentuk fisiografi Papua yang ada saat ini. Secara
fisiografis, Van Bemmelen (1949) membagi Papua menjadi 3 bagian utama yaitu:
Bagian Kepala Burung, bagian Tubuh Burung dan bagian Ekor Burung dan beberapa
pendapat lainnya.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Tektotik Papua
Keterangan:
MTFB= Mamberamo Thrust and Fold Belt
WO =Weyland Overthrust
WT=Waipona Trough
TAFZ =Tarera-Aiduna Fault Zone
RFZ = Ransiki Fault Zone
LFB=Lengguru Fault Belt
SFZ =Sorong Fault Zone
YFZ =Yapen Fault Zone
MO =Misool-Onin High
Geologi Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan
penyusan utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan
Kawasan Papua terbentuk dari interaksi Lempeng Australia dan Pasifik yang
menghasilkan bentukan yang khas. Menurut Pigram dan Davies (1987), Konvergensi
dan deformasi bagian tepi utara Lempeng Australia yang berada di bagian timur
Papua New Guinea dimulai sejak Eosen hingga sekarang. Fisiografi di Papua di bagi
menjadi 3 bagian yaitu:
Umumnya suatu bentuk lahan volkanik pada suatu wilayah kompleks gunung
api lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti :
kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga
beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes,
slock, dan sebagainya.
2. Pegunungan di Papua
Jalur Sesar Naik New Guinea merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat
luas, terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona
yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal
sebagai jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT
merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik. Lebih dari setengah
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif
dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga
menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai
mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang
bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada
awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai
kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the
mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak
dan sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo
dan batuan kerak pasifik yang ada di bawahnya. (gb. 3). William, drr (1984)
mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar
sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri
yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen (gambar). Zona sesar ini lebarnya 15
km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini
dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya
bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh.
Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan
sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar
geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif
tinggi.
Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak
samudera. lima kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau
Batanta, terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
JLL adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah
barat daya diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique
subduction). Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi
bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Jalur JLL
di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar Tarera Aiduna
dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa
jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang melibatkan batuan
alas akibat gaya berat memampat
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
b. Bentuk lahan yang ada di Pulau Irian yaitu Bentuk lahan Bentukan Asal Proses
Volkanis, Bentuk Lahan Bentukan Asal Proses Struktural, Bentuk Lahan Asal