B. KOMPONEN INTI
1. Moda Pembelajaran
Pertemuan tatap muka
2. Model Pembelajaran
Discovery learning
3. Kegiatan Pembelajaran
3. 1. Pertemuan ke-1
Langkah-Langkah Pembelajaran :
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
a. Pendahuluan 15
1) Peserta didik diinformasikan berdoa bersama dan ucapan
salam
2) Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan
pemantik melalui ruang kolaborasi
3) Guru memberikan pemahaman secara umum tentang pra
aksara dan manusia pra aksara
b. Kegiatan Inti 90
1) Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan melihat
video / power point yang berkaitan dengan pra aksara,
manusia pra aksara serta jenis dan cirinya melalui link
internet.
2) Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahuinya berkaitan
dengan pengertian sejarah dan manusia, ruang serta waktu ,
dan sekaligus menanggapi melalui forum diskusi
3) Mengumpulkan Informasi: Peserta didik
penyusunan langkah-langkah untuk mengumpulkan
informasi melalui studi pustaka, studi dokumen,
wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik
pengumpulan informasi lainnya tentang pengertian pra
aksara, manusia pra aksara serta jenis dan cirinya.
4) Mengorganisasikan: Peserta didik memilih,
mengolah dan menganalisis informasi pengertian pra
aksara, manusia pra aksara serta jenis dan cirinya
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
6) Merefleksikan dan Merencanakan Proyek Lanjutan
Secara Kolaboratif: Peserta didik mampu
mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui dan
diharapkan dapat merencanakan project lanjutan
c. Penutup 15
1) Membuat kesimpulan bersama
2) Berdoa dan salam
3. 2. Pertemuan ke-2
a. Topik/Materi Kehidupan manusia pra aksara
b. Tujuan a. Menganalisis kehidupan manusia pra aksara
Pembelajara
n
b. Pemahaman Kemajuan dalam berfikir sering kali karena
Bermakna ketidaksengajaan
c. Pertanyaan Bagaimana cara hidup manusia pra aksara?
Pemantik
d. Profil Pelajar Berkebhinekaan global dan berfikir kritis, mandiri
Pancasila
Langkah-Langkah Pembelajaran :
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
a. Pendahuluan 15
1) Peserta didik diinformasikan berdoa bersama dan ucapan
salam
b. Kegiatan Inti 90
1) Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan melihat
tayangan video atau power point yang berkaitan dengan
kehidupan manusia pra aksara.
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
penyusunan langkah-langkah untuk mengumpulkan
informasi melalui studi pustaka, studi dokumen, wawancara,
observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan informasi
lainnya tentang kehidupan manusia pra aksara.
4) Mengorganisasikan: Peserta didik memilih, mengolah
dan menganalisis informasi kehidupan manusia pra aksara
serta Sumber, bukti, fakta keberadaan dan peninggalan
budayannya
5) Mengomunikasikan: Peserta didik mengungkapkan seluruh
hasil tahapan di dalam bentuk Power Point dan
dipresentasikan
Langkah-Langkah Pembelajaran :
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
a. Pendahuluan 15
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
3) Peserta didik diinformasikan berdoa bersama dan ucapan
salam
Langkah-Langkah Pembelajaran :
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
a. Pendahuluan 15
1) Peserta didik diinformasikan berdoa bersama dan ucapan
salam
2) Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan
pemantik melalui ruang kolaborasi
b. Kegiatan Inti 180
1) Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan melihat
tayangan video / power point yang berkaitan dengan Asal
usul nenek moyang
2) Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan tentang
hal-hal yang ingin diketahuinya berkaitan dengan asal usul
nenek moyang bangsa indonesia dan sekaligus
menanggapi melalui forum diskusi
3) Mengumpulkan Informasi: Peserta didik
penyusunan langkah-langkah untuk mengumpulkan
informasi melalui studi pustaka, studi dokumen,
wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan
informasi lainnya tentang memahami asal usul nenek
moyang
4) Mengorganisasikan: Peserta didik memilih, mengolah
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
pengalaman belajar yang telah dilalui dan diharapkan
dapat merencanakan project lanjutan
c. Penutup 15
1) Membuat kesimpulan bersama guru dan murid
2) Berdoa bersama dan salam
Pertemuan ke-5
Langkah-Langkah Pembelajaran :
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
a. Pendahuluan 15
1) Peserta didik diinformasikan berdoa bersama dan ucapan
salam
2) Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan
pemantik melalui ruang kolaborasi
b. Kegiatan Inti 180
7) Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan melihat
tayangan video yang berkaitan dengan jalur rempa
nusantara
8) Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan tentang
hal-hal yang ingin diketahuinya berkaitan dengan asal usul
nenek moyang dan jalur rempah Indonesia dan sekaligus
menanggapi melalui forum diskusi
Alokasi
No Uraian Kegiatan Pembelajaran Waktu
(menit)
9) Mengumpulkan Informasi: Peserta didik
penyusunan langkah-langkah untuk mengumpulkan
informasi melalui studi pustaka, studi dokumen,
wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan
informasi lainnya tentang memahami jalur rempah
nusantara
10) Mengorganisasikan: Peserta didik memilih, mengolah
4 Asesmen Pembelajaran
Dengan memakai tes tertulis dan penugasan
a. Asesmen Diagnostik
Assesmen diagnostik dilakukan guru untuk mengetahui kesiapan siswa dalam
memasuki pembelajaran, dengan pertanyaan:
PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
Apakah pernah membaca buku terkait dengan Pra
aksara da nasal usul nenek moyang bangsa
Indonesia?
Apakah anda ingin menguasai materi pelajaran
tersebut dengan baik
Apakah kalian sudah siapmelaksanakan
pembelajaran dengan methode discovery learning
.
b. Asesmen Formatif
SOAL KUNCI JAWABAN SKOR
c. Asesmen Sumatif
A. Pleistosen awal 20
B. Holosen
C. Glasial
D. Pleistosen tengah
E. Pleistosen bawah
A. Erectus
B. Florensis
C. Sapiens
D. Africanensis
E. mojokertensis
Remidial :
Peserta didik mengerjakan soal yang sama sampai mencapai Syarat Ketuntasan
Minimal
SKOR
KETERANGAN
PENILAIAN
91-100 Tidak remidi
80-90 Tidak remidi
70-79 Tidak remidi
60-69 Tidak remidi
50-59 Remidi
Jika ada siswa memiliki total nilai kurang dari 60 maka siswa tersebut wajib melakukan
remidiasi, dan bagi siswa yang memiliki total nilai lebih dari 60 maka dilakukan pengayaan
materi.
SKOR
KETERANGAN
PENILAIAN
91-100 Tidak remidi
80-90 Tidak remidi
70-79 Tidak remidi
60-69 Tidak remidi
50-59 Remidi
Jika ada siswa memiliki total nilai kurang dari 60 maka siswa tersebut wajib melakukan
remidiasi, dan bagi siswa yang memiliki total nilai lebih dari 60 maka dilakukan pengayaan
materi.
SKOR
KETERANGAN
PENILAIAN
20 jika jawaban sesuai kunci jawaban dan ada pengembangan
15 jika jawaban sesuai kunci jawaban
10 jika jawaban kurang sesuai dengan kunci jawaban
5 jika jawaban tidak sesuai dengan kunci jawaban
0 Jika tidak ada jawaban
Jika ada siswa memiliki total nilai kurang dari 60 maka siswa tersebut wajib melakukan
remidiasi, dan bagi siswa yang memiliki total nilai lebih dari 70 maka dilakukan pengayaan
materi.
SKOR
KETERANGAN
PENILAIAN
91-100 Tidak remidi
80-90 Tidak remidi
70-79 Tidak remidi
60-69 Tidak remidi
50-59 Remidi
Jika ada siswa memiliki total nilai kurang dari 60 maka siswa tersebut wajib melakukan
remidiasi, dan bagi siswa yang memiliki total nilai lebih dari 60 maka dilakukan pengayaan
materi.
Pra aksara
A. Teknik Menganalisis Zaman Praaksara
Zaman prakaasara atau zaman prasejarah ini tidak meninggalkan benda-benda bertulisan.
Benda-benda bersejarah ini dapat dianalisis umurnya dengan teknik analisis sebagai berikut:
1. Tipologi
Tipologi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan bentuknya. Semakin sederhana
bentuknya artinya semakin tua umur benda tersebut.
2. Stratigrafi
Stratigrafi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan lapisan tanah tempat benda tersebut.
3. Kimiawi
Kimiawi artinya cara penentuan umur benda berdasarkan unsur-unsur kimiaB. Corak Hidup
Manusia Zaman Praaksara
Pada awalnya corak hidup manusia zaman praaksara dengan cara nomaden (berpindah-
pindah). Kemudian mereka mengalami perubahan dari nomaden ke semi nomaden. Akhirnya
mereka hidup secara menetap di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat praaksara menggunakan beberapa jenis peralatan
mulai dari yang terbuat dari batu hingga logam. Oleh karena itu, kehidupan masyarakat
praaksara telah menghasilkan alat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan
perkembangan kehidupannya atau corak hidupnya, masyarakat praaksara terbagi menjadi tiga
masa yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-
wilayah yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan
makanan dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga memiliki
banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan. Manusia yang hidup
pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu masa dengan zaman
paleolitikum.
Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada kondisi alam sekitar. Daerah
sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal bagi manusia praaksara, karena di
tempat itulah tersedia air dan bahan makanan sepanjang tahun. Pada zaman itu manusia
praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua payung yang dekat dengan sumber
makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.
Dalam mengetahui corak kehidupan zaman Paleolitikum lebih baik. buku Babad Bumi
Sadeng Mozaik Historiografi Jember Era Paleolitik oleh Zainollah Ahmad dalam kamu jadikan
referensi, dimana pada buku ini menggambarkan asumsi adanya manusia Jember di masa
peninggalan Prasejarah tersebut.
Untuk sumber penerangan manusia prakasara menggunakan api yang diperoleh dengan
cara membenturkan sebuah batu dengan batu sehingga menimbulkan percikan api dan membakar
bahan-bahan yang mudah terbakar seperti serabut kelapa kering, dan rumput kering.
a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah bergantung
pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan bahan makanan
masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka mereka akan berpindah dan
mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu berpindah-pindah inilah
ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan untuk keperluan perpindahan ke
tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka mendapatkan tempat baru.
b. Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam
satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam
perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompoknya
untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas
memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-
tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-alat
pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu bertahan
hidup. Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang
dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut dikenal
dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di antaranya: kapak
genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan produksi sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk yang mereka hasilkan
antara lain umbi-umbian.
Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam,
kerbau, babi hutan dan lain-lain). Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah
melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah hasil
cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung.
Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil ikan laut yang
dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.
b. Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup
lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan
kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam kampong dipimpin oleh
ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena kriteria yang diambil berdasarkan
orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara reigius. Dengan dmeikian semua
aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh kelompok tersebut.
c. Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang
mengarah pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang
dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam,
alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak lonjong,
gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki
alam sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-benda
keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal dunia
mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya. Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul
tradisi pendirian bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik.
Tradisi ini didasari oleh kepercayaan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang sudah
meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan ketika bercocok tanam.
Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu diabadikan
dalam sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian menjadi lambang orang
yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media persembahan dari orang yang
masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia. Bangunan megalitik tersebut antara lain,
dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak.
orang yang memiliki keahlian tertentu dalam pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan serta
pembuatan perahu. Yang paling menonjol adalah pembuatan bahan-bahan dari logam.
Dengan munculnya masa perundagian, maka secara umum berakhirlah masa praaksara di
Indonesia walaupun dalam kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman yang masih berada
di zaman batu. Kegiatan berladang mulai berganti ke persawahan. Kegiatan persawahan
memungkinkan adanya pengaturan masa bercocok tanam, sehingga mereka tidak hanya
bergantung pada kondisi iklim dan cuaca namun juga berpikir kapan waktu yang tepat untuk
bercocok tanam dan waktu yang tepat untuk beternak.
Kondisi geografis inilah yang perlu dicermati agar mereka tidak gagal panen. Mereka
belajar ilmu alam dan dari alam mereka mengetahui arah angin, berlayar antar pulau, mencari
penghasilan di laut dan melakukan perdagangan antar wilayah.
a. Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya dan mampu
berpikir bagaimana memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Hasil panen
pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain. Masyarakat juga
sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas.
Bahkan jenis hewan tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan
perdagangan. Kemampuan produksi, konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan hidup
mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan
perdagangan yang lebih luas jangkauannya.
Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini menambah nilai ekonomis yang
tinggi karena beragamnya barang-barang yang ditukarkan. Bukti perdagangan antar pulau pada
masa perundagian adalah ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi
gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan harimau.
b. Kehidupan sosial
Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami
perkembangan dan hal ini mendorong masyarakat untuk keteraturan hidup. Aturan hidup bisa
terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar
musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta keahlian-
keahlian lain.
Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau
merupakan prestige jika bisa melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata pencaharian
juga untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika mereka bisa menaklukan harimau maka
mereka telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu lingkungan
masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada
masa ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri manusia
yang tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas kemampuan manusia. Sistem
kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu. Hal tersebut
karena pada masa ini masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi kelompok-kelompok
sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok undagi.
Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan adanya aturan yang umum yang
menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas
dasar musyawarah mufakat dalam kehidupan yang demokratis.
c. Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran
diterapkan pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah
membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan di
Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting. Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu
menggambarkan orang atau hewan yang menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan
memperlihatkan gerak. Teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian
mengalami perkembangan yang sangat pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan
sehari-hari seperti kapak, corong, dan lain-lain.
idsejarah.net
Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke
alam baka. Hal ini membuktikan bahwa pada masa tersebut sudah mempercayai adanya
roh. Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai merenungkan kekuatan-
kekuatan lain di luar dirinya. Oleh karena itu, muncul berbagai sistem kepercayaan yang diyakini
oleh manusia praaksara yaitu animise, dinamisme, dan totemisme.
1. Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam buku Sejarah
Asia Tenggara (2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan yang memuja roh
nenek moyang atau makhluk halus. Karakteristik manusia praaksara yang mengaut kepercayaan
ini adalah mereka yang selalu memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh nenek
moyang seperti meminta kesehatan, keselamatan, dan lain-lain.
2. Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan, dinamis.
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan
supranatural seperti pohon dan batu besar.
Unsur dinamisme lahir dari ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada di luar
dirinya. Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka
membutuhkan pertolongan dari benda-benda yang dianggap mampu memberi keselamatan.
3. Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau tumbuhan
tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapetaka kepada
penganutnya. Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme cenderung
1. Teori Yunan
Teori Yunan ini mengungkapkan asal usul nenek moyang Indonesia berasal dari wilayah
Tiongkok, tepatnya daerah Yunan. Nenek moyang bangsa Indonesia dipercaya telah
meninggalkan wilayah Yunan di sekitar hulu sungai Salween dan Sungai Mekong dengan
memiliki tanah yang subur. Diperkirakan karena bencana alam dan serangan suku bangsa lain
maka mereka mulai bergerak untuk berpindah.
Nenek moyang bangsa Indonesia memiliki kebudayaan kelautan yang sangat baik, yakni
sebagai penemu model asli perahu bercadik yang menjadi ciri khas kapal- kapal bangsa
Indonesia saat itu. Penduduk Austronesia yang masih termasuk dalam wilayah kepulauan
Nusantaraini kemudian menetap dan akhirnya disebut bangsa Melayu Indonesia.
Orang- orang inilah yang menjadi nenek moyang langsung dari bangsa Indonesia
sekarang. Para Ahli yang sepakat dengan teori ini antara lain J.R. Logon, R.H Geldern, J.H.C
Kern, dan J.R. Foster. Dasar utama teori Yunan adalah ditemukannya kapak tua di wilayah
Nusantara yang memiliki ciri khas yang sama dengan kapak tua di wilayah Asia Tenggara.
Penemuan tersebut menandakan adanya proses migrasi manusia di wilayah Asia
Tenggara ke kepulauan di Nusantara. Adanya migrasi manusia tersebut disebabkan karena faktor
terdesak oleh bangsa yang lebih kuat. Berdasarkan peristiwa tersebut, teori Yunanan
menendakan ada tiga glombang kedatangan tersebut, antara lain Proto Melayu, Deutro Melayu,
dan Melanosoid.
Hal yang mendasari teori Yunan berikutnya adalah ditemukannya kesamaan bahasa yang
digunakan masyarakat di kepulauan Nusantara dengan bahasa yang ada di kamboja, yakni
bahasa Melayu Polinesia. Fenomena tersebut menandakan bahwa orang- orang Kamboja berasal
dari Yunan dengan cara menyusuri Sungai Mekong.
Arus migrasi atau perpindahan tersebut kemudian diteruskan saat sebagian mereka
melanjutkan pergerakan tersebut sampai ke wilayah kepulauan di Nusantara. Jadi kesamaan
bahasa Melayu dengan bahasa Cham di Kamboja menandakan adanya hubungan dengan dataran
Yunan.
Teori Yunan juga didukung oleh ahli dalam negeri bernama Moh. Ali yang menyatakan
bahwa teori asal-usul nenek moyang Indonesia adalah manusia yang berasal dari Yunan. Hal
tersebut didasari oleh adanya dugaan perpindahan atau migrasi orang- orang di daerah Mongol
ke selatan karena terdesak dengan bangsa- bangsa lain, terutama bangsa yang lebih kuat atau
berkuasa.
Tiga gelombang perpindahan atau migrasi dalam teori Yunan dijelaskan lebih detail seperti
berikut ini:
a. Proto Melayu
Proto Melayu atau Melayu Tua adalah orang- orang Austronesia yang berasal dari Asia
yang pertama kali datang di kepulauan Nusantara sekitar tahun 1500 SM.Bangsa Proto Melayu
ini memasuki wilayah nusantara dengan dua jalur, yakni jalur barat melalui Malaysia-Sumatera
dan jalur timur melalui Filipina –Sulawesi.
Bangsa Proto Melayu ini memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan manusia
purba sebelumnya.Kebudayaan tersebutnya adalah batu baru atau disebut juga zaman
neolithikum yang pembuatan batunya sudah dihaluskan. Berdasarkan penelitian Van Heekeren di
Kalumpang atau daerah Sumatera utara, telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan
kapak lonjong.
Tradisi tersebut dibawa oleh orang-orang Autranesia yang datang dari arah Utara atau
melalui Filipina dan Sulawesi. Perlu Grameds ketahui bahwa anak keturunan asli bangsa Proto
Melayu adalah suku Dayak dan Suku Toraja yang masuk dalam suku bangsa Indonesia.
b. Deutero Melayu
Bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda kemudian berhasil mendesak dan akhirnya
berasimilasi dengan bangsa pendahulunya, yakni bangsa proto Melayu. Hal ini terjadi pada
kurun waktu sekitar tahun 400-300 S, yakni gelombang kedua nenek moyang bangsa Indonesia
datang ke wilayah Nusantara.
Bangsa Melayu muda ini masuk ke Nusantara dengan jalur barat dengan menempuh rute
dari Yunan lebih tepatnya Teluk Tonkin, Vietnam, semenanjung Malaysia, dan sampai akhirnya
sampai di wilayah Nusantara. Bangsa ini telah memiliki kebudayaan yang lebih maju
dibandingkan bangsa pendahulunya (Proto Melayu) karena sudah bisa menghasilkan barang-
barang dari perunggu dan besi.
Contohnya kapak corong, kapak serpatu, dan bentuk- bentuk nekara. Selain kebudayaan
logam, bangsa ini juga sudah mulai mengembangkan kebudayaan megalithikum. Contohnya
membuat menhir atau tugu batu, dan unden berundak. Keturunan bangsa Deutro melayu atau
Melayu Muda ini adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis yang termasuk dalam suku bangsa
Indonesia.
c. Melanesoid
Bangsa Melanesoid mulai hadir juga di sekitar wilayah Papua pada akhir zaman es 70.000 SM.
d. Bangsa Primitif
Sebelum masuknya kelompok- kelompok bangsa melayu (Proto Melayu dan Deutro
Melayu) di Nusantara, sebenarnya sudah ada kelompok manusia yang telah lebih dulu tinggal di
wilayah ini. Kelompok tersebut termausk dalam bangsa primitive dengan budaya yang masih
sangat sederhana. Berikut ini rincian penjelasan tentang bangsa primitif di Nusantara:
Suku Wedoid
Sisa- sia kelompok dari suku Wedoid sampai saat ini sebenarnya masih ada, yakni suku
Sakai di Siak dan suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang. Kelompok suku ini bertahan
hidup dengan mengumpulkan hasil hutan dan berkebudayaan dengan sederhana. Itulah sebabnya
suku Wedoid sulit menyesuaikan diri dengan masyarakat modern.
Suku Negroid
Di wilayah Indonesia sudah tidak ditemukan lagi dari sisa- sisa suku Negroid. Namun
masih ada di pedalaman Malaysia dan Filipina dari keturunan suku Negroid ini. Suku yang
masuk dalam suku ini adalah suku Semang di Semenanjung Malaysia dan Suku Negrito di
Filipina.
2. Teori Nusantara
Teori asal usul nenek moyang Indonesia berikutnya adalah teori Nusantara yang bisa
dibilang sangat berbeda dengan teori Yunan. Teori ini menyebutkan bahwa bangsa Indonesia
berasal dari wilayah Indonesia itu sendiri, yakni tidak melalui proses migrasi dari daerah
manapun. Teori Nusantara ini didukung oleh para ahli, antara lain Gorys Keraf, J. Crawford,
Sutan Takdir Alisjahbana, dan Muhammad Yamin.
Dasar utama teori Nusantara adalah berdasarkan pada bangsa Melayu yang merupakan
bangsa dengan peradaban yang sudah tinggi. Anggapan tersebut didasari pada hipotesis bahwa
bangsa Melayu telah melewati proses perkembangan budaya sebelumnya di wilayahnya. Jadi
kesimpulannya, bangsa Melayu asli di Nusantara yang akhirnya tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya tanpa adanya perpindahan ke wilayah tersebut.
Teori Nusantara juga didukung dengan penemuan adanya kesamaan bahasa Melayu
dengan bahasa Kamboja karena sebuah kebetulan. Kemudian penemuan Homo
Soloensis dan Homo Wajakensis di Pulau Jawa menjadi penanda bahwa keturunan bangsa
Melayu memiliki kompetensi berasal dari Jawa.
Berdasarkan perbedaan bahasa, hal tersebut terjadi karena bahasa bangsa Austronesia
mengalami perkembangan di daerah Nusantara tersebut dengan bahasa yang telah berkembang di
wilayah Asia tengah, yakni bahasa Indo-Eropa.
3. Teori Out Of Africa
Teori Out Of Africa adalah teori asal usul nenek moyang Indonesia yang lebih berbeda
dari versi teori- teori sebelumnya. Teori ini mengungkapkan bahwa asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari Afrika. Anggapan ini berdasarkan pada kajian ilmu genetika lewat
penelitian DNA mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki.
Merek kemudian bermigrasi dari Afrika hingga ke wilayah Australia yang sudah
mendekati wilayah Nusantara. Teori ini kemudian mengungkapkan bahwa bangsa Afrika
bermigrasi atau melakukan perpindahan menuju Asia Barat sekitar 50.000-70.000 tahun yang
lalu. Pada sekitar tahun itu bumi sedang memasuki akhir dari zaman glasial, yakni ketika
permukaan air laut menjadi lebih dangkal karena air masih berbentuk gletser.
Pada masa itu memang memungkinkan manusia untuk menyebrangi lautan hanya dengan
menggunakan perahu sederhana. Perpindahan bangsa afrika ke Asia kemudian terpecah menjadi
beberapa kelompok. Ada kelompok yang tinggal sementara di bagian wilayah Timur Tengah
atau Asia Barat Daya da nada kelompok lain yang bermigrasi dengan menyusuri Pantai
Smeenanjung Arab menuju India, Ais Timur, Australia, termasuk Indonesia.
Fenomena tersebut diperkuat dengan penemuan fosil laki- kali di bagian wilayah Lake
Mungo. Selain itu ada dua jalur yang diperkirakan menjadi wilayah yang ditempuh oleh bangsa
Afrika di masa itu, yakni jalur untuk menuju Lembah Sunga Nil. Wilayah tersebut melintasi
Semenanjung Sinai kemudian ke bagian utara melewati Arab Levant dan jalur yang juga
melewati Laut merah.
3. Glorasium
- Zaman praaksara adalah zaman di mana manusia belum mengenal yang namanya tulisan
- Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup dimana belum ditemukannya tulisan