Anda di halaman 1dari 30

GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Sumargana, M.Si

DISUSUN OLEH
Octa Marga Mustofa (1912100004)

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha
penyayang, Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Drs.
Sumargana, M.Si selaku dosen yang telah membimbing dalam menyelesaikan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga kami dapat melakukan perbaikan
terhadap makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Klaten, 7 Juni 2021

Daftar Isi

2|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


KATA PENGANTAR...................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Tektotik Papua.....................................................................................................6
2.1.1 Sejarah Geologi  Papua.................................................................................6
2.1.2 Setting Tektonik  Papua................................................................................8
2.2 Stratigrafi Irian Jaya.............................................................................................9
2.3. Keadaan Fisiografis Papua................................................................................13
2.3.1 Kepala Burung dan Leher...........................................................................15
2.3.2 Badan atau Daratan Utama..........................................................................18
2.3.3 Bagian Ekor.................................................................................................21
2.4 Morfologi Pulau Irian Jaya................................................................................22
2.4.1 Bentuk lahan (Bentukan Asal Proses Volkanis).........................................22
2.4.2 Bentuk Lahan Bentukan Asal Proses Struktural........................................24
2.4.3 Bentuk Lahan Asal Denudasional..............................................................28
2.4.4 Bentuk Lahan Asal Fluvial..........................................................................28
2.4.5 Bentuk Lahan Asal Marine.........................................................................28
2.4.6 Bentuk Lahan Asal Glasial..........................................................................28
BAB III........................................................................................................................29
Penutup........................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan........................................................................................................29

3|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pulau Papua secara administratif terletak pada posisi 130° 19’BT – 150° 48’
BT dan 10° 19’ LS – 10° 43’ LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Irian
Jaya merupakan ekspresi permukaan dari batas utara deformasi blok Kontinen
Australia dan Lempeng Pasifik.
Kenampakan Pulau Papua digambarkan sebagai seekor burung yang terbang
ke arah barat dengan mulut terbuka. Pulau papua merupakan daerah yang sangat
kompleks secara geologi yang melibatkan interaksi antara 2 lempeng, yaitu lempeng
Australia dan lempeng Pasifik. Struktur tertua di Papua berasal dari pergerakan
lempeng pada Zaman Paleozoikum dan hanya terdapat sedikit data yang terekam
yang dapat menjelaskna fase tektonik pulau tersebut.
Geologi Papua dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang saling
bertumbukan dan serentak aktif pada zaman Kenozoikum. Adanya aktivitas tektonik
pada zaman Miosen Akhir menyebabkan pola struktur pada pulau ini menjadi sangat
rumit dan khas. Fase tektonik pada zaman tersebut menyebabkan terjadinya
orogenesa melanesia dan telah membentuk fisiografi Papua yang ada saat ini. Secara
fisiografis, Van Bemmelen (1949) membagi Papua menjadi 3 bagian utama yaitu:
Bagian Kepala Burung, bagian Tubuh Burung dan bagian Ekor Burung dan beberapa
pendapat lainnya.

4|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Tektonik Irian Jaya?


2. Bagaimanakah Stratigrafi Irian Jaya
3. Bagaimanakah geomorfologi Irian Jaya ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui geomorfologi Pulau Papua.


2. Bagaimanakah Stratigrafi Irian Jaya
3. Bagaimanakah geomorfologi Irian Jaya ?

5|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Tektotik Papua

2.1.1 Sejarah Geologi  Papua


Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang
panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman
Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan
air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa,
termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi
oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang berumur Miosen. Ketebalan urutan
sedimentasi ini mencapai 12.000 meter. Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik
besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia
dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan
deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus,  turbidit karbonan pada
sisii benuamembentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf
Dorewo” Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan)
Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa
Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya
tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan
deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan
membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini
terletak  pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek
dengan  kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat
ataurebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia ini
diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.

6|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik
ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan
menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan - cekungan sehingga mencapai
ketebalan 3.000 - 12.000 meter. Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport,
menemukan paling tidak  pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan
Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan
dari utara dengan pola yang dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini. Fase
magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan
berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua
magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok
Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia Derewo yang berumur
Miosen Akhir sampai Miosen Awal.
Magmatisme termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik
yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini.
Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai Kelompok Batu gamping
New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura
dan OK Tedi di Papua Nugini. Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik
yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam
cekungan molase tersebut.
Menurut Smith (1990), sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik
adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang ke dalam
batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan.
Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan
tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat - tempat konsentrasi
cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan
Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg,Grasberg , DOM, Mata
Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo Mogo Obano,
Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom,

7|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


Soba - Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung
terdapat di Aisijur dan Kali Sute

Gambar 1. Peta Geologi Papua.


Keterangan :
a)    Warna Biru adalah batu gamping atau dolomite
b)   Warna Merah adalah Batuan beku atau malihan
c)    Warna Abu-abu adalah Sedimen lepas(kerikil,  pasir, lanau)
d)   Warna Kuning adalah Sedimen Padu(tak terbedakan)

2.1.2 Setting Tektonik  Papua


Seting tektonik Papua telah mendapatkan  banyak  perhatian dari beberapa ahli
geologi seperti Dow dkk(1985), Smith(1990) dan Mark Closs (1990). Ulasan dari
ahli-ahli ini dapat dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan  posisi dan sejarah
tektonik Papua. Konfigurasi tektonik Pulau Papua  pada saat ini  berada  pada  bagian

8|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


tepi utara Lempeng Australia, yang  berkembang akibat adanya  pertemuan antara
Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang  bergerak
ke  barat. 

Gambar 2. Seting Tektonik Papua.

Keterangan:
MTFB= Mamberamo Thrust and Fold Belt
WO =Weyland Overthrust
WT=Waipona Trough
TAFZ =Tarera-Aiduna Fault Zone
RFZ = Ransiki Fault Zone
LFB=Lengguru Fault Belt
SFZ =Sorong Fault Zone
YFZ =Yapen Fault Zone
MO =Misool-Onin High

2.2 Stratigrafi Irian Jaya

Geologi Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan
penyusan utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan

9|GEOMORFOLOGI PULAU IRIAN JAYA


(c) batuan campuran dari kedua lempeng. Litologi yang terakhir ini batuan bentukan
dari orogenesa Melanesia. Batuan yang berasal dari kraton Australia terutama
tersusun oleh batuan alas, batuan malihan berderajat rendah dan tinggi sebagian telah
diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan ini berumur palaezoikum akhir,
secara selaras ditindih oleh sedimen paparan mesozoikum dan batuan sedimen yang
lebih muda , batuan vulkanik dan batuan malihan hingga tersier akhir. (dow,
drr,1985). Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas:
a.    Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)
Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap Formasi
Awigatoh sebagai  batuan tertua di Papua yang  berumur  pre-Kambium. Formasi
ini  juga disebut Formasi  Nerewip oleh Parris(1994) di dalam lembar Peta
Timika.Formasi ini terdiri dari  batuan metabasalt, metavulkanik dengan sebagian
kecil  batugamping,  batu serpih dan  batu lempung. Formasi Awigatoh ini ditindih
secara tidak selaras oleh Formasi Kariem. Formasi Kariem sendiri tersusun
oleh  perulangan  batupasir kuarsa berbutir halus dengan  batu serpih dan  batu
lempung. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Awal Paleozoikum atau  pre-
Kambrium yang didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di bawah Formasi
Modio yang berumum ilur Devon. Penentuan umur Formasi Modia dilakukan dengan
metode fision track  dari mineral zirkon yaitu 650+ 6,3 juta tahun yang lalu (Quarles
van Ufford,1996).
b.    Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik
Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga
dekat  perbatasan di sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh  batuan berwarna
merah terang dengan sedikit  bercak hijau muda. Formasi ini terdiri dari  batu
lempung dan batupasir kasar sampai halus yang  berwarna abu-abu kehijauan dengan
ketebalan sekitar 550 meter. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Trias Tengah
sampai Atas dan diendapkan di lingkungan supratidal.
Formasi Kelompok Kembelangan ini diketahui terbentang mulai dari Papua
Barat hingga  Arafura Platform. Bagian atas dari kelompok ini disebut  formasi Jass.

10 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis batu debu dan  batu lumpur
karboniferus  pada lapisan  bawah  batu pasir kuarsa glaukonitik  butiran-halus serta
sedikit shale pada lapisan atas. Kelompok ini  berhubungan dengan formasi Waripi
dari kelompok Batuan Gamping  New Guinea atau New GuineaLimestone
Group( NGLG).
Formasi Batu Gamping  New Guinea formasi ini berlangsung Selama masa
 

Cenozoik, kurang lebih  pada  batas Cretaceous dan Cenozoik, Pulau  New Guinea


dicirikan oleh  pengendapan(deposisi) karbonat yang dikenal sebagai Kelompok Batu
Gamping  New Guinea( NGLG). Kelompok ini  berada di atas Kelompok
Kembelangan dan terdiri atas empat formasi, yaitu(1). Formasi Waripi Paleosen
hingga Eosen;(2). Formasi Fumai Eosen;(3) Formasi Sirga Eosin Awal;(3). Formasi
Imskin; dan(4). Formasi Kais Miosen Pertengahan hingga Oligosen.
c.     Sedimentasi Senosoik Akhir
Sedimentasi Senosoik Akhir dalam  basement kontinental Australia dicirikan
oleh sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di atas strata karbonat
Miosen Pertengahan. Di Papua dikenal 3(tiga) formasi utama, dua di antaranya
dijumpai di Papua Barat, yaitu formasi Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman
dan Steenkool  berturut-turut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.
d.   Kenozoikum
Grup Batu gamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari tua ke
muada adalah sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan
Formasi Kais. Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan
batupsir kuarsa diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen
sampai Eosen. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan
terdiri dari batugamping berlapis tebal (sampai 15 meter) yang kaya fosil
foraminifera, batu gamping lanauan dan perlapisan batupasir kuarasa dengan
ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 50meter. Formasi Faumai
terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan sedimen yang
diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat

11 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang
menunjukkan umur Eosen. `Formasi sirga dijumpai terletak secara selaras di atas
Formasi Faumai, terdiri dari batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang
mengnadung fosil foraminifera, dan batuserpih yang setempat kerikilan. Formasi
Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut dangkal dan berumur Oligosen
Awal. Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais
terutama tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan
lanau, batuserpih karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal
Miosen sampai Pertengahan Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter.
e.    Miosen sampai Recent.
Pada Miosen sampai recent, di Papua dijumpai adanya 3 formasi yang dikenal
sebagai Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai
kesamaan litologi, yaitu batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter.
Ketiga formasi tersebut di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru
yang dijumpai di daerah Badan Bururng pada bagian bawahnya menjemari dengan
Formasi Klasafat. Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari
batupasir lempungan dan batulanau secara selaras ditindih oleh Formasi Klasaman
dan Steenkool. Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai
endapan bajir, terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari
rombakan batuan yang lebih tua.
f.      Stratigrafi Lempeng Pasifik
Pada umumnya  batuan Lempeng Pasifik terdiri atas  batuan asal  penutup
(mantle derived rock), island-arc volcanis dan sedimen laut dangkal. Di
Papua,  batuan asal  penutup  banyak dijumpai luas sepanjang sabuk Ophiolite Papua,
Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara Pegunungan Gauttier dan sepanjang zona
sesar Sorong dan Yapen  pada umumnya terbentuk oleh  batuan
ultramafik,  plutonil  basik, dan mutu-tinggi metamorfik. Sedimen dalam Lempeng
Pasifik dicirikan  pula oleh karbonat laut-dangkal yang  berasal dari  pulau-arc.
Satuan ini disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau Yapen

12 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


dan Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini  berkisar dari Miosen Awal hingga
Pliosen
g.    Stratigrafi Zona Transisi
Konvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik menghasilkan  batuan dalam
zona deformasi. Kelompok  batuan ini diklasifikasikan sebagai zona transisi
atau  peralihan, yang terutama terdiri atas  batuan metamorfik. Batuan metamorfik ini
membentuk sabuk kontinyu (>1000 km) dari Papua hingga Papua New Guinea.

Gambar 3. Stratigrafi Pulau Papua

2.3. Keadaan Fisiografis Papua

Secara astronomis, Pulau Papua terletak pada 0°19' LU – 10°43' LS dan


130°45' – 150°48' BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. Secara
administratif pulau ini terdiri dari Papua sebagai wilayah RI dan Papua Nugini yang
terletak di bagian timur.

13 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


Gambar 1. Pulau Papua ( source : google earth )

Kawasan Papua terbentuk dari interaksi Lempeng Australia dan Pasifik yang
menghasilkan bentukan yang khas. Menurut Pigram dan Davies (1987), Konvergensi
dan deformasi bagian tepi utara Lempeng Australia yang berada di bagian timur
Papua New Guinea dimulai sejak Eosen hingga sekarang. Fisiografi di Papua di bagi
menjadi 3 bagian yaitu:

14 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


Gambar 2 : Bagian Pulau Papua
2.3.1 Kepala Burung dan Leher
Sejajar dengan pantai utara dari Kepala Burung terjadilah rangkaian
pegunungan yang membujur arah timur barat diantara Salawati dan Manukwari.
Rangkaian ini terjadi menjadi bagian utara dan selatan oleh sebuah defresi

15 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


Gambar 03. Kepala Burung Irian

memanjang. Pada depresi menengah ini terdapat  lembah-lembah dan dataran-dataran


dari waren Momi Ramsiki (90.000 ha), Dwons-Irai dengan danau-danau Anggi
(3.000 + 1.000 ha), Kassi kebar (beberapa ribu ha), Warsamson (3200 ha), Sorong
(300 ha).   
Rangkaian utara dengan jelas terdiri dari batuan vulkanis/miogin  dan Kwarta
air yang diduga masih aktif atau vulkan Ummsini pada tingkat Solvatar.
            Disebelah barat mulai dari pulau-pulau Satanta dan Salawati, pertama-tama
pegunungan itu naik sampai kerangkaian pegunungan Tamrau (lebarnya 40 km,
gunung kwoka 3000 ). Setelah terpotong oleh dataran-dataran Wajori dan Prafi
kelanjutan timbulnya terdapat pada pegunungan arfak dekat Manukwari (dengan arah
barat laut dan tenggara : vulkan umsini 2.666 m).

16 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


            Perluasan yang lebih jauh tidak jelas mungkin arahnya berubah (pada Tadji
Oransbari) menjadi arah ke timur, dan kemudian dapat diikuti melalui abang/ 640 m
di antara Basin Geelvink dan Samudra Pasifik melalui Mios Noom dan Japen. Bila ini
benar, Basin Geelvink (1.627 m) dapat dianggap  sebagai perluasan kearah tenggara
dari depresi menengah tersebut di atas terletak diantara rangkaian utara dan selatan
dari kepala burung.
            Rangkaian selatan terdiri dari sedimen-sedimen tertiair/bawah dan pre-tertiair
yang terlipat dengan kuat arahnya ± timur/ barat (Gunung Togwonmeri 2.360 m) dan
kemudian melengkung ke arah selatan  sampai ke pegunungan lima (2.870 m).
            Pegunungan tersebut dapat diikuti lebih jauh keselatan pada tanah
genting  antara kepala burung dengan bombarai, pulau-pulau rumberpon, Mios waar,
Room dan pegunungan yang menjorot kelaut dengan pegunungan Mondiwoi (2.289
m). Pada lehernya, arah umum itu berubah lagi ke tenggara dan ke arah timur. Tanah
genting di sebelah selatan Teluk Geelvink menunjukan sebuah sumbu depresi,
ditandai danau jamur dan lembah melintang Omba.
            Bagian utara kepala burung dipisahkan dengan dari bagian selatan (Bombarai)
oleh teluk Maeeluer yang luas tetapi dangkal, yang terakhir merupakan tipe relief
bawah laut dengan sedimentasi yang benar. Hal itu ditandai oleh adanya dangakalan
yang berisi banyak pulau-pulau, parit-parit dan bukti-bukti yang terpisah-pisah.
            Semenanjung Bombarai ialah sebuah pegunungan yang menjorok ke laut pada
lebar kepala burung. Pada tadji kepala burung barat laut atau Onim, pegunungan fakta
dengan tipe topografi kaarst mencxapai ketinggian 1.450 m, dan pada tadji selatan ini
pegunungan Kamawa mencapai tinggi 1.489 m, rangkaian pegunungan ini mengikuti
kedudukan intermedit diantara busur/ luar Banda han Leher dari Irian. Pengunungan
tersebut mungkin termasuk kedalam sebuah zone yang dapat diikuti dari Misool lewat
pulau-pulau Pisang sampai ketepi barat dari Bombarai, dan ari siti kepulau-pulauan
kecil  Adi serta melintasi perluasan timur-laut dari Basin Aru sampai kepulau-pulauan
Aru. Jika demikian, maka zone fisiografi  Misool-Bombai-Aru membatasi palung-
depan dari busur-luar Banda tersebut diantara Aru dan Adi.

17 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


2.3.2 Badan atau Daratan Utama

Gambar 04. Daratan utama Irian


Bagian utama dari pulau itu menunjukkan zone-zone yang arahnya barat-laut-
tenggara yang sejajar satu sama lain.
Pegunungan Cyclops (1930 m) dan pegunungan bougainville menunjukkan
basement kompleks dari schist-schist kristalin. Pegunungan-pegunungan tersebut
mungkin termasuk kedalam bingkai selatan dari blok-kontinen yang hipotesis
tenggelam, dan yang kami sebut ‘’Melanisia Utara”
Selanjutnya adalah sebuah zone memanjang dari tanah renadah dan bukit-
bukit yaitu depresi Membaramo-Bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalur

18 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


pantai utara darai daratan utama (trunk). Depesi tersebut membujur dari pantai teluk
Geelvink disepanjang danau-danau Rembabai dan Sentani sampai kepantai Finch
dengan Aitape.
Di sebelah selatan defresi Memberamo-Bewani ini terdapat rangkaian
pegunungan kompleks yang disebut Rangkaian Pembagi Utara.
Rangkaian pembagi Utara ini pada umumnya diterangkan sebagai deretan
pegunungan dan pegunungan-pegunungan diantara teluk Gellvink dibagian barat dan
muara sungai Sepik di bagian timur. Dalam pendangan itu, dibagian barat,
pegunungan itu dimulai dari Dom yang mencapai ketinggian 1.340m. Kearah timur
pertama-tama kita jumpai pegunungan Van Rees yang secara melintang terpotong
oleh sungai Memberamo. Selanjutnya diikuti ileh pegunungan Gauttier (tingginya
lebih dari 1.000m), pegunungan Foja, pegunungan Karamoor dan pegunungan
Bonggo. Disebelah selatan pegunungan Cyelops ada sebuah sumbu defresi. Tetapi
dari garis batas antara bagian Indonesia dari Australia, sumbu ini muncul lagi sampai
ke Rangkaian Bewani (1617m) yang bersambungan kearah timur sampai pegunungan
Trricelli dan pegunungan Prince Alexander (1200m) dari Wewak sumbu itu menurun
kearah timur sampai ke Marienberg pada sungai Sepik, dimana rangkaian Pembagi
Utara hilang dibawah dataran-dataran alluvial dari hilir sungai sungai Sepik  dan
Ramu.
Antara rangkaian yang tak vulkanis pada Kepala Burung dan rangkaian
Pembagi Utara dari daratan utama mungkin ada hubungan fisiografis. Hubungan ini
dapat diikuti disekeliling batas selatan dari teluk Gellvink dengan melewati tanah
genting pada leher dan pembagi diantara sungai-sungai Waipoga dan Rouffaer. Bila
konsepsi ini benar, maka hal tersebut akan merupakan penghubung dan jalur struktur
V da VIII dengan rangkaian pegunungan tengah dari daratan utama Irian didaerah
Charles Louis dan pegunungan Weyland.
Rangkaian Pembagi Utara Sensu Strico pada daratan utama dari Irian
dibagian selatannya dibatasi oleh defresi menengah yang memanjang.

19 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


Depresi ini mendapatkan perkembangannya yang khas pada basin-basin yang
lebar dari sungai Teritatu atau Idenburg, serta juga sungai Sepik.
Dahulu basin ini disebut Dataran-Danau. Nama itu kurang tepat sebab
didalam basin alluvial tidak terjadi danau-danau yang tetap. Hanya meander-meander
yang terpencil dari sungai-sungai besar pada dataran ini dan tingginya hanya 50m
diatas permukaan laut, kadang-kadang dilanda banjir pada musim penghujan. Nama “
dataran Sungai Idenburg”, dikemukakan oleh W.C.KLEIN.
Dibagian barat, depresi memanjang ini dibatasi oleh pembagi diantara
Waipoga dan sungai Rouffaer. Diketemukannya karang koral, pada daerah ini pada
ketinggian 500m menunjukkan kemungkinan bahwa pada zaman kwartair bawah ada
hubungan laut antara teluk Geelvink dan dataran danau itu.
Daerah pembagi diantara sungai Idenburg dan sungai Sepik membentuk
sebuah ambang pada defresi memanjang ini. Pengetahuan tentang daerah ini masih
terbatas.
Zone selanjutnya ialah sumbu utama dari pulau Irian itu, yaitu merupakan
system kompleks dari Rangkaian Pegunungan Tengah dan berwujud plato-plato yang
tinggi (Danau Wissel, Lembah Baliem). Pada tritorial Indonesia, bagian yang
tertinggi
Disebut “ Sneeuwgebergte” atau Rangkaian Pegunungan Salju ,sebab
puncaknya yang tertinggi mencapai ketinggian batas salju abadi di daerah tropis
(yaitu diatas 4.300 m). Nama rangkaian pegunungan salju boleh dipakai untuk
seluruh Pegunungan Tengah yang kompleks diantara “leher” (135 0BT) dan
pegunungan Star (1400 BT).
            Rangkaian Pegunungan Salju sensu largo mempunyai penampang melintang
±150 km. Di bagian barat,pegunungan itu dimulai dengan Charles Lois dan
pegunungan Weyland (3.700 m). Kearah timur pegunungan itu mengikuti rangkaian
pegunungan Nassau dengan puncak idenburg (4.800 m) dan puncak gunung Cartensz
(Nggapuln, 5.030 m, yang terakhir itu merupakan puncak yang tertinggi gugusan
kepulauan Indonesia. Lebih jauh adalah Rangkaian Oranje dengan puncak

20 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


Wilhelmina (4.750 m) bagian timur serta ekor Irian pada pihak yang lain ialah
dibentuk oleh perluasan vulkanisme tertiair dan kwartir pada bagian timur tersebut.
Pusat aktifitas vulkanis di golongan terletak pada sekitar jalur tengah dari rangkaian
pegunungan dan plato, seperti plato Benembi-Purari pada bagian timur daratan
utama, dan rangkaian Owen-Stanley pada ekor Irian. Rangkaian tersebut dimulai dari
gunung Hagen di bagian utara. Sepanjang sisi selatan dari jalur geantiklinal itu kami
dapat membedakan kompleks vulkanis dari Leonard-Murraray,Q. Favene, G.Yule,
Rangkaian Astroble dengan G. Sogeri dan pegunungan Cloudy. Pada tepi utara dari
geantiklinal itu kami dapat membedakan unsur vulkan lainnya, seperti G. Lamiugtton
(1.787 m), G. Trafalgar (1.549 m), G. Victory (1.819 m),G. Goropu, G. Dayman.
Yang terakhir ini boleh dipandang sebagai sebuah elemen fisiografis yang baru, yaitu
zone vulkanis ini membujur sejajar sampai keujung tenggara dari ekor Irian. Jalur
tersebut merupakan Zone-dalam yang vulkanik,yang ditujukan oleh pulau-pulau
Trobraind dan pulau Woodlark terletak sampai disebelah utaranya.

2.3.3 Bagian Ekor

Mulai 143,5o BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-


tenggara. Bagian timur menunjukan beberapa bentang alam yang berbeda dengan

21 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


dataran utama. Di antara rangkaian timur laut dan rangkaian tengah terbentang
sebuah depresi yang ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan Markham. Ke arah
timur zona ini melintas sampai Teluk Huon dan rangkaian tengah, dimana rangkaian
Victoi Emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem Pegunungan
Lengan Papua.
Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama pada suatu
pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan
volkanisme Tertier dan Kuarter di bagian timur tersebut. Pada bagian utara
geantiklinal terdapat unsur volkan lain, seperti Gunung Lamington, Trafalgal, Victory
Goropu, dan Gunung Dayman. Jalur vulkanis membujur sejajar sampai ke ujung
tenggara ekor Papua. Jalur tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem
orogen, sedangkan zone luar yang tidak vulkanis merupakan pulau-pulau Trobriand
dan Eoodlark yang terletak sampai di sebelah utaranya.

2.4 Morfologi Pulau Irian Jaya

2.4.1 Bentuk lahan (Bentukan Asal Proses Volkanis)


Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan
magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi
berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan vulkanik.

Umumnya suatu bentuk lahan volkanik pada suatu wilayah kompleks gunung
api lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti :
kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga
beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes,
slock, dan sebagainya.

1. Gunung yang ada di Papua


1) Gunung Puncak Carstenz Pyramid (4,884 m.dpl) merupakan gunung tertinggi
di Indonesia. (aktif)

22 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


2) Gunung Puncak Jaya (4,860 m.dpl)
3) Gunung Puncak Trikora (4,730 m.dpl)
4) Gunung Puncak Idenberg (4,643 m.dpl)
5) Gunung Dom (1,332 m.dpl)
6) Gunung Derabaro (4,150 m.dpl)
7) Gunung Yamin (4,595 m.dpl)
8) Gunung Yaramamafaka (3,370 m.dpl)
9) Gunung Redoura (3,083 m.dpl)
10) Gunung Togwomeri (2,680 m.dpl)
11) Gunung Mandala (4,640 m.dpl)
12) Gunung Ngga Pilimsit(4,717 m.dpl)
13) Gunung Foja (1,800 m.dpl)
14) Gunung Cyrcloop (2,034 m.dpl)

2. Pegunungan di Papua

·         1) Pegunungan Foja

·         2) Pegunungan Jayawijaya

·         3) Pegunungan Maoke

Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang


memanjang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua
Newguinea di Pulau Irian. Sebelum penyatuan Papua Barat ke Indonesia, pegunungan
ini dikenal dengan nama Pegunungan Orange. Deretan Pegunungan yang mempunyai
beberapa puncak tertinggi di Indonesia ini terbentuk karena pengangkatan dasar laut
ribuan tahun silam.

3. Puncak – puncak Jaya Wijaya

23 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


·         Puncak Mandala 4.760 M.dpl

·         Puncak Trikora 4.730 M.dpl

·         Puncak Idenberg 4.673 M.dpl

·         Puncak Yamin 4.535 M.dpl

·         puncak Carstenz Timur 4.400 M.dpl

2.4.2 Bentuk Lahan Bentukan Asal Proses Struktural


Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses
tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini
bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan
muka bumi ini dibentuk oleh control struktural. 

Tektonik Papua diawali pada Permo-Trias, yang sering disebut sebagai


orogenesa Tasman.

Tipe tektonisme yang ada di Papua adalah Subduksi dimana dua lempeng


Australia dan Pasifik menunjam, bertubrukan dan akhirnya bagian bertemunya kedua
lempeng tersebut terangkat dan menjadi jalur pegunungan tengah Papua. Pada
propinsi Papua terdapat Sesar Sorong yang merupakan retakan besar dalam kerak
bumi yang diberi nama sesuai dengan kota Sorong di sebelah timur laut Papua

Mendala Struktur Daerah Irian Jaya


a. Irian jaya bagian timur

1)      Jalur Sesar Naik New Guinea

Jalur Sesar Naik New Guinea merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat
luas, terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona
yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal
sebagai jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT
merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik. Lebih dari setengah

24 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


bagian selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan dari
kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup
mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar
naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen
melanesia.

2)      Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT)

JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan


panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya
dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah
menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan
batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa
tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di
JSNPT ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.

Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif
dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga
menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai
mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang
bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada
awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai
kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the
mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).

3)      Jalur sesar naik Mamberamo

Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak
dan sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo
dan batuan kerak pasifik yang ada di bawahnya. (gb. 3). William, drr (1984)
mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar
sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius

25 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur ini
biasanya mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung
terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen
beberapa milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan
membentuk teras-teras sungai.

b. Irian jaya barat

1.      Zona sesar sorong

Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri
yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen (gambar). Zona sesar ini lebarnya 15
km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini
dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya
bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh.
Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan
sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar
geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif
tinggi.

Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak
samudera. lima kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau
Batanta, terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.

Perederan beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama


kali dikenal oleh Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak
Miosen Tengah. Kejadian ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi
Tamrau berumur Jura-Kapur yang telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula
yang ada disebelah timurnya (lihat pergeseran sesar Wandamen dibagian Timur) dan
hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang berumur Miosen
Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati (Visser & Hermes,
1962)

26 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


2.      Zona Sesar Wandamen

Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar


Ransiki ke Utara dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung
memanjang ke Barat daya pantai sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar
dengan leher burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari batuan alas
berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan batuan sediment yang
berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar
sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan
isoklinal.

Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai


bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih
tempat (allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas
satuan ini diendapkan kelompok batu gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen
dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.

3.      Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)

Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative


rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini
dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km,
batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini
menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km
dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara. Termasuk di daerah ini
adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh
batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah mengalami
penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung.
Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan
meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan zona

27 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


4.      Sesar Wandemen

JLL adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah
barat daya diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique
subduction). Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi
bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Jalur JLL
di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar Tarera Aiduna
dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa
jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang melibatkan batuan
alas akibat gaya berat memampat

2.4.3 Bentuk Lahan Asal Denudasional


Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses
pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua
proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan
menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Bentuk lahan ini terdapat di daerah perbukitan
seperti Wilayah Pebukitan Ayamaru dan Wilayah Pebukitan Fakfak di Kepala
Burung Pulau Irian.

2.4.4 Bentuk Lahan Asal Fluvial


Bentukan asal fluvial berkaitan erat dengan aktifitas sungai dan air permukaan
yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan jenis buangan pada daerah dataran
rendah seperi lembah, ledok, dan dataran alluvial. Di Irian terdapat dataran rendah
seperti Wilayah Dataran Rendah Selatan di Pulau utama atau Tubuh Pulau Irian,
Wilayah Dataran Rendah Utara pada Leher Pulau Irian, Wilayah Dataran Rendah
Kamrau dan Wilayah Dataran Rendah Berau-Bintuni pada Kepala Burung Pulau
Irian.

2.4.5 Bentuk Lahan Asal Marine


Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan
pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine

28 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Kawasan marin di
Pulau Irian terdapat di sepanjang garis pantainya.

2.4.6 Bentuk Lahan Asal Glasial


 Bentuk lahan asal glacial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang
menghasilkan suatu bentang alam, yang terdapat di Puncak Gunung Jaya Wijaya,
Irian.

BAB III

Penutup
3.1 Kesimpulan

a. Secara fisiografi Irian dapat dibedakan menjadi 3 bagian :


Semenanjung barat atau Kepala Burung yang dihubungkan oleh leher yang
sempit dengan pulau utama, Pulau utama atau Tubuh, Bagian timur, termasuk juga
ekornya.
Dangkalan Sahul adalah laut dangkal yang luas yang merupakan daratan
bawah laut dari Australia. Kebanyakan pulau yang terletak pada dangkalan Sahul erat
hubungannya dengan Australia.
Pulau Chritmas terletak terpencil pada bagian timur dari Samudra Indonesia.
Karena letaknya dan keadaannya yang berupa pegunungan bawah laut yang arahnya
timur barat, pulau tersebut membatasi palung Jawa sampai keselatan dan merupakan
bagian dari pola structural dari kepulauan Indonesia.

b. Bentuk lahan yang ada di Pulau Irian yaitu Bentuk lahan Bentukan Asal Proses
Volkanis, Bentuk Lahan Bentukan Asal Proses Struktural, Bentuk Lahan Asal

29 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA


Denudasional, Bentuk Lahan Asal Fluvial, Bentuk Lahan Asal Marine, Bentuk Lahan
Asal Glasial.

30 | G E O M O R F O L O G I PULAU IRIAN JAYA

Anda mungkin juga menyukai